Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SECARA IN VITRO
HALAMAN JUDUL
Oleh:
16/402579/PFA/01643
PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS FARMASI
YOGYAKARTA
2018
PERSETUJUAN PROPOSAL
SECARA IN VITRO
Oleh :
16/402579/PFA/01643
Prof. Dr. Sugeng Riyanto, M.S., Apt. Dr. Rumiyati, M.Si., Apt.
Tanggal : Tanggal :
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERSETUJUAN PROPOSAL ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. v
INTISARI............................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah..................................................................................... 3
C. Keaslian Penelitian ...................................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 7
A. Telaah Pustaka............................................................................................. 7
1. Rambutan (Nephelium lappaceum L) ..................................................... 7
2. Radikal Bebas ....................................................................................... 10
3. Antioksidan........................................................................................... 11
4. Metode Pengujian Antioksidan ............................................................ 12
5. Ekstraksi dan Pemisahan ...................................................................... 13
6. Identifikasi Senyawa............................................................................. 17
B. Landasan Teori .......................................................................................... 21
C. Kerangka Konsep ...................................................................................... 23
D. Hipotesis .................................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 25
A. Desain Penelitian ....................................................................................... 25
B. Bahan Penelitian ........................................................................................ 25
C. Instrumen Penelitian .................................................................................. 25
D. Jalannya Penelitian .................................................................................... 26
1. Penyiapan ekstrak metanol biji buah Rambutan .................................. 26
2. Fraksinasi ekstrak kental BBR ............................................................. 26
iii
3. Penentuan aktivitas antioksidan secara in vitro .................................... 27
a. Penentuan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH ........................ 27
b. Penangkapan Radikal ABTS ......................................................... 27
c. Penentuan Daya Reduksi ............................................................... 28
d. Penentuan Antioksidan dengan β-Karoten – Asam Linoleat......... 28
e. Penentuan Pengkelatan Logam...................................................... 29
4. Penentuan Kandungan Fenolik Total ................................................... 29
5. Penentuan Kandungan Flavonoid Total ............................................... 30
6. Identifikasi komponen senyawa fraksi teraktif sebagai antioksidan .... 30
a. Isolasi............................................................................................. 30
b. Uji kemurnian isolat aktif .............................................................. 31
c. Identifikasi senyawa isolat ............................................................ 31
E. Analisis Data ............................................................................................. 31
JADWAL PENELITIAN ...................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
iv
DAFTAR GAMBAR
v
INTISARI
Kata Kunci : Biji Buah Rambutan, Antioksidan, Fenolik Total, Flavonoid Total,
Identifikasi, Spektrofotometri
vi
BAB I
PENDAHULUAN
dini masih menjadi penyakit dengan angka kejadian yang tinggi sampai saat ini.
Penyakit ini telah diketahui dapat dipicu oleh stress oksidatif yang diinduksi oleh
radikal bebas. Radikal bebas dapat didefinisikan sebagai molekul atau fragmen
molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan dalam
orbital atom atau molekul (Halliwell dan Gutteridge, 1989 dalam Valko dkk., Formatted: Highlight
2007). Elektron yang tidak berpasangan ini biasanya memberi tingkat reaktivitas Commented [SC3]: Sumber sekunder gini sebaiknya
dihindari, tulis aja yang depan
yang cukup besar terhadap radikal bebas. Reaksi yang ditimbulkan oleh radikal ini Formatted: Highlight
apabila terjadi di dalam tubuh (Valko dkk., 2007; Wahdaningsih dkk., 2011).
Cara yang paling efektif untuk menetralkan atau melawan radikal bebas serta
mengurangi terjadinya kerusakan sel pada tubuh yang diakibatkan oleh proses
2011). Keberadaan cadangan antioksidan dalam tubuh manusia dalam jumlah yang
penting dalam melindungi tubuh dari serangan radikal bebas. Radikal bebas
tersebut merupakan spesies reaktif yang memulai reaksi yang merusak molekul
organik yang penting secara biologis dan dianggap sebagai penyebab beberapa
masalah kesehatan termasuk kanker, penyakit jantung dan proses penuaan itu
1
sendiri (Halliwell dan Gutteridge, 1989; Anagnostopoulou dkk., 2006).
Antioksidan dapat diperoleh secara sintetik atau dari bahan alam, yang masing-
antioksidan sintetik yang telah digunakan saat ini yaitu, butil hidroksi toluen (BHT),
butil hidroksi anisol (BHA), dan ter-butil hidroksi quinon (TBHQ) telah terbukti
menimbulkan efek toksik dan mutagenik (Alnajar dkk., 2012). Hal tersebut
alami menjadi alternatif. Senyawa antioksidan alami banyak tersebar pada beberapa
antioksidan ekstrak dari beberapa bahan tanaman dan identifikasi komponen yang
Buah rRambutan dapat dikonsumsi secara segar atau yang telah diproses,
sehingga banyaknya limbah dari kulit buah rambutan (KBR) dan biji buah rambutan
(BBR) tidak bisa dihindari, oleh karena itu beberapa peneliti mencoba
sebelumnya menunjukkan bahwa diantara berbagai ekstrak dan fraksinya, fraksi etil
2
kandungan flavonoid yang tertinggi sehingga berpotensi dimanfaatkan sebagai food
Pengujian aktivitas antioksidan alami terutama yang diperoleh dari buah dan
sayuran seringkali dihubungkan dengan kandungan fenolik total dan flavonoid total
Berdasarkan hal ini, maka akan dilakukan pengukuran kandungan fenolik dan
komponen senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan dari fraksi teraktif dari biji
B. Perumusan Masalah
permasalahan yaitu:
1. Seberapa besar aktivitas antioksidan yang dimiliki oleh ekstrak metanol dan
fraksi-fraksi biji buah rambutan (N. lappaceum L.) melalui serangkaian uji
kemampuan fraksi untuk menangkap radikal DPPH dan ABTS, mereduksi besi
fraksi biji rambutan (N. lappaceum L.) dengan kandungan fenolik dan flavonoid
totalnya ?
3
3. Bagaimana struktur kimia dari senyawa yang terdapat dalam fraksi biji buah
C. Keaslian Penelitian
sekunder fenol, flavonoid dan tanin (Yuda dkk., 2015). Menurut Thitilertdecha dkk
(2008) ekstrak eter, metanol, air dari kulit dan biji rambutan yang dievaluasi
rambutan.
fraksi-fraksi dari kulit buah dan biji rambutan dengan menggunakan metode DPPH.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas paling tinggi pada fraksi etil asetat kulit
rambutan dengan nilai IC50 = 4,29 µg/mL. Aktivitas tersebut lebih tinggi daripada
rambutan masih belum banyak dilakukan sehingga hanya menjadi limbah. Pada
penelitian ini akan dilakukan ekstraksi sampel biji rambutan dengan pelarut
metanol untuk melihat kandungan dan aktivitas dari ekstrak metanol serta
dan etil asetat dan diuji aktivitas antioksidannya secara in vitro kemudian dilakukan
4
identifikasi komponen senyawa dari fraksi teraktif sehingga dapat diketahui
D. Manfaat Penelitian
Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas seperti kanker, penyakit jantung
koroner dan penuaan dini merupakan salah satu penyakit degeneratif yang dapat
secara ilmiah tanaman/buah-buahan yang saat ini diyakini oleh masyarakat dapat
Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
potensi dari ekstrak metanol dan fraksi-fraksi biji buah rambutan sebagai
DPPH dan ABTS, mereduksi besi (III), mengkelat logam dan uji pemucatan beta-
kariten sehingga akan dapat diketahui fraksi mana yang paling aktif sebagai
antioksidan. Selain itu juga dilakukan penentuan kandungan fenolik total dan
kandungan flavonoid total ekstrak dan fraksi-fraksi biji buah rambutan untuk
tersebut kemudian dilakukan identifikasi komponen senyawa dari fraksi biji buah
lainnya.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk melihat potensi biji buah
rambutan (BBR) sebagai antioksidan alami untuk dapat digunakan sebagai bahan
5
pangan fungsional (yang mana selain dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan juga
degeneratif seperti penyakit kanker dan jantung koroner). Secara khusus, tujuan
melalui serangkaian uji kemampuan fraksi untuk menangkap radikal DPPH dan
ABTS, mereduksi besi (III), mengkelat logam dan uji pemucatan beta-karoten
sehingga akan dapat diketahui fraksi mana yang paling aktif sebagai antioksidan.
2. Melakukan penentuan kandungan fenolik total dan flavonoid total ekstrak dan
senyawa ini merupakan sumber antioksidan yang poten sehingga dapat diketahui
tersebut.
3. Melakukan identifikasi komponen senyawa dari fraksi biji buah rambutan yang
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
a. Morfologi
ini tumbuh dengan baik pada suhu 30-500 m dpl dan membutuhkan iklim yang
lembab dengan curah hujan tahunan sekitar 1500-2500 mm. Waktu berbunga
berserakan, berbentuk oval, ujung datar, ujung dan alasnya meruncing, menyirip,
dan hijau dengan tangkai silindris. Ukuran daunnya sekitar 10-20 cm dan lebar 5-
10 cm. Bunga disusun dalam tandan di ujung dahan, harum, berukuran kecil, dan
hijau muda. Bunga jantan dan bunga betina tumbuh terpisah di satu pohon. Buahnya
buni dengan panjang 4-5 cm dan berbentuk oval dengan daging tebal. Kulitnya
berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah saat matang. Biji berbentuk elips
dengan kulit biji berkayu dan dibungkus lapisan putih transparan yang bisa dimakan
dan mengandung banyak air dengan rasa asam sampai manis. Rambutan biasanya
berbunga pada akhir musim kemarau dan saat buah terbentuk pada musim hujan,
sekitar bulan November sampai Februari (Samsuraida dkk., 2009; Lestari dkk.,
2013)
7
b. Klasifikasi Tanaman
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Traceophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium L.
(a) (b)
Gambar 1. a. Buah rambutan (Nephelium lappaceum L.) (Wall, 2011)
b. Biji buah rambutan
mineral makro dan mikro, dan lemak. Kulit buah mengandung flavonoid, tanin dan
8
saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol sedangkan daunnya mengandung
tanin dan saponin. Kulit kayu mengandung tanin, saponin, flavonoid, zat pektis dan
Rambutan dinikmati sebagai buah segar, namun bisa juga digunakan untuk
manisan, sorbet, jus atau anggur. Bagian yang dapat dimakan (100 g) mengandung
80 g air, 1 g protein, 0,4 g lemak, 2,9 g glukosa, 3,1 g fruktosa, 9,8 g sukrosa, 70 g
asam askorbat, serat makanan 2,7 g, 0,8 g niasin, 0,02 mg tiamin, 0,06 mg
riboflavin, 140 mg kalium, sodium 2 mg, magnesium 10 mg, besi 0,1 mg, dan seng
0,6 mg (Wall dkk., 2011). Rambutan tumbuh di Hawaii memiliki kandungan asam
askorbat berkisar antara 22 sampai 47 mg/100 g edible fresh weight (FW). Kadar
asam askorbat kultivar 'R162' dan 'Silengkeng' masing-masing adalah 47,8 mg/100
g dan 39,1 mg/100 g FW (Wall, 2006). Nilai asupan referensi diet (DRI) untuk
vitamin C adalah 100 mg untuk pria dewasa dan 75 mg untuk wanita dewasa. Oleh
karena itu, konsumsi sekitar 10-12 buah rambutan bisa memberi DRI rata-rata
orang dewasa. Rambutan juga merupakan sumber mineral yang baik. Buah (100 g)
mengandung 135 sampai 249 mg kalium, 0,16 sampai 0,20 mg tembaga, dan 0,07
sampai 0,38 mg mangan, memberikan 20% DRI untuk Cu, 8-10% DRI untuk Mn,
dan 2-6% dari DRI untuk mineral K, P, Fe dan Zn (Wall dkk., 2011).
9
2. Radikal Bebas
Radikal bebas adalah spesies kimia reaktif yang memiliki satu elektron tak
berpasangan dalam orbital terluar mereka (Togo, 2004; Losada-Barreiro dan Bravo-
Díaz, 2017). Konfigurasi elektronik ini sangat energik, membuat radikal bebas
menjadi tidak stabil secara kimia dan sangat reaktif. Ketika diproduksi dalam
makanan atau jaringan biologis, mereka bereaksi dengan mudah dengan molekul di
dekatnya seperti lipid, karbohidrat, protein dan asam nukleat, yang menghasilkan
spesies non-radikal dan radikal yang berbeda, yang pada umumnya sangat
2017).
sebagai ROS atau spesies nitrogen reaktif (RNS) (Firuzi dkk., 2011). Radikal bebas
adalah fragmen molekul / molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan, yang kehadirannya biasanya sangat reaktif. ROS yang paling
penting adalah radikal hidroksil, anion radikal superoksida, Oksida nitrat dan
radikal peroksil, dan juga spesies non-radikal seperti hidrogen peroksida, oksigen
(Halliwell, 2011). Sumber radikal endogen yang paling penting adalah enzim rantai
terikat) seperti besi dan tembaga dapat menghasilkan radikal bebas melalui
10
Efek berbahaya dari radikal bebas dapat ditangkal oleh zat yang dikenal
dll.) Dan enzim antioksidan dengan berat molekul lebih besar, keduanya berfungsi
untuk mencegah atau memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Enzim antioksidan yang paling penting adalah SOD, katalase (CAT), glutathione
3. Antioksidan
Antioksidan adalah molekul dengan berat molekul rendah yang cukup stabil
seperti asam urat dan glutathione. Seperti yang telah dibahas, aktivitas antioksidan
Evans dan Diplock, 1993; Archibong dkk., 2018). Yang pertama adalah mekanisme
inisiator spesies ROS / reaktif (antioksidan sekunder) dengan katalis inisiasi rantai
11
mekanisme yang berbeda termasuk sumbangan elektron, khelasi ion logam,
ringan lainnya ditemukan dalam makanan. Meskipun ada beberapa sistem enzim di
dalam tubuh yang mengais radikal bebas, antioksidan mikronutrien utama adalah
1999; Archibong dkk., 2018). Tubuh tidak bisa memproduksi mikronutrien ini,
suatu senyawa uji menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi dengan salah satu
metode, tidak selalu akan memberikan hasil yang sama baiknya dengan
antioksidan dengan berbagai macam metode. Uji penangkapan radikal yang sering
digunakan adalah dengan menggunakan radikal organik DPPH ABTS.+ (Prior dkk.,
dan dapat menganalisis sejumlah besar sampel dalam jangka waktu yang singkat
12
senyawa aromatik polihidroksi seperti hidrokuinon, pirogalal, dan asam galat serta
memberikan atom hidrogen pada radikal DPPH (Kumar dan Gupta, 2002).
a. Maserasi
menggunakan pelarut selektif melalui prosedur standar. Produk yang diperoleh dari
tanaman adalah campuran metabolit yang relatif kompleks, dalam keadaan cair atau
semipadat atau dalam bentuk bubuk kering, dan dimaksudkan untuk penggunaan
ekstraksi, pelarut membaur ke dalam bahan padat dan melarutkan senyawa dengan
polaritas serupa . Dalam maserasi (untuk ekstrak cairan), tangkapan tanaman utuh
atau kasar disimpan dalam kontak dengan pelarut dalam wadah stopper untuk
jangka waktu tertentu dengan agitasi yang sering sampai bahan larut dilarutkan.
Metode ini paling sesuai untuk digunakan dalam kasus obat thermolabile (Ncube
dkk., 2008).
yang digunakan, pH, suhu, ukuran partikel dan rasio pelarut terhadap sampel.
Semakin lama kontak antara pelarut dan bahan semakin banyak komponen yang
diekstraksi sampai semua bahan mungkin telah diekstraksi. Periode ekstraksi dapat
13
dipersingkat dengan menggiling bahan tanaman menjadi lebih halus karena hal ini
ekstraksi. Mengaduk campuran bahan pelarut tanaman juga akan meningkatkan laju
sampel yang telah kering adalah 10: 1 (v/w) (Das dkk., 2010).
bentuk kromatografi bekerja dengan prinsip yang sama. Kromatografi terdiri dari
fase diam (solid atau cairan yang didukung solid) dan fase gerak (cairan atau gas).
Campuran dilarutkan dalam cairan yang disebut fase gerak, yang membawanya
melalui struktur yang menahan bahan lain yang disebut fase diam. Fase gerak
komponen tersebut berpisah satu sama lain. Pemisahan ini didasarkan pada
kertas, di antaranya kromatografi lapis tipis (KLT) adalah teknik laboratorium yang
banyak digunakan dan serupa dengan kromatografi kertas. KLT melibatkan fase
diam dari lapisan tipis adsorben seperti silika gel, alumina, atau selulosa pada
14
lebih cepat, pemisahan yang lebih baik, dan pilihan antara adsorben yang berbeda
Kromatografi lapis tipis menggunakan pelat kaca tipis yang dilapisi dengan
aluminium oksida atau silika gel sebagai fasa padat. Fase gerak adalah pelarut yang
dipilih sesuai dengan sifat komponen dalam campuran. Prinsip TLC adalah
distribusi senyawa antara fasa padat padat (lapisan tipis) yang diaplikasikan pada
gelas atau pelat plastik dan fasa gerak cair yang bergerak di atas fasa padat.
Sejumlah kecil senyawa atau campuran diaplikasikan ke titik awal tepat di atas
dasar plat KLT. Pelat ini kemudian dikembangkan di suatu wadah yang berisi eluen
partikel-partikel di plat melalui aksi kapiler, dan saat pelarut bergerak di atas
campuran, masing-masing senyawa tetap berada dalam fase padat atau larut dalam
pelarut dan naik ke atas plat. Senyawa tersebut bergerak ke atas piring atau tetap
berada di belakang tergantung pada sifat fisik senyawa individu tersebut dan
c. Kromatografi Kolom
memurnikan senyawa kimia individual dari campuran senyawa. Hal ini sering
digunakan untuk aplikasi preparatif pada skala dari mikrogram hingga kilogram.
Kolom kromatografi preparatif klasik, adalah tabung kaca dengan diameter dari 5
filter (kaca frit atau kaca wol plug - untuk mencegah kerugian dari fase diam) di
15
bagian bawah. Dua metode umumnya digunakan untuk membuat kolom: metode
kering, dan metode basah. Teknik ini biasanya membutuhkan gel silika mesh 70 -
bervariasi. Tabung ini biasanya memiliki kran yang terpasang untuk mengendalikan
aliran pelarut, dan mungkin memiliki pelat berlapis untuk mendukung adsorben.
Beberapa kolom mungkin memiliki tabung hampa udara yang menempel di bagian
atas kolom untuk bertindak sebagai reservoir pelarut. Variasi dalam ukuran
besar akan digunakan untuk jumlah senyawa yang lebih banyak. Resolusi kolom
monitoring kolom sangat sederhana. Band berwarna akan bergerak ke bawah kolom
bersama dengan pelarut dan saat mendekati akhir kolom, band berwarna dikumpul
dalam wadah. Warna dapat dijakdikan sebagai panduan. Akan tetapi kebanyakan
molekul organik tidak berwarna sehingga dalam hal ini reaksi harus dipantau
dengan KLT. Tempatkan setiap fraksi pada plat KLT. Empat atau lima fraksi dapat
terlihat pada plat KLT tunggal. Elusi plat dan gunakan tempat atau titik yang
diamati untuk menentukan senyawa mana yang ada di masing-masing fraksi yang
16
dikumpulkan. Mengamati beberapa bahan awal atau produk (jika tersedia) pada plat
KLT sebagai standar akan membantu dalam identifikasi (Kondeti dkk., 2014).
6. Identifikasi Senyawa
perhitungan dan operasi intelektual yang diikuti oleh pengambilan keputusan analis
sebagai ahli dan mencari kesamaan setidaknya dua sifat / fitur yang berbeda antara
analit dan salah satu senyawa kimia yang diketahui dan perbedaan yang sesuai.
senyawa berdasarkan pada sifatnya yang sesuai (Milman dan Konopelko, 2000).
(Bethem dkk., 2003). Prosedur deteksi dan identifikasi disatukan dalam analisis
kimia kualitatif
a. Spektrofotometri UV-VIS
dengan konsentrasi senyawa yang menyerap dalam larutan dan panjang lintasan.
Jadi, untuk jalur panjang yang tetap, spektroskopi UV/VIS dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi senyawa yang menyerap dalam larutan. Hal ini diperlukan
17
Sebuah molekul atau ion akan menunjukkan penyerapan di daerah yang
atau terlihat disertai dengan perubahan keadaan elektronik molekul dalam sampel.
Energi yang dipasok oleh cahaya akan mempromosikan elektron dari orbital
keadaan dasar ke energi yang lebih tinggi, orbital keadaan tereksitasi atau orbital
anti-ikatan. Secara potensial, tiga jenis orbital keadaan tanah dapat dilibatkan
Selain itu, dua jenis orbital anti ikatan dapat dilibatkan dalam transisi yaiut σ*
(sigma star) orbital dan π* (pi star) orbital (Tidak ada orbital anti ikatan n* karena
radiasi infra merah melalui sampel dan menentukan fraksi dari radiasi yang terjadi
diserap pada energi tertentu. Energi dimana setiap puncak dalam spektrum yang
analisis satu komponen campuran, terutama bila senyawa dalam campuran sama-
sama bersifat kimiawi atau memiliki sifat fisik yang sangat mirip (misalnya isomer
18
identik. Analisis kromatografi mungkin terbatas penggunaannya karena pemisahan,
berbeda di daerah sidik jari. Keuntungan lain dari teknik inframerah adalah bahwa
hal itu dapat bersifat non-destruktif dan memerlukan jumlah sampel yang relatif
dekat (13.000-4000 cm-1) adalah overtone atau kombinasi dari regangan ikatan
dasar yang terjadi di wilayah 3000-1700 cm-1 . Ikatan yang terlibat biasanya berupa
ikatan C-H, N-H stretch atau O-H (Weyer dan Lo, 2006). Spektrum inframerah
pertengahan (4000-400 cm-1) dapat dibagi menjadi empat wilayah dan sifat
(4000-2500 cm-1), daerah ikatan rangkap tiga (2500-2000 cm-1), daerah ikatan
rangkap dua (2000-1500 cm-1) dan daerah sidik jari (1500-600 cm-1) (Stuart, 2004).
Wilayah inframerah-jauh didefinisikan sebagai daerah antara 400 dan 100 cm-1.
Daerah ini lebih terbatas daripada pertengahan inframerah untuk korelasi spektra-
mengandung atom berat, getaran kerangka molekuler, torsi molekul dan getaran
19
spektrometri massa untuk mengidentifikasi zat berbeda dalam sampel uji. GC
digunakan untuk memisahkan komponen volatil dan termal stabil dalam sampel
database yang telah tersedia. GC-MS mewakili massa partikel tertentu (Da) dengan
jumlah (z) muatan elektrostatik (e) yang dibawa partikel. Istilah m/z diukur dalam
DA/e. GC-MS umumnya menggunakan teknik electron impact (EI) dan chemical
ionization (CI). Fitur utama dari ion molekuler yang ditingkatkan, meningkatkan
komponen labil termal dan volatilitas rendah yang dapat diterima untuk analisis,
analisis lebih cepat, sensitivitas yang lebih baik terutama untuk senyawa yang sulit
dianalisis dan banyak fitur dan pilihan lainnya memberikan alasan kuat untuk
d. Spektrofotometri NMR
energi yang diserap oleh perubahan dalam keadaan spin nuklir. NMR merupakan
salah satu metode analisis yang paling sering digunakan pada analisis kimia modern
mempelajari protein dan asam nukleat juga telah memberikan informasi unik
mengenai dinamika dan kinetika kimiawi dari sistem ini. Salah satu fitur penting
20
dari NMR adalah bahwa ia menyediakan informasi, pada tingkat atom, mengenai
dinamika protein dan asam nukleat pada rentang skala waktu yang sangat luas,
mulai dari detik sampai piko detik. Selain itu, NMR juga dapat memberikan
informasi struktural tingkat atom dari protein dan asam nukleat dalam larutan
(Darbeau, 2006).
digunakan secara rutin untuk tujuan ini. Selain penggunaan spektrum NMR dalam
B. Landasan Teori
Rambutan merupakan buah tropis yang sangat menarik yang terdistribusi secara
dkk., 2008). Buah rambutan dapat dikonsumsi secara segar atau yang telah diproses,
sehingga banyaknya limbah dari kulit buah rambutan (KBR) dan biji buah rambutan
(BBR) tidak bisa dihindari, oleh karena itu beberapa peneliti mencoba
senyawa fenoliknya, anti-herpes simplex virus type 1 (Nawawi dkk., 1999), dan
21
Ekstrak etanol kulit buah rambutan dikaporkan mengandung asam elagat,
corilagin dan geraniin (Thitilertdecha dkk., 2010). Palanisamy dkk (2011) juga
sebelumnya menunjukkan bahwa diantara berbagai ekstrak dan fraksinya, fraksi etil
flavonoid yang telah berhasil diisolasi dari ekstrak etanol biji rambutan yaitu
senyawa flavonol tersubstitusi gula pada posisi 7-O dengan gugus hidroksil pada
posisi 3, 5, dan 4’, senyawa flavonol tersustitusi pada 3-O dan 7-O dengan gugus
hidroksil pada posisi 5 dan 4’; dan senyawa flavonoid tersubstitusi pada 5-O
Uji aktivitas penangkapan radikal ekstrak etanol, fraksi-fraksi dari kulit buah
paling tinggi pada fraksi etil asetat kulit rambutan dengan nilai IC50 = 4,29 µg/mL.
Aktivitas tersebut lebih tinggi daripada vitamin E (IC50 vitamin E= 8,48 µg/mL)
(Khasanah, 2011).
22
C. Kerangka Konsep
Analisis Hasil
23
D. Hipotesis
1. Ekstrak metanol dan fraksi-fraksi biji buah rambutan (N. lappaceum L.)
kemampuan untuk menangkap radikal DPPH dan ABTS, mereduksi besi (III),
totalnya.
3. Komponen senyawa dari fraksi biji buah rambutan yang paling aktif sebagai
antioksidan dapat diidentifikasi dengan metode spektroskopi. Commented [SC4]: Ini sebnarnya belum menjawab
pertanyaan tapi gak apa lah
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
B. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan yaitu biji buah rambutan yang diperoleh dari
Kecamatan Mowila, Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara, Commented [SC5]: Ditambahi kapan dipanennya apakah
saat buah berwarna hijau atau berwarna merah atau sudah
merah bingit
Metanol teknis, etil asetat, diklorometan, petroleum eter, akuades, akuabides, asam
formiat, asam asetat glasial, 2,2-difenil-pikrilhidrazil (DPPH) (Sigma Aldrich; St. Commented [SC6]: Ini gak perlu mirin yang lainnya juga
yaa
Louis, MO), Trolox (Sigma Aldrich), metanol pro analisis (Merck; Darmstadt, Formatted: Font: Not Italic
Commented [SC7]: Seperti ini kasih kota sama negara
Germany), asam galat (Wako Pure chemical Industies), rutin (Sigma Aldrich),
Formatted: Font: Not Italic
(pH 6,6), kalium ferisianida, besi(III) klorida, besi(II) klorida, vitamin C, asam
triklorasetat (TCA), asam linoleat, asam tiobarbiturat (TBA), tween 40, EDTA,
β-karoten, ferrozine, silika gel GF254, silika gel 80-120 mesh, pereaksi semprot
sitoborat dan FeCl3, pereaksi uap ammonia, Na2CO3 7%, NaNO2 10%, AlCl3 10%
C. Instrumen Penelitian
kromatografi, pipa kapiler, lampu UV254 dan UV366, penangas air, delivery pipet
25
liquid chromatography, kolom gravimetri, oven dan peralatan gelas. Alat untuk
pengujian antioksidan: tabung reaksi, labu takar, dan pipet mikro. Spektrofotometer
100), GC-MS (GCMS-QP2010S SHIMADZU). Commented [SC8]: Punya LPPT itu Thermo
Commented [SC9]: Punya lPPT itu thermo
D. Jalannya Penelitian
Biji buah rambutan (BBR) dibersihkan dari kulit arinya, lalu dicuci dengan
di oven dengan suhu 65oC selama ±2 hari (sampai kering), lalu diserbuk. Serbuk Commented [SC10]: Justifikasi kadar lembab/kadar air
berapa? Jgn sampai kering gt
BBR dimaserasi 4 hari dengan 10 bagian metanol. Maserat dipisahkan dengan cara
filtrasi dan filtrat yang dihasilkan dikumpulkan. Diulangi proses maserasi Commented [SC11]: Predikat jangan di depan
(remaserasi) selama 2 hari dengan jumlah pelarut setengah dari jumlah maserasi
pertama. Campuran disaring kembali dengan kertas saring, filtrat pertama dan
metanol BBR.
diklorometan dan etil asetat. Masing-masing fraksi PBB, fraksi diklorometan dan Commented [SC12]: PE atau PB?
fraksi etil asetat biji buah rambutan yang diperoleh dipekatkan dengan vacum rotary
26
3. Penentuan aktivitas antioksidan secara in vitro
DPPH 0,4 mM, dan 3,950 mL metanol. Campuran selanjutnya divorteks dan
pada panjang gelombang 517 nm terhadap blanko (yang terdiri atas 50 μL ekstrak
dan 4,950 mL metanol). Dilakukan juga pengukuran absorbansi kontrol yang terdiri
atas 1,0 mL DPPH dan 4,0 mL metanol. Sebagai pembanding digunakan vitamin E
(A o A 1 )
Persen (%) penangkapan radikal = x 100
Ao
Yang mana: Ao adalah absorbansi kontrol (tidak mengandung fraksi uji) dan
A1 merupakan absorban dengan adanya sampel uji atau senyawa pembanding. Commented [SC13]: Mending tulis sebagai keterangan aja
dibandign gini ada kata yang mana itu lhoh
oksidan kalium persulfat 2,45 mM untuk menghasilkan radikal ABTS˙+ yang stabil
dengan warna biru-hijau diikuti dengan inkknubasi selama 12-16 jam dalam
ruangan gelap pada suhu 4°C. Larutan selanjutnya diencerkan hingga diperoleh
nilai absorbansi 0,7 ± 0,01 pada panjang gelombang 734 nm untuk menghasilkan Commented [SC14]: Mending tulis aja serapan, klo
absorbansi ada akhir an asi kaya suatu proses e.g.
standarisasi
reagen uji. Aktivitas penangkapan radikal ABTS dilihat dengan mereaksikan 3 mL
27
reagen uji dengan sampel ekstrak/fraksi kemudian diinkubasikan pada suhu 30°C
terhadap kontrol dan dibandingkan dengan kurva standar trolox pada kisaran 1- 100
Uji penentuan daya reduksi dilakukan dengan metode FRAP. Reagen FRAP
disiapkan dengan membuat campuran buffer asetat 300 mmol/L (pH 3.6), 10
(dalam 40 mmol/L HCl), dan feri klorida 20 mmol/L (10: 1: 1, v/v/v). terhadap 4,5
selama 5 menit, absorbansi diukur pada panjang gelombang 593 nm. Bblanko
dibandingkan dengan absorbansi yang diperoleh dari kurva standar dari besi sulfat
karoten dalam 1 mL kloroform) dan ditambah sebanyak 25µL asam linoleat dan
sebanyak 100 mL akuades yang dijenuhkan dengan oksigen (30 menit dengan
mL campuran ini didispersikan ke dalam tabung uji dan sejumlah sampel uji
28
(ekstrak.fraksi) ditambahkan, lalu sistem emulsi diinkubasi selama 48 jam pada
suhu kamar. Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap control positif BHT.
selama 10 detik kemudian dibiarkan pada suhu ruang selama 10 menit. Setelah
sebagai berikut:
A°−A1
Persen (%) penghambatan kelat = X100
A°
dan A1 adalah absorbansi dengan adanya sampel uji. Etilen diamin tetraasetat
Diambil (20; 30; 40; 50 dan 60) µL larutan asam galat 1mg/mL, masing-
masing dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL, ditambah dengan 0,4 mL reagen
operating time salah satu larutan baku dan dilakukan untuk menentukan panjang
pada panjang gelombang maksimalnya yaitu 750 nm terhadap blanko yang terdiri
29
dari akuabidestilata dan reagen Folin-Ciocalteu. Untuk analisis sampel, ditimbang
seperti pada kurva baku. Kandungan fenolik total dinyatakan sebagai % b/b
Diambil (100; 200; 300; 400; 500 dan 600) µL larutan rutin 1 mg/mL, masing-
akuabidestilata dan 0,3 mL larutan NaNO2 10%, lalu dibiarkan selama 6 menit.
Setelah itu larutan ditambah dengan 0,3 mL AlCl3 10% dan dibiarkan selama 5
10,0 mL. Dilakukan pengukuran operating time salah satu larutan baku dan
maksimalnya, yaitu 512 nm terhadap blanko (semua larutan diatas tanpa rutin).
dalam labu takar 10 mL, dilanjutkan seperti pada kurva baku. Kandungan flavonoid
total dinyatakan sebagai % b/b ekivalen rutin (% b/b ER) (Rohman dkk., 2006).
a. Isolasi
dengan fase diam silica gel dan fase gerak berupa fase gerak dari hasil optimasi.
30
pemucatan warna paling cepat dan paling intens selanjutnya dikerik kemudian
lebur dan KLT. Titik lebur kKristal diperiksa dengan alat Buchi Melting Point B-
540, dengan cara sedikit kristal diletakkan di dalam kapiler lalu diamati. Suhu
dinaikkan secara perlahan dari suhu kamar. Suhu dicatat pada saat kristal mulai
meleleh dan suhu pada saat kristal menjadi cair semua (meleleh semua).
dilakukan dengan menggunakan fase diam silica gel GF254, sedangkan fase
Deteksi bercak dilakukan secara visual dengan lampu UV pada 254 dan 366 nm.
E. Analisis Data
regresi linear/non-linear untuk memperoleh nilai IC50, juga dilakukan analisis data
31
senyawa digunakan beberapa analisis yaitu untuk data spektrum IR dilakukan
analisis berdasarkan daerah serapan tiap puncak yang teramati; sedangkan spektrum
GC-MS dianalisis berdasarkan retensi waku dan hasil fragmentasi, dan untuk
spektrum NMR dianalisis berdasarkan jumlah dan jenis puncak yang muncul pada
32
JADWAL PENELITIAN
Bulan
Tahapan Kegiatan
Februari Maret April Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
33
DAFTAR PUSTAKA
Alnajar, Z.A.A., Abdulla, M.A., Ali, H.M., Alshawsh, M.A., dan Hadi, A.H.A.,
2012. Acute Toxicity Evaluation, Antibacterial, Antioxidant and
Immunomodulatory Effects of Melastoma malabathricum. Molecules, 17:
3547–3559.
Archibong, A.E., Rideout, M.L., Harris, K.J., dan Ramesh, A., 2018. Oxidative
stress in reproductive toxicology. Current Opinion in Toxicology, 7: 95–
101.
Asrianti, M., Ruslan, K., dan Nawawi, A., 2006. 'Telaah Fitokimia Biji Rambutan
(Nephelium lappaceum L.)', , Skripsi, . Sekolah Farmasi ITB, Bandung.
Bele, A.A. dan Khale, A., 2011. An overview on thin layer chromatography.
International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, 2: 256.
Bethem, R., Boison, J., Gale, J., Heller, D., Lehotay, S., Loo, J., dkk., 2003.
Establishing the fitness for purpose of mass spectrometric methods. Journal
of the American Society for Mass Spectrometry, 14: 528–541.
Chauhan, A., 2014. GC-MS Technique and its Analytical Applications in Science
and Technology. Journal of Analytical & Bioanalytical Techniques, 5: .
Das, K., Tiwari, R.K.S., dan Shrivastava, D.K., 2010. Techniques for evaluation of
medicinal plant products as antimicrobial agents: current methods and
future trends. Journal of medicinal plants research, 4: 104–111.
Firuzi, O., Miri, R., Tavakkoli, M., dan Saso, L., 2011. Antioxidant therapy: current
status and future prospects. Current medicinal chemistry, 18: 3871–3888.
34
Gutteridge, J.M.C. dan Halliwell, B., 2010. Antioxidants: Molecules, medicines,
and myths. Biochemical and Biophysical Research Communications, 393:
561–564.
Halliwell, B., 2011. Free radicals and antioxidants – quo vadis? Trends in
Pharmacological Sciences, 32: 125–130.
Halliwell, B. dan Gutteridge, J.M.C., 1989. Free Radicals in Biology and Medicine.
Clarendon Press.
Khasanah, A., 2011. 'Uji Aktivitas Penangkap Radikal Ekstrak Etanol, Fraksi-
Fraksi Dari Kulit Buah Dan Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.)
Serta Penetapan Kadar Fenolik Dan Flavonoid Totalnya', , Skripsi, .
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Kikuzaki, H., Hisamoto, M., Hirose, K., Akiyama, K., dan Taniguchi, H., 2002.
Antioxidant Properties of Ferulic Acid and Its Related Compounds. Journal
of Agricultural and Food Chemistry, 50: 2161–2168.
Kondeti, R.R., Mulpuri, K.S., dan Meruga, B., 2014. Advancements in column
chromatography: A review. World Journal of Pharmaceutical Sciences, 2:
1375–1383.
Kumar, M.K., Kaur, G., dan Kaur, H., 2011. Phytochemical screening and
Extraction: A Review. Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1: .
Kumar, S., Jyotirmayee, K., dan Sarangi, M., 2013. Thin layer chromatography: a
tool of biotechnology for isolation of bioactive compounds from medicinal
plants. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and
Research, 18: 126–132.
Lehoux, S., 2006. Redox signalling in vascular responses to shear and stretch.
Cardiovascular Research, 71: 269–279.
35
Lestari, S.R., Djati, M.S., Rudijanto, A., dan Fatchiyah, F., 2013. Production And
Potency Of Local Rambutan At East Java As A Candidate Phytopharmaca.
AGRIVITA Journal of Agricultural Science, 35: 270–276.
Levine, M., Ramsey, S.C., Daruwala, R., Park, J.B., dan Wang, Y., 1999. Criteria
And Recommendations For Vitamin C Intake 281: .
Losada-Barreiro, S. dan Bravo-Díaz, C., 2017. Free radicals and polyphenols: The
redox chemistry of neurodegenerative diseases. European Journal of
Medicinal Chemistry, 133: 379–402.
Nanda, R. dan Damodaran, K., 2018. A review of NMR methods used in the study
of the structure and dynamics of ionic liquids: NMR studies of ionic liquids.
Magnetic Resonance in Chemistry, 56: 62–72.
Nawawi, A., Nakamura, N., Hattori, M., Kurokawa, M., dan Shiraki, K., 1999.
Inhibitory Effects of Indonesian Medicinal Plants on the Infection of Herpes
Simplex Virus Type. Phytother. Res, 13: 37–41.
Ncube, N.S., Afolayan, A.J., dan Okoh, A.I., 2008. Assessment techniques of
antimicrobial properties of natural compounds of plant origin: current
methods and future trends. African journal of biotechnology, 7: .
Palanisamy, U.D., Ling, L.T., Manaharan, T., dan Appleton, D., 2011. Rapid
isolation of geraniin from Nephelium lappaceum rind waste and its anti-
hyperglycemic activity. Food Chemistry, 127: 21–27.
Poprac, P., Jomova, K., Simunkova, M., Kollar, V., Rhodes, C.J., dan Valko, M.,
2017. Targeting Free Radicals in Oxidative Stress-Related Human Diseases.
Trends in Pharmacological Sciences, 38: 592–607.
36
Prior, R.L., Wu, X., dan Schaich, K., 2005. Standardized Methods for the
Determination of Antioxidant Capacity and Phenolics in Foods and Dietary
Supplements. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 53: 4290–4302.
Remington, J., 2005. Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 21st ed.
Lippincott Williams & Wilkins.
Rice-Evans, C.A. dan Diplock, A.T., 1993. Current status of antioxidant therapy.
Free Radical Biology and Medicine, 15: 77–96.
Rohman, A., Riyanto, S., dan Utari, D., 2006. Aktivitas antioksidan, kandungan
fenolik total dan kandungan flavonoid total ekstrak etil asetat buah
Mengkudu serta fraksi-fraksinya. Majalah Farmasi Indonesia, 17: 136–
142.
Shah, R.S., Shah, R.R., Pawar, R.B., dan Gayakar, P.P., 2015. UV-Visible
Spectroscopy- A Review. International Journal of Institutional Pharmacy
and Life Sciences, 5: .
Shi, H., Noguchi, N., dan Niki, E., 1999. Comparative Study On Dynamics of
Antioxidative Action of A-Tocopheryl Hydroquinone, Ubiquinol, and A-
Tocopherol Againts Lipid Peroxidation 27: 334–346.
Tepe, B., Sokmen, M., Akpulat, H.A., dan Sokmen, A., 2006. Screening of the
antioxidant potentials of six Salvia species from Turkey. Food Chemistry,
95: 200–204.
Thitilertdecha, N. dan Rakariyatham, N., 2011. Phenolic content and free radical
scavenging activities in rambutan during fruit maturation. Scientia
Horticulturae, 129: 247–252.
Thitilertdecha, N., Teerawutgulrag, A., Kilburn, J.D., dan Rakariyatham, N., 2010.
Identification of Major Phenolic Compounds from Nephelium lappaceum
L. and Their Antioxidant Activities. Molecules, 15: 1453–1465.
Togo, H., 2004. Preface, dalam: Advanced Free Radical Reactions for Organic
Synthesis. Elsevier Science, Amsterdam, hal. vii.
Valentão, P., Fernandes, E., Carvalho, F., Andrade, P.B., Seabra, R.M., dan de
Lourdes Bastos, M., 2002. Studies on the antioxidant activity of Lippia
citriodora infusion: scavenging effect on superoxide radical, hydroxyl
37
radical and hypochlorous acid. Biological and Pharmaceutical Bulletin, 25:
1324–1327.
Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M.T.D., Mazur, M., dan Telser, J.,
2007. Free radicals and antioxidants in normal physiological functions and
human disease. The International Journal of Biochemistry & Cell Biology,
39: 44–84.
Wahdaningsih, S., Setyowati, E.P., dan Wahyuono, S., 2011. Free Radical
Scavenging Activity Of (Alsophila glauca J. Sm). Traditional Medicine
Journal, 16: 156–160.
Wall, M.M., 2006. Ascorbic acid and mineral composition of longan (Dimocarpus
longan), lychee (Litchi chinensis) and rambutan (Nephelium lappaceum)
cultivars grown in Hawaii. Journal of Food Composition and Analysis, 19:
655–663.
Wall, M.M., Sivakumar, D., dan Korsten, L., 2011. Rambutan (Nephelium
Lappaceum L.), dalam: Postharvest Biology and Technology of Tropical
and Subtropical Fruits. Woodhead Publisihing Limited, Cambridge, hal.
312–333.
Weyer, L. g. dan Lo, S.-C., 2006. Spectra– Structure Correlations in the Near-
Infrared, dalam: Handbook of Vibrational Spectroscopy. John Wiley &
Sons, Ltd.
Wootton-Beard, P.C., Moran, A., dan Ryan, L., 2011. Stability of the total
antioxidant capacity and total polyphenol content of 23 commercially
available vegetable juices before and after in vitro digestion measured by
FRAP, DPPH, ABTS and Folin–Ciocalteu methods. Food Research
International, 44: 217–224.
Yu, H., Liu, X., Xing, R., Liu, S., Guo, Z., Wang, P., dkk., 2006. In vitro
determination of antioxidant activity of proteins from jellyfish Rhopilema
esculentum. Food Chemistry, 95: 123–130.
38