Вы находитесь на странице: 1из 15

RESUME MATA KULIAH

BAB 1
SIFAT SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
STUDY KASUS WALMART
REVIEW ARTIKEL

Disusun Oleh

Resi Intan Penatari S431808011

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
BAB 1

SIFAT SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

KONSEP – KONSEP DASAR

1. PENGENDALIAN
Elemen – elemen sistem pengendalian di gambarkan pada bagan yaitu antara
perusahaan yang sedang dikendalikan terjadi hubungan timbal balik dengan perangkat
kendali. Di dalam hubungan timbal balik tersebut terdapat elemen detector dan effector
untuk sistem pengendalian dan perangkat kendali terdapat assessor untuk elemen system
pengendalian.

Setiap sistem pengendalian sedikitnya memiliki empat elemen penyusunnya :

- Pelacak (detector) atau sensor adalah suatu perangkat pada sistem pengendalian
yang mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang
dikendalikan.
- Penilai (assessor) adalah suatu perangkat pada sistem pengendalian yang
menentukan signifikansi dari peristiwa actual dengan cara membandingkannya
dengan beberapa standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
- Effector adalah suatu perangkat pada sistem pengendalian yang disebut dengan
umpan balik karena mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan
untuk melakukan hal tersebut.
- Jaringan komunikasi adalah perangkat pada sistem pengendalian yang meneruskan
informasi antara detector dan assessor dan antara assessor dan effector.

Pengendara mobil. Sistem pengendalian pengendara mobil bertindak sebagai:

- Sensor pada pengendara mobil adalah mata pengendara yang mengukur kecepatan
actual dengan cara mengamati speedometer
- Assessor pada pengendara mobil adalah otak pengendara yang membandingkan
kecepatan actual dengan kecepatan yang ditetapkan oleh hokum, dan mendeteksi
adanya penyimpangan dari standar.
- Effector pada pengendara mobil adalah mengarahkan kaki pengendara untuk
melepas atau menekan pedal gas
- Sistem iformasi adalah pada saat pengendara mengubah system komunikasi yang
menyebarkan informasi dari mata ke otak dan otak ke kaki.

2. MANAJEMEN
Suatu organisasi tidak hanya terdiri daru satu orang saja, tetapi terdiri dari sekelompok
orang yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama di dalam organisasi
tersebut, yang biasanya organisasi bisnis tujuan utamanya adalah memperoleh
tingkatan laba yang memuaskan. Proses pengendalian manajemen adalah proses di
mana manajer diseluruh tingkatan atau bagian memastikan bahwa orang-orang yang
mereka awasi mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan.

Perbandingan dengan Proses Pengendalian yang Lebih Sederhana


Proses pengendalian yang digunakan oleh manajer mengandung elemen yang sama
dengan elemen pada sistem pengendalian yang lebih sederhana yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnyayang terdiri dari detector, assessor, effector dan system
komunikasi, namun bagaimanapu terdapat perbedaan yang signifikan antara proses
pengendalian manajemen dengan proses yang lebih sederhana, yaitu :
- Tidak sama halnya seperti thermostat atau sistem suhu tubuh yang di gambarkan di
atas, faktanya standar tidaklah ditetapkan terlebih dahulu melainkan standar tersebut
merupakan proses perencanaan yang sadar. Oleh karena itu, pengendalian dalam
suatu organisasi meliputi perencanan standar.
- Seperti halnya mengendalikan mobil oleh pengendra mobil, pengendalian
manajemen tidak bersifat otomatis.
- Tidak seperti pengendalian sebuah mobil oleh pengendara yang merupakan suatu
fungsi yang dilakukan oleh seorang individu, pengendalian manajemen memerlukan
koordinasi antar individu di dalam suatu organisasi. Pengendalian manajemen harus
memastikan bahwa setiap bagan dalam struktur organisasi bekerja secara harmonis
dengan bagian lainnya.
- Koneksi dari diterimanya kebutuhan akan tindakan ke ditetapkannya tindakan yang
diperlukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan mungkin bukan sesuatu yang
jelas dilihat,tetapi hal yang tidak jelas. Manajer di umpamakan sebagai kotak hitam
karena tidak dapat diketahui apa tindakan yang akan di ambil oleh manajer tertentu
dalam suatu bagian ketika terjadi sebuah perbedaan yang signifikan antara hasil
actual dengan hasil yang diharapkan, atau tindakan apa yang akan di ambil orang
lain sebagai respon terhadap tanda atau sinyal dari manajernya pada bagian itu.
- Banyak pengendalian manajemen yang merupakan pengendalian diri sendiri, yaitu
pengendalian tidak dilakukan oleh suatu perangkat pengatur eksternal tetapi oleh par
manajer yang menggunakan penilaian mereka sendiri yang tidak mengikuti instruksi
dari atasan.

3. SISTEM
Suatu sistem merupakan suatu cara tertentu dan bersifat repetitive untuk melaksanakan
suatu atau kelompok aktivitas tertentu. Sistem memiliki karakteristik berupa suatu
rangkaian langkah-langkah yang saling berirama, terkoordinasi, dan berulang yang
dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu di dalam suatu organisasi. Bebrapa
tindakan manajemen bersifat tidak sistematis karena pada umumnya manajer
menhadapi situasi dimana aturan tidak terdefinisikan dengan baik sehingga harus
menggunkan penilaian yang terbaik mereka untuk memutuskan tindakan apa yang
akan diambil.

BATAS-BATAS PENGENDALIAN MANAJEMEN

Pengendalian manajemen didefinisikan dengan membedakannya dari dua sistem atau kegiatan
lain yang juga memerlukan suatu perencanaan dan pengendalian. Pengendalian manajemen
terletak antara formulasi strategi dan pengendalian tugas dimana formulasi strategi memiliki
sifat akhir produk yaitu tujuan, strategi dan kebijakan; pengendalian tugas memiliki sifat akhir
produk yaitu kinerja yang efisien dan efektif dari tugas-tugas individual dan pengendalian
manajemen terletak di antara kedua hal tersebut yang memiliki sifat akhir produk yaitu
penerapan strategi. Formulasi tugas disini memfokuskan pada jangka panjang, pengendalian
tugas memfokuskan pada kegiatan jangka pendek dan untuk pengendalian manajemen terletak
di antara kedua jangka waktu tersebut.

1. PENGENDALIAN MANAJEMEN
Pengendalian manajemen merupakan suatu proses dengan mana para manajer
mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk dapat mengimplementasikan strategi
organisasi. Proses ini mengandung beberapa aspek yaitu :

Kegiatan Pengendalian Manajemen


Pengendalian manajemen terdapat 6 kegiatan yaitu :
- Merencanakan apa yang akan dan seharusnya dilakukan oleh organisasi
- Mengkoordinasikan aktivitas – aktivitas yang ada dari beberapa bagian organisasi
- Mengkomunikasikan informasi yang ada
- Mengevaluasi setiap informasi
- Memutuskan tindakan apa yang akan dan seharusnya diambil jika ada suatu masalah
dan hal lainnya
- Mempengaruhi orang-orrang untuk mengubah perilaku mereka dalam organisasi

Keselarasan Tujuan
Proses pengendalian manajemen bukan merupakan hal yang bersifat mekanis
melainkan suatu proses yang meliputi interaksi antar individu yang tidak dapat
digambarkan secara mekanis. Masalah pengendalian utama adalah bagaimana
mempengaruhi individu dalam suatu organisasi untuk bertindak demi pencapaian
tujuan pribadi mereka dengan cara sedemikian rupa sehingga sekaligus akan
membantu pencapaian tujuan organisasi. Keselarasan tujuan berarti tujuan seseorang
anggota organisasi seharusnya konsisten atau selaras dengan tujuan organisasi itu
sendiri.

Perangkat Penerapan Strategi

Pengendalian manajemen di dalam suatu organisasi memfokuskan pada pelaksanaan


strategi dan menjadi perangkat manajer dalam mengimplementasikan strategi yang
diinginkan.

Tekanan Finansial dan Nonfinansial

Sistem pengendalian manajemen terdiri atas kinerja finansial dan nonfinansial. Dalam
hal ini dimensi finansial memfokuskan pada hasil moneter,laba bersih,pengembalian
modal dll,tetapi secara actual seluruh subunit organisasi memiliki tujuan nonfinansial
berupa mutu produk, pangsa pasar, kepuasan pelanggan, pengantaran tepat waktu, dan
semangat kerja karyawan.

Bantuan dalam mengembangkan strategi baru

Peranan pengendalian manajemen adalah untuk memastikan pelaksanaan strategi yang


telah dipilih atau pengimplementasikannya strategi tersebut. Dalam lingkungan yang
cepat berubah terdapat informasi pengendalian manajemen terutama yang bersifat
nonfinansial juga dapat menjadi penyedia dasar bagi pertimbangan strategi baru.

2. PERUMUSAN STRATEGI

Proses memutuskan tujuan organisasi dan strategi untuk mencapai tujuan merupakan
formulasi strategi. Strategi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan suatu organisasi
karena merupakan perencanaan yang besar dan penting. Strategi menetapkan secara
umum arah tujuan pergerakan organisasi yang diinginkan oleh manajemen senior yang
telah direncanakan. Manajemen perlu memberikan keputusan-keputusan strategis yang
akan dilakukan ke depannya. Adanya ancama dan kesempatan menimbulkan
kebutuhan untuk memformulasikan strategi yang merupakan respon terhadap hal
tersebut. Strategi dalam menghadapi ancaman dan kesempatan yang ada dapat muncul
dari mana saja dan kapan saja yang tidak semata-mata dari riset dan pengembangan
atau staf perusahaan pusat.

Perbedaan antara formulasi strategi dan pengendalian manajemen

Dalam hal ini perbedaan terletak pada proses yang dilakukannya yaitu pada formulasi
strategi merupak proses pengambilan keputusan strategi baru dan untuk pengendalian
manajemen adalah proses implementasi strategi tersebut. Sehinggan dalam hal ini dpat
di ambil kesimpulan bahwa formulasi strategi dilakukan sebelum pengendalian
manajemen yang merupakan proses implementasi strategi yang telah matang pada
formulasi strategi.

3. PENGENDALIAN TUGAS

Proses dalam memastikan bahwa tugas yang spesifik dilaksanakan secara efektif dan
efisien adalah pengendalian tugas. Pengendalian tugas berorientasi pada transaksi yang
melibatkan kinerja dari tugas individual sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam
proses pengendalian manajemen. Pengawasan merupakan bagian dari pengendalian
tugas agar aturan-aturan diikuti. Kegiatan pengendalian tugas banyak yang bersifat
ilmiah yaitu keputusan optimaal atau tindakan yang tepat perlu di ambil dalam
organisasi untuk membawa kondisi diluar kendali kembali ke kondisi ynag diinginkan
atau merupakan tujuan organisasi dan dapat diprediksikan dalam batasan yang dapat
diterima.

Perbedaan antara pengendalian tugas dan pengendalian manajemen

Perbedaan terletak pada system, yaitu pengendalian tugas lebih bersifat ilmiah,
sedangkan pengendalian manajemen tidak dapat disederhanakan menjadi suatu ilmu.
Secara definisi juga terdapat perbedaan, yaitu dalam pengendalian manajemen
melibatkan perilaku setiap manajer sedangkan pengendalian tugas tidak melibatkan
manusia sama sekali. Apabila fokus terletak pada unit organisasional hal ini adalah
pengendalian manajemen dan dalam pengendalian tugas focus terletak pada tugas
spesifik dilakukan oloeh unit-unti organisasional ini. Dan apabila hal tersebut
berkaitan dengan dengan aktivitas para manajer yang didefinisikan secara luas dalam
memutuskan apa ynag harus dilakukan dalam kendala strategi secara umum adalah
penegndalian manajemen dan pengendalian tugas berhubungan dengan tugas-tugas
tertentu yang sebagian besar membutuhkan sedikit atau tidak sama seklai
pertimbangan dalam pelaksanaannya.

Dampak Internet terhadap pengendalian manajemen

Hal ini diawali dengan ditemukannya telepon yang sangat bermanfaat untuk
komunikasi jarak jauh sehingga setelah adanya revolusi informasi yang sangat cepat
ditemukannya internet. Internet menyediakan manfaat utama yang tidak didapat dari
telepon :

- Akses secara mudah dan cepat dalam setiap pengiriman data dan hal-hal lainnya
- Komunikasi multi target karena internet memiliki jangkauan ynag sangat luas; satu
situs pada internet dapat menjangkau jutaan orang
- Komunikasi berbiaya rendah yang dapat menghubungkan dengan banyak orang
dibelahan dunia ini tanpa mengeluarkan biaya yang banyak
- Kemampuan menampilkan citra tertentu. Telepon tidak dapat menampilkan citra,
tetapi pada internet situs web dapat melihat gambar-gambar yang mendukung
komunikasi
- Pergeseran Kekuatan dan kendali terhadap individu. Hal ini dapat terjadi karena
pelanggan menjadi “raja” yang dapat menggunakan situs we selama 24 jam sehari
dengan sangat fleksible.

Internet juga telah mengubah perdagangan komersial yang meluas


Pengaruh internet pada pengendalian manajemen dalam suatu organisasi adalah
system pengendalian manajemen meliputi informasi dan organisasi memerluka
sebuah infrastruktur untuk memproses informasi tersebut yang telah disediakan oleh
internet. Hal ini membuat pemrosesan informasi menjadi lebih mudah dan cepat
dengan kesalahan yang sedikit. Dan melalui internet seorang manajer dapat mencari
data, menganalisis data, berkomunikasi dll dengan mudah sehingga para manajer
juga menggunakan informasi ini untuk mengubah laporannya secara pribadi.

kasus wal-mart 1.2 SistemPengendalian Manajemen

1. Apa strategi Walmart? Apa dasar Wal Mart membangun keunggulan kompetitifnya?
- Strategi Wal-Mart menjual produk bermerek dengan biaya rendah.
- Dasarnya adalah Wal-Mart dengan sengaja memastikan untuk tidak menjadi terlalu
bergantung pada pemasok manapun, tidak ada satu vendor pun yang
mengumpulkan lebih dari 4 persen dari keseluruhan volume pembeliannya.
- Wal-Mart menggunakan strategi "kejenuhan" untuk ekspansi toko. Standarnya
adalah bisa berkendara dari pusat distribusi ke toko dalam sehari.
- Wal-Mart membangun toko diskon besar di kota-kota pedesaan kecil.
2. Sistem pengendalian wal-mart dalam membantu menjalankan strategi perusahaan?
Sistem pengendalian yang diterapkan Wal-Mart membantu implementasi strategi
dengan merencanakan apa yang harus dilakukan, mengkoordinasi aktivitas,
mengkomunikasi informasi, mengevaluasi informasi, mengambil tindakan dan
mempengaruhi orang untuk keselarasan tujuan antara lain adalah:
a. Kebijakan kompensasi Wal-Mart diadakan agar karyawannya termotivasi dan
kreatif serta timbulnya keselarasan tujuan. Contoh program kompensasi antara
lain : pembagian profit bagi karyawan yang bekerja lebih dari 1 tahun dan
lebih dari 1.000 jam dalam 1 tahun, bonus insentif, rencana pembelian saham
dengan diskon, promosi, gaji berdasarkan kinerja bukan senioritas dan
kebijakan pintu terbuka. Dengan adanya program penghargaan akan
mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras untuk mengimplementasikan
strategi.
b. Pelatihan sikap karyawannya. Hal ini agar bisa memberi layanan yang baik
kepada pelanggan. Adanya penyapa pelanggan yang datang ke Wal-Mart
berperan dalam mengurangi tingkat pencurian. Kebijakan “sikap 10 kaki” yaitu
jika ada konsumen yang berjarak di dalam 10 kaki darinya maka karyawan
harus menatapnya, menyapa dan melayani konsumen tersebut.
c. Kebijakan pembagian 50% penghematan akibat penurunan pencurian kepada
karyawan toko melalui rencana insentif toko.

REVIEW ARTIKEL

A. JUDUL PENELITIAN

Sistem Pengendalian Manajemen di Entrepeneurial University


B. PENULIS
Wirawan Endro Dwi Radianto
C. DIPUBLIKASIKAN OLEH
Jurnal Akuntansi Multiparadigma Vol 6 No. 2, Tahun 2015
D. ABSTRAK
Abstrak: Sistem Pengendalian Manajemen di Entrepeneurial University. Artikel ini
bertujuan menginvestigasi dengan mendalam bagaimana pemahaman dosen mengenai
sistem pengendalian manajemen serta bagaimana dimensi pengendalian mampu
memotivasi individu. Pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus digunakan
untuk menelaah situs Universitas Ciputra yang merupakan entrepreneurial university.
Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi untuk selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan Stevick-Colaizzi-Keen method. Hasil penelitian
menunjukkan pengendalian informal lebih efektif dibandingkan pengendalian formal
terutama dalam hal memotivasi individu. Informan mengungkapkan ada beberapa
mekanisme pengendalian yang mampu memengaruhi perilaku mereka bahkan
memotivasi mereka dalam bekerja.
E. PENDAHULUAN
Lingkungan yang berubah tidak hanya memengaruhi perkembangan
perusahaan yang berorientasi laba, namun juga lembaga sektor publik. Salah satu
lingkungan yang berkembang dan berubah dengan sangat cepat adalah lingkungan
perguruan tinggi yang memasuki era persaingan yang begitu tajam. Winston (1999)
dan Weinstein et al. (2007) menyatakan bahwa perguruan tinggi sudah memasuki era
yang disebut dengan “competitivie market”. Perubahan lingkungan tersebut
berdampak pada Sistem Pengendalian Manajemen (SPM) di perguruan tinggi. SPM
merupakan sistem yang mengintegrasikan pengendalian-pengendalian manajemen
untuk memastikan bahwa sumber daya manusia akan berperilaku sesuai harapan
organisasi (Flamholtz et al. 1985; Simons 1995; Birnberg 1998; Ouchi 1979; Famholtz
et al. 1985).
Fakta tersebut membuktikan bahwa isu SPM di perguruan tinggi sangat
penting dan menarik untuk diteliti. Namun sejauh yang peneliti ketahui sampai saat ini
penelitian mengenai SPM di perguruan tinggi lebih sedikit dibandingkan di organisasi
bisnis atau perusahaan. Penelitian SPM sebelumnya di perguruan tinggi (Al-Tarawneh
dan Mubaslat, 2011; Bobe dan Taylor, 2010) belum mampu menjelaskan secara
mendalam beberapa aspek penting misalnya bagaimana penerapan SPM dan mengapa
pengelola perguruan tinggi menerapkan SPM
Tujuan penelitian ini yang pertama untuk memperoleh pemahaman yang
mendalam mengenai esensi dan pengertian pengendalian manajemen dari perspektif
dosen. Kedua, untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan bagaimana dimensi
pengendalian mampu memotivasi atau memengaruhi dosen. Penelitian ini memberikan
pemahaman mengenai hubungan antara perilaku dan dimensi pengendalian
manajemen melalui deskripsi dosen dalam penerapan dimensi pengendalian
manajemen. Penelitian ini memberikan kontribusi yang penting yaitu memberikan
strategi bagi pemimpin departemen, fakultas, bahkan universitas dalam
mengendalikan dosen sekaligus memotivasi agar mereka berperilaku sesuai dengan
yang diharapkan pemimpin.
F. METODE PENELITIAN
Dalam rangka memperoleh data yang komprehensif dan mendalam, peneliti
menggunakan studi kasus. Dalam kasus ini peneliti menggunakan strategi single case
study di Universitas Ciputra. Peneliti melakukan eksplorasi mengenai dimensi
pengendalian manajemen yang diterapkan di UC melalui observasi dan wawancara
serta menggali dokumen-dokumen.
Informan dalam penelitian ini adalah 18 orang dosen di lingkungan UC. Dalam
upaya menambah kedalaman informasi, peneliti menambahkan 13 informan
pendukung yaitu wakil Yayasan, Rektorat, Dekanat, dan Ketua Program Studi.
G. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pergeseran paradigma pengelolaan dan persaingan universitas. Konsep
SPM dimulai pada organisasi bisnis (Anthony dan Young 2003). Dengan SPM maka
manajer diharapkan akan mampu mengelola sumber daya sesuai dengan yang sudah
direncanakan (Merchant dan Stedee 2003). Manajer akan berusaha memilih,
mengumpulkan, mengkoordinasi, dan mengevaluasi sumber daya yang dimiliki agar
mampu memberikan kontribusi yang optimal bagi tercapainya tujuan organisasi.
Proses SPM memastikan bahwa sumber daya organisasi tidak menyimpang dari tujuan
yang ditetapkan serta benar-benar berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Oleh
karena itu SPM merupakan kunci dalam mengelola organisasi agar berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam perkembangannya ternyata konsep SPM tidak hanya diterapkan pada
organisasi bisnis, namun juga pada organisasi sektor publik. Universitas merupakan
salah satu bentuk organisasi sektor publik sekaligus organisasi sektor jasa yang mulai
berkembang dengan pesat pada era tahun 1990. Perubahan konsep pengelolaan
perguruan tinggi mendorong pengelola perguruan tinggi untuk menggunakan konsep
tata kelola berbasis organisasi yang berorientasi bisnis.
Persaingan yang begitu dasyat membuat perguruan tinggi harus mengubah
pengelolaannya. Kondisi perguruan tinggi saat ini sudah memasuki era industri dan
sudah menyerupai organisasi bisnis, baik perguruan tinggi negeri terlebih lagi
perguruan tinggi swasta. Pengelolaan perguruan tinggi yang tepat dibarengi dengan
strategi yang ampuh sudah merupakan kunci kesuksesan perguruan tinggi. Oleh
karena itu tidak mengherankan apabila tujuan pengelola perguruan tinggi
menggunakan konsepkonsep organisasi bisnis tidak hanya untuk mempertahankan
eksistensinya tetapi juga untuk memenangkan persaingan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pengelolaan perguruan tinggi
sudah harus didukung oleh strategi bisnis. Perguruan tinggi sudah saatnya dikelola
seperti organisasi bisnis karena organisasi bisnis sudah dikenal “terbiasa” menghadapi
dinamika bisnis yang begitu cepat. Hal ini bukan berarti perguruan tinggi
meninggalkan karakternya sebagai lembaga sektor publik yang memberikan pelayanan
pendidikan kepada masyarakat luas. Peneliti melihat bahwa kemungkinan perguruan
tinggi di Indonesia banyak yang gagal menjalankan misinya karena mereka tidak
terbiasa untuk menghadapi lingkungan yang berubah dengan cepat sehingga tidak
memiliki kemampuan untuk bersaing. Saat ini perguruan tinggi bahkan harus memiliki
keunggulan kompetitif untuk memenangkan persaingan. Jadi perguruan tinggi harus
mengubah pengelolaannya seperti organisasi bisnis dan harus memiliki strategi
bersaing jika ingin tetap eksis di industri peguruan tinggi.
Universitas ciputra sebagai entrepreneurial university. Dengan visi
“Creating World Class Entrepreneur” maka UC memiliki misi meluluskan sarjana
yang siap untuk menjadi entrepreneur. Dalam rangka mencapai visi tersebut, metode
pengajaran yang diterapkan adalah experiential based learning dan metode belajar
aktif lainnya yang efektif untuk diterapkan di universitas yang menyelenggarakan
pendidikan entrepreneurship (Radianto 2012). Para dosen yang mengajar juga berasal
dari berbagai latar belakang termasuk berlatar belakang entrepreneur. Riset-riset dan
pengabdian masyarakat yang dilakukan di UC semuanya diarahkan ke bidang
entrepreneurship. Fasilitas yang ada di UC juga diatur sedemikian rupa untuk
memastikan bahwa mahasiswa berada dalam lingkungan yang kreatif dan inovatif
sehingga berbeda dari kampus lainnya. Manajemen UC juga memasang visi dan misi
UC disetiap lantai serta menata setiap sudut dengan hal-hal yang “berbau”
entrepreneur.
Ropke (2000), Gibb dan Hannon (2006), Gibb (2005), Aurnaut (2010), dan
OECD (2012) menyatakan karakteristik entrepreneurial university sebagai berikut: (1)
Univeritas yang menyediakan pendidikan untuk menjadi entrepreneur sehingga
memiliki misi untuk meluluskan entrepreneur, (2) mendukung dan mengembangkan
karakter entrepreneur untuk mahasiswa dan dosen-dosennya, (3) mengembangkan
metode pengajaran yang kreatif dan inovatif, (4) menggabungkan pendidikan
entrepeneurship di kurikulum, (5) memiliki misi untuk mendukung mahasiswa
melakukan start-up business, (6) mengembangkan komunitas lokal dalam bidang
entrepreneurship sehingga mendukung peningkatan ekonomi penduduk setempat, (7)
memiliki dosen-dosen yang memiliki bisnis/entrepreneur dan selalu mengadakan
acara-acara yang berhubungan dengan entrepreneurship.
Uraian-uraian tersebut sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh UC sejak
berdirinya sampai saat ini. Peneliti menyimpulkan bahwa entrepreneurial disini bukan
dimaksudkan untuk bagaimana universitas selalu fokus pada keuntungan semata atau
berorientasi pada menghasilkan laba, namun lebih pada proses pengelolaan universitas
yang dilakukan secara entrepreneurial, termasuk bagaimana menghasilkan sarjana
yang menjadi entrepreneur atau intrapreneur (sarjana yang menjadi profesional dan
memiliki entrepreneur mindset). Dalam hal ini yang dimaksud dengan mengelola
secara entrepreneurial adalah bagaimana mengelola universitas dengan menggunakan
entrepreneur mindset, misalnya mengelola dengan kreatif dan inovatif. Sehingga
peneliti menyimpulkan bahwa UC adalah entrepreneurial university.
Penelitian sebelumnya tentang sistem pengendalian manajemen di
universitas. Penelitian SPM dan pengendalian manajemen di perguruan tinggi sampai
saat ini masih sangat sedikit. Hoecht (2006) meneliti dua universitas di Inggris
mengenai isu pengendalian. Tujuan dari penelitian Hoect (2006) adalah untuk
mengekplorasi bagaimana proses pergeseran pengelolaan kualitas manajemen dari
trust-based menjadi control-based. Pergeseran ini akan mengurangi konsep trust yang
selama ini mereka alami dan digantikan dengan konsep pengendalian sehingga setiap
dosen akan kehilangan wewenangnya karena adanya pengendalian. Wawancara
dilakukan kepada lima sampai sepuluh dosen di setiap universitas. Para dosen
menyatakan bahwa dengan perubahan tersebut mereka merasa tidak sepenuhnya
“dipercaya” lagi seperti dulu, sebaliknya mereka semakin merasa dikendalikan.
Hampir semua dosen menyatakan bahwa quality assurance dipersepsikan sebagai
bentuk pengendalian yang memengaruhi kebebasan profesional mereka.
Marques (2009) melakukan penelitian mengenai indikator kunci kinerja pada
universitas negeri di Portugis. Dia berpendapat sudah saatnya universitas negeri
berorientasi pada pelanggan, lebih kompetitif, dan lebih memiliki akuntabilitas. Hal ini
dapat dilakukan jika universitas negeri menerapkan pengendalian manajemen melalui
penerapan indikator-indikator kunci sehingga mereka dapat bersaing dengan
universitas swasta dan negeri lainnya. Oleh karena itu universitas negeri harus lebih
memperhatikan proses
Tujuan pengendalian manajemen. Pemahaman mengenai tujuan
pengendalian manajemen oleh personel organisasi sangat penting karena akan
menentukan bagaimana mereka berperilaku. Apakah mereka akan berperilaku sesuai
dengan tujuan organisasi, berperilaku berbeda dengan tujuan organisasi, atau malahan
berlawanan dengan tujuan organisasi. identifikasi dan analisis prosedur yang
merupakan sistem pengendalian formal sehingga meningkatkan kinerjanya. Prosedur
yang diterapkan harus efisien dan efektif serta sesuai dengan kebutuhan universitas.
Peneliti berhasil menggali lebih dalam lagi bagaimana para informan
memahami tujuan UC. Tujuan pengendalian manajemen adalah meningkatkan kinerja
UC melalui peningkatan kinerja dosen-dosen. Informan menyatakan bahwa tujuan
utama dari diterapkannya pengendalian manajemen adalah untuk menilai kinerja
dosen, mengevaluasi dosen. Disamping itu beberapa informan juga menyatakan tujuan
pengendalian manajemen adalah menjaga kualitas/mutu dosen melalui pengembangan
dosen.
Penelitian ini menemukan pemahaman dari semua informan mengenai tujuan
penerapan pengendalian manajemen, yakni untuk melihat, mengukur, mengevaluasi,
dan menilai kinerja. Temuan penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan antara
penerapan dimensi pengendalian manajemen dengan kinerja UC. Dimensi
pengendalian manajemen memengaruhi perilaku setiap individu, hal ini terlihat pada
fakta lapangan bahwa pengendalian yang diterapkan ternyata memengaruhi motivasi
yang berdampak pada berubahnya perilaku dosen.
Dimensi pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen adalah proses
bagaimana manajer memastikan bahwa sumber daya organisasi dapat diperoleh dan
digunakan dengan efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan organisasi
(Merchant dan Stede 2007 Eshraqi 2012). Sedangkan menurut Anthony dan
Govindarajan (2007) pengendalian manajemen adalah proses dimana manajer
memengaruhi karyawan untuk mengimplementasikan strategi organisasi. Dkhili dan
Noubbigh (2013) menyatakan bahwa pengendalian manajemen mendukung manajer
dalam mengambil keputusan melalui proses operasional dan strategik. Anthony dan
Dearden (1980) dan Garrison dan Noreen (2000) menyatakan bahwa pengendalian
manajemen adalah proses untuk memastikan manajer telah mengimplementasikan
strategi organisasi dengan efektif dan efisien. Lebih lanjut pengendalian manajemen
memastikan semua bagian organisasi berfungsi sesuai dengan rencana organisasi
termasuk di dalamnya sasaran dan kebijakan.
Peneliti melihat ada perbedaan mendasar antara SPM dan pengendalian
manajemen walaupun keduanya dapat dipahami melalui banyak sudut pandang.
Peneliti berpendapat bahwa pengendalian manajemen adalah bagian dari sistem besar
yaitu sistem pengendalian manajemen. SPM adalah sistem yang sangat luas dan
lengkap sementara pengendalian manajemen merupakan bagian proses dari
implementasi SPM. Pengendalian manajemen merupakan subsistem pengendalian
yang lebih sederhana dibandingkan SPM dan setiap pengendalian manajemen
memiliki tujuan yang berbeda dari manajemen, berbeda dengan SPM yang merupakan
sistem yang komplit/lengkap dan komprehensif. Malmi dan Brown (2008)
menyatakan bahwa pengendalian manajemen adalah sistem atau aturan atau praktek,
nilai atau aktivitas lain yang digunakan oleh manajemen untuk mengarahkan perilaku
karyawan. Jika sistem tersebut adalah sistem yang lebih luas, lengkap, dan kompleks
maka sistem tersebut adalah SPM.
Pengendalian sosial. Dimensi pengendalian sosial ini mencakup bagaimana
hubungan dosen dengan koleganya serta kondisi lingkungan kerja dosen. Kondisi
lingkungan kerja yang nyaman dan kondusif akan memengaruhi secara positif perilaku
para dosen sehingga mereka akan termotivasi untuk bekerja dengan optimal dan
berusaha mencapai tujuan organisasi. Lingkungan kerja yang memberikan kesempatan
serta memungkinkan para dosen berpartisipasi dalam perencanaan dan penetapan
target akan memotivasi mereka untuk bekerja sesuai dengan yang sudah direncanakan.
Informan menyatakan bahwa lingkungan yang kondusif sangat menentukan
bagaimana mereka dapat bekerja dengan baik dan termotivasi. Informan juga
menyatakan bahwa lingkungan kerja yang kondusif adalah lingkungan kerja dimana
para invidivu hidup “guyup” dan rukun, saling membantu dan mendukung.
H. KESIMPULAN & SARAN

Selanjutnya peneliti menyimpulkan bahwa hal yang baru dalam penelitian


pengendalian manajemen ini. Pertama, pengendalian interaksi memegang peranan
yang lebih besar di entrepreneurial university dibandingkan dengan dimensi
pengendalian formal lainnya seperti performance appraisal, kode etik, dan lain-lain.
Melalui interaksi maka semua staf mampu memberikan ide-ide brilian mereka untuk
mendukung pengembangan fakultas.
Kedua, konsep pengendalian manajemen di entrepreneurial university adalah
pengembangan diri. Dalam konsep ini, pengembangan diri individu bukan reward
yang harus diberikan ketika invidu berhasil mencapai target atau berprestasi. Konsep
pengendalian manajemen adalah pengembangan kompetensi dosen adalah temuan
baru dan kebaharuan dalam penelitian SPM karena selama ini pengembangan individu
dianggap sebagai reward yang diperoleh individu ketika yang bersangkutan memiliki
prestasi.
Ketiga, pengendalian manajemen di entrepreneurial university yang berbasis
nilai didasari oleh tiga nilai yaitu nilai entrepreneurship, nilai kekeluargaan, dan nilai
religius. Ketiga nilai tersebut sampai saat ini sejauh peneliti ketahui belum pernah
muncul dalam penelitian yang berhubungan dengan SPM.

Вам также может понравиться