Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
Abstract
The research objective were to analyze the vegetation of orchid habitat and to determine orchids
species around Tambing Lake, Lore Lindu National Park area, Sedoa village, Lore Utara
district, Poso regency, Central Sulawesi. The study employed survey method. The vegetation
was recorded in 20m x 20m plots by using purposive sampling methods in orchid habitat. The
collected data include all plant species and growth level swithin the sampling plot. The total
observation area was 0,16 ha. The results showed that the total number of tree level of plant
species recorded was 38 species comprising 9 families with the highest Importance Value Index
(IVI) was 61,62%. The total number of pole level of plant species recorded was 34 species
comprising 7 families with the highest IVI was 74, 43%. The total number of sapling level of
plant species recorded was 37 species comprising 9 families with the highest IVI was 65,41%.
Hence, The total number of seedling level of plant species recorded was 31 species comprising
7 families with the highest IVI was 49,34%. The highest IVI at all growth levels was achieved
by Kaha (Castanopsis accuminatisima). In addition, there were 12 orchid species comprising 8
genus founded in this area,i.e; Agrostophyllum, Bulbophyllum, Calanthe, Coelogyne,
Dendrobium, Dendrochyllum, Eria, and Trichotosia.
Keywords : Vegetation, Orchids Habitat, Tambing Lake, Lore Lindu National Park.
1
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
Indonesia dan juga sebagai tempat Kegunaan dari penelitian ini agar hasil
perlindungan keanekaragaman hayati di yang diperoleh dapat menjadi bahan
Sulawesi Tengah. Berdasarkan Undang- informasi kepada instansi terkait tentang
Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun vegetasi habitat anggrek yang ada disekitar
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam danau tambing serta diharapkan dapat
dan Ekosistemnya, menyatakan bahwa berguna bagi masyarakat luas.
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
alam yang mempunyai ekosistem asli MATERI DAN METODE PENELITIAN
dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, Tempat dan Waktu
pengetahuan, pendidikan, penunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi. Penelitian ini dilakukan selama tiga
Lore Lindu merupakan salah satu Taman bulan, dari bulan Mei sampai dengan Juli
Nasional di Indonesia yang terdapat di 2013.
Propinsi Sulawesi Tengah dengan luas
229.177,5 ha. Kawasan konservasi terbesar Bahan dan Alat
di Sulawesi Tengah dan merupakan salah
satu perwakilan untuk keanekaragaman Bahan yang digunakan dalam penelitian
hayati di bioregion Wallacea, merupakan adalah tally sheet untuk mencatat hasil
salah satu dari 10 hotspot untuk pengamatan, kantong plastik untuk
keanekaragaman hayati yang unik di dunia. tempat/wadah spesimen yang tidak diketahui
Taman Nasional Lore Lindu telah mendapat jenisnya, spritus untuk mengawetkan
banyak predikat atau julukan karena potensi spesimen yang tidak diketahui jenis, label
dan keunikan yang dimilikinya, diantaranya gantung untuk mencatat pengambilan label
adalah sebagai cagar biosfer pada tahun spesimen tumbuhan, kertas koran untuk
1977 oleh MAB-UNESCO (Pitopang, membungkus serta mengepres yang tidak
2012). diketahui jenisnya, tali rafia untuk membuat
petak pengamatan. Alat yang digunakan
Rumusan Masalah dalam penelitian ini, antara lain: kompas
untuk petunjuk arah, meteran untuk
Anggrek merupakan tanaman hias yang mengukur petak pengamatan, GPS untuk
mempunyai nilai estetika tinggi. Bentuk dan menentukan titik koordinat petak
warna bunga anggrek serta karakteristik pengamatan, pita ukur untuk mengukur
lainnya yang unik menjadi daya tarik diameter pohon, parang untuk
tersendiri sehingga banyak orang tertarik merintis/membuat jalur, Alat tulis menulis
untuk mengoleksi anggrek sebagai tanaman untuk mencatat data dan informasi di
hias. Kolektor-kolektor dan pebisnis lapangan.
tanaman hias banyak yang melakukan
pengambilan anggrek alam langsung dari Metode penelitian
habitat aslinya. Hal ini menyebabkan
keberadaannya di alam terancam. Selain itu Penelitian ini menggunakan metode
kerusakan habitat karena pembakaran hutan, “survey” dengan penentuan plot secara
penebangan liar, bencana alam dan alih sengaja (purposive sampling) dengan ukuran
fungsi hutan menjadi pemukiman juga 20m x 20m untuk tingkat pohon, 10m x
mendorong kepunahan anggrek alam. 10m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk
tingkat pancang, dan 2m x 2m untuk tingkat
Tujuan dan Kegunaan semai. Plot pengamatan dibuat sebanyak 4
plot disekitar lokasi penelitian pada habitat
Penelitian ini bertujuan untuk anggrek. Dengan menggunakan intensitas
menganalisis vegetasi habitat anggrek yang sampling 0,16 ha di Sekitar Danau Tambing
terdapat di sekitar Danau Tambing Kawasan Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Taman Nasional Lore Lindu.
2
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
20 m Analisis Data
3
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
Tabel 1. Jenis Vegetasi Di Sekitar Danau Tambing Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Tingkat
No Nama Latin Nama Lokal Famili Pertumbuhan
P T P S
1. Castanopsis accuminatisima Kaha Fagaceae + + + +
2. Bischofia javanica Gadog Phyllanthaceae + + - -
3. Callophyllum soulattri Bintangur Clusiaceae + + - -
4. Castanopsis argentea Kayu lulu Fagaceae + + - -
5. Prunus arborea Mayong Rosaceae + + - -
6. Ficus obscura Ara Moraceae + - - -
7. Ficus annulata Benunu Moraceae + - - -
8. Ficus sp Beringin Moraceae + - - -
9. Turpinia sphaerocarpa Benitu Staphylliaceae + - - -
10. Aglaia argentea Karamata Meliaceae + - + -
11. Pandanus sp Pandan Pandaceae - + - -
12. Ficus virens Ampulu Moraceae - + - -
13. Ficus rirgata Lengkori Moraceae - + - -
14. Mallotus mallisimus Kau Alo Euphorbiaceae + - + -
15. Dillenia ochreata Songi Dilleniaceae + - - -
16. Elaeocarpus sp Pakinoi Elaeocarpaceae - - + -
17. Litsea densiflora Parae Lauraceae - + + -
18. Ficus minahasae Pokae Moraceae - - + -
19. Ardisia celebica Kauvuri Myrsinaceae - - + -
20. Litsea timoriana Halaur Pantai Lauraceae - - + -
21. Syzygium cumini Jambolan Lauraceae - - + -
22. Criptocarya crassnerviopsis Bangkakara Myrtaceae - - + +
23. Vaccinium sp Blueberry Ericaceae - - + +
24. Mallotus panniculatus Balik Angin Euphorbiaceae - - - +
25. Aglaia silvestris Siuri Meliaceae - - - +
26. Weinmannia descombesiana Itangan Cunoniaceae - - - +
27. Asplenium amboinense Paku Aspleniaceae - - - +
28. Asplenium Polyodon Pakis Sada Aspleniaceae - - - +
Tabel 1 merupakan gambaran komposisi accuminatisima) dari famili fagaceae karena
jenis vegetasi yang ada disekitar Danau jenis ini dapat dijumpai pada setiap
Tambing Kawasan Taman Nasional Lore tingkatan pertumbuhan mulai dari pohon,
Lindu dengan titik koordinat S 02º00’5,65” tiang , pancang, dan semai.
E 98º53’1,26” pada ketinggian 1700 mdpl Analisis vegetasi merupakan studi untuk
dengan luas petak contoh 0,16 ha. mengetahui komposisi dan struktur hutan.
Berdasarkan tabel diatas pada lokasi Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada
penelitian ditemukan sebanyak 28 jenis dari dua macam metode dengan petak dan tanpa
17 famili dengan jumlah individu 140 itu petak. Salah satu metode dengan petak yang
artinya komposisi jenis penyusun vegetasi banyak digunakan adalah kombinasi antara
kawasan tersebut cukup beranekaragam. jalur (untuk risalah pohon) dengan metode
Menurut Istomo (1994) dalam Purwaningsih garis petak (untuk risalah permudaan)
dan Yusuf (2005) struktur tegakan hutan (Latifah, 2005).
juga dapat memberikan informasi mengenai Tingkat keanekaragaman jenis vegetasi
dinamika populasi suatu jenis atau kelompok juga dapat dilihat dari jumlah individu
jenis, berawal dari tingkat semai, pancang, dalam setiap jenis. Semakin kecil jumlah
tiang dan pohon. individu dalam setiap jenis, maka semakin
INP untuk tingkat pohon, tiang, pancang tinggi keanekaragaman jenisnya.
dan semai dihitung berdasarkan Vegetasi bukan hanya asosiasi dari
penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), individu tumbuhan akan tetapi merupakan
Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi satu kesatuan dimana individu-individu
Relatif (DR), karena INP menggambarkan penyusunnya saling tergantung satu sama
besarnya pengaruh yang diberikan oleh lain yang di kenal sebagai suatu komunitas
suatu spesies dalam komunitasnya. Pada tumbuhan. Apabila pengertian tumbuh-
lokasi penelitian, jenis yang memiliki INP tumbuhan ditekankan pada hubungan yang
tertinggi adalah Kaha (Castanopsis erat antara komponen organisme dengan
4
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
faktor lingkungan, maka hal ini di sebut individu dari 9 famili. Nilai KR, FR, dan DR
Ekosistem (Susanto, 2012). dapat dilihat pada tabel 2.
Jenis yang dominan merupakan jenis
yang mampu menguasai tempat tumbuh dan Tabel 2. Vegetasi Tingkat Pohon
mengembangkan diri sesuai kondisi No Nama Jenis KR FR DR INP
lingkungannya yang secara keseluruhan atau Castanopsis
sebagian besar berada pada tingkat yang 1 Accuminatisima* 21.05 17.39 23.18 61.62
2 Ficus obscura* 13.16 13.04 13.29 39.49
paling atas dari semua jenis yang berada 3 Prunus arborea* 13.16 13.04 13.07 39.27
dalam suatu komunitas vegetasi. Callophylum
Menurut Marsono (1977) dalam Martono 4 Soulattri* 10.53 8.70 14.49 33.71
Castanopsis
(2012) ada beberapa faktor yang 5 Argentea* 10.53 8.70 10.22 29.44
mempengaruhi komposisi dan struktur Bischofia
vegetasi, yaitu flora, habitat (iklim, tanah, 6 javanica* 7.89 8.70 7.63 24.23
7 Ficus annulata* 7.89 8.70 4.62 21.21
dan lainlain), waktu dan kesempatan
sehingga vegetasi di suatu tempat 8 Ficus sp* 5.26 4.35 5.80 15.41
Turpinia
merupakan hasil resultante dari banyak 9 Sphaerocarpa* 2.63 4.35 2.41 9.39
faktor baik sekarang maupun yang lampau. 10 Aglaia argentea* 2.63 4.35 2.14 9.12
Sebaliknya vegetasi dapat dipakai sebagai 11 Mallotus
mallissimus 2.63 4.35 1.62 8.60
indikator suatu habitat baik pada saat 12 Dillenia ochreata 2.63 4.35 1.53 8.51
sekarang maupun sejarahnya. Ket.*.merupakan Inang Anggrek
Adanya keanekaragaman anggrek epifit
pada berbagai jenis pohon, tingkat Pada tabel 2 hasil analisis vegetasi yang
pertumbuhan dan bagian-bagian pohon yang dilakukan pada petak contoh pengamatan
menjadi inang karena ketergantungannya habitat anggrek, jenis tumbuhan untuk
pada kondisi iklim mikro tegakan hutan. Hal tingkat pohon didominansi Castanopsis
itu menyebabkan keberadaan sejumlah accuminatisima (Fagaceae) dengan Indeks
anggrek epifit hanya dapat dijumpai pada Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu 61.62%.
jenis pohon tertentu atau pada bagian pohon Dan diikuti oleh jenis Ficus obscura
tertentu saja, sebaliknya epifit lainnya dapat (Moraceae), Prunus arborea (Rosaceae),
dijumpai pada setiap jenis pohon dan pada Callophylum soulattri (Clusiaceae) dengan
setiap bagian pohon. INP 39.49% , 39.27%, 33.71%. Jenis yang
Menurut Dewi (2006) dalam Bahari memiliki INP terendah adalah Dillenia
(2010) bahwa semua jenis pohon umumnya ochreata (Dilleniaceae) dengan INP 8.51%.
sebagai tempat hidup atau menempelnya Jenis–jenis anggrek alam yang ditemukan
anggrek karena pohon merupakan habitat disekitar Danau Tambing Kawasan Taman
aslinya. Selain itu pohon yang disukai Nasional Lore Lindu (TNLL) yang hidup
anggrek epifit yakni pohon yang rindang secara epifit telah dijumpai menempel pada
karena umumnya anggrek epifit tidak akan beberapa jenis pohon yang merupakan inang
terkena sinar matahari langsung. Anggrek anggrek seperti anggrek genus Eria pada
hanya memanfaatkan inangnya sebagai pohon (Castanopsis accuminatisima,
tempat untuk menggantung diri serta Callophylum soulattri, Castanopsis
menyangga agar dapat menghirup udara argentea, Ficus annulata, Ficus sp). Genus
namun anggrek bukanlah parasit. Oleh Dendrobium pada pohon (Ficus obscura,
karena itu anggrek dapat tumbuh pada Bischofia javanica dan Callophylum
pohon hidup maupun yang telah mati. soulattri). Genus Dendrochyllum pada
pohon (Aglaia argentea). Genus
Faktor Biotik Agrostophyllum pada pohon (Prunus
arborea). Genus Bulbophyllum pada pohon
Vegetasi Tingkat Pohon (Callophylum soulattri dan Ficus annulata).
Genus Coelogyne pada pohon (Prunus
Berdasarkan hasil pengamatan pada lokasi arborea). Genus Trichotosia pada pohon
penelitian untuk tingkat pohon terdapat 38 (Turpinia sphaerocarpa).
5
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
6
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
7
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013
berukuran kecil serta jenis rumput–rumputan pada plot semai ditemukan jenis anggrek
lainnya. alam yang hidup secara terestial atau
Dressler (1982) dalam Puspitaningtyas anggrek yang tumbuh ditanah yaitu
(2007) menyatakan bahwa salah satu genus Calanthe.
perbedaan cara hidup tumbuhan epifit dan
terestrial adalah dalam kebutuhan Saran
cahayanya. Sehingga jenis-jenis anggrek
yang menyukai cahaya terang akan tumbuh Untuk mengetahui semua jenis vegetasi
sebagai tanaman epifit, sedangkan yang dan spesies anggrek alam yang ada pada
menyukai naungan akan tumbuh di lantai kawasan TNLL maka perlu dilakukan
hutan. penelitian dengan melakukan survey secara
Whitmore (1975) dalam Fajri dan menyeluruh pada kawasan tersebut
Saridan (2012) menyebutkan bahwa di misalnya: Desa Sedoa, sehingga jenis
tempat-tempat terbuka di hutan tropika vegetasi dan spesies anggrek alam yang ada
basah akan merangsang pertumbuhan semai dapat diketahui secara keseluruhan.
dari hutan primer serta tumbuhnya biji dari
jenis pionir. Ucapan Terima Kasih
8
WARTA RIMBA
Volume 1, Nomor 1
Desember 2013