Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Acute Coronary Sindrome (ACS) / sindrom koroner akut (SKA) merupakan salah satu
penyakit kardiovaskular akibat kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard
yang menyebabkan infark atau nekrosis otot jantung (Udjianti, 2011). Acute
Coronary Sindrome (ACS) terdiri dari Unstable Angina Pectoris (UAP) serta Infark
Miokardium Akut (IMA) seperti Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI)
dan ST Elevation Myiocardial Infract (STEMI) (PERKI, 2015)
Prevalensi penderita penyakit jantung menurut diagnosis dokter pada semua umur di
Indonesia sebesar 1,5%. Dari 34 provinsi di Indonesia, DKI Jarkarta menempati
urutan ke-5 setelah Sulawesi Tengah, DIY, Gorontalo dan Kalimantan Utara pada
peringkat pertama sebesar 2,2%. Menurut data Riskesdas (2018) prevalensi penyakit
jantung (Diagnosis dokter) menurut karakteristiknya masyarakat diperkotaan lebih
banyak menderita penyakit jantung sebanyak 1,6% dan untuk masyarakat pedesaan
sebanyak 1,3%. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1,6% perempuan menderita
penyakit jantung sedangkan pada laki-laki lebih rendah sebanyak 1,3%
(RISKESDAS, 2018). Dari data di ruangan High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat
Darurat lantai 1 didapatkan jumlah pasien yang masuk sebanyak 2.519 orang sejak
tanggal 30 Juli 2018 sampai 22 Februari 2019. Dari data diatas pasien yang di
diagnosa ACS sebanyak 158 orang dengan pasien yang di diagnosa STEMI sendiri
terdapat 100 orang.
Dampak yang dirasakan pada penderita ACS adalah rasa sakit atau rasa tidak nyaman
yang berlangsung selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan seperti diikat,
seperti terbakar, rasa berat, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada
bagian tengah atau epigastrium, keluhan ini dapat menjalar sampai ke punggung,
lengan, bahu, leher atau rahang. Rasa tidak nyaman dapat disertai dengan dispnea,
kelemahan, diaforesis atau ansietas. Pada pasien lansia dapat mengalami sesak,
pusing, edema paru, dan perubahan status mental (Jones dan Fix, 2009). Gangguan
kebutuhan dasar pada pasien STEMI akan menimbulkan masalah keperawatan,
seperti gangguan kebutuhan aktivitas dan juga sesak napas yang diakibatkan
penurunan curah jantung, serta gangguan kenyamanan pasien. Sehingga perlu
dilakukan penatalaknasanaan pasien yang lebih baik seperti terapi modalitas
mencakup medikasi, penatalaksanaan cairan, perubahan diet, modifikasi gaya hidup
dan pemantauan tindak lanjut yang intensif. Pendidikan pasien dan kepatuhan
merupakan aspek penting untuk hasil yang lebih baik (Black & Hawks, 2014)
Upaya yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien STEMI meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu peran yang paling utama adalah peran
promotif melalui edukasi, peran ini dapat merubah gaya hidup dan mengontrol
kebiasaan klien untuk menghindari faktor risiko. Dengan edukasi semakin banyak
klien yang mengerti bagaimana cara mengubah perilaku sehingga mereka mampu
melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Kerjasama antara perawat dan
klien dalam mengatasi masalah dapat dicapai dengan perawatan yang baik (Perry &
Potter, 2010).
Berasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah yang
Berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. N yang mengalami STEMI Late Onset
di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep medis STEMI dan konsep asuhan keperawatan pada
penderita STEMI.
b. Menggambarkan hasil
1) Pengkajian pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang
High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
2) Penetapan diagnosa keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI
Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
3) Perencanaan keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late
Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
4) Implementasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late
Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
5) Evaluasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset
di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1
RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
c. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn.N yang
mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi
Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hasil dari pengambilan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi serta
sebagai referensi dalam menambah pengetahuan berkaitan dengan pemberian
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami STEMI.
TINJAUAN PUSTAKA
Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI), umumnya terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
anterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini diakibatkan oleh adanya injuri
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Nurarif, 2015).
2. Etiologi
a. Faktor penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
a) Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, spasme, Arteritis.
b) Faktor sirkulasi: Hipertensi, Stenosis aorta, Insukisiensi.
c) Faktor darah: Anemi
d) a, Hipoksemia, Polisitemia
2) Curah jantung yang meningkat:
a) Aktivitas yang berlebihan
b) Emosi
c) Makan terlalu banyak
d) Hypertiroidsme.
3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
a) Kerusakan miokard
b) Hypertropi miokard
c) Hypertensi diastolik.
b. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin insiden pada pria tinggi, sedangkan pada usia wanita
setelah menopause.
c) Hereditas
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2) Faktor risiko yang dapat diubah:
a) Mayor : Hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,
diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Minor : Inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan (Nurarif, 2015).
3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit
b. EKG: ST Segmen Elevasi dan gelombang T meninggi/menurun
c. Kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal (CKMB, Troponim T,
Mioglobin)
d. Mual dan muntah
e. Kelemahan, TD meningkat, Cemas/khawatir/keringat dingin.
f. Edema perifer
g. Takipnea/ dispena (PERKI, 2015).
4. Patofisiologi
7. Penatalaksanaan Medis
a. Nitrogliserin (NTG)
NTG sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 2 dosis dengan interval 5 menit.
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan TD sistolik <90 mmhg, pasien
dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior Pada EKG, JVP
meningkat)
b. Morfin
Dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis
total 20 mg sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merangsang analgesik dalam
tatalaksana pada STEMI.
1) Efek samping yang perlu diwaspadai adalah kontraksi vena dan arteriolar
melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena akan mengurangi
curah jantung dan tekanan arteri .
2) Efek Vagotonik menyebabkan bradikardia/blok derajat tingi jantung, terutama
pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dan pemberian
atropine 0,5mg iv.
c. Aspirin
Inhibisi cepat sikooksigenasi trombosit yang dilarutkan reduksi kadar tromboksan
A2 dicapai dengan absorpsi aspirin dengan dosis 100-325 mg diruang emergenci.
Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-102mg.
d. Penyekat beta
Metroprolol 5mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi
jantung >60 menit TD sistolik >100 mmhg. Internal PR<0,24 detik dan ronkhi tidak
lebih dari 10 cm diagfragma 15 menit setelah dosis iv terakhir dilanjutkan dengan
metoprolol oral dengan dosis 50mg tiap 6 jam selama 48 jam dan dilanjutkan 100mg
tiap 12 jam.
e. Percutaneous coronary intervention (PCI)
Suatu intervensi atau tindakan non bedah untuk membuka/dilatasi/ melebarkan arteri
koroner yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat kembali menuju ke
otot jantung (Davis, 2011).
8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahatkan, berikan posisi semifouleri fowler, berikan lingkungan tenang.
b. Ukur TTV, kaki nyeri
c. Beri oksigen selama 6 jam pertama
d. Pengambilan darah untuk sample pemeriksaan laboratorium
e. Aturkan teknik relaksasi nafas dalam
f. Pantau cairan (Smeltzer, 2006)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume, pre load
dan afterload, kontraktiltas jantung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
(Herdman, 2012).
3. Intervensi keperawatan
penurunan interaksi Tanda vital dalam Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dengan orang dan rentang normal pemberian analgesik pertama kali
lingkungan) Tidak mengalami
Tingkah laku gangguan tidur
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum
Kulit dingin dan Tanda Vital dalam Monitor toleransi aktivitas pasien
Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Tn. N
yang mengalami ACS (Acute Coronary syndrome) STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) Late
Onset di Ruang HCU lantai 1 RSUP Fatmawati. Asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari
mulai tanggal 18 sampai 22 Februari 2019 yang disusun berdasarkan tahapan proses
keperawatan meliputi: Pengkajian Keperawatan, Perumusan Masalah Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Nama Tn. N, usia 53 tahun, Agama Islam, nomor RM 01671110, Klien memiliki 4
orang anak, klien tinggal istri dan ketiga anaknya (2 laki – laki, dan 1 perempuan) karena
satu lagi sudah menikah dan berbeda rumah, pekerjaan klien adalah pegawai swasta dan
alamat rumah klien di Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Klien masuk melalui IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat
bekerja pada tanggal 17 Februari 2019. Nyeri memberat saat jam 03.00 pagi hari disertai
keringat dingin, dada berdebar – debar dan sesak napas. Saat dikaji tanggal 18 Februari
2019, klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika terlalu banyak
berbicara merasa sesak nafas, klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Klien mengatakan memiliki keturunan Hipertensi dan Penyakit jantung dari
sang Ibu. Klien mengatakan tidak mengomsumsi obat atau supl emen apapun sebelum
dirawat di rumah sakit.
Pada pengkajian Kardiovaskular, oksigenasi pasien mengalami batuk produktif,
bersih, dan terdapat sesak. Pada inspeksi RR pasien 21x/menit, pengembangan dada
simetris, dan tidak ada oto bantu pernapasan. Saat di palpasi taktil fremitus kanan dan
kiri normal (positif), perkusi resonance terdapat di ICS 1-5, Flat di sternum, dullness di
ICS 6, dan timpani di abdomen. Auskultasi terrdengar suara nafas vesikuler di seluruh
lapang paru.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil foto thorax yaitu edema paru dan elongasi aorta.
Hasil interpretasi EKG pada tanggal 17 februari 2019 adalah irama reguler, frekuensi
68 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR interval:
0,20 detik, QRS 0,08 detik, aksis Lead I +1 & AvF + 5 aksis Normal, tidak ada ST
Depresi, ST Elevasi pada Lead II, III, AvF, V2-V5, T Inverted : V1 – V6, Q patologis
pada V1-V4, Kesan Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior serta
infark pada anteroseptal.
Hasil interpretasi EKG pada tanggal 18 Februari 2019 adalah irama reguler,
frekuensi 75 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR
interval 0,20 detik, QRS 0,08 detik, Aksis Lead I +1 AvF+3, aksis normal, tidak ada ST
Depresi, ST Elevasi pada Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5, T Inverted V1-V5, Q
patologis V1-V4, kesan sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral
serta infark pada anteroseptal.
Pada pengkajian sirkulasi, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara:
165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR :
21x/menit, S : 36,7ºC t, irama reguler, nadi teraba kuat, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, akral hangat, CRT 3detik, JVP 5+2 cmH2O, bunyi jantung s1-s2 normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Februari 2019, Enzim jantung 1159
(Nilai normal <=175 U/l), CK-MB 242 (Nilai Normal 7 – 25 U/l), Troponin i 7,50
(Nilai Normal <0.02 ng/mL), Hematokrit 4,91 (Nilai Normal 4.40-5.90 juta/uL),
Hemoglobin 12,7 (Nilai Normal 13,2 – 17,3 g/dL), Leukosit 44 (Nilai Normal 33 – 45
%), Protombin Time (PT) 17,3 (Nilai Normal 5-10 ribu/uL).
Pada nutrisi klien, TB : 168 cm, BB : 63 kg, IMT : 22.5 (normal), klien mengalami
gangguan nafsu makan saat nyeri dada timbul, saat nyeri dada hilang, pasien hanya mau
makan 3-4 sendok makan saja. Sebelum sakit, klien makan sehari 3x sebanyak 1 porsi
dengan karbohidrat, sayur, dan buah kadang – kadang, klien tidak mengonsumsi
suplemen, merokok sebanyak 12 batang/hari, kopi hitam 2 gelas perhari, teh, konsumsi
garam, dan gula hanya terkadang. Selama sakit, Klien mendapat diit lunak (diit jantung)
1500 kal diberikan 3x sehari dan setiap makan hanya habis ½ porsi saja. Klien
mendapatkan makanan selingan yaitu bubur kacang hijau.
Pada pemeriksaan inspeksi, abdomen klien normal, saat asukultasi RUQ LUQ RLQ
LLQ Normal, perkusi, dan palpasi abdomen klien normal. Pada pemeriksaan Lab, Hasil
Hemoglobin 12,7 (Nilai normal 13,2 – 17,3 g/dL), Hematokrit 44% (Nilai normal 40%
- 50 %), SGOT 104 (Nilai normal 0 – 34 U/l).
Pengkajian pola eliminasi BAK klien tidak ada keluhan. Sebelum sakit, frekuensi
BAK klien 4-5x/hari ±800 cc, saat sakit 4-5x/hari ±1050cc. Warna urin kuning dan
terdapat penggunaan obat diuretik yaitu furosemid 20 mg/12 jam via IV
Pola eliminasi BAB klien tidak ada keluhan. Sebelum sakit, klien BAB 1x/hari, dan
saat sakit juga 1x/hari warna kuning, klien tidak emnggunakan obat pencahar sebelum
maupun saat skait.
Hasil pemeriksaan lab kreatinin serum 30 (nilai normal 20 – 40 mg/dL), kalsium 107
(Nilai normal 95 – 108 mmol.
Pada pengkajian istirahat dan aktivitas pasien mampu melakukan aktivitasnya
secara mandiri, rentang gerak kepala, bahu, ekstremitas atas, dan ekstremitas abwah
klien mampu melakukan secara penuh, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555
Klien mengeluh sulit tidur pada malah hari karena dadanya nyeri, dan sakit saat
inspirasi, klien mengatakan baru bisa tidur saat pukul 7 pagi. Kebiasaan tidur klien
sebelum sakit dari jam 12 sampai jam 6 pagi.
Pengkajian proteksi dan perlindungan suhu tubuh klien 36,7⁰C, klien dilaukan
pemasanga infus ditangan kiri dengan NaCL/12 jam.
Pengkajian sensori nyeri P : Tiba-tiba saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa
beban berat, R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5
(numerik), T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari).
Pengkajian Cairan dan Elektrolit input pasien 1500cc, output pasien 1645 cc,
Balance pasien -145cc. Turgor kulit <1 detik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
edema.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang teelah dilakukan kelompok pada Tn. N
tanggal 18 februari 2019, kelompok mengangkat tida diagnosa yatiu:
Diagnosa pertama: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat
malam hari. Klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk.
Klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara
Data objektif : TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N
istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Nadi
perifer teraba lemah dan cepat, CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L).
Diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom
Koroner Akut) ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3 hari
SMRS, P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R
: Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5, T : 25 menit, hilang timbul terutama
pada malam hari, klien mengatakan semalam sulit tidur, klien mengatakan nafsu makan
berubah. Data objektif : klien tampak meringis, TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD
setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara :
105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung ketika ditanya, Tampak
gelisah
Diagnosa ketiga : Intoleransi Aktivitas berhubungan ketidakseimbangan Antara Suplai
dan kebutuhan Oksigen ditandai dengan data subjektif : klien mengeluh lelah, klien
mengeluh sesak saat banyak berbicara, klien merasa lemah. Data objektif : Frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10
menit berbincang, tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara
165/100 mmHg.
C. Perencanaan Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019 ada beberapa
masalah keperawatan yang muncul pada Tn. N. Dari masalah yang muncul tersebut kami
menyusun beberapa intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah tersebut.
Masalah keperawatan yang pertama adalah Penurunan Curah Jantung. Tujuan dan
kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Penurunan
Curah Jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam dengan kriteria
hasil TTV dalam rentang normal, TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 60 – 100 X/menit,
RR : 20 – 24 X/menit, Tidak ada disritmia, Penurunan dispnea, tidak ada penurunan
kesadaran, haluaran urine adekuat. rencana keperawatan untuk mengatasi masalah
Penurunan Curah Jantung adalah Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk
dan berdiri (bila memungkinkan) (rasional : Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan
dengan komplikasi GJK), Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur (rasional :
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat. S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel
kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar),
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah (rasional : Makan dalam
volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang
mengakibatkan terjadinya bradikardia), Kaji ulang EKG (rasional : Menunjukkan
perbaikan/ kemnajuan infark fungsi ventrikel terutama pada gambar ST menunjukkan
kestabilan), Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien (rasional :
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia),
Auskultasi bunyi nafas (rasional : Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin
terjadi karena penurunan fungsi miokard), melakukan kolaborasi pemberian obat
Clopidogrel 1x75mg via oral, simvastatin 1x20mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral,
spironolakton 1x20mg via oral, lovenox 2x0,2mg via subkutan, furosemide 2x20mg via
Intravena (rasional: membantu proses penyembuhan)
Masalah keperawatan yang kedua adalah Nyeri Akut. Tujuan dan kriteria hasil
yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Nyeri Akut teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan Nyeri hilang atau
berkurang dengan kriteria hasil mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan
tanda nyeri), mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang. Rencana
keperawatan untuk mengatasi masalah Nyeri Akut adalah kaji nyeri secara
komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri) (rasional : Menentukan
tindakan yang tepat), observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (rasional :
Menjadi data pendukung penentuan Dx), bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) (rasional : Membantu
menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh
terhadap nyeri), anjurkan pasien bedrest total (rasional : Mempercepat kesembuhan),
anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler (rasional : Meningkatkan ekspansi
paru,memaksimalkan ventilasi), monitor TTV (rasional : Mengetahui keadaan umum ),
kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN
3x5mg (rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri).
Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi Aktivits. Tujuan dan
kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Intoleransi
Aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam dengan
kriteria hasil: Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, TTV dalam rentang normal,
TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 80 – 100 X/menit, RR : 20 – 24 X/menit. Rencana
keperawatan yang dibuat adalah Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas (rasional : Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien
tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik), kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan (rasional : Menurunkan resiko kelelahan), monitor
nutrisi dan sumber energy yang adekuat (rasional : Nutrisi yang adekuat mengurangi
kelehan saat aktivitas), bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
(rasional : Aktivitas yang tidak sesuai kemampuan akan menyebabkan resiko
komplikasi), pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah
aktivitas sesuai indikasi (rasional : Menentukan respon klien terhadap aktivitas,
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi),
tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan
tekanan abdominal (rasional : Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk,
batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah).
D. Implementasi Keperawatan
Kelompok mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun pada
tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.00 Wib sampai 22 Februari 2019 11.30 WIB: Perawat
dan kelompok mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan respon klien selalu kooperatif, Merekam EKG,
gambaran EKG: Hasil interpretasi EKG pada tanggal 18 Februari 2019 adalah irama
teratur, Frekuensi 93 x/menit, gelombang P tinggi 2 kotak kecil (kk), lebar 3 kk, PR
interval konstan 0,20 detik, QRS sempit, ST elevasi di lead 2, v2, v3, v4, v5, ST
Depresi (-), T inferted avl, v1, v2, v3, v4. Kesan Normal sinus ritme, dengan
anteroseptal injury, Menganjurkan untuk merubah posisi menjadi posisi semi fowler
Respon pasien mengatakan lebih nyaman saat posisinya setengah duduk, Memonitor
tanda-tanda vital pada hari Rabu, 20 Februari 2019 pukul Jumat, 22 Februari 2019 pukul
09.00 WIB hasil: TTV = TD : 128/95 mmHg, N : 100x/menit, RR : 20x/menit, S: 36,7ºC,
Melakukan edukasi mengenai perawatan post PCI respon pasien dan keluarga
mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran dari perawat, Mengkaji nyeri secara
komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri) respon pasien P :
Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar
ke bagian pu nggung, S : Skala nyeri 6, T : ±25 menit, Mengajarkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam hasil : pasien dapat mengikuti apa yang diajarkan, dan akan
melakukannya saat nyeri timbul kembali, respon pasien mengatakan nyeri pada dada
sedikit berkurang dan bisa lebih rileks dari sebelumnya. Memberikan obat sesuai terapi
dokter (ISDN 3x5 mg(Oral); Miniaspi 1x80 mg(Oral); Clopidogrel 1x75 mg(Oral);
Simvastatin 1x20 mg(Oral); Ramipril 1x2 mg(Oral); Sprinolakton 1x20 mg(Oral);
Lovenox 2x0,6 ml(SC); Furosemid 2x20 mg (IV), melakukan evaluasi dengan
menganjurkan pasien untuk meminum obat dari dokter secara rutin sesuai jam, kontrol
sesuai tanggal yang telah ditentukan, dan makan sesuai dengan diet yang telah
dianjurkan.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama lima hari yaitu tanggal 18 sampai 22 februari
2019 didapatkan evaluasi sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung. S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. O :
tidak ada disritmia, Kesadaran kompos mentis, Klien mulai mampu BAK dengan
baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc, TD:
102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%. A: masalah
keperawatan penurunan curah jantung teratasi. P: intervensi dihentikan.
2. Nyeri Akut. S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya. O: Klien tampak
sudah tidak merasakan nyeri, Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan
dengan detail, Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi
pernapasan. A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi. P: intervensi dihentikan.
PEMBAHASAN
Pada bab ini, kelompok akan menguraikan bahasan tentang asuhan keperawatan yang telah
dilakukan selama 5 hari, mulai tanggal 18 - 22 Februari 2019 di ruang High Care IGD Lantai
1 RSUP Fatmawati dengan ACS STEMI Late Onset. Pembahasan ini bertujuan untuk
menganalisis kesenjangan yang mungkin ditemukan antara teori dan kasus. Kelompok
melakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan kelompok meliputi pengkajian identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11
pola Gordon serta pemeriksaan fisik head to toe (Potter dan Perry, 2009)
Klien di diagnosa menderita ACS STEMI late onset sejak masuk IGD RSUP Fatmawati
pada tanggal 17 februari 2019. STEMI adalah terjadinya kerusakan otot jantung secara
permanen, mengakibatkan pembuluh darah koroner tersumbat secara total. Sehingga
alirah darah benar-benar terhenti dan otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen
(Udjianti, 2011). Berdasarkan teori faktor risiko STEMI dibagi menjadi dua yaitu, faktor
yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, faktor yang dapat diubah meliputi
hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kalori,
inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), stress
psikologis berlebihan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia lebih
dari 40 tahun, jenis kelamin insiden pada pria tinggi, hereditas, dan ras : lebih tinggi
insiden pada kulit hitam (Nurarif, 2015). Sedangkan berdasarkan kasus pada Tn. N
kelompok mendapatkan data bahwa Tn. N berjenis kelamin laki-laki, usia 53 tahun, ayah
dari Tn. N memiliki riwayat penyakit jantung, serta ibu dari Tn N menderita hipertensi.
Tn. N sendiri mempunyai kebiasaan merokok sejak remaja, dan memiliki riwayat
hipertensi, Tn. N bekerja di sebuah restoran siap saji, sehingga Tn. N sering
mengkonsumsi makanan siap saji. Tn N mengatakan sangat jarang berolahraga. Analisa:
terdapat kesinambungan faktor risiko antara teori dan kasus pada Tn. N, yaitu pada jenis
kelamin, usia, faktor hereditas, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsin makanan siap
saji.
Menurut PERKI (2015) terdapat beberapa tanda dan gejala dari penderita STEMI, yaitu
nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit, EKG: ST Segmen Elevasi dan
gelombang T meninggi/menurun, kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal
(KMB, Troponim T, Mioglobin), kelemahan, TD meningkat, Cemas/ khawatir/ keringat
dingin, edema perifer, takipnea/ dispena. Pada kasus ditemukan data bahwa Tn N
memiliki nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, nyeri dirasa terutama pada malam
hari +25 menit, pada pemeriksaan EKG tanggal 18 ditemukan adanya elevasi segmen ST
pada V2, V3, V4 dan V5 (anterior), terdapat peningkatan hasil lab CK-MB dan troponin
I, dimana nilai CK-MB sebesar 242 u/i (normal: 7-25 u/i), sedangkan untuk nilai
troponin I sebesar 7,50 ng/mL (normal: <0,02 ng/mL). Takanan darah 165/100 mmHg.
Analisa: tanda dan gejala yang dialami Tn N sama dengan yang dijelaskan pada teori
terutama adanya nyeri dada, pada gambaran EKG terdapat elevasi segmen ST, serta
peningkatan biomarka jantung seperti CK-MB dan troponin I. Terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus yaitu terdapat data yang tidak diperoleh dari pengkajian dimana Tn
N tidak megalami edema perifer karena Tn N telah mendapatkan diuretik untuk
mencegah timbulnya pembengkakan.
Dari perbandingan antara pengkajian kasus dan teori yang ada, kelompok dapat
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
teori STEMI yang ada dan hasil pengkajian yang Tn. N yang mengalami STEMI. Faktor
pendukung : pengumpulan data dapat berjalan dengan baik, lancar dan tanpa hambatan
karena klien dan keluarga sangat kooperatif dan sudah terjalin hubungan saling percaya.
Pendokumentasian RS yang cukup lengkap dan adanya dari perawat ruangan dalam
proses pengkajian. Faktor penghambat : kurangnya kelompok dalam mengkaji
keluarga karena keterbatasan waktu kunjungan di HCU dan ICCU.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual,
potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian
(Asmadi,2014)
Menurut Herdman (2012) terdapat empat diagnosa yang dapat ditemukan pada seseorang
yang mengalami STEMI diantaranya adalah nyeri akut, penurunan curah jantung,
intoleransi aktiitas, dan gangguan pertukaran gas. Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada Tn. N didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut : penurunan
curah jantung berhubungan dengan afterload, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, dan intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea)
lebih sering saat malam hari, klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman
dengan posisi duduk. klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara. Data objektif :
TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat :
84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC; nadi perifer
teraba lemah dan cepat; CRT 3 detik; tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L) (PPNI,
2017).
Analisa : Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana pompa darah
oleh jantung tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh.
Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada jantung.
Jantung mempunyai fungsi utama yaitu untuk memompakan darah. Hal ini dapat
dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk memompa cukup
baik, sistem katupnya sendiri serta irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan
ketidaknormalan pada salah satunya maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan
kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa yang mengakibatkan
adanya tanda-tanda penurunan curah jantung.
Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3
hari SMRS; P : Muncul malam hari saat sedang istirahat; Q : Seperti tertimpa
beban berat; R : Menjalar ke bagian punggung; S : Skala nyeri 5; T : 25 menit,
hilang timbul terutama pada malam hari; klien mengatakan semalam sulit tidur dan
klien mengatakan nafsu makan berubah. Data objektif : Klien tampak meringis;
TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmHg; N
istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC;
klien tampak bingung ketika ditanya; dan tampak gelisah (PPNI, 2017).
Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengeluh lelah; klien
mengeluh sesak saat banyak berbicara; dan klien merasa lemah. Data objektif :
Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi
110x/menit setelah 10 menit berbincang; tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg,
saat setelah berbicara 165/100 mmHg (PPNI, 2017).
Analisa : proses penyempitan pembuluh darah arteri koroner membuat
terhambatnya atau terputusnya suplai nutrisi dan oksigen ke sel, dengan kata lain
membantu pembentukan energi dalam tubuh yang dapat menimbulkan respon tubuh
yang berupa intoleransi aktivitas. Jantung bertugas untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, apabila jantung mengalami gangguan maka darah yang membawa
oksigen dan nutrisi menjadi berkurang jumlahnya sehingga produksi energi menjadi
berkurang.
Sedangkan diagnosa lain yang sesuai dengan teori dan tidak penulisa angkat yaitu
gangguan pertukaran gas. Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Pada Tn. N tidak
mengalami gangguan pertukaran gas karena tidak dilakukannya pemeriksaan analisa gas
darah sebagai gejala tanda mayor dari gangguan pertukaran gas.
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan memberi kesempatan kepada perawat, klien, dan keluarga untuk
merumuskan rencana tindakan keperwatan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh
klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pada diagnosa keperawatan (Asmadi,
2014). Proses perencanaan keperwatan meliputi perumusan tujuan dan menentukan
intervensi-intervensi yang tepat dengan melibatkan klien dan keluarga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Dinarti, dkk, 2013).
Intervensi keperawatan yang disusun mengacu kepada tinjauan teori dan disesuaikan
dengan kondisi klien. Adapun pembahasan perencanaan kepada Tn. N dengan masalah
keperwatan :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila
memungkinkan); auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan
dalam porsi kecil dan mudah dikunyah; kaji ulang EKG; kolaborasi pemberian
oksigen sesuai kebutuhan klien; auskultasi bunyi nafas; melakukan kolaborasi
pemberian obat Clopidogrel 1x75 mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral,
ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 ml via
subkutan, furosemide 2x20 mg via intravena
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu kaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat
nyeri); observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan teknik
relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi);
anjurkan pasien bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler;
monitor TTV; kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik : Miniaspi
1x80 mg, ISDN 3x5 mg
3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas; kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan; pantau HR,
irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi;
tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal.
Perencanaan pada Tn. N disusun oleh kelompok mengacu pada teori menurut NANDA
NIC-NOC (2015) dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Faktor
pendukung: kelompok mendapat masukan dari pembimbing institusi, kepala ruangan,
CI ruangan, dan perawat ruangan sehingga memudahkan kelompok dalam menyusun
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Faktor penghambat: kurangnya sumber
terbaru yang disediakan oleh institusi, khususnya buku mengenai perencanaan
keperwatan pada gangguan sistem kardiovakular. Solusi : kelompok menggunakan
berbagai sumber, seperti jurnal dan buku yang didapatkan dari perpustakaan institusi lain
serta sumber yang didapatkan dari media elektronik.
D. Implementasi Keperawatan
Berikut ini merupakan tindakan yang telah kelompok lakukan pada tanggal 18 Februari –
22 Februari 2019 yang sesuai dengan perencanaan, sebagai berikut:
1. Diagnosa pertama : Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload.
Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu monitor TTV, periksa
dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan); auskultasi adanya
S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah
dikunyah.; kaji ulang EKG; auskultasi bunyi nafas; kolaborasi pemberian oksigen
sesuai kebutuhan klien; melakukan kolaborasi pemberian obat Clopidogrel 1x75
mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton
1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 mg via subkutan, furosemide 2x20 ml via
intravena.
2. Diagnosa kedua : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu kaji nyeri secara
komprehensif (lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri); observasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi); anjurkan pasien
bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler; monitor TTV;
molaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN
3x5mg.
3. Diagnosa ketiga : Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Semua perencanaan yang dibuat telah penulis
lakukan yaitu observasi adanya pembatasan; klien dalam melakukan aktivitas; kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy
yang adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan;
pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai
indikasi; tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal.
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperwatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya (Asmadi, 2014). Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatanmeliputi
data subjektif (S), objektif (O), analisa permasalahan (A), berdasarkan data subjektif dan
objetif serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa diatas (Dinarti, dkk, 2013).
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 5 hari yaitu tanggal 18-22 Februari 2019,
kelompok melakukan evaluasi terakhir yaitu pada tanggal 22 Februari 2019. Hasil
evaluasi keperawatan yang kelompok peroleh dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada setiap diagnosa yang telah diangkat kelompok diantaranya :
1. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan penurunan curah jantung
berhubungan dengan afterload telah teratasi dengan tercapainya tujuan tidak adanya
tanda-tanda penurunan curah jantung selama waktu perawatan yang dibuktikan
dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. Data tidak
ada disritmia; kesadaran kompos mentis; klien mulai mampu BAK dengan baik di
tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc; TD:
102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
2. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis telah teratasi dengan tercapainya tujuan terjadi penurunan neri
elama waktu perawatan yang dibuktian dengan data subjektif : klien mengatakan
sudah tidak ada nyeri dadanya. Data objetif : klien tampak sudah tidak merasakan
nyeri; klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail; klien mampu
menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
3. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan intoleransi aktivitas berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen telah teratasi dengan
tercapainya tujuan terjadi penurunan neri elama waktu perawatan yang dibuktian
dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul. Data
objektif : klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara
mandiri; klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup
lama; TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
Faktor pendukung : keterbukaan klien terhadap keluhan atau perbaikan yang dirasaan
dan tersedianya fasilitas atau alat dari pihak RS maupun kelompok dalam melakukan
evaluasi perkembangaan klien. Faktor penghambat : tidak ada. Solusi : tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: PT.
Salemba Patria
Davis. (2011). Percutaneous Coronary Intervention. Diakses pada tanggal 1 Maret 2019 dari
http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci/page10_e
m.htm
Dinarti, dkk. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media (TIM)
Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman tatalaksana sindrom koroner
akut.
Jones, J & Fis, B. (2009). Seri Panduan Klinis : Perawatan Kritis. Jakarta : Erlangga
Nur Arif, A. H dan Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.
PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sistem Koroner Akut Edisi ketiga. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular. Indonesia: Centra Communications.
RISKESDAS. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1 Desember 2013
Setiati S, Alwi I, Suyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publishing
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
C. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat bekerja. Nyeri
memberat saat jam 03.00 pagi disertai keringat dingin,
dada berdebar – debar dan sesak napas.
Riwayat kesehatan Sekarang : Mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika
terlalu banyak berbicara merasa sesak nafas.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
Alergi
Obat : Tidak ada alergi obat
Makanan : Tidak ada alergi makanan
Lainnya : tidak ada
Riwayat Operasi : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keturunan :
Diabetes Hipertensi Asma Jantung Kanker Lainnya : Tidak ada
Konsumsi Obat/ Suplemen saat ini
Terlampir
Inspeksi
Nafas : RR 21x/menit Irama : Normal Bradypnea Takypnea
Cheyne-stokes Kussmaul
Simetris : Tidak Ya
Reraksi dada : Tidak Ya
Palpasi
Taktil Fremitus : Kanan: + Kiri: +
Perkusi
Resonance Letak: ICS 1-5
Hiperesonance Letak: tidak ada
Flat Letak: sternum
Dullnes Letak: ICS 6
Tympany Letak: abdomen
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
pH - 7,35 – 7,45
PO2 - 35,00 – 45,00 mmHg
PCO2 - 75,00 – 100,00 mmHg
PCO3 - 21,00 – 25,00 mEq/liter
Total CO2 - 21,00 – 27,00 mEq/liter
saO2 - 95 – 100%
BE (Base Excess/ - -2 smp 2 mEq/liter
kelebihan basa)
2. Sirkulasi
a. Fisik
TD istirahat : 122/80 mmHg TD setelah berbicara : 165/100 mmHg
Nadi istirahat : 84 x/mnt nadi seetelah berbicara: 110x/menit
Irama : Reguler Irreguler
Klien mengeluh sesak saat banyak berbicara
Konjungtiva : Normal Pucat Kekuatan : Kuat Lemah
Absent
Membran : Normal Pucat Sianosis : Ya Tidak
Mukosa/bibir : lembab Kulit pucat : Ya Tidak
Kapillary reffil: 3 detik Akral dingin : Ya Tidak
CVP : - JVP : 5+2 cm H2O
Bunyi jantung: S1 – S2 normal Gallop
Paradoksial Murmur
b. Lab Tanggal 17 Februari 2019
Nilai Nilai normal H/L
Enzim Jantung
Creatinin Kinase total 1159 <=175 U/l H
CK – MB 242 7 – 25 U/l H
Serum Lipid -
Lipid -
Kholesterol -
Triglycerida -
Plasma High-density -
Lipoproteins (HDLs) -
Plasma Low-density -
Lipoprotein (LDL)
Serum Markers
Troponin I 7.50 <0.02 ng/mL
Myglobin - < 90 mcg/l
Hematologi
Red Blood Cell (RBC) -
Hematocrit (Hct) 4,91 4.40-5.90 juta/uL Normal
Hemoglobin (Hgb) 12.7 13,2 – 17,3 g/dL Low
White Blood Cell (WBC) 44 ______ 33 – 45 % ______ Normal
Prothrombin time (PT) 17,3 5-10 ribu/uL ______
3. Nutrisi
a. Fisik
TB : 168 cm BB : 63 kg IMT : 22.5 (normal)
Gangguan makan : Tidak nafsu makan Mual Muntah : - cc/hr
Sariawan Gangguan mengunyah Gangguan menelan
Diet sebelumnya : Porsi makan besar 3 x/hr
Jenis makanan dan minuman : karbohidrat, sayur dan buah
Jenis makanan ringan/selingan : -
Konsumsi suplemen: Ya Tidak
Nama : -
Kebiasaan:
merokok : ya, 12 btg/hr
alkohol :- gls/hr/minggu
soda :- gls/hr/minggu
kopi :2 gls/hr
teh : Terkadang
konsumsi gula : Terkadang
konsumsi garam : Terkadang
Diet saat ini : Porsi makan besar ½ porsi, terkadang 1 porsi x/hr
Cair -
Padat -
Lunak Jenis makanan dan minuman
Klien mendapat diit lunak (diit jantung) 1500 kal diberikan 3
kali sehari
Jenis makanan ringan/selingan : bubur kacang hijau
Pantangan : Tidak ada
Abdomen :
Inspeksi : Normal Asites : - cm Stoma Luka
Caput medusa Spider nevi
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hemoglobin (Hgb) 12.7 g/dL 13,2 – 17,3 g/dL Low
Hematocrit (Hct) 44% 40% - 50 %
Serum Albumin - 3,5 – 5,5 g/dL
Bilirubin total - 0,1- 1,0 mg/dL
Bilirubin direk - 0,1 – 0,3 mg/dL
Bilirubin indirek - 0,2 – 0,8 mg/dL
Calcium -
Potasium -
SGOT 104 U/l 0 – 34 U/l High
SGPT 18 U/l 0– 14 U/l
Ammoniak -
Transferin -
4. Eliminasi
a. Fisik
BAK : Keluhan : Tidak Ada
Frekuensi : Sebelum sakit : 4-5 x/hr Saat sakit : 4-5x/hr
Jumlah : Sebelum sakit : 800 cc Saat sakit : 1050 cc
Warna : Kuning Merah
Penggunaan obat diuretik ya (furosemid 20 mg/12 jam via IV)
BAB : Keluhan : Tidak ada
Konstipasi : -
Diare : -
Hemoroid : klien mengatakan 10 tahun yang lalu pernah ambeyen,
namun hanya berobat tradisional dan sudah kempes, tidak pernah
sakit kembali.
Frekuensi : Sebelum sakit : 1 x/hr Saat sakit : 1 x/hr
Warna : Kuning Merah Hitam
Penggunaan oba pencahar : klien tidak mendapatkan obat pencahar
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Kreatinin serum 30 20 – 40 mg/dL Normal
Blood Urea Nitrogen -
(BUN) -
pH urine -
Ketone -
Protein -
Crystal -
Sodium -
Calsium 107 95 – 108 mmol Normal
Chloride -
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hematologi -
Eosinofil -
Neutrofil -
Limfosit -
Monosit -
LED -
7. Sensori
a. Fisik
Nyeri
P : Tiba-tiba saat sedang istirahat.
Q : Seperti tertimpa beban berat
R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung
S : Skala nyeri 5 (numerik)
T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari)
(Isosorbid mg/8 (nyeri dada) yang aktivitas fisik seperti mengalami reaksi Kemerahan terjadi
Dinitrat) jam disebabkan oleh penyakt olahraga, sebagai hipersensitivitas atau alergi karena obat ini
via jantung. pencegahan terhadap angina terhadap Isosorbid Dinitrat. dapat melebarkan
Pasien yang diketahui
oral pada orang dengan penyakit pembuluh darah.
mengalami reaksi
jantung koroner. Obat ini menyebabkan
hipersensitivitas atau alergi
juga dapat digunakan penurunan tekanan
terhadap obat yang
sebagai pereda angina ketika darah yang terjadi
termasuk golongan Nitrat
sedang terjadi. Hanya tablet ketika bangkit dari
lainnya.
sublingual yang digunakan posisi duduk
Pasien yang mengalami
untuk pengobatan angina (hipotensi
hipotensi berat, anemia,
karena waktu timbul aksinya ortostatik),
hipovolemia, dan gagal
yang cepat yaitu 2 - 5 menit. pusing, vertigo,
jantung akibat obstruksi.
Terkadang ISDN juga Pasien yang mengalami jantung berdebar,
digunakan untuk mengobati peningkatan tekanan dan kelemahan.
gagal jantung kongestif. intrakranial akibat trauma
kepala atau pendarahan
otak.
2 Miniaspi 80 Mencegah agregasi Hipersensitivitas, termasuk Iritasi pencernaan
mg/ plaletet pada infark asma Mual, muntah
24 miokard dan Tukak peptic, varisela dan Pendarahan
jam anginatidak stabil. gejala influenza pencernaan
via Mencegah serangan Perdarahan subkutan, terapi Serangan dispneu
oral iskemik otak anti koagulan Reaksi kulit
sepintas Hemofila dan trombositopenia
trombositopenia
Anak-anak usia kurang dari
12 tahun
3 Clopidogrel 75 Mencegah obat untuk Menderita sakit maag, atau Lebam dan
mg/24 penggumpalan darah mencegah serangan pernah mengalami sakit perdarahan bawah
jam pada penderita serangan jantung pada orang maag di masa lalu kulit
via jantung, stroke iskemik yang baru
Telah mengalami Mimisan
oral (akibat penyumbatan), terkena penyakit
pendarahan di otak Anda
penyakit arteri jantung, stroke, atau Nyeri perut.
(perdarahan otak)
perifer, penyakit jantung penyakit sirkulasi
Konstipasi atau
koroner, dan darah (penyakit Menderita hemofilia atau
diare.
pemasangan ring, baik peripheral vascular). gangguan perdarahan
pada pembuluh darah untuk mengobati lainnya Gangguan
arteri jantung atau sesak napas yang pencernaan.
Memiliki masalah hati atau
pembuluh darah arteri memburuk akibat
lainnya serangan jantung ginjal
baru, angina tidak
Pernah mengalami reaksi
stabil, dan untuk
alergi terhadap obat apa
mencegah
pun sebelumnya
penyumbatan darah
setelah prosedur Minum obat lain - ini
tertentu (misalnya kadang-kadang bisa
cardiac stent). menimbulkan masalah
Sedang hamil atau
menyusui
Clopidogrel seharusnya
hanya diambil oleh anak-
anak jika direkomendasikan
oleh dokter spesialis
4 Simvastatin 20 membantu menurunkan Pengobatan pada Penderita yang diketahui Nyeri otot tanpa
mg/24 kolesterol dan lemak penderita yang mempunyai riwayat sebab, linu, atau
jam jahat (seperti LDL, mengalami hipersensitif terhadap obat lemah
Kebingungan,
via trigliserida) dan peningkatan risiko simvastatin atau
masalah dengan
oral meningkatkan kolesterol kekakuan pembuluh komponennya.
Penderita yang mengalami
baik (HDL) dalam darah yang gangguan fungsi hati atau daya ingat
Demam, kelelahan
darah. disebabkan oleh pernah mengalaminya.
Penderita yang mengalami yang tidak biasa,
kadar kolesterol
peningkatan kadar serum dan urin berwarna
yang tinggi.
Pengobatan transaminase di atas nilai gelap
Sakit atau panas
penunjang pada diet normal.
Penderita yang merupakan saat buang air kecil
yang ketat, apabila
Pembengkakan,
pecandu alkohol.
diet dan pengobatan
Penderita yang sedang peningkatan berat
lainnya tidak
hamil dan menyusui. badan, buang air
memberikan respon
kecil sedikit atau
yang baik.
tidak sama sekali
Pengobatan pada
Rasa haus yang
penderita dengan
meningkat,
penyakit jantung
frekuensi perut
koroner disertai
bagian atas, gatal-
hiperkolesterolemia,
gatal, hilang napsu
simvastatin
makan, urin gelap,
digunakan untuk
tinja berwarna
menurunkan risiko
lumpur, jaundice
kematian akibat
(kulit dan mata
penyakit jantung
menguning)buang
koroner, menurunkan
air kecil meningkat,
risiko kematian otot kelaparan, mulut
jantung dan serangan kering, napas
jantung, serta berbau buah-
menurunkan risiko buahan,
komplikasi pada mengantuk, kulit
pasien yang akan kering, penglihatan
menjalani prosedur buram, penurunan
revaskularisasi otot berat badan
Mual, sakit
jantung.
Pengobatan pada
Sakit kepala
penderita
hiperkolesterolemia Nyeri sendi, nyeri
primer, simvastatin otot ringan
digunakan untuk
Konstipasi, sakit
menurunkan kadar
perut atau masalah
kolesterol total dan
pencernaan, mual
LDL dalam darah.
ringan
Masalah tidur
(insomnia)
Gejala flu seperti
hidung tersumbat,
bersin-bersin, sakit
tenggorokan
5 Ramipril 2 untuk mengatasi Menangani Jangan digunakan pada penderita Pembengkakan
mg/24 tekanan darah tinggi hipertensi yang memiliki riwayat jaringan di bawah
jam atau hipertensi Gagal jantung hipersensitiv terhadap obat ini kulit (angioedema)
via Mencegah masalah
Batuk
oral ginjal dan pembuluh
darah. Hipotensi
Sakit kepala
Pusing
Mual
Muntah
Hipotensi ortostatik
Pingsan
Vertigo
Diare
Gagal Jantung
Hipertensi
6 Spironolakton 20 Menurunkan tekanan Pemberian obat Hindari mengonsumsi Mati rasa atau
mg/24 darah tinggi dapat spironolakton bisa spironolactone jika perasaan geli
Nyeri otot atau
jam mencegah stroke, dilakukan kepada memiliki alergi terhadap
lemah
via serangan jantung, dan penderita gagal obat ini.
Lambat, cepat, atau
oral masalah pada ginjal. Ini jantung kongestif, Berhati-hatilah dan
detak jantung tidak
juga bisa digunakan sindroma nefrotik, konsultasikan terlebih
beraturan
untuk mengobati dan hiperaldosteronis dahulu kepada dokter jika Merasa lelah,
pembengkakan (edema) m primer. sedang atau berencana gelisah, atau pusing
Jarang buang air
yang disebabkan oleh diberikan kepada mengonsumsi obat-obatan
kecil atau tidak
kondisi tertentu (contoh, pasien yang lain, termasuk produk herba
sama sekali
gagal jantung kongestif) mengalani tekanan dan suplemen, terutama
Napas cepat
dengan mengeluarkan darah tinggi dan suplemen yang Tremor,
kelebihan cairan dan hipokalemia yaitu mengandung kalium. kebingungan
Mual, perut bagian
meningkatkan gejala suatu kondisi di Hindari mengonsumsi
atas terasa sakit,
seperti mana tubuh memiliki spironolactone jika
gatal, kehilangan
masalah pernapasan. kadar kalium yang mengalami gangguan
nafsu makan, air
rendah di dalam kesehatan yang dapat
Obat ini juga digunakan seni berwarna
darah. menyebabkan kadar kalium
dalam darah menjadi tinggi, gelap, tinja
untuk mengobati kadar
seperti penyakit Addison berwarna seperti
kalium rendah dan
atau penyakit ginjal. tanah liat, sakit
kondisi abnormal tubuh,
Berhati-hatilah dan kuning (menguning
dimana tubuh
konsultasikan kepada pada kulit atau
akan mengeluarkan
dokter jika menderita mata); atau
banyak zat kimia alami Reaksi alergi pada
penyakit hati.
(aldosterone). kulit – demam,
Beritahu dokter bahwa
sakit tenggorokan,
Anda sedang mengonsumsi
bengkak pada
spironolactone jika akan
wajah dan lidah,
menjalani tindakan operasi,
mata terasa panas,
termasuk operasi gigi.
kulit terasa sakit,
Hindari mengonsumsi
diikuti dengan
minuman beralkohol ketika
ruam berwarna
sedang menjalani
kemerahan atau
pengobatan dengan
keunguan yang
spironolactone.
menyebar
Spironolactone
(khususnya pada
menyebabkan pusing dan
wajah dan tubuh
kantuk. Jangan mengemudi
bagian atas) dan
kendaraan, mengoperasikan
menyebabkan kulit
mesin, atau melakukan
aktivitas lain yang melepuh dan
membutuhkan konsentrasi mengelupas
penuh.
Jika terjadi reaksi alergi
atau overdosis setelah
mengonsumsi
spironolactone, segera
temui dokter.
7 Lovenox 0,6 obat untuk menghentikan Pencegahan kelainan Wanita hamil dan menyusui Munculnya gejala
ml/12 gumpalan darah terjadi, tromboemboli vena, karena akan ada dampak berupa pendarahan
jam dokter menggunakannya terutama setelah negatif yang berbahaya
Timbul reaksi
via setelah prosedur operasi melakukan bedah bagi bayi.
alergi pada kulit
SC dengan tulang atau bedah
Pasien dengan gangguan
menyuntikkannya ke umum pada pasien Diare dan mual
hati dan ginjal.
pasien agar peredaran yang memiliki resiko
Demam
darah lancar kembali. sedang maupun tinggi. Pasien pasca operasi tulang
dan tulang belakang. Pembengkakan di
Mencegah timbulnya
kaki atau tangan
trombosis pada
sirkulasi Pembengkakan,
ekstrakorporeal selama ruam, ataupun
hemodialisa. nekrosis kulit pada
Terapi angina yang area penyuntikan
tidak stabil dan infark
miokard gelombang
non-Q jika diberikan
bersama dengan
asetosal.
Profilaksis penyakit
tromboembolik vena
pada setiap pasien
yang sedang dalam
keadaan harus
terbaring di tempat
tidur, dengan tingkat
resiko sedang hingga
tinggi.
8 Furosemide 20 Digunakan untuk Mengurangi cairan Terapi furosemide dapat Pusing.
mg/12 membuang cairan atau di Edema karena menimbulkan masalah
Vertigo.
jam garam berlebih di dalam gangguan jantung. serius berupa deplesi
Edema yang
via IV tubuh melalui urine dan elektrolit, dehidrasi, Mual dan muntah.
berhubungan dengan
meredakan hipovolemia hingga syok
ganguan ginjal dan Penglihatan buram.
pembengkakan yang akibat diuresis berlebihan.
sirosis hati.
disebabkan oleh gagal Supportive measures Pada pasien lansia , risiko Diare.
jantung, penyakit hati, pada edema otak. gangguan sirkulasi maupun
Edema yang Konstipasi
penyakit ginjal atau risiko emboli dan
disebabkan luka
kondisi terkait. thrombosis vascular lebih Kram perut.
bakar.
besar
Untuk pengobatan Merasa lelah.
Sirosis dengan ensefalopati
hipertensi ringan dan
hepatik : Koreksi terlebih Mudah mengantuk.
sedang.
Pendukung diuresis dulu kadar elektrolit dan
Mual parah.
yang dipaksakan asam basa ketika pasien
pada keracunan dalam kondisi koma Mulut terasa
hepatik sebelum kering.
memberikan terapi
Aritmia.
furosemide.
Diabetes : Terapi Telinga berdenging.
furosemide dapat
Kulit menguning.
mempengaruhi kadar gula
darah Reaksi alergi (ruam
pemberian furosemide
Pingsan
Insufisiensi adrenal : Pada
pasien hipertensi akibat
insufisiensi adrenal
sebaiknya berikan terapi
glukokortikoid/mineralokor
tikoid dan/atau disertai
pemberian terapi
antihipertensi selain
diuretik
9. Nacl 0,9% 500 Pengganti cairan Hipernatremia Demam
iritasi atau infeksi
ml/ plasma isotonik yang Asidosis
pada tempat injeksi
12 hilang. hipokalemia.
trombosis atau
Pengganti cairan
jam
flebitis yang
pada kondisi
meluas dari tempat
alkalosis
injeksi
hipokloremia
ekstravasasi
(kelompok 9)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen thoraks (17/2/2019)
Kesan:
Edema paru
Elongasi aorta
EKG (17/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 68 x/menit
22
7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead II, III, AvF, V2-V5
8. T Inverted : V1 – V6
9. Q patologis : V1-V4
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior
serta infark pada anteroseptal
EKG (18/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 75 x/menit
20
7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5
8. T Inverted : V1-V5
9. Q patologis : V1-V4
10. Kesan : sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral
serta infark pada anteroseptal
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
HEMATOLOGI
Hematokrit Automatic 44 % 33 - 45
VER/HER/KHER/RDW
KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI
SGOT
IFCC, 37oC 104 (H) u/l 0 – 34
SGPT
IFCC, 37oC 18 u/l 0 – 40
FUNGSI GINJAL
Ureum darah
Kreatinin darah Urease 30 mg/dl 20 – 40
JANTUNG Hexokinase
125 mg/dl 70 – 140
CK
CK – MB IFCC, 37oC
1159 (H) u/l <= 175
Troponin I Enzimatic
242 (H) u/l 7 – 25
ELEKTROLIT DARAH
7.50 (H) mg/ml < 0.02
Natrium (darah)
Do :
- Klien tampak meringis
- TTV = TD istirahat :
122/80 mmhg, TD setelah
berbicara: 165/100 mmhg
N istirahat : 84x/menit, N
setelah berbicara : 105x/menit,
RR : 21x/menit, S : 36,7ºC
- Klien tampak bingung
ketika ditanya
- Tampak gelisah
Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diagnosa yang muncul pada Tn.N berdasarkan
SDKI 2017, antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload ditandai dengan
Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat malam hari, Klien mengatakan
saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk, Klien mengeluh lelah setelah
banyak berbicara, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg,
N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC,
CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom Koroner Akut)
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri dada 3 hr SMRS, P : Muncul malam hari
saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar ke bagian
punggung, S : Skala nyeri 5, T : ±25 menit. Klien mengatakan semalam sulit tidur,
Klien mengatakan nafsu makan berubah, Klien tampak meringis , TTV = TD istirahat
:122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N
setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung
ketika ditanya, tampak gelisah
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan
Oksigen ditandai dengan Klien mengeluh lelah, Klien mengeluh sesak saat banyak
berbicara, Klien merasa lemah, Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang. Tekanan darah
saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara 165/100 mmHg.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional TTD
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV, periksa dalam 1. Hipotensi dapat terjadi
jantung berhubungan keperawatan selama 4 x 24 keadaan baring, duduk dan berdiri sebagai akibat dari disfungsi
dengan perubahan jam, diharapkan penurunan (bila memungkinkan) ventrikel, hipoperfusi miokard
afterload ditandai curah jantung dapat teratasi 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan dan rangsang vagal. Sebaliknya,
dengan Klien dengan Kriteria Hasil : adanya murmur. hipertensi juga banyak terjadi
mengatakan sesak 1. TTV dalam rentang normal 3. Berikan makanan dalam porsi kecil yang mungkin berhubungan
(dyspnea) lebih sering TD : 110 – 130 /70 – 90 dan mudah dikunyah. dengan nyeri, cemas,
saat malam hari, Klien mmHg 4. Kaji ulang EKG peningkatan katekolamin dan
mengatakan saat sesak N : 80 – 100 X/menit 5. Auskultasi bunyi nafas atau masalah vaskuler
timbul lebih nyaman RR : 20 – 24 X/menit 6. Kolaborasi pemberian oksigen sebelumnya. Hipotensi ortostatik Klmpk
dengan posisi duduk, 2. Tidak ada disritmia sesuai kebutuhan klien berhubungan dengan komplikasi 9
klien mengeluh lelah 3. Penurunan dispnea 7. melakukan kolaborasi pemberian GJK.
setelah banyak 4. Tidak ada penurunan obat Clopidogrel 1x75mg via oral, 2. Penurunanan curah jantung
berbicara, TD kesadaran simvastatin 1x20mg via oral, ramipril ditunjukkan oleh denyut nadi
meningkat 165/100 5. Haluaran urine adekuat 1x2 mg via oral, spironolakton yang lemah dan HR yang
mmHg, Nadi perifer 6. AGD dalam batas normal 1x20mg via oral, lovenox 0,6mili via meningkat.
teraba lemah dan subkutan, furosemide 2x20mg via S3 dihubungkan dengan GJK,
cepat, CRT 3 detik. Intravena regurgitasi mitral, peningkatan
kerja ventrikel kiri yang disertai
infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel
dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran
darah normal dalam jantung
seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi
otot papilar.
3. Makan dalam volume yang
besar dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang
vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia.
4. Menunjukkan perbaikan/
kemnajuan infark fungsi
ventrikel terutama pada gambar
ST menunjukkan kestabilan.
5. Krekels menunjukkan
kongesti paru yang mungkin
terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
6. Meningkatkan suplai oksigen
untuk kebutuhan miokard dan
menurunkan iskemia.
7. membantu proses
penyembuhan
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri secara komprehensif 1. Menentukan tindakan yang
berhubungan dengan keperawatan selama 4 x 24 (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan tepat
Agen Pencedera jam, diharapkan nyeri pada Derajat nyeri) 2. Menjadi data pendukung
Fisiologis (Sindrom pasien dapat berkurang dengan 2. Observasi reaksi non verbal dari penentuan Dx
Koroner Akut) Kriteria Hasil : ketidaknyamanan 3. Membantu menurunkan
ditandai dengan Klien 1. Mampu mengenali nyeri 3. Bantu melakukan teknik relaksasi persepsi-respon nyeri dengan
mengatakan nyeri dada (intensitas,frekuensi,dan (napas dalam/perlahan, distraksi, memanipulasi adaptasi fisiologis
3 hr SMRS, Klien tanda nyeri). visualisasi, bimbingan imajinasi) tubuh terhadap nyeri.
mengatakan semalam 2. Mampu Mengontrol 4. Anjurkan pasien bedrest total 4. Mempercepat kesembuhan
sulit tidur, Klien nyeri 5. Anjurkan pasien posisi fowler atau 5. Meningkatkan ekspansi
mengatakan nafsu 3. Melaporkan skala nyeri semi fowler paru,memaksimalkan ventilasi Klmpk
makan berubah, Klien berkurang (skala 1-3) 7. Monitor TTV 7. Mengetahui keadaan umum 9
tampak meringis , 8. Kolaborasikan dengan dokter untuk 8. Analgetik dapat mengurangi
TTV = TD : 165/100 pemberian analgetik :Miniaspi nyeri
mmHg, N : 1x80mg, ISDN 3x5mg
105x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,7ºC,
Klien tampak bingung
ketika ditanya, P :
Muncul malam hari
saat sedang istirahat,
Q : Seperti tertimpa
beban berat, R :
Menjalar ke bagian
punggung, S : Skala
nyeri 5, T : ±25 menit.
3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi adanya pembatasan 1. Keterlibatan dalam
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 klien dalam melakukan aktivitas pembicaraan panjang dapat
ketidakseimbangan jam, diharapkan ada 2.Kaji adanya factor yang melelahkan klien tetapi
Antara Suplai dan peningkatan aktivitas pada menyebabkan kelelahan kunjungan orang penting dalam
kebutuhan Oksigen pasien,dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber energy suasana tenang bersifat
ditandai dengan Klien 1. Keseimbangan antara yang adekuat terapeutik. Klmpk
mengeluh lelah, Klien aktivitas dan istirahat 4. Bantu klien mengidentifikasi 2. Menurunkan resiko kelelahan 9
mengeluh sesak saat 2. TTV dalam rentang normal aktivitas yang mampu dilakukan 3. Nutrisi yang adekuat
banyak berbicara, TD : 110 – 130 /70 – 90 5. Pantau HR, irama, dan perubahan mengurangi kelehan saat
Klien merasa lemah, mmHg TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Frekuensi jantung N : 80 – 100 X/menit aktivitas sesuai indikasi. 4. Aktivitas yang tidak sesuai
meningkat >20% dari RR : 20 – 24 X/menit 6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas kemampuan akan menyebabkan
kondisi istirahat, 3. tidak ada sesak dispnea dan anjurkan klien untuk resiko komplikasi
88x/menit menjadi menghindari peningkatan tekanan 5. Menentukan respon klien
110x/menit setelah 10 abdominal. terhadap aktivitas.
menit berbincang. Menurunkan kerja
Tekanan darah saat miokard/konsumsi oksigen,
istirahat 122/80 menurunkan risiko komplikasi.
mmHg, saat setelah 6. Manuver Valsava seperti
berbicara 165/100 menahan napas, menunduk,
mmHg. Gambaran batuk keras dan mengedan dapat
EKG : Normal sinus mengakibatkan bradikardia,
rhythm, Anterolateral penurunan curah jantung yang
infract, possibly kemudian disusul dengan
acute, Acute STEMI takikardia dan peningkatan
tekanan darah.
IMPLEMENTASI
H/ miniaspi, sprironolakton dan clopidogrel sudah pasien minum, ISDN sudah diletakkan pasien
08.00 - Mengkaji EKG pasien
1 perawat
H/ gambaran EKG: Sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4 dan V5 (anterior)
2,1,3 09.00 R/ pasien menhatakan bersedia untuk di rekam jantungnya
- Memonitor tanda-tanda vital utari
H/ - TTV = TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
R/ Pasien tampak bingung ketika ditanya, Pasien tampak tidak mampu berbicara terlalu banyak
karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari
88x/menit, menjadi 105x/menit
- Mengkaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri)
2 09.10
H/ - P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Utari
R/pasien mengatakan nyeri pada dada sedikit berkurang dan bisa lebih rileks dari sebelumnya.
- Memberikan obat levenox gr
1 11.45 H/ obat masuk melalui infus
- Mengubah posisi klien senyaman mungkin Perawat
1,2,3 karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari
88x/menit, menjadi 105x/menit perawat
1
Perawat
EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Selasa S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak
19/2/19
O: - tidak ada disritmia
03.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah
cc
- Hasil pengukuran TTV terakhir: 1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC.
2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Senin S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul spslsgi ketika malam hari
19/2/19
O: - Klien tampak belum mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan belum mampu dengan baik menjelaskan
03.02
nyeri yang dirasakannya
- Klien tampak belum mampu mengontrol nyeri dibuktikan dengan klien apabila nyeri terlihat tidak tenang
- Klien mengatakan nyeri lebih berkurang
A: masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Kaji kembali nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri)
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
4. Anjurkan pasien bedrest total
5. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
7. Monitor TTV
8. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
9. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala
3 Senin S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak dan
19/2/19
masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah
03.04
O: - Klien tampak tampak mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah
- Hasil pengukuran TTV terakhir:1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC.
2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
- A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Rabu S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul tetapi lebih berkurang dari hari sebelumnya
20/2/19
O: - tidak ada disritmia
06.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah
cc
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Rabu S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul apalagi ketika malam hari tetapi tidak sesering seperti hari sebelumnya
20/2/19
O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan nyeri yang
06.02
dirasakannya walaupun masih belum begitu detail
- Klien tampak mulai mampu mengontrol nyeri walaupun masih harus diingatkan oleh anggota keluarga maupun perawat
- Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
4. Monitor TTV
5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala
3 Rabu S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya dan
20/2/19
masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah
03.04
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga
dan perawat
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Kamis S: Klien mengatakan sesaknya berkurang dari hari sebelumnya
21/2/19
O: - tidak ada disritmia
05.32
- Kesadaran kompos mentis
- Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah cc
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Kamis S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul
21/2/19
O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan sakitnya
05.34
walaupun masih terbata-bata lebih baik disbanding hari sebelumnya
- Klien tampak mulai mampu mengontrol
- Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
4. Monitor TTV
5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala
3 Kamis S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya tetapi
21/2/19
mulai mampu melakukan pergerakan tetapi masih cepet lelah
05.06
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga
dan perawat
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena masih merasa cepat lelah
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul
22/2/19
O: - tidak ada disritmia
06.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah cc
- TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Jumat S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya
22/2/19
O: - Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri
06.02
- Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail
- Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi
P: intervensi dihentikan
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 100 x/menit
15
3. Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+2) + (-0) = +2
AvF : + 3 + (-0) = +3
Aksis = Normal
7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead I, II, AvF, V2-V5
8. T Inverted : AvL, V1 – V6
9. Q patologis : V1-V6
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada lateral dan anterior dan
extensive infark
EKG (20/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 94 x/menit
16
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 3 + (-0) = +3
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead I, II, AvF, V2-V6
8. T Inverted : VI-V5
9. Q patologis : VI-V5
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada lateral dan anterior
serta infark pada anterior
EKG (21/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 88 x/menit
17
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 2 + (-1) = +2
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead I, II, VI, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted : V1
9. Q patologis : V1-V6
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada anterior dan
ekstensive infark
EKG (22/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 75 x/menit
20
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 5 + (-0) = +5
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead II, III, AvF, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted :-
9. Q patologis : V1-V5
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada inferior dan anterior
serta infark pada anterior
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(18/2/2019)
IWL : 15 x 63 = 945
Intake : 1050 + 1000 = 2050 cc
Output : 1350 cc
Balance caran : intake – (output + IWL) = 2050 – (1350 + 945) = - 245
BALANCE CAIRAN
(19/2/2019)
IWL : 15 x 63 = 945
Intake : 950 + 1000 = 1950 cc
Output : 1200 cc
Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – ( 1200 + 945) = -195
BALANCE CAIRAN
(20/2/2019)
IWL : 15 x 63 = 945
Intake : 950 + 1000 = 1950
Output : 1050
Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – (1050 + 945) = -45
BALANCE CAIRAN
(21/2/2019)
IWL : 15 x 63 = 945
Intake : 1100 + 1000 = 2100
Output : 1050
Balance caran : intake – (output + IWL) = 2100 – (1050 + 945) = +105
BALANCE CAIRAN
(22/2/2019)
IWL : 15 x 63 = 945
Intake : 100 + 500 = 600
Output : 500
Balance caran :-