Вы находитесь на странице: 1из 109

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Acute Coronary Sindrome (ACS) / sindrom koroner akut (SKA) merupakan salah satu
penyakit kardiovaskular akibat kurangnya suplai darah dan oksigen pada miokard
yang menyebabkan infark atau nekrosis otot jantung (Udjianti, 2011). Acute
Coronary Sindrome (ACS) terdiri dari Unstable Angina Pectoris (UAP) serta Infark
Miokardium Akut (IMA) seperti Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI)
dan ST Elevation Myiocardial Infract (STEMI) (PERKI, 2015)

Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling mematikan di dunia. Data


The Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) menunjukkan kematian di
dunia yang disebabkan oleh penyakit terkait dengan jantung dan pembuluh darah
pada 2016 mencapai 17,7 juta jiwa atau sekitar 32,26% total kematian di dunia.
Sebagian besar atau 63% kematian akibat penyakit kardiovaskular merupakan
penderita dengan usia di atas 70 tahun, 29,13% berusia 50-69 tahun, dan 7,61%
berusia 15-49 tahun. Penyebab kematian terbesar kedua di dunia kanker (16,32%),
diikuti oleh penyakit respiratori (6,48%) dan diabetes (5,83%) (katadata, 2018).

Prevalensi penderita penyakit jantung menurut diagnosis dokter pada semua umur di
Indonesia sebesar 1,5%. Dari 34 provinsi di Indonesia, DKI Jarkarta menempati
urutan ke-5 setelah Sulawesi Tengah, DIY, Gorontalo dan Kalimantan Utara pada
peringkat pertama sebesar 2,2%. Menurut data Riskesdas (2018) prevalensi penyakit
jantung (Diagnosis dokter) menurut karakteristiknya masyarakat diperkotaan lebih
banyak menderita penyakit jantung sebanyak 1,6% dan untuk masyarakat pedesaan
sebanyak 1,3%. Berdasarkan jenis kelamin sebanyak 1,6% perempuan menderita
penyakit jantung sedangkan pada laki-laki lebih rendah sebanyak 1,3%
(RISKESDAS, 2018). Dari data di ruangan High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat
Darurat lantai 1 didapatkan jumlah pasien yang masuk sebanyak 2.519 orang sejak
tanggal 30 Juli 2018 sampai 22 Februari 2019. Dari data diatas pasien yang di
diagnosa ACS sebanyak 158 orang dengan pasien yang di diagnosa STEMI sendiri
terdapat 100 orang.

Dampak yang dirasakan pada penderita ACS adalah rasa sakit atau rasa tidak nyaman
yang berlangsung selama 20 menit atau lebih. Nyeri digambarkan seperti diikat,
seperti terbakar, rasa berat, atau sensasi seperti diperas atau diremas, biasanya di dada
bagian tengah atau epigastrium, keluhan ini dapat menjalar sampai ke punggung,
lengan, bahu, leher atau rahang. Rasa tidak nyaman dapat disertai dengan dispnea,
kelemahan, diaforesis atau ansietas. Pada pasien lansia dapat mengalami sesak,
pusing, edema paru, dan perubahan status mental (Jones dan Fix, 2009). Gangguan
kebutuhan dasar pada pasien STEMI akan menimbulkan masalah keperawatan,
seperti gangguan kebutuhan aktivitas dan juga sesak napas yang diakibatkan
penurunan curah jantung, serta gangguan kenyamanan pasien. Sehingga perlu
dilakukan penatalaknasanaan pasien yang lebih baik seperti terapi modalitas
mencakup medikasi, penatalaksanaan cairan, perubahan diet, modifikasi gaya hidup
dan pemantauan tindak lanjut yang intensif. Pendidikan pasien dan kepatuhan
merupakan aspek penting untuk hasil yang lebih baik (Black & Hawks, 2014)

Upaya yang dapat dilakukan perawat terhadap pasien STEMI meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu peran yang paling utama adalah peran
promotif melalui edukasi, peran ini dapat merubah gaya hidup dan mengontrol
kebiasaan klien untuk menghindari faktor risiko. Dengan edukasi semakin banyak
klien yang mengerti bagaimana cara mengubah perilaku sehingga mereka mampu
melakukan pengobatan dan perawatan mandirinya. Kerjasama antara perawat dan
klien dalam mengatasi masalah dapat dicapai dengan perawatan yang baik (Perry &
Potter, 2010).
Berasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat Karya Tulis Ilmiah yang
Berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. N yang mengalami STEMI Late Onset
di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan pada Tn.N yang


mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi
Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep medis STEMI dan konsep asuhan keperawatan pada
penderita STEMI.
b. Menggambarkan hasil
1) Pengkajian pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset di Ruang
High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1 RSUP
Fatmawati Jakarta Selatan.
2) Penetapan diagnosa keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI
Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
3) Perencanaan keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late
Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
4) Implementasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late
Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat
Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
5) Evaluasi keperawatan pada Tn.N yang mengalami STEMI Late Onset
di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi Gawat Darurat Lantai 1
RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
c. Membahas kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn.N yang
mengalami STEMI Late Onset di Ruang High Care Unit (HCU) Instalasi
Gawat Darurat Lantai 1 RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Hasil dari pengambilan kasus ini diharapkan dapat menambah informasi serta
sebagai referensi dalam menambah pengetahuan berkaitan dengan pemberian
asuhan keperawatan pada klien yang mengalami STEMI.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pelaksanaan proses belajar


mengajar terutama pada keperawatan kardiovaskuler dan khususnya asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami STEMI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar STEMI


1. Definisi

STEMI adalah sindrom klinis yang didefinisikan sebagai gejala iskemik


miochard khas yang dikaitkan dengan gambaran EKG berupa elevasi segmen ST
dan diikuti pelepasan biomarker netrosis miokard (Setiati, dkk 2014).

STEMI adalah terjadinya kerusakan otot jantung secara permanen,


mengakibatkan pembuluh darah koroner tersumbat secara total. Sehingga alirah
darah benar-benar terhenti dan otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan
oksigen (Udjianti, 2011).

Infark Miokard Akut dengan ST elevasi (STEMI), umumnya terjadi jika aliran
darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
anterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Ini diakibatkan oleh adanya injuri
yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti merokok, hipertensi, dan akumulasi
lipid (Nurarif, 2015).

2. Etiologi
a. Faktor penyebab
1) Suplai oksigen ke miokard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor:
a) Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, spasme, Arteritis.
b) Faktor sirkulasi: Hipertensi, Stenosis aorta, Insukisiensi.
c) Faktor darah: Anemi
d) a, Hipoksemia, Polisitemia
2) Curah jantung yang meningkat:
a) Aktivitas yang berlebihan
b) Emosi
c) Makan terlalu banyak
d) Hypertiroidsme.
3) Kebutuhan oksigen miokard meningkat pada:
a) Kerusakan miokard
b) Hypertropi miokard
c) Hypertensi diastolik.
b. Faktor predisposisi
1) Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah:
a) Usia lebih dari 40 tahun
b) Jenis kelamin insiden pada pria tinggi, sedangkan pada usia wanita
setelah menopause.
c) Hereditas
d) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam
2) Faktor risiko yang dapat diubah:
a) Mayor : Hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas,
diet tinggi lemak jenuh, kalori
b) Minor : Inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif,
ambisius, kompetitif), stress psikologis berlebihan (Nurarif, 2015).

3. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit
b. EKG: ST Segmen Elevasi dan gelombang T meninggi/menurun
c. Kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal (CKMB, Troponim T,
Mioglobin)
d. Mual dan muntah
e. Kelemahan, TD meningkat, Cemas/khawatir/keringat dingin.
f. Edema perifer
g. Takipnea/ dispena (PERKI, 2015).

4. Patofisiologi

STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun


secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak arterosklerosik yang sudah
ada sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat
biasanya tidak memicu STEMI karena perkembangannya banyak kolateral
sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus arteri coroner terjadi secara cepat
pada lokasi injury vaskular, dimana injury ini di cetuskan oleh faktor-faktor
seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid. Pada sebagian besar kasus,
infark terjadi jika plak arterosklerosis mengalami fisur, ruptur atau ulserasi dan
jika kondisi lokal atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi
thrombus mural pada lokasi ruptur yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Penelitian histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur
jika mempunyai fibrouscap yang tipis dan inti kaya lipid (lipid rich core).

Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai


endokardium sampai epikardium, disebut infark transmural, namun bisa juga
hanya mengenai daerah subendokardial, disebut infark subendokardial. Setelah
20 menit terjadinya sumbatan, infark sudah dapat terjadi pada subendokardium,
dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam telah terjadi infark transmural.
Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium menjadi komplit dan
ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah komplit, proses
remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai beberapa
minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark mengalami
dilatasi (Setiati, 2014).
5. PATHWAY
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
1) CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam (3-
5 hari).
2) CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
normal pada 48-72 jam
3) Troponin T dan I : kadar troponin pada penderita iskemia miokard meningkat
dalam 3-12 jam setelah awal timbulnya nyeri dada, mencapai puncak pada 24-
48 jam, dan kembali ke nilai normal dalam 5-14 hari.
b. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung. Melalui
aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan
kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan
PJK.
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk
menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
e. Angiografi korener (CAG)
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam
arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan di arteri koroner.
f. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang
menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang
mengubahnya menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah
menjadi tampilan irisan organ-organ tubuh.
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi
dalam medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan
penampang (irisan) tubuh.
g. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan ke dalam tubuh pasien, kemudian
dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola
tampilan yang terjadi berdasarkan pola organ yang memancarkan sinar gamma.
(Kabo, 2008).

7. Penatalaksanaan Medis
a. Nitrogliserin (NTG)

NTG sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 2 dosis dengan interval 5 menit.

NTG dapat menurunkan kebutuhan O2 miokard dengan menurunkan preload dan


meningkatkan suplai O2 miokard dengan cara dilatasi pembuluh koroner yang
terkena infeksi pembuluh . NTG Intravena juga digunakan untuk mengendalikan
hipertensi dan edema paru.

Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan TD sistolik <90 mmhg, pasien
dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior Pada EKG, JVP
meningkat)

b. Morfin

Dengan dosis 2-4mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis
total 20 mg sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merangsang analgesik dalam
tatalaksana pada STEMI.

1) Efek samping yang perlu diwaspadai adalah kontraksi vena dan arteriolar
melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena akan mengurangi
curah jantung dan tekanan arteri .
2) Efek Vagotonik menyebabkan bradikardia/blok derajat tingi jantung, terutama
pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya dapat diatasi dan pemberian
atropine 0,5mg iv.

c. Aspirin
Inhibisi cepat sikooksigenasi trombosit yang dilarutkan reduksi kadar tromboksan
A2 dicapai dengan absorpsi aspirin dengan dosis 100-325 mg diruang emergenci.
Selanjutnya aspirin diberikan oral dengan dosis 75-102mg.
d. Penyekat beta
Metroprolol 5mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi
jantung >60 menit TD sistolik >100 mmhg. Internal PR<0,24 detik dan ronkhi tidak
lebih dari 10 cm diagfragma 15 menit setelah dosis iv terakhir dilanjutkan dengan
metoprolol oral dengan dosis 50mg tiap 6 jam selama 48 jam dan dilanjutkan 100mg
tiap 12 jam.
e. Percutaneous coronary intervention (PCI)
Suatu intervensi atau tindakan non bedah untuk membuka/dilatasi/ melebarkan arteri
koroner yang mengalami penyempitan agar aliran darah dapat kembali menuju ke
otot jantung (Davis, 2011).

8. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahatkan, berikan posisi semifouleri fowler, berikan lingkungan tenang.
b. Ukur TTV, kaki nyeri
c. Beri oksigen selama 6 jam pertama
d. Pengambilan darah untuk sample pemeriksaan laboratorium
e. Aturkan teknik relaksasi nafas dalam
f. Pantau cairan (Smeltzer, 2006)

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan:
1) Keluhan: serangan nyeri dada seperti rasa tertekan, berat, atau seperti diremas
yang timbul secara mendadak atau hilang timbul (residif). Nyeri di anterior,
prekordial, atau substernal yang menjalar ke lengan, wajah, rahang, leher,
punggung, dan epigastrium. Nyeri tidak berkurag walaupun klien istirahat,
mengubah posisi atau menarik napas dalam (mengatur napas). Kadang tidak
terasa nyeri atau nyeri tidak hebat yang disertai pingsan tiba-tiba pada klien
dengan diabetes melitus tidak terkontrol; disertai gejala penyakit lain seperti
gagal jantung atau CHF, trombosis otak dan syok yang tidak diketahui
penyebabnya.
2) Dapatkan tanda-tanda disritmia, hipotensi, syok, mual, muntah, atau gagal
jantung.
3) Klien menunjukkan gejala dan tanda lain seperti fever, dispnea, pucat, diaforesis,
paroxysmal nocturnal dsypnea (PND)
4) Klien tidur memakai bantal lebih dari 1 buah
5) Keadaan lain yang memberikan gambaran adanya faktor presipitasi atau nyeri
hebat oleh karena penyakit non jantung yang juga menimbulkan nyeri dada.
6) Pekerjaan guna mendapatkan gambaran tentang tingkat tres baik fisik maupun
psikis klien terutama aktivitas yang berlebihan.
7) Catat aktivitas-aktivitas atau hobi klien yang dapat mengurangi ketegangan.
8) Asupan makanan atau minuman: lemak jenuh, gula, garam, kafein, alkohol,
cairan.
9) Pola eliminasi: oliguria mengindikasikan retensi cairan (congestive heart failure)
atau konstipasi.
10) Kebiasaan merokok: cara, jumlah (batang perhari), dan jangka waktu merokok.
11) Keluhan nyeri verbal dan non-verbal: cemas, gemetar, tampak lelah, serta posisi
tubuh atau grimace.
12) Riwayat penyakit sebelumnya yang menunjang infark miokard: hipertensi,
angina, disritmia, kerusakan katup, bedah jantung, diabetes melitus dan
trombosis.
13) Riwayat medikasi: toleransi, ketergantungan, alergi, dan jenis obat yang didapat
saat ini.
14) Riwayat insomnia, kecemasan, kegelisahan, rasa takut kronis, dan tipe
kepribadian.
15) Riwayat penyakit keluarga: hipertensi, stroke, diabetes melitus, penyakit jantung
dan penyakit vaskular.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tinggi badan, berat badan, letargi, warna kulit, edema dan temperatur.
2) Respirasi: pola pernapasan, frekuensi, adanya suara napas abnormal, seperti rales,
ronkhi, wheezing.
3) Bunyi jantung (BJ1, BJ2, BJ3/BJ4 atau irama Gallop’s), bising, friction rub,
disritmia, lokasi apeks, tekanan darah, distensi vena jugular dan denyut nadi
perifer.
4) Cek toleransi klien terhadap aktivitas, hepatojugular refluks, serta clubbing
fingers.
5) Kulit pucat, sianosis, dingin, lembab, berkeringat, atau diaforesis.
c. Studi Diagnosis
1) Sel darah putih: leukositosis (10.000-20.000 mm³) muncul hari kedua setelah
serangan infark karena inflamasi.
2) Sedimentasi meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukkan
adanya inflamai.
3) Kardiak iso-enzim: menunjukkan pola kerusakan khas, untuk membedakan
kerusakan otot jantung dengan otot lain:
a) CPK (Creatinin Phospokinase) >50 u/L.
b) CK-KMB (Creatinin Kinase- MB) >10 u/L.
c) LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 u/L.
d) SGOT ( Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18 u/L.
e) Cardiac Troponin: positif.
4) Tes fungsi gijal: peningkatan kadan BUN ( Blood Urea Nitrogen) dan kreatinin
karena penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerulo filtrasi rate/ GFR) terjadi
akibat penurunan curah jantung.
5) Analisa Gas Darah (Blood Gas Analysis, BGA): menilai oksigenasi jaringan
(hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam basa darah.
6) Kadar Elektrolit: menilai abnormalitas kadar natrium, kalium atau kalsium yang
membahayakan kontraksi otot jantung.
7) Peningkatan kadar serum kolesterol atau trigliserida: dapat meningkatkan risiko
arteriosklerosis (Coronary Artery Disease).
8) Kultur darah: mengesampingkan septikemia yang mungkin menyerang otot
jantung.
9) Level obat: menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti digoxin).
10) EKG.
a) Segmen ST elevasi abnormal menunjukkan adanya injuri miokard.
b) Gelombang T inversi (arrow head) menunjukkan adanya iskemia miokard.
c) Q patologis menunjukkan adanya nekrosis miokard
11) Radiologi
a) Thorax rontgen: menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena gagal
jantung kongestif.
b) Echocardiogram: menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan fungsi katup
jantung.
c) Radioactive isotope: menilai area iskemia serta nonperfusi koroner dan
miokard.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia dan infark jaringan miokard
b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan irama jantung strokevolume, pre load
dan afterload, kontraktiltas jantung.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan dalam aktivitas.
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
(Herdman, 2012).

3. Intervensi keperawatan

Intervensi pada pasien dengan STEMI menurut


Diagnosa Rencana keperawatan
Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan:Pain Level, control, fort level  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, Setelah dilakukan komprehensif termasuk lokasi,
kimia, fisik, tinfakan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
psikologis), kerusakan selama …. Pasien tidak dan faktor presipitasi
jaringan miokard mengalami nyeri, dengan  Observasi reaksi nonverbal dari
kriteria hasil: ketidaknyamanan
DS:  Mampu mengontrol  Bantu pasien dan keluarga untuk
- Laporan secara verbal nyeri (tahu penyebab mencari dan menemukan dukungan
DO: nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
 Posisi untuk menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu
menahan nyeri nonfarmakologi untuk ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Tingkah laku mengurangi nyeri,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
berhati-hati mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Gangguan tidur  Melaporkan bahwa menentukan intervensi
(mata sayu, tampak nyeri berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non
capek, sulit atau menggunakan farmakologi: napas dala, relaksasi,
gerakan kacau, manajemen nyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
menyeringai)  Mampu mengenali  Berikan analgetik untuk mengurangi

 Terfokus pada diri nyeri (skala, intensitas, nyeri: ……...

sendiri frekuensi dan tanda  Tingkatkan istirahat

 Fokus menyempit nyeri)  Berikan informasi tentang nyeri seperti

(penurunan persepsi  Menyatakan rasa penyebab nyeri, berapa lama nyeri

waktu, kerusakan nyaman setelah nyeri akan berkurang dan antisipasi

proses berpikir, berkurang ketidaknyamanan dari prosedur

penurunan interaksi  Tanda vital dalam  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dengan orang dan rentang normal pemberian analgesik pertama kali
lingkungan)  Tidak mengalami
 Tingkah laku gangguan tidur
distraksi, contoh :
jalan-jalan, menemui
orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas
berulang-ulang)
 Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan
nafas, nadi dan
dilatasi pupil)
 Perubahan
autonomic dalam
tonus otot (mungkin
dalam rentang dari
lemah ke kaku)
 Tingkah laku
ekspresif (contoh :
gelisah, merintih,
menangis, waspada,
iritabel, nafas
panjang/berkeluh
kesah)
 Perubahan dalam
nafsu makan dan
minum

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Penurunan curah NOC : NIC :
jantung b/d gangguan o Cardiac Pump  Evaluasi adanya nyeri dada
irama jantung, stroke effectiveness  Catat adanya disritmia jantung
volume, pre load dan o Circulation Status  Catat adanya tanda dan gejala
afterload, kontraktilitas o Vital Sign Status penurunan cardiac putput
jantung. o Tissue perfusion:  Monitor status pernafasan yang
DO/DS: perifer menandakan gagal jantung
 Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan  Monitor balance cairan
bradikardia selama………penurunan  Monitor respon pasien terhadap efek
 Palpitasi, oedem kardiak output klien pengobatan antiaritmia
 Distensi vena teratasi dengan kriteria  Atur periode latihan dan istirahat untuk
jugularis hasil: menghindari kelelahaN

 Kulit dingin dan  Tanda Vital dalam  Monitor toleransi aktivitas pasien

lembab rentang normal  Monitor adanya dyspneu, fatigue,

 Penurunan denyut (Tekanan darah, Nadi, tekipneu dan ortopneu

nadi perifer respirasi)  Anjurkan untuk menurunkan stress

 Oliguria, kaplari  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR


 Dapat mentoleransi
refill lambat  Monitor VS saat pasien berbaring,
aktivitas, tidak ada
duduk, atau berdiri
 Nafas pendek/ sesak kelelahan
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
nafas  Tidak ada edema paru,
bandingkan
 Perubahan warna perifer, dan tidak ada
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
kulit asites
selama, dan setelah aktivitas
 Batuk, bunyi jantung  Tidak ada penurunan
 Monitor jumlah, bunyi dan irama
S3/S4 kesadaran
jantung
 Kecemasan  AGD dalam batas
 Monitor frekuensi dan irama
normal
pernapasan
 Tidak ada distensi vena
 Monitor pola pernapasan abnormal
leher
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
 Warna kulit normal
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
 Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
 Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
 Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
 Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
 Minimalkan stress lingkungan

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
Berhubungan dengan :  Self Care : ADLs  Observasi adanya pembatasan klien
ketidakseimbangan  Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
antara suplai dan  Konservasi eneergi  Kaji adanya faktor yang menyebabkan
kebutuhan oksigen. Setelah dilakukan kelelahan
DS: tindakan keperawatan  Monitor nutrisi dan sumber energi
 Melaporkan selama …. Pasien yang adekuat
secara verbal bertoleransi terhadap  Monitor pasien akan adanya kelelahan
adanya aktivitas dengan Kriteria fisik dan emosi secara berlebihan
kelelahan atau Hasil :  Monitor respon kardivaskuler terhadap
kelemah  Berpartisipasi dalam aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
 Adanya dyspneu aktivitas fisik tanpa nafas, diaporesis, pucat, perubahan
atau disertai peningkatan hemodinamik)
ketidaknyamana tekanan darah, nadi dan  Monitor pola tidur dan lamanya
n saat RR tidur/istirahat pasien
beraktivitas.  Mampu melakukan  Kolaborasikan dengan Tenaga
DO : aktivitas sehari hari Rehabilitasi Medik dalam
 Respon (ADLs) secara mandiri merencanakan progran terapi yang
abnormal dari  Keseimbangan aktivitas tepat.
tekanan darah dan istirahat  Bantu klien untuk mengidentifikasi
atau nadi aktivitas yang mampu dilakukan
terhadap  Bantu untuk memilih aktivitas
aktifitas konsisten yang sesuai dengan
 Perubahan kemampuan fisik, psikologi dan sosial
ECG : aritmia,  Bantu untuk mengidentifikasi dan
iskemia mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, kruk
 Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
 Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual

Diagnosa Rencana keperawatan


Keperawatan/ Tujuan dan Kriteria Intervensi
Masalah Kolaborasi Hasil
Gangguan Pertukaran NOC: NIC:
gas Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Berhubungan dengan: exchange ventilasi
ketidakseimbangan Keseimbangan asam  Pasang mayo bila perlu
perfusi ventilasi, Basa, Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
perubahan, membran Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
kapiler-alveolar ventilationVital Sign suction
DS: Status  Auskultasi suara nafas, catat adanya
 sakit kepala ketika Setelah dilakukan suara tambahan
bangun tindakan keperawatan  Berikan bronkodilator
 Dyspneu selama …. Gangguan  Barikan pelembab udara
 Gangguan pertukaran pasien teratasi  Atur intake untuk cairan
penglihatan dengan kriteria hasi: mengoptimalkan keseimbangan.
DO:  Mendemonstrasikan  Monitor respirasi dan status O2

 Penurunan CO2 peningkatan ventilasi  Catat pergerakan dada,amati

 Takikardi dan oksigenasi yang kesimetrisan, penggunaan otot


adekuat tambahan, retraksi otot supraclavicular
 Hiperkapnia
 Memelihara dan intercostal
 Keletihan
kebersihan paru paru  Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Iritabilitas
dan bebas dari tanda  Monitor pola nafas : bradipena,
 Hypoxia
tanda distress takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 kebingungan
pernafasan cheyne stokes, biot.
 sianosis
 Mendemonstrasikan  Auskultasi suara nafas, catat area
 warna kulit penurunan / tidak adanya ventilasi dan
batuk efektif dan suara
abnormal (pucat, suara tambahan
nafas yang bersih, tidak
kehitaman)
ada sianosis dan  Monitor TTV, AGD, elektrolit dan
Hipoksemia ststus mental
dyspneu (mampu
 AGD abnormal
mengeluarkan sputum,  Observasi sianosis khususnya membran
 pH arteri abnormal mukosa
mampu bernafas
 frekuensi dan dengan mudah, tidak  Jelaskan pada pasien dan keluarga
kedalaman nafas ada pursed lips) tentang persiapan tindakan dan tujuan
abnormal  Tanda tanda vital penggunaan alat tambahan (O2,

dalam rentang normal Suction, Inhalasi)


 Auskultasi bunyi jantung, jumlah,
 AGD dalam batas irama dan denyut jantung
normal
 Status neurologis
dalam batas normal
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan pelaksanaan “Asuhan Keperawatan Tn. N
yang mengalami ACS (Acute Coronary syndrome) STEMI (ST Elevasi Miokard Infark) Late
Onset di Ruang HCU lantai 1 RSUP Fatmawati. Asuhan keperawatan dilakukan selama 5 hari
mulai tanggal 18 sampai 22 Februari 2019 yang disusun berdasarkan tahapan proses
keperawatan meliputi: Pengkajian Keperawatan, Perumusan Masalah Keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Pelaksanaan Keperawatan, Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian Keperawatan
Nama Tn. N, usia 53 tahun, Agama Islam, nomor RM 01671110, Klien memiliki 4
orang anak, klien tinggal istri dan ketiga anaknya (2 laki – laki, dan 1 perempuan) karena
satu lagi sudah menikah dan berbeda rumah, pekerjaan klien adalah pegawai swasta dan
alamat rumah klien di Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan.
Klien masuk melalui IGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat
bekerja pada tanggal 17 Februari 2019. Nyeri memberat saat jam 03.00 pagi hari disertai
keringat dingin, dada berdebar – debar dan sesak napas. Saat dikaji tanggal 18 Februari
2019, klien mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika terlalu banyak
berbicara merasa sesak nafas, klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya. Klien mengatakan memiliki keturunan Hipertensi dan Penyakit jantung dari
sang Ibu. Klien mengatakan tidak mengomsumsi obat atau supl emen apapun sebelum
dirawat di rumah sakit.
Pada pengkajian Kardiovaskular, oksigenasi pasien mengalami batuk produktif,
bersih, dan terdapat sesak. Pada inspeksi RR pasien 21x/menit, pengembangan dada
simetris, dan tidak ada oto bantu pernapasan. Saat di palpasi taktil fremitus kanan dan
kiri normal (positif), perkusi resonance terdapat di ICS 1-5, Flat di sternum, dullness di
ICS 6, dan timpani di abdomen. Auskultasi terrdengar suara nafas vesikuler di seluruh
lapang paru.
Pada pemeriksaan penunjang, hasil foto thorax yaitu edema paru dan elongasi aorta.
Hasil interpretasi EKG pada tanggal 17 februari 2019 adalah irama reguler, frekuensi
68 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR interval:
0,20 detik, QRS 0,08 detik, aksis Lead I +1 & AvF + 5 aksis Normal, tidak ada ST
Depresi, ST Elevasi pada Lead II, III, AvF, V2-V5, T Inverted : V1 – V6, Q patologis
pada V1-V4, Kesan Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior serta
infark pada anteroseptal.
Hasil interpretasi EKG pada tanggal 18 Februari 2019 adalah irama reguler,
frekuensi 75 x/menit, gelombang P diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead, PR
interval 0,20 detik, QRS 0,08 detik, Aksis Lead I +1 AvF+3, aksis normal, tidak ada ST
Depresi, ST Elevasi pada Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5, T Inverted V1-V5, Q
patologis V1-V4, kesan sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral
serta infark pada anteroseptal.
Pada pengkajian sirkulasi, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara:
165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR :
21x/menit, S : 36,7ºC t, irama reguler, nadi teraba kuat, tidak sianosis, mukosa bibir
lembab, akral hangat, CRT 3detik, JVP 5+2 cmH2O, bunyi jantung s1-s2 normal.
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 17 Februari 2019, Enzim jantung 1159
(Nilai normal <=175 U/l), CK-MB 242 (Nilai Normal 7 – 25 U/l), Troponin i 7,50
(Nilai Normal <0.02 ng/mL), Hematokrit 4,91 (Nilai Normal 4.40-5.90 juta/uL),
Hemoglobin 12,7 (Nilai Normal 13,2 – 17,3 g/dL), Leukosit 44 (Nilai Normal 33 – 45
%), Protombin Time (PT) 17,3 (Nilai Normal 5-10 ribu/uL).
Pada nutrisi klien, TB : 168 cm, BB : 63 kg, IMT : 22.5 (normal), klien mengalami
gangguan nafsu makan saat nyeri dada timbul, saat nyeri dada hilang, pasien hanya mau
makan 3-4 sendok makan saja. Sebelum sakit, klien makan sehari 3x sebanyak 1 porsi
dengan karbohidrat, sayur, dan buah kadang – kadang, klien tidak mengonsumsi
suplemen, merokok sebanyak 12 batang/hari, kopi hitam 2 gelas perhari, teh, konsumsi
garam, dan gula hanya terkadang. Selama sakit, Klien mendapat diit lunak (diit jantung)
1500 kal diberikan 3x sehari dan setiap makan hanya habis ½ porsi saja. Klien
mendapatkan makanan selingan yaitu bubur kacang hijau.
Pada pemeriksaan inspeksi, abdomen klien normal, saat asukultasi RUQ LUQ RLQ
LLQ Normal, perkusi, dan palpasi abdomen klien normal. Pada pemeriksaan Lab, Hasil
Hemoglobin 12,7 (Nilai normal 13,2 – 17,3 g/dL), Hematokrit 44% (Nilai normal 40%
- 50 %), SGOT 104 (Nilai normal 0 – 34 U/l).
Pengkajian pola eliminasi BAK klien tidak ada keluhan. Sebelum sakit, frekuensi
BAK klien 4-5x/hari ±800 cc, saat sakit 4-5x/hari ±1050cc. Warna urin kuning dan
terdapat penggunaan obat diuretik yaitu furosemid 20 mg/12 jam via IV
Pola eliminasi BAB klien tidak ada keluhan. Sebelum sakit, klien BAB 1x/hari, dan
saat sakit juga 1x/hari warna kuning, klien tidak emnggunakan obat pencahar sebelum
maupun saat skait.
Hasil pemeriksaan lab kreatinin serum 30 (nilai normal 20 – 40 mg/dL), kalsium 107
(Nilai normal 95 – 108 mmol.
Pada pengkajian istirahat dan aktivitas pasien mampu melakukan aktivitasnya
secara mandiri, rentang gerak kepala, bahu, ekstremitas atas, dan ekstremitas abwah
klien mampu melakukan secara penuh, kekuatan otot 5555 5555
5555 5555

Klien mengeluh sulit tidur pada malah hari karena dadanya nyeri, dan sakit saat
inspirasi, klien mengatakan baru bisa tidur saat pukul 7 pagi. Kebiasaan tidur klien
sebelum sakit dari jam 12 sampai jam 6 pagi.
Pengkajian proteksi dan perlindungan suhu tubuh klien 36,7⁰C, klien dilaukan
pemasanga infus ditangan kiri dengan NaCL/12 jam.
Pengkajian sensori nyeri P : Tiba-tiba saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa
beban berat, R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5
(numerik), T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari).
Pengkajian Cairan dan Elektrolit input pasien 1500cc, output pasien 1645 cc,
Balance pasien -145cc. Turgor kulit <1 detik, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada
edema.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan yang teelah dilakukan kelompok pada Tn. N
tanggal 18 februari 2019, kelompok mengangkat tida diagnosa yatiu:
Diagnosa pertama: Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload
ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat
malam hari. Klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk.
Klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara
Data objektif : TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N
istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Nadi
perifer teraba lemah dan cepat, CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L).
Diagnosa kedua : Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom
Koroner Akut) ditandai dengan data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3 hari
SMRS, P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R
: Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 5, T : 25 menit, hilang timbul terutama
pada malam hari, klien mengatakan semalam sulit tidur, klien mengatakan nafsu makan
berubah. Data objektif : klien tampak meringis, TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD
setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara :
105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung ketika ditanya, Tampak
gelisah
Diagnosa ketiga : Intoleransi Aktivitas berhubungan ketidakseimbangan Antara Suplai
dan kebutuhan Oksigen ditandai dengan data subjektif : klien mengeluh lelah, klien
mengeluh sesak saat banyak berbicara, klien merasa lemah. Data objektif : Frekuensi
jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10
menit berbincang, tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara
165/100 mmHg.

C. Perencanaan Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 18 Februari 2019 ada beberapa
masalah keperawatan yang muncul pada Tn. N. Dari masalah yang muncul tersebut kami
menyusun beberapa intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah tersebut.
Masalah keperawatan yang pertama adalah Penurunan Curah Jantung. Tujuan dan
kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Penurunan
Curah Jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 x 24 jam dengan kriteria
hasil TTV dalam rentang normal, TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 60 – 100 X/menit,
RR : 20 – 24 X/menit, Tidak ada disritmia, Penurunan dispnea, tidak ada penurunan
kesadaran, haluaran urine adekuat. rencana keperawatan untuk mengatasi masalah
Penurunan Curah Jantung adalah Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk
dan berdiri (bila memungkinkan) (rasional : Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari
disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas, peningkatan
katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya. Hipotensi ortostatik berhubungan
dengan komplikasi GJK), Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur (rasional :
Penurunanan curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat. S3 dihubungkan dengan GJK, regurgitasi mitral, peningkatan kerja ventrikel
kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskemia miokardia,
kekakuan ventrikel dan hipertensi. Murmur menunjukkan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau vibrasi otot papilar),
Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah (rasional : Makan dalam
volume yang besar dapat meningkatkan kerja miokard dan memicu rangsang vagal yang
mengakibatkan terjadinya bradikardia), Kaji ulang EKG (rasional : Menunjukkan
perbaikan/ kemnajuan infark fungsi ventrikel terutama pada gambar ST menunjukkan
kestabilan), Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien (rasional :
Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan menurunkan iskemia),
Auskultasi bunyi nafas (rasional : Krekels menunjukkan kongesti paru yang mungkin
terjadi karena penurunan fungsi miokard), melakukan kolaborasi pemberian obat
Clopidogrel 1x75mg via oral, simvastatin 1x20mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral,
spironolakton 1x20mg via oral, lovenox 2x0,2mg via subkutan, furosemide 2x20mg via
Intravena (rasional: membantu proses penyembuhan)
Masalah keperawatan yang kedua adalah Nyeri Akut. Tujuan dan kriteria hasil
yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Nyeri Akut teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan Nyeri hilang atau
berkurang dengan kriteria hasil mampu mengenali nyeri (skala,intensitas,frekuensi,dan
tanda nyeri), mampu mengontrol nyeri, melaporkan nyeri berkurang. Rencana
keperawatan untuk mengatasi masalah Nyeri Akut adalah kaji nyeri secara
komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri) (rasional : Menentukan
tindakan yang tepat), observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan (rasional :
Menjadi data pendukung penentuan Dx), bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi) (rasional : Membantu
menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh
terhadap nyeri), anjurkan pasien bedrest total (rasional : Mempercepat kesembuhan),
anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler (rasional : Meningkatkan ekspansi
paru,memaksimalkan ventilasi), monitor TTV (rasional : Mengetahui keadaan umum ),
kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN
3x5mg (rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri).
Masalah keperawatan yang ketiga adalah Intoleransi Aktivits. Tujuan dan
kriteria hasil yang harus dicapai adalah klien akan menunjukkan masalah Intoleransi
Aktivitas teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam dengan
kriteria hasil: Keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, TTV dalam rentang normal,
TD : 110 – 130 /70 – 90 mmHg, N : 80 – 100 X/menit, RR : 20 – 24 X/menit. Rencana
keperawatan yang dibuat adalah Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas (rasional : Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan klien
tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tenang bersifat terapeutik), kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan (rasional : Menurunkan resiko kelelahan), monitor
nutrisi dan sumber energy yang adekuat (rasional : Nutrisi yang adekuat mengurangi
kelehan saat aktivitas), bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
(rasional : Aktivitas yang tidak sesuai kemampuan akan menyebabkan resiko
komplikasi), pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah
aktivitas sesuai indikasi (rasional : Menentukan respon klien terhadap aktivitas,
Menurunkan kerja miokard/konsumsi oksigen, menurunkan risiko komplikasi),
tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan
tekanan abdominal (rasional : Manuver Valsava seperti menahan napas, menunduk,
batuk keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia, penurunan curah jantung
yang kemudian disusul dengan takikardia dan peningkatan tekanan darah).

D. Implementasi Keperawatan
Kelompok mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah disusun pada
tanggal 18 Februari 2019 pukul 11.00 Wib sampai 22 Februari 2019 11.30 WIB: Perawat
dan kelompok mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital dengan respon klien selalu kooperatif, Merekam EKG,
gambaran EKG: Hasil interpretasi EKG pada tanggal 18 Februari 2019 adalah irama
teratur, Frekuensi 93 x/menit, gelombang P tinggi 2 kotak kecil (kk), lebar 3 kk, PR
interval konstan 0,20 detik, QRS sempit, ST elevasi di lead 2, v2, v3, v4, v5, ST
Depresi (-), T inferted avl, v1, v2, v3, v4. Kesan Normal sinus ritme, dengan
anteroseptal injury, Menganjurkan untuk merubah posisi menjadi posisi semi fowler
Respon pasien mengatakan lebih nyaman saat posisinya setengah duduk, Memonitor
tanda-tanda vital pada hari Rabu, 20 Februari 2019 pukul Jumat, 22 Februari 2019 pukul
09.00 WIB hasil: TTV = TD : 128/95 mmHg, N : 100x/menit, RR : 20x/menit, S: 36,7ºC,
Melakukan edukasi mengenai perawatan post PCI respon pasien dan keluarga
mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran dari perawat, Mengkaji nyeri secara
komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri) respon pasien P :
Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar
ke bagian pu nggung, S : Skala nyeri 6, T : ±25 menit, Mengajarkan teknik relaksasi
tarik nafas dalam hasil : pasien dapat mengikuti apa yang diajarkan, dan akan
melakukannya saat nyeri timbul kembali, respon pasien mengatakan nyeri pada dada
sedikit berkurang dan bisa lebih rileks dari sebelumnya. Memberikan obat sesuai terapi
dokter (ISDN 3x5 mg(Oral); Miniaspi 1x80 mg(Oral); Clopidogrel 1x75 mg(Oral);
Simvastatin 1x20 mg(Oral); Ramipril 1x2 mg(Oral); Sprinolakton 1x20 mg(Oral);
Lovenox 2x0,6 ml(SC); Furosemid 2x20 mg (IV), melakukan evaluasi dengan
menganjurkan pasien untuk meminum obat dari dokter secara rutin sesuai jam, kontrol
sesuai tanggal yang telah ditentukan, dan makan sesuai dengan diet yang telah
dianjurkan.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi selama lima hari yaitu tanggal 18 sampai 22 februari
2019 didapatkan evaluasi sebagai berikut :
1. Penurunan curah jantung. S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. O :
tidak ada disritmia, Kesadaran kompos mentis, Klien mulai mampu BAK dengan
baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc, TD:
102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%. A: masalah
keperawatan penurunan curah jantung teratasi. P: intervensi dihentikan.

2. Nyeri Akut. S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya. O: Klien tampak
sudah tidak merasakan nyeri, Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan
dengan detail, Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi
pernapasan. A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi. P: intervensi dihentikan.

3. Intoleransi Aktivitas. S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul. O: Klien


tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri, Klien
tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama, TD:
102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%. A: Masalah
keperawatan intoleransi aktivitas teratasi. P: Intervensi dihentikan.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini, kelompok akan menguraikan bahasan tentang asuhan keperawatan yang telah
dilakukan selama 5 hari, mulai tanggal 18 - 22 Februari 2019 di ruang High Care IGD Lantai
1 RSUP Fatmawati dengan ACS STEMI Late Onset. Pembahasan ini bertujuan untuk
menganalisis kesenjangan yang mungkin ditemukan antara teori dan kasus. Kelompok
melakukan terhadap semua komponen asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan


melakukan kegiatan pengumpulan data, memvalidasi data, mengorganisasian data dan
mencatat data yang diperoleh. Pengkajian keperawatan mendapat informasi mengenai
keadaan klien dari hasil wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya (Dinarti, dkk, 2013).

Pengkajian yang dilakukan kelompok meliputi pengkajian identitas klien, keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan 11
pola Gordon serta pemeriksaan fisik head to toe (Potter dan Perry, 2009)

Klien di diagnosa menderita ACS STEMI late onset sejak masuk IGD RSUP Fatmawati
pada tanggal 17 februari 2019. STEMI adalah terjadinya kerusakan otot jantung secara
permanen, mengakibatkan pembuluh darah koroner tersumbat secara total. Sehingga
alirah darah benar-benar terhenti dan otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen
(Udjianti, 2011). Berdasarkan teori faktor risiko STEMI dibagi menjadi dua yaitu, faktor
yang dapat diubah dan tidak dapat diubah, faktor yang dapat diubah meliputi
hyperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kalori,
inaktifitas fisik, pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif), stress
psikologis berlebihan, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu usia lebih
dari 40 tahun, jenis kelamin insiden pada pria tinggi, hereditas, dan ras : lebih tinggi
insiden pada kulit hitam (Nurarif, 2015). Sedangkan berdasarkan kasus pada Tn. N
kelompok mendapatkan data bahwa Tn. N berjenis kelamin laki-laki, usia 53 tahun, ayah
dari Tn. N memiliki riwayat penyakit jantung, serta ibu dari Tn N menderita hipertensi.
Tn. N sendiri mempunyai kebiasaan merokok sejak remaja, dan memiliki riwayat
hipertensi, Tn. N bekerja di sebuah restoran siap saji, sehingga Tn. N sering
mengkonsumsi makanan siap saji. Tn N mengatakan sangat jarang berolahraga. Analisa:
terdapat kesinambungan faktor risiko antara teori dan kasus pada Tn. N, yaitu pada jenis
kelamin, usia, faktor hereditas, kebiasaan merokok, dan mengkonsumsin makanan siap
saji.

Menurut PERKI (2015) terdapat beberapa tanda dan gejala dari penderita STEMI, yaitu
nyeri dada tipikal (spesifik angina pectoris) >20 menit, EKG: ST Segmen Elevasi dan
gelombang T meninggi/menurun, kenaikan enzim otot jantung minimal 2x nilai normal
(KMB, Troponim T, Mioglobin), kelemahan, TD meningkat, Cemas/ khawatir/ keringat
dingin, edema perifer, takipnea/ dispena. Pada kasus ditemukan data bahwa Tn N
memiliki nyeri dada kiri yang menjalar ke punggung, nyeri dirasa terutama pada malam
hari +25 menit, pada pemeriksaan EKG tanggal 18 ditemukan adanya elevasi segmen ST
pada V2, V3, V4 dan V5 (anterior), terdapat peningkatan hasil lab CK-MB dan troponin
I, dimana nilai CK-MB sebesar 242 u/i (normal: 7-25 u/i), sedangkan untuk nilai
troponin I sebesar 7,50 ng/mL (normal: <0,02 ng/mL). Takanan darah 165/100 mmHg.
Analisa: tanda dan gejala yang dialami Tn N sama dengan yang dijelaskan pada teori
terutama adanya nyeri dada, pada gambaran EKG terdapat elevasi segmen ST, serta
peningkatan biomarka jantung seperti CK-MB dan troponin I. Terdapat kesenjangan
antara teori dan kasus yaitu terdapat data yang tidak diperoleh dari pengkajian dimana Tn
N tidak megalami edema perifer karena Tn N telah mendapatkan diuretik untuk
mencegah timbulnya pembengkakan.

Menurut Kabo (2008), pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakan


penyakit ACS STEMI adalah pemeriksaan laboratotium pemeriksaan enzim jantung
(CK, CK-MB dan Troponin), Elektrokardiogram (EKG), Tes Treadmill atau Exercise
Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean), Echocardiography, Angiografi korener
(CAG), Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT), dan Radionuclear
Medicine. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan oleh Tn. N adalah pemeriksan adalah
elektrokardiografi (EKG) yang dilakukan setiap hari, pemeriksaan enzim jantung (CK,
CK-MB, dan Troponin) serta Angiografi Korener (CAG). Analisa : pemeriksaan yang
dilakukan Tn. N sudah sesuai dengan teori Kabo (2008), namun ada beberapa
pemeriksaan penunjang yang tidak dilakukan diantaranya adalah tes treadmill,
Echocardiografi, Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT), dan Radionuclear
Medicine. Tn. N tidak dilakukan tes Treadmill atau Exercise Stress Testing (uji latih
jantung dengan beban) karena kontra indikasi dari treadmill diantaranya ada nyeri dada,
sesak, dan hipertensi. Pada Tn. N sendiri ketika Tn. N banyak berbicara menyebabkan
tekanan darah meningkat (122/80 mmHg menjadi 165/100) dan nadi juga meningkat
(84x/menit menjadi 105x/menit).

Penatalaksanaan medis menurut Davis (2011) adalah pemberian Nitrogliserin (NTG),


Morfin, Aspirin, Penyekat beta, dan Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Pada Tn.
N dilakukan pemberian obat Clopidogrel, simvastatin, ramipril, spironolakton, lovenox,
furosemide, dan penatalaksanaan Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Analisa :
terdapat kesinambungan antara teori Davis (2011) dengan kasus Tn. N, namun terdapat
pula keenjangan yaitu tidak diberikannya morfin karena morfin adalah jenis obat yang
termasuk dalam golongan analgeik opium atau narkotik. Penggunaan obat ini hanya
dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit yang amat parah dan berkepanjangan
atau biasa dikenal dengan kronis. Meskipun memiliki manfaat yang besar untuk
menghilangkan rasa sakit yang amat parah, seseorang yang menggunakan morfin dapat
menyebabkan ketergantungan efek samping yang berbahaya bahkan kematian.

Dari perbandingan antara pengkajian kasus dan teori yang ada, kelompok dapat
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
teori STEMI yang ada dan hasil pengkajian yang Tn. N yang mengalami STEMI. Faktor
pendukung : pengumpulan data dapat berjalan dengan baik, lancar dan tanpa hambatan
karena klien dan keluarga sangat kooperatif dan sudah terjalin hubungan saling percaya.
Pendokumentasian RS yang cukup lengkap dan adanya dari perawat ruangan dalam
proses pengkajian. Faktor penghambat : kurangnya kelompok dalam mengkaji
keluarga karena keterbatasan waktu kunjungan di HCU dan ICCU.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dibuat oleh perawat profesional yang
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien, baik aktual,
potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data hasil pengkajian
(Asmadi,2014)
Menurut Herdman (2012) terdapat empat diagnosa yang dapat ditemukan pada seseorang
yang mengalami STEMI diantaranya adalah nyeri akut, penurunan curah jantung,
intoleransi aktiitas, dan gangguan pertukaran gas. Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada Tn. N didapatkan diagnosa keperawatan sebagai berikut : penurunan
curah jantung berhubungan dengan afterload, nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis, dan intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.

Adapun 3 diagnosa prioritas yang sesuai dengan kondisi klien adalah :

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload

Definisi : ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme tubuh (PPNI, 2017). Batasan karakterisktik pada diagnosa nyeri akut
adalah adanya gejala dan tanda mayor yaitu dispnea, tekanan darah meningkat
atau menurun, nadi perifer teraba lemah, CRT > 3 detik, oliguri, serta warna kulit
pucat dan/sianosis. Gejala dan tanda minor Pulmonary vascular resistance (PVR)
meningkat/menurun dan systemic vascular resistance (SVR) meningkat/menurun
(PPNI, 2017).

Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan sesak (dyspnea)
lebih sering saat malam hari, klien mengatakan saat sesak timbul lebih nyaman
dengan posisi duduk. klien mengeluh lelah setelah banyak berbicara. Data objektif :
TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat :
84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC; nadi perifer
teraba lemah dan cepat; CRT 3 detik; tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L) (PPNI,
2017).

Analisa : Penurunan curah jantung merupakan suatu keadaan dimana pompa darah
oleh jantung tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme tubuh.
Penurunan curah jantung ini disebabkan akibat adanya gangguan pada jantung.
Jantung mempunyai fungsi utama yaitu untuk memompakan darah. Hal ini dapat
dilakukan dengan baik apabila kemampuan otot jantung untuk memompa cukup
baik, sistem katupnya sendiri serta irama pemompaan yang baik. Bila ditemukan
ketidaknormalan pada salah satunya maka mempengaruhi efisiensi pemompaan dan
kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan memompa yang mengakibatkan
adanya tanda-tanda penurunan curah jantung.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan


jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berinteraksi
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan (PPNI, 2017). Batasan
karakterisktik pada diagnosa nyeri akut adalah adanya gejala dan tanda mayor
yaitu mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap protektif (misalnya bersikap
waspada dan posisi menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat dan sulit
tidur. Gejala dan tanda minor yaitu tekanan darah meningkat, nafsu makan
berubah, pola nafas berubah, menarik diri, proses berpikir terganggu, berfokus pada
diri sendiri dan diaforesis (PPNI, 2017).

Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengatakan nyeri dada 3
hari SMRS; P : Muncul malam hari saat sedang istirahat; Q : Seperti tertimpa
beban berat; R : Menjalar ke bagian punggung; S : Skala nyeri 5; T : 25 menit,
hilang timbul terutama pada malam hari; klien mengatakan semalam sulit tidur dan
klien mengatakan nafsu makan berubah. Data objektif : Klien tampak meringis;
TTV = TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmHg; N
istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC;
klien tampak bingung ketika ditanya; dan tampak gelisah (PPNI, 2017).

Analisa : adanya proses penyempitan arteri koronen (atherosklerosis) yang


memperdarahi otot jantung menyebebkan ketidakcukupan antara kebutuhan oksigen
dengan suplai oksigen sehingga timbul kekurangan darah. Bila melakukan aktivitas
fisik atau stress maka akan menyebabkan aliran darah meningkat sehingga
menimbulkan adanya nyeri pada dada.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen

Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari (PPNI,


2017). Batasan karakterisktik pada diagnosa nyeri akut adalah adanya gejala dan
tanda mayor yaitu mengeluh lelah dan frekuensi jantung meningkat >20% dari
kondisi istirahat. Gejala dan tanda minor yaitu dispnea saat/setelah aktivitas,
merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah, tekanan darah berubah
>20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
beraktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, dan sianosis (PPNI, 2017).

Data yang didapatkan pada klien sehingga kelompok dapat menegakkan diagnosa
penurunan curah jantung yaitu : Data subjektif : Klien mengeluh lelah; klien
mengeluh sesak saat banyak berbicara; dan klien merasa lemah. Data objektif :
Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat, 84x/menit menjadi
110x/menit setelah 10 menit berbincang; tekanan darah saat istirahat 122/80 mmHg,
saat setelah berbicara 165/100 mmHg (PPNI, 2017).
Analisa : proses penyempitan pembuluh darah arteri koroner membuat
terhambatnya atau terputusnya suplai nutrisi dan oksigen ke sel, dengan kata lain
membantu pembentukan energi dalam tubuh yang dapat menimbulkan respon tubuh
yang berupa intoleransi aktivitas. Jantung bertugas untuk memompa darah ke
seluruh tubuh, apabila jantung mengalami gangguan maka darah yang membawa
oksigen dan nutrisi menjadi berkurang jumlahnya sehingga produksi energi menjadi
berkurang.

Sedangkan diagnosa lain yang sesuai dengan teori dan tidak penulisa angkat yaitu
gangguan pertukaran gas. Definisi : kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau
eliminasi karbondioksida pada membran alveolus-kapiler (PPNI, 2017). Pada Tn. N tidak
mengalami gangguan pertukaran gas karena tidak dilakukannya pemeriksaan analisa gas
darah sebagai gejala tanda mayor dari gangguan pertukaran gas.

C. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan memberi kesempatan kepada perawat, klien, dan keluarga untuk
merumuskan rencana tindakan keperwatan untuk mengatasi masalah yang dialami oleh
klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pada diagnosa keperawatan (Asmadi,
2014). Proses perencanaan keperwatan meliputi perumusan tujuan dan menentukan
intervensi-intervensi yang tepat dengan melibatkan klien dan keluarga untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Dinarti, dkk, 2013).
Intervensi keperawatan yang disusun mengacu kepada tinjauan teori dan disesuaikan
dengan kondisi klien. Adapun pembahasan perencanaan kepada Tn. N dengan masalah
keperwatan :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila
memungkinkan); auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan
dalam porsi kecil dan mudah dikunyah; kaji ulang EKG; kolaborasi pemberian
oksigen sesuai kebutuhan klien; auskultasi bunyi nafas; melakukan kolaborasi
pemberian obat Clopidogrel 1x75 mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral,
ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton 1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 ml via
subkutan, furosemide 2x20 mg via intravena
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu kaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat
nyeri); observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan teknik
relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi);
anjurkan pasien bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler;
monitor TTV; kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik : Miniaspi
1x80 mg, ISDN 3x5 mg
3. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
Intervensi keperawatan yang kelompok rencanakan sesuai dengan kondisi klien
yaitu observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas; kaji adanya
factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan; pantau HR,
irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi;
tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal.

Perencanaan pada Tn. N disusun oleh kelompok mengacu pada teori menurut NANDA
NIC-NOC (2015) dan dimodifikasi sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien. Faktor
pendukung: kelompok mendapat masukan dari pembimbing institusi, kepala ruangan,
CI ruangan, dan perawat ruangan sehingga memudahkan kelompok dalam menyusun
intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien. Faktor penghambat: kurangnya sumber
terbaru yang disediakan oleh institusi, khususnya buku mengenai perencanaan
keperwatan pada gangguan sistem kardiovakular. Solusi : kelompok menggunakan
berbagai sumber, seperti jurnal dan buku yang didapatkan dari perpustakaan institusi lain
serta sumber yang didapatkan dari media elektronik.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan kepeerwatan


kedalam bentuk implementasi keperawatan untuk membantu klien mencapai tujuan yang
telah ditetapkan dalam intervensi keperawatan (Asmadi,2014). Implementasi
keperawatan merupakan rangkaian keperawatan dari hari ke hari yang harus dilakukan
dan didokumentasikan setiap tindakan yang telah dilakukan (Dinarti, dkk, 2013).

Berikut ini merupakan tindakan yang telah kelompok lakukan pada tanggal 18 Februari –
22 Februari 2019 yang sesuai dengan perencanaan, sebagai berikut:
1. Diagnosa pertama : Penurunan curah jantung berhubungan dengan afterload.
Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu monitor TTV, periksa
dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan); auskultasi adanya
S3, S4 dan adanya murmur; berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah
dikunyah.; kaji ulang EKG; auskultasi bunyi nafas; kolaborasi pemberian oksigen
sesuai kebutuhan klien; melakukan kolaborasi pemberian obat Clopidogrel 1x75
mg via oral, simvastatin 1x20 mg via oral, ramipril 1x2 mg via oral, spironolakton
1x20 mg via oral, lovenox 2x0,6 mg via subkutan, furosemide 2x20 ml via
intravena.
2. Diagnosa kedua : Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.
Semua perencanaan yang dibuat telah penulis lakukan yaitu kaji nyeri secara
komprehensif (lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri); observasi reaksi
non verbal dari ketidaknyamanan; bantu melakukan teknik relaksasi (napas
dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi); anjurkan pasien
bedrest total; anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler; monitor TTV;
molaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN
3x5mg.
3. Diagnosa ketiga : Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen. Semua perencanaan yang dibuat telah penulis
lakukan yaitu observasi adanya pembatasan; klien dalam melakukan aktivitas; kaji
adanya factor yang menyebabkan kelelahan; monitor nutrisi dan sumber energy
yang adekuat; bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan;
pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai
indikasi; tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari
peningkatan tekanan abdominal.

Berdasarkan implementasi yang sudah kelompok lakukan, kelompok menemukan faktor


pendukung dan penghambat elama dilakukannya implementasi keperawatan dari tanggal
18-22 Februari 2019. Faktor pendukung: implementasi berjalan dengan baik dengan
bantuan dari berbagai pihak seperti perawat HCU, perawat ICCU dan perawat cathlab
yang membantu penatalaksaan kepada Tn. N. Faktor penghambat : pindahnya klien
ke ICCU sehingga menyulitkan kelompok untuk melakukan implementasi dari
intervensi yang sudah kelompok susun. Solusi : kelompok mengikuti klien pindah ke
ICCU dan tetap melakukan implementasi sesuai intervensi serta berkolaorasi dengan
perawat ICCU dalam penataksanaan implementasi keperwatan.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperwatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga
kesehatan lainnya (Asmadi, 2014). Evaluasi untuk setiap diagnosa keperawatanmeliputi
data subjektif (S), objektif (O), analisa permasalahan (A), berdasarkan data subjektif dan
objetif serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa diatas (Dinarti, dkk, 2013).

Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 5 hari yaitu tanggal 18-22 Februari 2019,
kelompok melakukan evaluasi terakhir yaitu pada tanggal 22 Februari 2019. Hasil
evaluasi keperawatan yang kelompok peroleh dari tindakan keperawatan yang telah
dilakukan pada setiap diagnosa yang telah diangkat kelompok diantaranya :
1. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan penurunan curah jantung
berhubungan dengan afterload telah teratasi dengan tercapainya tujuan tidak adanya
tanda-tanda penurunan curah jantung selama waktu perawatan yang dibuktikan
dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul. Data tidak
ada disritmia; kesadaran kompos mentis; klien mulai mampu BAK dengan baik di
tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah 1050 cc; TD:
102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
2. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis telah teratasi dengan tercapainya tujuan terjadi penurunan neri
elama waktu perawatan yang dibuktian dengan data subjektif : klien mengatakan
sudah tidak ada nyeri dadanya. Data objetif : klien tampak sudah tidak merasakan
nyeri; klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail; klien mampu
menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
3. Setelah dilakukan evaluasi akhir pada tanggal 22 Februari 2019 kelompok
mendaptkan hasil bahwa diagnosa keperwatan intoleransi aktivitas berhubungan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen telah teratasi dengan
tercapainya tujuan terjadi penurunan neri elama waktu perawatan yang dibuktian
dengan data subjektif : klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul. Data
objektif : klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara
mandiri; klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup
lama; TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%

Faktor pendukung : keterbukaan klien terhadap keluhan atau perbaikan yang dirasaan
dan tersedianya fasilitas atau alat dari pihak RS maupun kelompok dalam melakukan
evaluasi perkembangaan klien. Faktor penghambat : tidak ada. Solusi : tidak ada.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2014). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Black, J. M & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: PT.
Salemba Patria

Dariana, Devi. (2016). Manajemen Pasien ST elevasi Miokard Infark (STEMI).

Davis. (2011). Percutaneous Coronary Intervention. Diakses pada tanggal 1 Maret 2019 dari
http://www.emedicinehealth.com/percutaneous_coronary_intervention_pci/page10_e
m.htm

Dinarti, dkk. (2013). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media (TIM)

Dokter, P., Kardiovaskular, S., & Ketiga, E. (2015). Pedoman tatalaksana sindrom koroner
akut.

Herdman, H. T. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC

Jones, J & Fis, B. (2009). Seri Panduan Klinis : Perawatan Kritis. Jakarta : Erlangga

Kabo, P. (2008). Penyakit Jantung Koroner. Jakarta :Gramedia

Katadata. (2018). Penyakit Kardiovaskular, Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia, 2016.


Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/13/penyakit-
kardiovaskular-penyebab-kematian-terbesar-di-dunia Diakses tanggal 1 Maret 2019
pukul 17.04 WIB

Nur Arif, A. H dan Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Sistem Koroner Akut Edisi ketiga. Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular. Indonesia: Centra Communications.

Perry & Potter. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

RISKESDAS. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1 Desember 2013

Setiati S, Alwi I, Suyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Interna Publishing
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.

Udjianti, WJ. (2011). Keperawatan Kardiovasular. Jakarta : Salemba Medika.


LAMPIRAN
INFORMASI UMUM
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.N RM : 01671110
Umur : 53 Tahun Jenis kelamin :L/P*
Agama : Islam Pendidikan : SMA
terakhir

Pekerjaan : Pegawai Swasta


Alamat : Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan
Diagnos medis : ACS Stemi Late Onset

B. Identitas Penanggung jawab


Nama : Ny.S Umur : 53 Tahun
Pendidikan terakhir : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Hubungan : Istri
No. Tlp : 02172793129
Alamat : Peninggaran Cipulir Rt.001/010 Kebayoran Lama Jakarta Selatan

C. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Nyeri dada kiri sejak hari jum’at saat bekerja. Nyeri
memberat saat jam 03.00 pagi disertai keringat dingin,
dada berdebar – debar dan sesak napas.
Riwayat kesehatan Sekarang : Mengatakan sudah tidak terasa nyeri dada, namun jika
terlalu banyak berbicara merasa sesak nafas.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu : Klien mengatakan tidak pernah sakit seperti ini
sebelumnya.
Alergi
 Obat : Tidak ada alergi obat
 Makanan : Tidak ada alergi makanan
 Lainnya : tidak ada
Riwayat Operasi : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keturunan :
 Diabetes  Hipertensi  Asma  Jantung  Kanker Lainnya : Tidak ada
Konsumsi Obat/ Suplemen saat ini
Terlampir

I. Pengkajian Kariovaskular Terfokus


1. Oksigenasi
a. Fisik
Batuk :  Tidak  Ya  Produktif  Non Produktif
 Bersih (jernih)  Putih
 Hijau  Kuning
 Merah
Sesak :  Tidak Ya Fatique  Tidak Ya

Inspeksi
Nafas : RR 21x/menit Irama :  Normal Bradypnea  Takypnea
 Cheyne-stokes  Kussmaul
Simetris :  Tidak  Ya
Reraksi dada :  Tidak  Ya

Palpasi
Taktil Fremitus : Kanan: + Kiri: +

Perkusi
 Resonance Letak: ICS 1-5
 Hiperesonance Letak: tidak ada
 Flat Letak: sternum
 Dullnes Letak: ICS 6
 Tympany Letak: abdomen

Auskultasi : Letak Letak


 Bronchial : -  Krakles :-
 Bronchovesikuler : -  Whezze :-
 Vesicukuler : basal, lobus kanam & kiri  Ronchi : Apeks kanan &
apeks kiri
 Friction Rub : -

b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
pH - 7,35 – 7,45
PO2 - 35,00 – 45,00 mmHg
PCO2 - 75,00 – 100,00 mmHg
PCO3 - 21,00 – 25,00 mEq/liter
Total CO2 - 21,00 – 27,00 mEq/liter
saO2 - 95 – 100%
BE (Base Excess/ - -2 smp 2 mEq/liter
kelebihan basa)

c. Pemeriksaan diagnostik lain (Radiologi Thorax paru dll)


Terlampir

2. Sirkulasi
a. Fisik
TD istirahat : 122/80 mmHg TD setelah berbicara : 165/100 mmHg
Nadi istirahat : 84 x/mnt nadi seetelah berbicara: 110x/menit
Irama :  Reguler Irreguler
Klien mengeluh sesak saat banyak berbicara
Konjungtiva :  Normal  Pucat Kekuatan : Kuat  Lemah
 Absent
Membran :  Normal  Pucat Sianosis :  Ya Tidak
Mukosa/bibir : lembab Kulit pucat :  Ya Tidak
Kapillary reffil: 3 detik Akral dingin :  Ya Tidak
CVP : - JVP : 5+2 cm H2O
Bunyi jantung:  S1 – S2 normal  Gallop
 Paradoksial  Murmur
b. Lab Tanggal 17 Februari 2019
Nilai Nilai normal H/L
Enzim Jantung
Creatinin Kinase total 1159 <=175 U/l H
CK – MB 242 7 – 25 U/l H

Serum Lipid -
Lipid -
Kholesterol -
Triglycerida -
Plasma High-density -
Lipoproteins (HDLs) -
Plasma Low-density -
Lipoprotein (LDL)

Serum Markers
Troponin I 7.50 <0.02 ng/mL
Myglobin - < 90 mcg/l

Hematologi
Red Blood Cell (RBC) -
Hematocrit (Hct) 4,91 4.40-5.90 juta/uL Normal
Hemoglobin (Hgb) 12.7 13,2 – 17,3 g/dL Low
White Blood Cell (WBC) 44 ______ 33 – 45 % ______ Normal
Prothrombin time (PT) 17,3 5-10 ribu/uL ______

c. Pemeriksaan diagnostik lain (EKG dll)


Terlampir

3. Nutrisi
a. Fisik
TB : 168 cm BB : 63 kg IMT : 22.5 (normal)
Gangguan makan : Tidak nafsu makan  Mual  Muntah : - cc/hr
 Sariawan  Gangguan mengunyah  Gangguan menelan
Diet sebelumnya : Porsi makan besar 3 x/hr
Jenis makanan dan minuman : karbohidrat, sayur dan buah
Jenis makanan ringan/selingan : -
Konsumsi suplemen:  Ya  Tidak
Nama : -
Kebiasaan:
 merokok : ya, 12 btg/hr
 alkohol :- gls/hr/minggu
 soda :- gls/hr/minggu
 kopi :2 gls/hr
 teh : Terkadang
 konsumsi gula : Terkadang
 konsumsi garam : Terkadang
Diet saat ini : Porsi makan besar ½ porsi, terkadang 1 porsi x/hr
 Cair -
 Padat -
 Lunak Jenis makanan dan minuman
Klien mendapat diit lunak (diit jantung) 1500 kal diberikan 3
kali sehari
Jenis makanan ringan/selingan : bubur kacang hijau
Pantangan : Tidak ada
Abdomen :
Inspeksi :  Normal  Asites : - cm  Stoma  Luka
 Caput medusa  Spider nevi

Auskultasi : Bowel Sound


RUQ :  normal  meningkat  menurun  absent
LUQ :  normal  meningkat  menurun  absent
RLQ :  normal  meningkat  menurun  absent
LLQ :  normal  meningkat  menurun  absent
Perkusi :  Normal  Abnormal di Quadran -
Palpasi :  Lunak  Padat  Tegang
Quadran -
Kesimpulan :  Pembesaran hati  Pembesaran Spleen  Normal

b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hemoglobin (Hgb) 12.7 g/dL 13,2 – 17,3 g/dL Low
Hematocrit (Hct) 44% 40% - 50 %
Serum Albumin - 3,5 – 5,5 g/dL
Bilirubin total - 0,1- 1,0 mg/dL
Bilirubin direk - 0,1 – 0,3 mg/dL
Bilirubin indirek - 0,2 – 0,8 mg/dL
Calcium -
Potasium -
SGOT 104 U/l 0 – 34 U/l High
SGPT 18 U/l 0– 14 U/l
Ammoniak -
Transferin -

c. Pemeriksaan diagnostik lain (USG abdomen dll)


Tidak ada

4. Eliminasi
a. Fisik
BAK : Keluhan : Tidak Ada
Frekuensi : Sebelum sakit : 4-5 x/hr Saat sakit : 4-5x/hr
Jumlah : Sebelum sakit : 800 cc Saat sakit : 1050 cc
Warna :  Kuning  Merah
Penggunaan obat diuretik ya (furosemid 20 mg/12 jam via IV)
BAB : Keluhan : Tidak ada
 Konstipasi : -
 Diare : -
 Hemoroid : klien mengatakan 10 tahun yang lalu pernah ambeyen,
namun hanya berobat tradisional dan sudah kempes, tidak pernah
sakit kembali.
Frekuensi : Sebelum sakit : 1 x/hr Saat sakit : 1 x/hr
Warna :  Kuning  Merah  Hitam
Penggunaan oba pencahar : klien tidak mendapatkan obat pencahar

b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Kreatinin serum 30 20 – 40 mg/dL Normal
Blood Urea Nitrogen -
(BUN) -
pH urine -
Ketone -
Protein -
Crystal -
Sodium -
Calsium 107 95 – 108 mmol Normal
Chloride -

c. Pemeriksaan diagnostik lain (Kultur urine atau feces)


Tidak Ada

5. Aktivitas dan Istirahat


a. Fisik
ADL  Independent  Bantuan sebagian  Dependent
Kemampuan  Sendiri  Membutuhkan alat  Membutuhkan bantuan orang lain
berjalan  Membutuhkan alat dan orang lain
Kemampuan Kepala  Flekssi  Ekstensi  Rotasi
rentang gerak Bahu  Elevasi  Depresi
Ekstremitas atas kanan
 Fleksi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi

Ekstremitas atas kiri


 Fleksi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi

Ekstremitas bawah kanan


 Fleksi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi

Ekstremitas bawah kiri


 Fleksi  Ekstensi  Abduksi  Aduksi
 Supinasi  Pronasi  Sirkumduksi
Kekuatan otot Segmem Kanan Kiri
 Lengan atas 5 5
 Lengan bawah 5 5
 Tangan 5 5
Keluhan Tidur Tidak  Ya  Insomnia Lainnya : Klien
mengatakan selama sakit sulit tidur karena merasa sakit dada
saat menarik nafas dan baru bisa tidur saat pagi hari jam sekitar
jam 7.
Istirahat Kualitas tidur :  Cukup  Kurang
Kebiasaan tidur Malam: Saat sehat dari jam 12 sampai jam 6 pagi total : 6 jam
Saat sakit tidur tidak bisa dan selalu terbangun karena
mengeluh sakit dada saat menarik nafas, tampak
gelisah
Siang : Klien mengatakan tidur siang namun sering terbangun.
Kegiatan pengantar  Lampu redup  Lampu terang  Membaca
tidur  Minum air putih  lainnya :

b. Pemeriksaan diagnostik lain (Rongsen tulang dll)


Tidak Ada

6. Proteksi dan Perlindungan


a. Fisik
Suhu 36,7 0C
Luka Tidak ada luka ataupun tanda – tanda infeksi.
Gambar :

Risiko jatuh  Ya  Tidak


Tindakan invasif Klien dilakukan pemasanga Pemasangan Infus di tangan kiri.

b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Hematologi -
Eosinofil -
Neutrofil -
Limfosit -
Monosit -
LED -

c. Pemeriksaan diagnostik lain (dll)


Tidak ada

7. Sensori
a. Fisik
Nyeri
P : Tiba-tiba saat sedang istirahat.
Q : Seperti tertimpa beban berat
R : Dada sebelah kiri, menjalar ke bagian punggung
S : Skala nyeri 5 (numerik)
T : 25 menit, hilang timbul (terutama pada malam hari)

8. Cairan dan Elektrolit


a. Fisik
Intake cairan sebelumnya : - cc
Intake Output
Minum : 1050 ml/hr Urine : 1350 ml/hr
Intravena : 1000 ml/hr Draine : - ml/hr
IWL : 15X63: 945 ml/hr
Diare : - ml/hr
Muntah : - ml/hr
Perdarahan : - ml/hr

Total : 2050 ml/hr Total : 2295 ml/hr


Balance : 2050 - 2295 = -245
Tanda  Rasa haus  Kulit kering  Mukosa bibir kering
Dehidraasi  Turgor kulit <1 dtk
Distensi vena  Tidak  Ya
Jugularis
Edema  Tidak  Ya  Sacral  Anasarca
Ekstremitas atas
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4
Ekstremitas bawah
RU +1 +2 +3 +4 LU +1 +2 +3 +4
RL +1 +2 +3 +4 LL +1 +2 +3 +4
Other : -
b. Lab
Nilai Nilai normal H/L
Natrium -
Kalium -
Kalsium -
Magnesium -
Phospat -
c. Lainnya
 Genogram
 OBAT DAN CAIRAN
No Nama Obat Dosis Manfaat Indikasi Kontra Indikasi Efek Samping
1 ISDN 5 untuk mengatasi Angina Dapat digunakan sebelum  Pasien yang diketahui  Sakit kepala

(Isosorbid mg/8 (nyeri dada) yang aktivitas fisik seperti mengalami reaksi  Kemerahan terjadi
Dinitrat) jam disebabkan oleh penyakt olahraga, sebagai hipersensitivitas atau alergi karena obat ini
via jantung. pencegahan terhadap angina terhadap Isosorbid Dinitrat. dapat melebarkan
 Pasien yang diketahui
oral pada orang dengan penyakit pembuluh darah.
mengalami reaksi
jantung koroner. Obat ini  menyebabkan
hipersensitivitas atau alergi
juga dapat digunakan penurunan tekanan
terhadap obat yang
sebagai pereda angina ketika darah yang terjadi
termasuk golongan Nitrat
sedang terjadi. Hanya tablet ketika bangkit dari
lainnya.
sublingual yang digunakan posisi duduk
 Pasien yang mengalami
untuk pengobatan angina (hipotensi
hipotensi berat, anemia,
karena waktu timbul aksinya ortostatik),
hipovolemia, dan gagal
yang cepat yaitu 2 - 5 menit.  pusing, vertigo,
jantung akibat obstruksi.
Terkadang ISDN juga  Pasien yang mengalami jantung berdebar,
digunakan untuk mengobati peningkatan tekanan dan kelemahan.
gagal jantung kongestif. intrakranial akibat trauma
kepala atau pendarahan
otak.
2 Miniaspi 80  Mencegah agregasi  Hipersensitivitas, termasuk  Iritasi pencernaan
mg/ plaletet pada infark asma  Mual, muntah
24 miokard dan  Tukak peptic, varisela dan  Pendarahan
jam anginatidak stabil. gejala influenza pencernaan
via  Mencegah serangan  Perdarahan subkutan, terapi  Serangan dispneu
oral iskemik otak anti koagulan  Reaksi kulit
sepintas  Hemofila dan  trombositopenia
trombositopenia
 Anak-anak usia kurang dari
12 tahun
3 Clopidogrel 75 Mencegah  obat untuk  Menderita sakit maag, atau  Lebam dan
mg/24 penggumpalan darah mencegah serangan pernah mengalami sakit perdarahan bawah
jam pada penderita serangan jantung pada orang maag di masa lalu kulit
via jantung, stroke iskemik yang baru
 Telah mengalami  Mimisan
oral (akibat penyumbatan), terkena penyakit
pendarahan di otak Anda
penyakit arteri jantung, stroke, atau  Nyeri perut.
(perdarahan otak)
perifer, penyakit jantung penyakit sirkulasi
 Konstipasi atau
koroner, dan darah (penyakit  Menderita hemofilia atau
diare.
pemasangan ring, baik peripheral vascular). gangguan perdarahan
pada pembuluh darah  untuk mengobati lainnya  Gangguan
arteri jantung atau sesak napas yang pencernaan.
 Memiliki masalah hati atau
pembuluh darah arteri memburuk akibat
lainnya serangan jantung ginjal
baru, angina tidak
 Pernah mengalami reaksi
stabil, dan untuk
alergi terhadap obat apa
mencegah
pun sebelumnya
penyumbatan darah
setelah prosedur  Minum obat lain - ini
tertentu (misalnya kadang-kadang bisa
cardiac stent). menimbulkan masalah

 Sedang hamil atau
menyusui

 Clopidogrel seharusnya
hanya diambil oleh anak-
anak jika direkomendasikan
oleh dokter spesialis

4 Simvastatin 20 membantu menurunkan  Pengobatan pada  Penderita yang diketahui  Nyeri otot tanpa
mg/24 kolesterol dan lemak penderita yang mempunyai riwayat sebab, linu, atau
jam jahat (seperti LDL, mengalami hipersensitif terhadap obat lemah
 Kebingungan,
via trigliserida) dan peningkatan risiko simvastatin atau
masalah dengan
oral meningkatkan kolesterol kekakuan pembuluh komponennya.
 Penderita yang mengalami
baik (HDL) dalam darah yang gangguan fungsi hati atau daya ingat
 Demam, kelelahan
darah. disebabkan oleh pernah mengalaminya.
 Penderita yang mengalami yang tidak biasa,
kadar kolesterol
peningkatan kadar serum dan urin berwarna
yang tinggi.
 Pengobatan transaminase di atas nilai gelap
 Sakit atau panas
penunjang pada diet normal.
 Penderita yang merupakan saat buang air kecil
yang ketat, apabila
 Pembengkakan,
pecandu alkohol.
diet dan pengobatan
 Penderita yang sedang peningkatan berat
lainnya tidak
hamil dan menyusui. badan, buang air
memberikan respon
kecil sedikit atau
yang baik.
tidak sama sekali
 Pengobatan pada
 Rasa haus yang
penderita dengan
meningkat,
penyakit jantung
frekuensi perut
koroner disertai
bagian atas, gatal-
hiperkolesterolemia,
gatal, hilang napsu
simvastatin
makan, urin gelap,
digunakan untuk
tinja berwarna
menurunkan risiko
lumpur, jaundice
kematian akibat
(kulit dan mata
penyakit jantung
menguning)buang
koroner, menurunkan
air kecil meningkat,
risiko kematian otot kelaparan, mulut
jantung dan serangan kering, napas
jantung, serta berbau buah-
menurunkan risiko buahan,
komplikasi pada mengantuk, kulit
pasien yang akan kering, penglihatan
menjalani prosedur buram, penurunan
revaskularisasi otot berat badan
 Mual, sakit
jantung.
 Pengobatan pada
 Sakit kepala
penderita
hiperkolesterolemia  Nyeri sendi, nyeri
primer, simvastatin otot ringan
digunakan untuk
 Konstipasi, sakit
menurunkan kadar
perut atau masalah
kolesterol total dan
pencernaan, mual
LDL dalam darah.
ringan

 Ruam kulit ringan

 Masalah tidur
(insomnia)
 Gejala flu seperti
hidung tersumbat,
bersin-bersin, sakit
tenggorokan
5 Ramipril 2 untuk mengatasi  Menangani Jangan digunakan pada penderita  Pembengkakan
mg/24 tekanan darah tinggi hipertensi yang memiliki riwayat jaringan di bawah
jam atau hipertensi  Gagal jantung hipersensitiv terhadap obat ini kulit (angioedema)
via  Mencegah masalah
 Batuk
oral ginjal dan pembuluh
darah.  Hipotensi

 Sakit kepala

 Pusing

 Mual

 Muntah

 Hipotensi ortostatik

 Pingsan

 Vertigo
 Diare

 Gagal Jantung

 Hipertensi
6 Spironolakton 20 Menurunkan tekanan  Pemberian obat  Hindari mengonsumsi  Mati rasa atau
mg/24 darah tinggi dapat spironolakton bisa spironolactone jika perasaan geli
 Nyeri otot atau
jam mencegah stroke, dilakukan kepada memiliki alergi terhadap
lemah
via serangan jantung, dan penderita gagal obat ini.
 Lambat, cepat, atau
oral masalah pada ginjal. Ini jantung kongestif,  Berhati-hatilah dan
detak jantung tidak
juga bisa digunakan sindroma nefrotik, konsultasikan terlebih
beraturan
untuk mengobati dan hiperaldosteronis dahulu kepada dokter jika  Merasa lelah,
pembengkakan (edema) m primer. sedang atau berencana gelisah, atau pusing
 Jarang buang air
yang disebabkan oleh  diberikan kepada mengonsumsi obat-obatan
kecil atau tidak
kondisi tertentu (contoh, pasien yang lain, termasuk produk herba
sama sekali
gagal jantung kongestif) mengalani tekanan dan suplemen, terutama
 Napas cepat
dengan mengeluarkan darah tinggi dan suplemen yang  Tremor,
kelebihan cairan dan hipokalemia yaitu mengandung kalium. kebingungan
 Mual, perut bagian
meningkatkan gejala suatu kondisi di  Hindari mengonsumsi
atas terasa sakit,
seperti mana tubuh memiliki spironolactone jika
gatal, kehilangan
masalah pernapasan. kadar kalium yang mengalami gangguan
nafsu makan, air
rendah di dalam kesehatan yang dapat
Obat ini juga digunakan seni berwarna
darah. menyebabkan kadar kalium
dalam darah menjadi tinggi, gelap, tinja
untuk mengobati kadar
seperti penyakit Addison berwarna seperti
kalium rendah dan
atau penyakit ginjal. tanah liat, sakit
kondisi abnormal tubuh,
 Berhati-hatilah dan kuning (menguning
dimana tubuh
konsultasikan kepada pada kulit atau
akan mengeluarkan
dokter jika menderita mata); atau
banyak zat kimia alami  Reaksi alergi pada
penyakit hati.
(aldosterone). kulit – demam,
 Beritahu dokter bahwa
sakit tenggorokan,
Anda sedang mengonsumsi
bengkak pada
spironolactone jika akan
wajah dan lidah,
menjalani tindakan operasi,
mata terasa panas,
termasuk operasi gigi.
kulit terasa sakit,
 Hindari mengonsumsi
diikuti dengan
minuman beralkohol ketika
ruam berwarna
sedang menjalani
kemerahan atau
pengobatan dengan
keunguan yang
spironolactone.
menyebar
 Spironolactone
(khususnya pada
menyebabkan pusing dan
wajah dan tubuh
kantuk. Jangan mengemudi
bagian atas) dan
kendaraan, mengoperasikan
menyebabkan kulit
mesin, atau melakukan
aktivitas lain yang melepuh dan
membutuhkan konsentrasi mengelupas
penuh.
 Jika terjadi reaksi alergi
atau overdosis setelah
mengonsumsi
spironolactone, segera
temui dokter.
7 Lovenox 0,6 obat untuk menghentikan  Pencegahan kelainan  Wanita hamil dan menyusui  Munculnya gejala
ml/12 gumpalan darah terjadi, tromboemboli vena, karena akan ada dampak berupa pendarahan
jam dokter menggunakannya terutama setelah negatif yang berbahaya
 Timbul reaksi
via setelah prosedur operasi melakukan bedah bagi bayi.
alergi pada kulit
SC dengan tulang atau bedah
 Pasien dengan gangguan
menyuntikkannya ke umum pada pasien  Diare dan mual
hati dan ginjal.
pasien agar peredaran yang memiliki resiko
 Demam
darah lancar kembali. sedang maupun tinggi.  Pasien pasca operasi tulang
dan tulang belakang.  Pembengkakan di
 Mencegah timbulnya
kaki atau tangan
trombosis pada
sirkulasi  Pembengkakan,
ekstrakorporeal selama ruam, ataupun
hemodialisa. nekrosis kulit pada
 Terapi angina yang area penyuntikan
tidak stabil dan infark
miokard gelombang
non-Q jika diberikan
bersama dengan
asetosal.

 Profilaksis penyakit
tromboembolik vena
pada setiap pasien
yang sedang dalam
keadaan harus
terbaring di tempat
tidur, dengan tingkat
resiko sedang hingga
tinggi.
8 Furosemide 20 Digunakan untuk  Mengurangi cairan  Terapi furosemide dapat  Pusing.
mg/12 membuang cairan atau di Edema karena menimbulkan masalah
 Vertigo.
jam garam berlebih di dalam gangguan jantung. serius berupa deplesi
 Edema yang
via IV tubuh melalui urine dan elektrolit, dehidrasi,  Mual dan muntah.
berhubungan dengan
meredakan hipovolemia hingga syok
ganguan ginjal dan  Penglihatan buram.
pembengkakan yang akibat diuresis berlebihan.
sirosis hati.
disebabkan oleh gagal  Supportive measures  Pada pasien lansia , risiko  Diare.
jantung, penyakit hati, pada edema otak. gangguan sirkulasi maupun
 Edema yang  Konstipasi
penyakit ginjal atau risiko emboli dan
disebabkan luka
kondisi terkait. thrombosis vascular lebih  Kram perut.
bakar.
besar
 Untuk pengobatan  Merasa lelah.
 Sirosis dengan ensefalopati
hipertensi ringan dan
hepatik : Koreksi terlebih  Mudah mengantuk.
sedang.
 Pendukung diuresis dulu kadar elektrolit dan
 Mual parah.
yang dipaksakan asam basa ketika pasien
pada keracunan dalam kondisi koma  Mulut terasa
hepatik sebelum kering.
memberikan terapi
 Aritmia.
furosemide.
 Diabetes : Terapi  Telinga berdenging.
furosemide dapat
 Kulit menguning.
mempengaruhi kadar gula
darah  Reaksi alergi (ruam

 Lupus eritematosus atau pembengkakan

sistemik: Eksaserbasi SLE pada mulut dan

dapat dipicu oleh wajah).

pemberian furosemide
 Pingsan
 Insufisiensi adrenal : Pada
pasien hipertensi akibat
insufisiensi adrenal
sebaiknya berikan terapi
glukokortikoid/mineralokor
tikoid dan/atau disertai
pemberian terapi
antihipertensi selain
diuretik
9. Nacl 0,9% 500  Pengganti cairan  Hipernatremia  Demam
 iritasi atau infeksi
ml/ plasma isotonik yang  Asidosis
pada tempat injeksi
12 hilang.  hipokalemia.
 trombosis atau
 Pengganti cairan
jam
flebitis yang
pada kondisi
meluas dari tempat
alkalosis
injeksi
hipokloremia
 ekstravasasi

Jakarta, 18 februari 2019


Yang mengkaji

(kelompok 9)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Rontgen thoraks (17/2/2019)

Kesan:
Edema paru
Elongasi aorta
 EKG (17/2/2019)

Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 68 x/menit
22

3. Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead


4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+2) + (-1) = +1
AvF :+5
Aksis = Normal

7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead II, III, AvF, V2-V5

8. T Inverted : V1 – V6
9. Q patologis : V1-V4
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada pada inferior dan anterior
serta infark pada anteroseptal
 EKG (18/2/2019)

Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 75 x/menit
20

3. Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead


4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+2) + (-1) = +1
AvF : (+3) + (0) = +3
Aksis = Normal

7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead I, II, III, AvF, AvL, V2-V5

8. T Inverted : V1-V5
9. Q patologis : V1-V4
10. Kesan : sinus rythm dengan injury pada inferior, anterior, dan lateral
serta infark pada anteroseptal
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : Tn. N Dokter : Dewi Intan Mayasari, Dr

Alamat : Penanggaran cipulir Tgl. Lahir : 28.08.1965 / L

Kamar/ruang : IRD No RM : 01671110

No. Lab : 2019020552455 (159D) Tgl ACC : 17.02

Tgl. Terima : 17.02.2019 (11:23:39)

PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

Hemoglobin Automatic 14.7 g/dL 13.27 – 17.3

Hematokrit Automatic 44 % 33 - 45

Lekosit Automatic 17.3 (H) ribu/ul 5.0 – 10.0

Trombosit Automatic 327 ribu/ul 150 – 440

Eritrosit Automatic 4.91 juta/ul 4.40 – 5.90

VER/HER/KHER/RDW

VER Automatic 88.8 fi 80.0 – 100.0

HER Automatic 29.9 pg 26.0 – 34.0

KHER Automatic 33.7 g/dl 32.0 – 36.0

RDW Automatic 13.3 % 11.5 – 14.5

KIMIA KLINIK
FUNGSI HATI

SGOT
IFCC, 37oC 104 (H) u/l 0 – 34
SGPT
IFCC, 37oC 18 u/l 0 – 40
FUNGSI GINJAL

Ureum darah
Kreatinin darah Urease 30 mg/dl 20 – 40

DIABETES Jaffe No 0.8 mg/dl 0.6 – 1.5


Deprot
GLUKOSA DARAH
SEWAKTU

Glukosa darah sewaktu

JANTUNG Hexokinase
125 mg/dl 70 – 140
CK

CK – MB IFCC, 37oC
1159 (H) u/l <= 175
Troponin I Enzimatic
242 (H) u/l 7 – 25
ELEKTROLIT DARAH
7.50 (H) mg/ml < 0.02
Natrium (darah)

Kalium (darah) ISE


139 mmol/l 135 – 147
klorida (darah) ISE
3.50 mmol/l 3.10 – 5.10
ISE
107 mmol/l 95 – 108
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM TTD


1 Ds : Agen Pencedera Nyeri Akut
- Klien mengatakan nyeri Fisiologis
dada 3 hari SMRS (Sindrom Koroner
P : Muncul malam hari saat Akut)
sedang istirahat.
Q : Seperti tertimpa beban berat
R : Menjalar ke bagian
punggung
S : Skala nyeri 5
T : 25 menit, hilang timbul
terutama pada malam hari
- Klien mengatakan semalam
sulit tidur Kelompok
- Klien mengatakan nafsu 9
makan berubah

Do :
- Klien tampak meringis
- TTV = TD istirahat :
122/80 mmhg, TD setelah
berbicara: 165/100 mmhg
N istirahat : 84x/menit, N
setelah berbicara : 105x/menit,
RR : 21x/menit, S : 36,7ºC
- Klien tampak bingung
ketika ditanya
- Tampak gelisah

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM TTD


2 Ds :
- Klien mengatakan sesak Penurunan
(dyspnea) lebih sering saat Perubahan Afterload Curah Jantung
malam hari.
- Klien mengatakan saat
sesak timbul lebih nyaman
dengan posisi duduk. Kelompok
- Klien mengeluh lelah 9
setelah banyak berbicara
Do :
- TD istirahat :122/80
mmhg, TD setelah
berbicara: 165/100 mmhg, N
istirahat : 84x/menit, N
setelah berbicara :
105x/menit, RR : 21x/menit,
S : 36,7ºC
- Nadi perifer teraba lemah
dan cepat
- CRT 3 detik
- Tampak pucat HB: 12.7
g/dl (L)
3 Ds :
1. - Klien mengeluh lelah
- Klien mengeluh sesak saat Ketidakseimbangan Intoleransi
banyak berbicara Antara Suplai dan Aktivitas
- Klien merasa lemah kebutuhan Oksigen
Do :
- Frekuensi jantung
meningkat >20% dari Kelompok
kondisi istirahat, 84x/menit 9
menjadi 110x/menit setelah
10 menit berbincang.
- Tekanan darah saat istirahat
122/80 mmHg, saat setelah
berbicara 165/100 mmHg
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian diatas, diagnosa yang muncul pada Tn.N berdasarkan
SDKI 2017, antara lain :
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan afterload ditandai dengan
Klien mengatakan sesak (dyspnea) lebih sering saat malam hari, Klien mengatakan
saat sesak timbul lebih nyaman dengan posisi duduk, Klien mengeluh lelah setelah
banyak berbicara, TD istirahat :122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg,
N istirahat : 84x/menit, N setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC,
CRT 3 detik, Tampak pucat HB: 12.7 g/dl (L)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis (Sindrom Koroner Akut)
ditandai dengan Klien mengatakan nyeri dada 3 hr SMRS, P : Muncul malam hari
saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Menjalar ke bagian
punggung, S : Skala nyeri 5, T : ±25 menit. Klien mengatakan semalam sulit tidur,
Klien mengatakan nafsu makan berubah, Klien tampak meringis , TTV = TD istirahat
:122/80 mmhg, TD setelah berbicara: 165/100 mmhg, N istirahat : 84x/menit, N
setelah berbicara : 105x/menit, RR : 21x/menit, S : 36,7ºC, Klien tampak bingung
ketika ditanya, tampak gelisah
3. Intoleransi Aktivitas berhubungan ketidakseimbangan Antara Suplai dan kebutuhan
Oksigen ditandai dengan Klien mengeluh lelah, Klien mengeluh sesak saat banyak
berbicara, Klien merasa lemah, Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat, 84x/menit menjadi 110x/menit setelah 10 menit berbincang. Tekanan darah
saat istirahat 122/80 mmHg, saat setelah berbicara 165/100 mmHg.
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
NO Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional TTD
Keperawatan
1 Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV, periksa dalam 1. Hipotensi dapat terjadi
jantung berhubungan keperawatan selama 4 x 24 keadaan baring, duduk dan berdiri sebagai akibat dari disfungsi
dengan perubahan jam, diharapkan penurunan (bila memungkinkan) ventrikel, hipoperfusi miokard
afterload ditandai curah jantung dapat teratasi 2. Auskultasi adanya S3, S4 dan dan rangsang vagal. Sebaliknya,
dengan Klien dengan Kriteria Hasil : adanya murmur. hipertensi juga banyak terjadi
mengatakan sesak 1. TTV dalam rentang normal 3. Berikan makanan dalam porsi kecil yang mungkin berhubungan
(dyspnea) lebih sering TD : 110 – 130 /70 – 90 dan mudah dikunyah. dengan nyeri, cemas,
saat malam hari, Klien mmHg 4. Kaji ulang EKG peningkatan katekolamin dan
mengatakan saat sesak N : 80 – 100 X/menit 5. Auskultasi bunyi nafas atau masalah vaskuler
timbul lebih nyaman RR : 20 – 24 X/menit 6. Kolaborasi pemberian oksigen sebelumnya. Hipotensi ortostatik Klmpk
dengan posisi duduk, 2. Tidak ada disritmia sesuai kebutuhan klien berhubungan dengan komplikasi 9
klien mengeluh lelah 3. Penurunan dispnea 7. melakukan kolaborasi pemberian GJK.
setelah banyak 4. Tidak ada penurunan obat Clopidogrel 1x75mg via oral, 2. Penurunanan curah jantung
berbicara, TD kesadaran simvastatin 1x20mg via oral, ramipril ditunjukkan oleh denyut nadi
meningkat 165/100 5. Haluaran urine adekuat 1x2 mg via oral, spironolakton yang lemah dan HR yang
mmHg, Nadi perifer 6. AGD dalam batas normal 1x20mg via oral, lovenox 0,6mili via meningkat.
teraba lemah dan subkutan, furosemide 2x20mg via S3 dihubungkan dengan GJK,
cepat, CRT 3 detik. Intravena regurgitasi mitral, peningkatan
kerja ventrikel kiri yang disertai
infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia
miokardia, kekakuan ventrikel
dan hipertensi. Murmur
menunjukkan gangguan aliran
darah normal dalam jantung
seperti pada kelainan katup,
kerusakan septum atau vibrasi
otot papilar.
3. Makan dalam volume yang
besar dapat meningkatkan kerja
miokard dan memicu rangsang
vagal yang mengakibatkan
terjadinya bradikardia.
4. Menunjukkan perbaikan/
kemnajuan infark fungsi
ventrikel terutama pada gambar
ST menunjukkan kestabilan.
5. Krekels menunjukkan
kongesti paru yang mungkin
terjadi karena penurunan fungsi
miokard.
6. Meningkatkan suplai oksigen
untuk kebutuhan miokard dan
menurunkan iskemia.
7. membantu proses
penyembuhan
2 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji nyeri secara komprehensif 1. Menentukan tindakan yang
berhubungan dengan keperawatan selama 4 x 24 (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan tepat
Agen Pencedera jam, diharapkan nyeri pada Derajat nyeri) 2. Menjadi data pendukung
Fisiologis (Sindrom pasien dapat berkurang dengan 2. Observasi reaksi non verbal dari penentuan Dx
Koroner Akut) Kriteria Hasil : ketidaknyamanan 3. Membantu menurunkan
ditandai dengan Klien 1. Mampu mengenali nyeri 3. Bantu melakukan teknik relaksasi persepsi-respon nyeri dengan
mengatakan nyeri dada (intensitas,frekuensi,dan (napas dalam/perlahan, distraksi, memanipulasi adaptasi fisiologis
3 hr SMRS, Klien tanda nyeri). visualisasi, bimbingan imajinasi) tubuh terhadap nyeri.
mengatakan semalam 2. Mampu Mengontrol 4. Anjurkan pasien bedrest total 4. Mempercepat kesembuhan
sulit tidur, Klien nyeri 5. Anjurkan pasien posisi fowler atau 5. Meningkatkan ekspansi
mengatakan nafsu 3. Melaporkan skala nyeri semi fowler paru,memaksimalkan ventilasi Klmpk
makan berubah, Klien berkurang (skala 1-3) 7. Monitor TTV 7. Mengetahui keadaan umum 9
tampak meringis , 8. Kolaborasikan dengan dokter untuk 8. Analgetik dapat mengurangi
TTV = TD : 165/100 pemberian analgetik :Miniaspi nyeri
mmHg, N : 1x80mg, ISDN 3x5mg
105x/menit, RR :
20x/menit, S : 36,7ºC,
Klien tampak bingung
ketika ditanya, P :
Muncul malam hari
saat sedang istirahat,
Q : Seperti tertimpa
beban berat, R :
Menjalar ke bagian
punggung, S : Skala
nyeri 5, T : ±25 menit.

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1.Observasi adanya pembatasan 1. Keterlibatan dalam
berhubungan keperawatan selama 3 x 24 klien dalam melakukan aktivitas pembicaraan panjang dapat
ketidakseimbangan jam, diharapkan ada 2.Kaji adanya factor yang melelahkan klien tetapi
Antara Suplai dan peningkatan aktivitas pada menyebabkan kelelahan kunjungan orang penting dalam
kebutuhan Oksigen pasien,dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor nutrisi dan sumber energy suasana tenang bersifat
ditandai dengan Klien 1. Keseimbangan antara yang adekuat terapeutik. Klmpk
mengeluh lelah, Klien aktivitas dan istirahat 4. Bantu klien mengidentifikasi 2. Menurunkan resiko kelelahan 9
mengeluh sesak saat 2. TTV dalam rentang normal aktivitas yang mampu dilakukan 3. Nutrisi yang adekuat
banyak berbicara, TD : 110 – 130 /70 – 90 5. Pantau HR, irama, dan perubahan mengurangi kelehan saat
Klien merasa lemah, mmHg TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas
Frekuensi jantung N : 80 – 100 X/menit aktivitas sesuai indikasi. 4. Aktivitas yang tidak sesuai
meningkat >20% dari RR : 20 – 24 X/menit 6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas kemampuan akan menyebabkan
kondisi istirahat, 3. tidak ada sesak dispnea dan anjurkan klien untuk resiko komplikasi
88x/menit menjadi menghindari peningkatan tekanan 5. Menentukan respon klien
110x/menit setelah 10 abdominal. terhadap aktivitas.
menit berbincang. Menurunkan kerja
Tekanan darah saat miokard/konsumsi oksigen,
istirahat 122/80 menurunkan risiko komplikasi.
mmHg, saat setelah 6. Manuver Valsava seperti
berbicara 165/100 menahan napas, menunduk,
mmHg. Gambaran batuk keras dan mengedan dapat
EKG : Normal sinus mengakibatkan bradikardia,
rhythm, Anterolateral penurunan curah jantung yang
infract, possibly kemudian disusul dengan
acute, Acute STEMI takikardia dan peningkatan
tekanan darah.
IMPLEMENTASI

No Waktu Implementasi TTD


Senin, 18
Februari 2019
1 11.30 - Merekam EKG Dwi
H/ gambaran EKG: sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior)
1 12.15 - Menganjurkan makan dalam porsi kecil dan lunak Resti
H/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
1 12.30 - Memberi obat ISDN 5 mg via sublingual Utari
H/ ISDN sudah diletakkan pasien dibawah lidah
1 13.00 - Menghitung intake dan output Soni
H/ makan 1/2 porsi, intake: 200 mili, output: 400 mili, BAB – Dwi
3 15.45 - Membantu klien mandi
H/ pasien tampak lebih bersih dan segar Soni
2 16.00 - Menganjurkan untuk merubah posisi menjadi posisi semi fowler
H/ pasien mengatakan lebih nyaman saat posisinya setengah duduk Fitri
2,1,3 16.05 - Memonitor TTV
H/ TD istirahat : 136/78 mmHg, TD setelah aktivitas: 155/87 mmHg, N istirahat: 83x/menit,
nadi setelah aktivitas: 107x/menit, RR: 21x/menit, S: 36.70C, saO2: 100% irama nadi: irreguler Syifa
2,1 18.00 - Memberi obat furosemid 20 mg via IV dan ISDN 5 mg via sublingual
H/ furosemid telah diberikam via iv dan telah meletakkan ISDN dibawah liidah Fitri
1 18.30 - Memberi furosemid 20 mg via iv
H/ furosemid telah dimasukkan via iv, flebitis (-) Suci
1 20.00 - Memberi lovenox 0,6 ml via SC
H/ Lovenox telah diberikan di perut Perawat
1 20.30 - Menghitung intake dan output
H/ makan ½ porsi, intake: 250 mili, output:150 mili, BAB - Perawat
1,3 22.00 - Memberi obat oral simvastatin 20 mg dan ramipril 2 mg
H/ simvastatin dan ramipril telah pasien minum sebelum tidur
3 03.00 - Membantu pasien mandi Perawat
H// pasien tampak lebih bersih dan segar
1 05.00 - Menghitung intake dan output Perawat
H/ makan ½ porsi, intake: 600 mili, output: 800 mili, BAB –
1 06.00 - Memberi obat furosemid 20 mg via IV Syifa
H/ furosemid telah diberikam via iv
Selasa Syifa
1,2 07.00 - Memberi obat oral miniaspi 80 mg, clopidogrel 75 mg, spironolakton 20 mg, dan ISDN 5 mg
via sublingual Perawat
H/ miniaspi, sprironolakton dan clopidogrel sudah pasien minum, ISDN sudah diletakkan pasien
di bawah lidah Perawat
2,1 08.00 - Memberi Lovenox 0.6 ml via SC
H/ l ovenox telah diberikan di perut Bianca
1 09.00 - Merekam EKG
H/ gambaran EKG: sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior) Bianca
1 12.00 - Memberi sprinolakton 20 mg via oral
H/ Obat telah diminum Perawat
1 13.00 - Menghitung intake dan output
H/ makan ½ porsi, intake: 250 mili, output: 350 mili, BAB + Perawat
2 14.00 - Memonitor TTV
TD: 146/83 mmHg, N: 98x/menit, RR: 24x/menit, S: 37.00C, saO2: 98% Perawat
2,1,3 14.00 - Memberi oksigen nasal kanul 3 liter/menit
H/ klien mengatakan sesak mulai berkurang Perawat
2 18.00 - Memberi obat oral furosemid 20 mg dan ISDN 5 mg via sublingual
H/ ramipril telah diminum setelah makan malam, sublingual Fitri
1 20.00 - Memberi lovenox 0,6 ml via SC
H/ lovenox telah diberikan di perut Fitri
1 20.30 - Menghitung intake dan output Fitri
H/ makan 1 porsi, intake: 250 mili, output: 150 mili, BAB –
2,1,3 03.00 - Memberi simvastatin 20 mg dan ramipril 2 mg Perawat
H/ ramipril sudah diminum oleh pasien
3 03.30 - Membantu memandikan pasien perawat
H/ pasien merasa lebih bersih dan segar
2,1,3 04.00 - Memonitor TTV
perawat
H. TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N
setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
1 05.00 - Menghitung intake dan output
H/ makan ½ porsi, intake: 450 mili, output: 700 mili, BAB – soni
1 05.30 - Memberi fuurosemid 2o mg via iv
H/ Obat telah diberikan soni
1 05.45 - Mengganti cairan infus dengan NaCl 0.9% / 12 jam
soni
H/ cairan telah diganti dengan yang baru, tetesan lancar, flebitis (-)
1 06.00 - Memberi furosemid 20 mg
soni
H/ furosemid telah diberikan via iv
Rabu
1,2 07.00 - Memberi obat oral miniaspi 80 mg, clopidogrel 75 mg, spironolakton 20 mg, dan ISDN 5 mg
via sublingual perawat

H/ miniaspi, sprironolakton dan clopidogrel sudah pasien minum, ISDN sudah diletakkan pasien
08.00 - Mengkaji EKG pasien
1 perawat
H/ gambaran EKG: Sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4 dan V5 (anterior)
2,1,3 09.00 R/ pasien menhatakan bersedia untuk di rekam jantungnya
- Memonitor tanda-tanda vital utari
H/ - TTV = TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
R/ Pasien tampak bingung ketika ditanya, Pasien tampak tidak mampu berbicara terlalu banyak
karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari
88x/menit, menjadi 105x/menit
- Mengkaji nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri)
2 09.10
H/ - P : Muncul malam hari saat sedang istirahat, Q : Seperti tertimpa beban berat, R : Utari

Menjalar ke bagian punggung, S : Skala nyeri 6, T : ±25 menit.


- Mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam
1 10.00 H/pasien dapat mengikuti apa yang diajarkan, dan akan melakukannya saat nyeri timbul
kembali Utari

R/pasien mengatakan nyeri pada dada sedikit berkurang dan bisa lebih rileks dari sebelumnya.
- Memberikan obat levenox gr
1 11.45 H/ obat masuk melalui infus
- Mengubah posisi klien senyaman mungkin Perawat

2 12.00 H/ posisi diubah


R/ klien mengatakan nyaman dengan posisi saat ini Pearawat

- Memberikan makanan untuk pasien dalam porsi yang mudah dikunyah


1 H/ makanan habis tidak ada sisa
12.30
R/ pasien mengatakan merasa kenyang Perawat
- Menghitung intake dan output
H/ makan 1 porsi, intake: 200 mili, output: 250 mili, BAB
1 13.00
- Mengkaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan Perawat
H/ saat ini klien tidak nampak kelelahan
1 14.00 R/ klien mengakatan lelah saat aktivitas berat dan sesak Perawat
- Meantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas
H/ sebelum aktivitas : HR : 100 , TD : 128/95mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S :
2,1,3 17.00 36,7ºC. Setelah aktivitas HR: 117, TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S :
36,7ºC Suci
R/ sebelum aktivitas respon pasien hanya tidur, dan saat aktivitas pasien terlihat sedikit sesak.
- Membantu klien melakukan aktivitas yang mampu dilakukan
H/ klien mampu melakukan aktivitas ringan dengan mekukan sediri
2,3 17.10 R/ klien mengatakan sedikit lelah saat melakukan aktivitas ringan
- Menghitung intake dan output Suci
H/ makan 1/2 porsi, intake: 250 mili, output: 200 mili, BAB -
2 20.00 - Memberikan klien istirahat yang cukup
H/ klien istirhat Syifa

3 21.00 R/ klien mengatakan ingin tidur


- Memberi obat ISDN 5 mg Perawat

H/ ramipril sudah diminum oleh pasien


1
02.45 - Membantu memandikan pasien
H/ pasien merasa lebih bersih dan segar resti
3
03.00 - Memonitor TTV
resti
H. TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N
04.00 setelah aktivitas : 104x/menit, RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
2,1,3
- Menghitung intake dan output bianca

H/ makan 1 porsi, intake: 350 mili, output: 600 mili, BAB -


1 05.00 - Memberi furosemid 20 mg
H/ furosemid telah diberikan via IV bianca
05.30
1
- menganjurkan puasa untuk melakukan CAG dan PCI
Kamis R/ pasien dan keluarga mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat perawat
05.00 - Pemeriksaan glukosa darah
1
H/ GDS: 101 mg/dl
08.00 - Memonitor tanda-tanda vital (Post PCI) perawat
1
H/ - TTV = TD : 165/100 mmHg, N : 105x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
12.30 R/ Pasien tampak bingung ketika ditanya, Pasien tampak tidak mampu berbicara terlalu banyak dwi

1,2,3 karena nyeri pada dada dan sesak, Pada saat diajak berbicara nadi pasien meningkat dari
88x/menit, menjadi 105x/menit perawat

- Memberi makan dan minum setelah tindakan


R/ klien mengatakan kenyang setelah berpuasa sejak pukul 05.00 pagi
- Melakukan pemeriksaan APTT
13.00
1 H/ 36.0 detik (normal)
- Mengobservasi Up Sheat Perawat
15.30
1 H/ perdarahan (-), hematom (-)
- Memberi bantal pasir
19.30 Perawat
H/ bantal pasir telah diletakkan di daerah femoralis pasien
1 - Menganjurkan untuk tidak melepas bantal pasir selama 6 jam Perawat
19.45
R/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
1
- Menganjurkan untuk tidak menggerakan kaki terlalu ekstrem dan menekuk kaki untuk syifa
19.50
menghindari hematom setelah bantal pasir dilepas

1 H/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat


20.45 perawat
- Memonitor TTV
H/ TD: 99/68 mmHg, N: 72x/menit, RR: 21x/menit, S:37.00C, saO2: 99%
1 - Melepas bantal pasir, dan mengobservasi daerah yang telah dilakukan tindakan PCI perawat
21.00 H/ bantal pasir telah di lepas, hematom (-), perdarahan (-), balutan dalam keadaan baik
- Memberi furosemid 20 mg via iv
1,2,3
02.00 H/ furosemid telah diberikan via IV
- Menganjurkan pasien untuk banyak minum untuk mengeluarkan zat kontras Perawat
1
03.30 R/ pasien mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat
- Mengobservasi TTV Perawat
1
05.00 H/ TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100% dwi

1 - Merekam EKG Perawat


06.00
H/ gambaran EKG: Sinus rhythm dengan ST elevasi pada V2, V3, V4, dan V5 (anterior)
Perawat
1,2,3 - Memonitor tanda-tanda vital
Jumat
H/ - TTV = TD : 128/95 mmHg, N : 100x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC
08.30
- Melakukan edukasi mengenai perawatan post PCI
1 H/ pasien dan keluarga mengatakan mengerti dan akan mengikuti anjuran dari perawat
09.00
Perawat
1,2,3
11.30 Soni

1
Perawat

EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Selasa S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak
19/2/19
O: - tidak ada disritmia
03.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah
cc
- Hasil pengukuran TTV terakhir: 1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC.
2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Senin S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul spslsgi ketika malam hari
19/2/19
O: - Klien tampak belum mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan belum mampu dengan baik menjelaskan
03.02
nyeri yang dirasakannya
- Klien tampak belum mampu mengontrol nyeri dibuktikan dengan klien apabila nyeri terlihat tidak tenang
- Klien mengatakan nyeri lebih berkurang
A: masalah keperawatan nyeri akut belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Kaji kembali nyeri secara komprehensif (Lokasi,Karakteristik,Kualitas,dan Derajat nyeri)
2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
4. Anjurkan pasien bedrest total
5. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
7. Monitor TTV
8. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
9. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala

3 Senin S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya seperti belum adanya seperti pertama kali merasakan sesak dan
19/2/19
masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah
03.04
O: - Klien tampak tampak mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah
- Hasil pengukuran TTV terakhir:1. sebelum aktivitas : , TD : 121/85mmHg, N : 98x/menit, RR : 20x/menit, S : 36,7ºC.
2.Setelah aktivitas , TD : 145/95 mmHg, N : 105x/menit, RR : 26x/menit, S : 36,7ºC
- A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI

NO Waktu Evaluasi
1 Rabu S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul tetapi lebih berkurang dari hari sebelumnya
20/2/19
O: - tidak ada disritmia
06.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien belum mampu BAK dengan baik di tandai dengan minimnya jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah
cc
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Rabu S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul apalagi ketika malam hari tetapi tidak sesering seperti hari sebelumnya
20/2/19
O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan nyeri yang
06.02
dirasakannya walaupun masih belum begitu detail
- Klien tampak mulai mampu mengontrol nyeri walaupun masih harus diingatkan oleh anggota keluarga maupun perawat
- Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
4. Monitor TTV
5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala

3 Rabu S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya dan
20/2/19
masih sulit melakukan pergerakan karena cepat lelah
03.04
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga
dan perawat
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena cepat lelah
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas belum teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.
EVALUASI

NO Waktu Evaluasi
1 Kamis S: Klien mengatakan sesaknya berkurang dari hari sebelumnya
21/2/19
O: - tidak ada disritmia
05.32
- Kesadaran kompos mentis
- Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah cc
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1. Monitor TTV, periksa dalam keadaan baring, duduk dan berdiri (bila memungkinkan)
2. Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur.
3. Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah dikunyah.
4. Kaji ulang EKG
5. Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan klien
6. Auskultasi bunyi nafas
2 Kamis S: Klien mengatakan nyeri dadanya masih sering muncul
21/2/19
O: - Klien tampak mulai mampu mengenali nyerinya dengan baik dibuktikan dengan mulai mampu mendeskripsikan sakitnya
05.34
walaupun masih terbata-bata lebih baik disbanding hari sebelumnya
- Klien tampak mulai mampu mengontrol
- Klien mengatakan nyerinya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan yaitu:
1. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
2. Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi)
3. Anjurkan pasien posisi fowler atau semi fowler
4. Monitor TTV
5. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian analgetik :Miniaspi 1x80mg, ISDN 3x5mg
6. Evaluasi efektifitas analgesic, tanda – tanda gejala

3 Kamis S: Klien mengatakan sesaknya masih sering muncul dan rasanya lebih berkurang dibandingkan dengan hari sebelumnya tetapi
21/2/19
mulai mampu melakukan pergerakan tetapi masih cepet lelah
05.06
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri tetapi dengan dampingan dari keluarga
dan perawat
- Klien tampak tidak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama karena masih merasa cepat lelah
- TD isirahat: 128/77 mmHg TD setelah aktivitas : 144/81 mmHg, N istirahat: 79x/menit, N setelah aktivitas : 104x/menit,
RR: 24x/menit, S: 36.90C, saO2: 99%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan oleh perawat ruangan sebagai berikut:
1.Observasi adanya pembatasan
klien dalam melakukan aktivitas
2.Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
3. Monitor nutrisi dan sumber energy yang adekuat
4. Bantu klien mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan
5. Pantau HR, irama, dan perubahan TD sebelum, selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.
6. Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan anjurkan klien untuk menghindari peningkatan tekanan abdominal.

EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul
22/2/19
O: - tidak ada disritmia
06.00
- Kesadaran kompos mentis
- Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah cc
- TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Jumat S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya
22/2/19
O: - Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri
06.02
- Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail
- Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi
P: intervensi dihentikan

3 Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul


22/2/2019
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri
06.04
- Klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama
- TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
P: Intervensi dihentikan
EVALUASI
NO Waktu Evaluasi
1 Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah tidak muncul
22/2/19
O: - tidak ada disritmia
11.30
- Kesadaran kompos mentis
- Klien mulai mampu BAK dengan baik di tandai dengan jumlah produksi total urin selama 24 jam adalah cc
- TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: masalah keperawatan penurunan curah jantung teratasi
P: intervensi dihentikan
2 Jumat S: Klien mengatakan sudah tidak ada nyeri dadanya
22/2/19
O: - Klien tampak sudah tidak merasakan nyeri
11.32
- Klien mampu menjelaskan nyeri yang dirasakan dengan detail
- Klien mampu menjelaskan tatacara melakukan teknik rileksasi pernapasan
A: masalah keperawatan nyeri akut teratasi
P: intervensi dihentikan

3 Jumat S: Klien mengatakan sesaknya sudah jarang muncul


22/2/2019
O: - Klien tampak mulai mampu melakukan aktifitas fisik yang ringan secara mandiri
11.33
- Klien tampak mampu melakukan aktifitas ringan dengan waktu yang cukup lama
- TD: 102/65 mmHg, N: 88x/menit, RR: 20x/menit, S: 36.60C , saO2: 100%
A: Masalah keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
P: Intervensi dihentikan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 EKG (19/2/2019)

Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 100 x/menit
15
3. Gelombang P: diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+2) + (-0) = +2
AvF : + 3 + (-0) = +3
Aksis = Normal
7. ST Depresi : -
ST Elevasi : Lead I, II, AvF, V2-V5
8. T Inverted : AvL, V1 – V6
9. Q patologis : V1-V6
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada lateral dan anterior dan
extensive infark

 EKG (20/2/2019)
Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 94 x/menit
16
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 3 + (-0) = +3
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead I, II, AvF, V2-V6
8. T Inverted : VI-V5
9. Q patologis : VI-V5
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada lateral dan anterior
serta infark pada anterior
 EKG (21/2/2019)

Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 88 x/menit
17
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 2 + (-1) = +2
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead I, II, VI, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted : V1
9. Q patologis : V1-V6
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada anterior dan
ekstensive infark
 EKG (22/2/2019)

Interpretasi:
1. Irama : Reguler
2. Frekuensi : 1500 = 75 x/menit
20
3. Gelombang P : diikuti QRS, gelombang P ada di semua lead
4. PR interval : 0,20 detik
5. QRS : 0,08 detik
6. Aksis : Lead I: (+1) + (-0) = +1
AvF : + 5 + (-0) = +5
Aksis = Normal
7. ST Depresi :-
ST Elevasi : Lead II, III, AvF, V2, V3, V4, V5, V6
8. T Inverted :-
9. Q patologis : V1-V5
10. Kesan : Sinus rythm dengan injury pada inferior dan anterior
serta infark pada anterior
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 21-02-2019 (08:03:30)


PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILA RUJUKAN
KIMIA KLINIK
DIABETES
Glukometer (POCT) 101 (H) mg/dl <90

Tanggal 21-02-2019 (15:42:33)


PEMERIKSAAN METODE HASIL SATUAN NILA RUJUKAN
HEMATOLOGO
HEMOSTASIS
APTT Mekanik 36.0 detik 26.3 – 40.3
Kontrol APTT 30.7 detik
BALANCE CAIRAN

(18/2/2019)

Waktu Makan Minum Parenteral BAK BAB Muntah


08. 00 ½ porsi 100
09.00 500
10.00
11.00 400
12.00 ½ porsi 100
13.00 +
14.00
15.00 50
16.00
17.00
18.00 ½ porsi 200
19.00
20.00 150
21.00 200 500
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00 250
06.00 800
07.00 150
Jumlah 1050 1000 1350 -

 IWL : 15 x 63 = 945
 Intake : 1050 + 1000 = 2050 cc
 Output : 1350 cc
 Balance caran : intake – (output + IWL) = 2050 – (1350 + 945) = - 245
BALANCE CAIRAN

(19/2/2019)

Waktu Makan Minum Parenteral BAK BAB Muntah


08. 00 ½ porsi 150
09.00 500
10.00 +
11.00 350
12.00 ½ porsi 100
13.00
14.00
15.00 50
16.00
17.00
18.00 1 porsi 200
19.00
20.00 150
21.00 150 500
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00 200
06.00 700
07.00 100
Jumlah 950 1000 1200 -

 IWL : 15 x 63 = 945
 Intake : 950 + 1000 = 1950 cc
 Output : 1200 cc
 Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – ( 1200 + 945) = -195
BALANCE CAIRAN

(20/2/2019)

Waktu Makan Minum Parenteral BAK BAB Muntah


08. 00 ½ porsi 100
09.00 500 +
10.00
11.00 250
12.00 1 porsi 100
13.00
14.00
15.00
16.00 50
17.00
18.00 ½ porsi 150
19.00
20.00 50 200
21.00 500
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00 350
05.00 Puasa PCI
06.00
07.00 600
Jumlah 950 1000 1050 -

 IWL : 15 x 63 = 945
 Intake : 950 + 1000 = 1950
 Output : 1050
 Balance caran : intake – (output + IWL) = 1950 – (1050 + 945) = -45
BALANCE CAIRAN

(21/2/2019)

Waktu Makan Minum Parenteral BAK BAB Muntah


08. 00 Puasa PCI 50
09.00 500 +
10.00
11.00 250
12.00 1 porsi 250
13.00
14.00
15.00 150
16.00
17.00
18.00 1 porsi 200
19.00
20.00 250
21.00 100 500
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00 200
06.00
07.00 150 550
Jumlah 1100 1000 1050 -

 IWL : 15 x 63 = 945
 Intake : 1100 + 1000 = 2100
 Output : 1050
 Balance caran : intake – (output + IWL) = 2100 – (1050 + 945) = +105
BALANCE CAIRAN

(22/2/2019)

Waktu Makan Minum Parenteral BAK BAB Muntah


08. 00 1 porsi 100
09.00 500 +
10.00
11.00 500
12.00 Pasien pulang
13.00
14.00
15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
07.00
Jumlah 100 500 500 -

 IWL : 15 x 63 = 945
 Intake : 100 + 500 = 600
 Output : 500
 Balance caran :-

Вам также может понравиться

  • Kasus 4
    Kasus 4
    Документ12 страниц
    Kasus 4
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • BAB I KV
    BAB I KV
    Документ4 страницы
    BAB I KV
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • LP Anc
    LP Anc
    Документ32 страницы
    LP Anc
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Pci
    Pci
    Документ12 страниц
    Pci
    monika
    Оценок пока нет
  • LP Anc
    LP Anc
    Документ11 страниц
    LP Anc
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Kelompok 9 Hcu RSF
    Kelompok 9 Hcu RSF
    Документ124 страницы
    Kelompok 9 Hcu RSF
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Coronary Artery Disease (Cad)
    Laporan Pendahuluan Coronary Artery Disease (Cad)
    Документ17 страниц
    Laporan Pendahuluan Coronary Artery Disease (Cad)
    Iftitah Faradhilah Annisa
    Оценок пока нет
  • Angket Komunitas Fix
    Angket Komunitas Fix
    Документ59 страниц
    Angket Komunitas Fix
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • LP CA Serviks
    LP CA Serviks
    Документ16 страниц
    LP CA Serviks
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Документ9 страниц
    Macam-macam Cairan Infus dan Indikasinya
    Sutjipto Wijono
    Оценок пока нет
  • Bab Ii BBLR
    Bab Ii BBLR
    Документ12 страниц
    Bab Ii BBLR
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • BAB II TINJAUAN TEORI BBLR
    BAB II TINJAUAN TEORI BBLR
    Документ10 страниц
    BAB II TINJAUAN TEORI BBLR
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Format Resume Ok
    Format Resume Ok
    Документ6 страниц
    Format Resume Ok
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Resume 4 Biopsi Insisi Tu Colli
    Resume 4 Biopsi Insisi Tu Colli
    Документ7 страниц
    Resume 4 Biopsi Insisi Tu Colli
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Документ36 страниц
    Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Format Resume Ok
    Format Resume Ok
    Документ6 страниц
    Format Resume Ok
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Format Resume Ok
    Format Resume Ok
    Документ6 страниц
    Format Resume Ok
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Документ36 страниц
    Keperawatan Medikal Bedah untuk Stroke Iskemik
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Geno Gram
    Geno Gram
    Документ1 страница
    Geno Gram
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Gizi Pada Penyakit Paru
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Документ7 страниц
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Geno Gram
    Geno Gram
    Документ1 страница
    Geno Gram
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Gizi Pada Penyakit Paru
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Документ7 страниц
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Terapi Diet Pasien
    Terapi Diet Pasien
    Документ3 страницы
    Terapi Diet Pasien
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Genogram
    Genogram
    Документ1 страница
    Genogram
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Gizi Pada Penyakit Paru
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Документ7 страниц
    Gizi Pada Penyakit Paru
    Dwi Indri
    Оценок пока нет
  • Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Paru
    Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Paru
    Документ7 страниц
    Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Paru
    Dwi Indri
    Оценок пока нет