Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
M. Rusli Alibasyah
Dosen Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
ABSTRACT
This study aims to asses the changes of some physical and chemical ultisol properties
as a result of compost fertilizer and dolomite lime application on terraced land. This research
using Randomize Block Design (RBD), consists of two factors, namely compost and
dolomite lime. Parameters observed were physical and chemical properties of the soil. The
results showed that compost has a very significant effect on the decrease of bulk density, the
increase of total porosity, permeability, aggregate stability index, fast drainage pores, water
available pores, soil water content at 2.54 pF, water content on 4.2 pF, the increase of P-
available, and a significant affect on the slow drainage pores, the levels of C-organic, N-total,
cation exchange capacity (CEC) and base saturation (BS). Dolomite lime has a very
significant effect on bulk density, and a significant effect on the increase in total porosity,
permeability, slow drainage pores, water available pores, N-total, CEC, BS, and no
significant effect on the aggregate stability index, fast drainage pores, water content at 4.54
pF and 4.2 pF ant the levels of C-organic. There also a very significant interaction between
compost and dolomite lime on the increase in the pH of the soil.
Keywords: Compost fertilizer, dolomit lime, terraced land, soil physical and chemical
properties
75
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
sampai sangat rendah, kemantapan agregat dolomit pada lahan berteras perlu dilakukan
dan kemampuan tanah menahan air yang penelitian.
rendah. Sedangkan sifat kimia tanah Ultisol
yang mengganggu pertumbuhan tanaman BAHAN DAN METODE
adalah pH yang rendah (masam) yaitu < 5,0
dengan kejenuhan Al tinggi yaitu >42%, Tempat dan WaktuPenelitian
kandungan bahan organik rendah yaitu Penelitian ini dilakukan di kebun
<1,15%, kandungan hara rendah yaitu N masyarakat, dengan jenis tanah Oxyaquic
berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm, Paleudult, berliat, kaolinitik, isohipertemik
kejenuhan basa rendah yaitu 29% dan KTK (ordo Ultisol) yang bertempat di Desa
juga rendah yaitu sebesar 12,6 me/100 g. Meunasah Kulam Kecamatan Sampoiniet
Pupuk kompos berperan sebagai soil Kabupaten Aceh Jaya. Lahan ini adalah
conditioner dalam pembentukan agregat bekas hutan yang kemudian dibuat menjadi
tanah atau berperan sebagai granulator lahan pertanian berteras dengan jenis teras
(pembentukan struktur tanah berbentuk bangku, dengan kemiringan lereng 8-15%,
granular) yang menyebabkan struktur tanah dengan ketinggian 30 m dpl. Sebelum
menjadi gembur, mudah diolah dan ditanami tanaman semusim terlebih dahulu
mempunyai pori-pori yang cukup untuk di analisis sifat-sifat Fisika dan Kimia tanah
kandungan air dan udara tanah. Dengan di Laboratorium Fisika Tanah dan
demikian, menyediakan cukup air dan udara Lingkungan dan Laboratorium Penelitian
untuk kebutuhan tanaman dan berbagai Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian
makluk hidup lainnya di dalam tanah. Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini
Kompos dapat menyumbang sejumlah berlangsung mulai tanggal 15 Mei sampai 25
unsur hara yang hilang akibat di absorbsi September 2014.
tanaman atau terangkut melalui erosi, karena
kandungan hara yang terdapat dalam kompos Bahan dan Alat
adalah 0,19-0,5% N, 0,08-0,22% P dan Pupuk kompos yang digunakan
0,45%- 1,20% K (Soegiman, 1982 dalam mengandung unsur hara karbon (C) 6,30%,
Nunung, 2012). nitrogen (N) 0,59%, fosfor (P2O5) 0,49%,
Hakim et al. (1986 dalam Uchy, 2012) kalium (K2O) 0,82%, kalsium (CaO) 0,32%
menyatakan bahwa meningkatkan dan magnesium (MgO) 0,18%, sedangkan
produktivitas Ultisol adalah melalui kapur dolomit (CaMgCO3) dengan
pengapuran untuk menaikkan pH tanah kandungan Ca30%.
sekaligus menambahkan hara kalsium. Peralatan yang digunakan dalam
Bahan kapur merupakan pengendali penelitian ini adalah ring sample untuk
kemasaman tanah yang paling tepat karena pengambilan sampel tanah, bor tanah,
reaksinya cepat dan menunjukkan perubahan meteran, cangkul, gembor, timbangan
kemasaman tanah yang sangat nyata. analitik, ayakan, oven, alat tulis menulis dan
Pemberian kapur setara 1xAl-dd dapat lain-lain.
menaikkan pH dari 4,5 - 5,0 menjadi 5,3 –
5,4 dan menurunkan kejenuhan Al < 30%. Metode Penelitian
Apabila pemberian kapur setara 2xAl-dd Penelitian ini dirancang dengan
dapat menaikkan pH hingga 5,9 – 6,0 dan percobaan faktorial dalam pola rancangan
kejenuhan Al turun hingga 3 – 5%. Kondisi acak kelompok (RAK) yang terdiri dari
tersebut cocok untuk semua jenis tanaman duafaktor, yaitu faktor pemberian dosis
pangan. pupuk kompos dan dosis kapur dolomit.
Berdasarkan uraian di atas, maka Faktor pemberian pupuk kompos (P)
perubahan beberapa sifat fisika dan kimia terdiri atas empat taraf yaitu :
Ultisol akibat pemberian kompos dan kapur P0 = 0 ton ha-1 setara dengan 0 g plot-1
P1 = 5 ton ha-1setara dengan 1125 g plot-1
76
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
P2 = 10 ton ha-1setara dengan 2250 g plot-1 tiga kali sehingga diperoleh 36 satuan
P3 = 15 ton ha-1setara dengan 3375 g plot-1 percobaan. Adapun kombinasi perlakuan
Faktor kapur dolomit (K) terdiri atas yang dicobakan seperti pada Tabel 1.
tiga taraf yaitu : Analisis data menggunakan analisis
K0 = 0 ton ha1 setara dengan 0 g plot-1 ragam dengan uji F pada taraf α = 0,05, jika
K1 =0,7 ton ha1setara dengan 157,5 g plot-1 F hitung menunjukkan perubahan nyata
K2 = 1,4 ton ha1setara dengan 315 g plot-1 dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada
Dengan demikian terdapat 12 taraf α = 0,01.
kombinasi perlakuan masing-masing diulang
77
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
3.Porositas % Penjenuhan
4.Fase Pori Pressure Plate Membran Epparatus
- Pori drainase cepat % Vol.
- Pori drainase lambat % Vol
- Pori air tersedia % Vol
5. Kadar Air pF 2,54 % Vol Pressure Plate Membran Apparatus
dan 4,2
6. Indeks Stabilitas - Pengayakan Kering dan Basah
Agregat
78
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
perlakuan pupuk kompos sebesar 15 ton ha-1, ha-1, berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa kapur dolomit (0 ton ha-1), namun tidak
kompos (0 ton ha-1), 5, dan 10 ton ha-1. berbeda nyata dengan perlakuan kapur
Sedangkan porositas tertinggi akibat kapur dolomit 0,7 ton ha-1.
dolomit dijumpai pada pemberian 1,4 ton
Tabel 3. Bulk density dan total porositas akibat pupuk kompos dan kapur dolomit
Kompos Parameter
-1
(ton ha ) Bulk Density Porositas
-3
… g cm …. ... %….
0 1,37 c 45,33 A
5 1,36 c 47,78 B
10 1,32 b 53,00 C
15
1,20 a 54,89 D
BNT0,05 0,02 1,82
Kapur dolomit
Bulk Density Porositas
(ton ha-1)
0 1,33 b 49,17 A
0,7 1,32 ab 50,08 Ab
1,4 1,30 a 51,50 B
BNT0,05 0,02 1,58
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Pemberian kompos dan kapur dolomit density tanah, struktur tanah, aerasi dan daya
dapat menurunkan bulk density dan mengikat air.
meningkatkan total porositas pada lahan
berteras. Hal ini diduga karena peran bahan Permeabilitas dan Indeks Stabilitas Agregat
organik (kompos) dan kapur dolomit yang Tanah
megandung Ca dan Mg berfungsi sebagai Analisis ragam menunjukkan bahwa
soil conditioner dapat memantapkan agregat pupuk kompos berpengaruh sangat nyata
tanah, dimana pada tanah-tanah yang terhadap permeabilitas, tetapi hanya
agregatnya mantap diikuti dengan kandungan berpengaruh nyata akibat pemberian kapur
pori yang tinggi dan dapat menurunkan bulk dolomit. Pupuk kompos berpengaruh sangat
density. Selanjutnya Endriani (2010) nyata terhadap indeks stabilitas agregat
menyatakan bahwa semakin tinggi bahan (ISA), dan hanya berpengaruh nyata akibat
organik tanah menyebabkan bulk density pemberian kapur dolomit. Rata-rata
semakin rendah dan total porositas semakin permeabilitas dan ISA tanah akibat
tinggi sehingga ketahanan penetrasi tanah pemberian kompos dan kapur dolomit
pun semakin berkurang. disajikan pada Tabel 4.
Menurut Young (1989) bahan organik Hasil Uji BNT0,05 (Tabel 4)
tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat menunjukkan bahwa permeabilitas tertinggi
vital di dalam perbaikan sifat-sifat tanah, dijumpai pada perlakuan kompos 15 ton ha-1,
meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi yang berbeda nyata dengan perlakuan
tanah. Selain itu, Stevenson (1992) kompos 5, 10 dan 0 ton ha-1. Sedangkan
menyatakan bahwa bahan organik permeabilitas tertinggi akibat kapur dolomit
merupakan sumber energi bagi aktivitas dijumpai pada perlakuan 1,4 ton ha -1, yang
mikrobia tanah dan dapat memperbaiki bulk berbeda nyata dengan perlakuan kapur
dolomit 0 dan 0,7 ton ha-1.
79
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
Tabel 4. Permeabilitas dan indeks stabilitas agregat tanah pada pemberian pupuk kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
80
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
8,6 µm). Pori mikro berguna untuk Rata-rata pori drainase cepat dan pori
memegang air kapiler, sedangkan pori makro drainase lambat akibat pemberian kompos
berguna untuk aliran udara dalam tanah, air dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 5.
perkolasi/drainase.
Tabel 5. Persentase pori drainase cepat dan pori drainase lambat pada perlakuan kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT0,05.
81
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
permanen), dan pori air tersedia. Sedangkan Rata-rata kadar air tanah pada pF 2,54,
pemberian kapur dolomit tidak berpengaruh pF 4,2 danpori air tersedia akibat pupuk
nyata terhadap kadar air tanah pada pF 2,54 kompos dan kapur dolomit disajikan pada
dan 4,2, tetapi berpengaruh nyata terhadap Tabel 6.
pori air tersedia.
Tabel 6. Kadar air tanah pF 2,54, kadar air tanah pada pF 4,2 dan pori air tersedia pada
pemberian pupuk kompos dan kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
82
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
ha-1, berbeda nyata dengan perlakuan tanpa karena menurut Sarief (1986) lambatnya
pupuk kompos (0 ton ha-1) dan kompos 5 ton pergerakan air pada pori drainase lambat
ha-1. Sedangkan pori air tersedia tertinggi maka sebagian dapat tersedia bagi tanaman.
pada perlakuan kapur dolomit dijumpai pada
perlakuan kapur dolomit 0,7 dan 1,4 ton ha-1, Perubahan Sifat-sifat Kimia Tanah
berbeda nyata dengan perlakuan tanpa kapur Reaksi Tanah
dolomit (0 ton ha-1). Analisis ragam menunjukkan bahwa
Stevenson (1994) menyatakan bahwa pengaruh interaksi yang sangat nyata antara
bahan organik yang telah mengalami pupuk kompos dengan kapur dolomit
pelapukan dapat memperbaiki porositas terhadap pH tanah sedangkan kapur dolomit
tanah sehingga mempunyai kemampuan berpengaruh sangat nyata terhadap pH.
cukup tinggi untuk memegang air. Rata-rata pH tanah akibat interaksi
Sedangkan sebagian pori drainase lambat kompos dan kapur dolomit disajikan pada
dikategorikan sebagai pori pemegang air Tabel 7.
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang
sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT 0,05. Huruf besar dibaca vertikal,
huruf kecil dibaca mendatar
83
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
hasil perombakan bahan organik antara lain C-organik, N-total dan P-tersedia
kation-kation basa seperti Ca, Mg, K dan Na. Analisis ragam menunjukkan bahwa
Hanafiah (2004) menyatakan bahwa pupuk kompos dan kapur dolomit
reaksi umum kapur karbonat menghasilkan berpengaruh nyata terhadap C-organik.
ion-ion hidroksil yang mengikat kation- Sedangkan pupuk kompos dan kapur dolomit
kation asam (H dan Al) sehingga mampu berpengaruh nyata terhadap N-total,
menaikkan pH tanah. Selanjutnya Lingga berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia
dan Marsono (1986) melaporkan bahwa akibat pemberian pupuk kompos dan kapur
pemberian kapur pada tanah-tanah masam dolomit.
sebanyak 4 ton ha-1 dapat menaikkan pH Rata-rata C-organik, N-total dan P-
tanah hingga pH 6. tersedia akibat pupuk kompos dan kapur
dolomit disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. C-organik tanah, N-total dan P-tersedia tanah pada pemberian pupuk kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
84
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
mampu memperbaiki kesuburan tanah secara bahwa praktek pengapuran di Indonesia yang
alami dan berkelanjutan. selama ini dengan dosis 6 hingga 8 ton ha 1
Peningkatan P-tersedia akibat sudah tidak menguntungkan secara ekonomi
perlakuan kompos yang mengubah fosfor karena pengapuran hingga 6 ton ha1 dapat
organik dari bahan organik menjadi fosfor meningkatkan Ca tanah dan meningkatkan
anorganik. Menurut Adiningsih et al., (1988) kadar P, akan tetapi apabila kapur
bahwa bahan organik meningkatkan ditingkatkan lebih dari dosis tersebut justru
ketersediaan fosfor dalam tanah sehingga menurunkan kadar P-tersedia.
menyebabkan P-tersedia meningkat akibat
perlakuan pupuk kompos dan kapur dolomit. Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan
Pemberian kapur dolomit pada kisaran Basa
tertentu berdampak pada peningkatan P- Analisis ragam menunjukkan bahwa
tersedia. Peningkatan P-tersedia pada pupuk kompos dan kapur dolomit
perlakuan kapur dolomit 1,4 ton ha-1 di duga berpengaruh nyata terhadap kapasitas tukar
akibat dari reaksi tanah (pH) yang meningkat kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB).
sehingga P yang diikat oleh Al dan Fe Rata-rata KTK dan KB akibat pupuk kompos
menjadi lepas dan tersedia bagi tanaman. dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 9.
Selanjutnya Soepardi (1983) menyatakan
Tabel 9. KTK dan KB akibat perlakuan pupuk kompos dan kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Uji BNT0,05 menunjukkan bahwa, KTK Peningkatan KTK tidak terlepas dari
tertinggi dijumpai pada perlakuan kompos pemberian kompos yang berfungsi
sebesar 15 ton ha-1, berbeda nyata dengan memperbaiki KTK. Sejalan dengan pendapat
perlakuan tanpa pemberian kompos (0 ton Stevenson (1992), bahwa bahan organik
ha-1)dan perlakuan kompos 5 ton ha-1 namun memberikan konstribusi yang nyata terhadap
tidak berbeda dengan perlakuan kompos 10 peningkatan kapasitas tukar kation sekitar
ton ha-1. KTK tertinggi akibat perlakuan 20-70% yang bersumber pada koloid humus.
kapur dolomite dijumpai pada dosis kapur Lebih lanjut Sufiandi (1999), menyatakan
dolomit 1,4 ton ha-1, berbeda nyata dengan bahwa bahan organik dengan takaran yang
perlakuan tanpa kapur dolomit (0 ton ha-1) meningkat akan meningkatkan pelepasan
dan perlakuan kapur dolomit 0,7 ton ha-1. sejumlah ion dan kapasitas tukar kation
tanah.
85
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
86
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
87