Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PT Pupuk Iskandar Muda yang beroperasi saat ini mempunyai dua pabrik,
dan mempunyai 4 unit, yaitu:
1. Unit utilitas
2. Unit ammonia
3. Unit urea
4. Unit Adsorbentt Sulfur Removal (PIMIT)
Gambar 3.1 Keterkaitan unit utilitas dengan pabrik ammonia dan urea.
Kebutuhan air di pabrik diperlukan untuk bahan baku dan bahan pembantu
proses yaitu dalam bentuk Filter Water dengan kapasitas 450 ton/jam dan Demin
Water (Polish Water) dengan kapasitas 175 ton/jam. Di samping itu diproduksi
pula Portable Water sebagai air minum dengan kapasitas 125 ton/jam.
3.1.1.1 Clarifier
Clarifier (53-FD-1001) berfungsi sebagai tempat pengolahan air tahap
pertama yaitu proses penjernihan air untuk menghilangkan zat padat dalam bentuk
suspensi yang dapat menyebabkan kekeruhan (turbidity sekitar 20 ppm) terhadap
air dengan jalan netralisasi, sedimentasi, koagulasi dan filtrasi. Clarifier
mempunyai kapasitas 1.330 ton/jam sedangkan kebutuhan air baku masuk
Clarifier adalah 600 sampai 800 ton/jam (normal). Pada Inlet Clarifier
diinjeksikan bahan-bahan kimia yaitu alum sulfat, klorin, soda kaustik, sedangkan
coagulant aid ditambahkan ke dalam Clarifier. Fungsi dari bahan kimia tersebut
adalah:
1. Alum Sulfat (Al2(SO4)3)
Berfungsi untuk membentuk gumpalan dari partikel yang tersuspensi
dalam air. Bila alum dikontakkan dengan air maka akan terjadi hidrolisa yang
menghasilkan alumunium hidrosida (Al2(SO4)3) dan asam sulfat. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:
Al(SO2)3.18H2O(s) + 6H2O(l) → 2 Al(OH)3(s) + 3H2SO4(l) + 18H2O(aq)
Gumpalan Al(OH)3 yang berupa koloid akan mengendap bersama kotoran
lain yang terikut ke dalam air dan H2SO4 akan mengakibatkan air bersifat asam.
Penambahan alum tergantung pada turbidity dan laju alir air umpan baku.
2. Soda Kaustik (NaOH)
Berfungsi untuk menetralkan air akibat penambahan alum sehingga pHnya
berkisar antara 6 sampai 8. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
H2SO4(s) + NaOH(l) → Na2SO4(l) + 3H2O(aq)
3. Klorin (Cl2)
Tujuan utama penambahan zat klorin adalah untuk mematikan
mikroorganisme dalam air, disamping itu juga untuk mencegah tumbuhnya lumut
pada dinding Clarifier dan akan mengganggu proses selanjutnya.
4. Coagulant Aid (Polimer)
Berfungsi untuk mempercepat proses pengendapan, karena dengan
penambahan bahan ini akan membentuk flok-flok yang lebih besar sehingga akan
lebih mudah dan cepat mengendap.
Clarifier dilengkapi dengan Agitator dan Rake yang berfungsi sebagai
pengaduk, keduanya bekerja secara continue. Agitator berfungsi untuk
mempercepat terjadinya flok-flok dan bekerja dengan kecepatan 1,05 sampai 4,2
rpm. Sedangkan Rake berfungsi mencegah agar flok-flok (gumpalan lumpur)
tidak pekat di dasar Clarifier dan bekerja dengan kecepatan 0,033 rpm. Kotoran-
kotoran yang mengendap bersama lumpur (sludge) dikeluarkan dari bawah
Clarifier sebagai blowdown, sedangkan air jernih dari Clarifier keluar lewat
overflow.
b. Degasifier (53-DA-1002)
Degasifier berfungsi untuk menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari
asam karbonat pada proses sebelumnya, dengan reaksi sebagai berikut:
H2CO3(l) → H2O(aq) + CO2(g)
Proses Degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejektor, di dalam tangki ini terdapat Netting Ring untuk
memperluas bidang kontak antara air yang masuk dengan steam bertekanan
rendah yang diinjeksikan. Sedangkan outlet steam ejektor dikondensasikan
dengan injeksi air dari bagian atas dan selanjutnya ditampung dalam Seal Pot
sebagai umpan Recovery Tank.
c. Anion Tower (53-DA-1003)
Berfungsi untuk menyerap atau mengikat ion-ion negatif yang terdapat
dalam air yang keluar dari Degasifier. Resin pada anion exchanger adalah
R=NOH (tipe Dowex Upcore Mono C-600).
Reaksi yang terbentuk adalah:
H2SO4(l) + 2R = N – OH(s) → (R = N)2SO4(l) + 2 H2O(aq)
HCl(l) + R = N – OH(s) → R = N – Cl(l) + H2O(aq)
H2SiO3(l)+ 2R = N – OH(s) → (R = N)2SiO3(l)+ 2 H2O(aq)
H2CO3(l) + R = N – OH(s) → R = N – CO3(l)+ H2O(aq)
HNO3(l)+ R = N – OH(s) → R = N – NO3(l)+ H2O(aq)
Reaksi Anion:
Na2SiO3(l) + 2R = N – OH(s)→ 2 RSO3Na(l) + H2SiO3(l)
Air yang telah bebas mineral tersebut dimasukkan ke Polish Water Tank
(53-FB-1004) dan digunakan untuk air umpan Boiler.
3.2.1.1 Desulfurizer
Gas alam sebagai bahan baku proses dialirkan ke dalam Desulfurizer (61-
201-DA/DB/DC) yang berisikan sponge iron yaitu potongan-potongan kayu yang
telah diimpregnasi dengan Fe2O3. Sponge iron berfungsi menyerap sulfur yang
ada dalam gas alam. Masing-masing Desulfurizer mempunyai volume 68,8 m3.
Umur operasinya diperkirakan 90 hari untuk kandungan H2S di dalam gas alam
maksimum 80 ppm dan keluar dari Desulfurizer dengan kandungn H2S dalam gas
menjadi 5 ppm. Reaksi yang terjadi adalah:
Fe2O3(s) + 3 H2S(g)→ Fe2S3(s) + 3 H2O(g)
Operasi dilakukan dalam keadaan jenuh dan basa (pH antara 8,0 sampai
8,5). Keadaan jenuh dimaksud agar H2S dapat diadsopsi oleh air dan kemudian
beraksi dengan Fe2O3, sedangkan kondisi basa diperlukan karena sponge iron
bersifat basa. Untuk mencapai keadaan tersebut maka diinjeksikan dengan
Na2CO3 sebanyak 5 sampai 10% wt secara berkala.
Gas masuk ke Absorber dari bagian bawah dan larutan aMDEA dari
bagian atas sehingga terjadi kontak langsung antara keduanya. Larutan yang telah
mengikat CO2 diregenerasi di Stripper (61-202-E) selanjutnya divent ke udara.
Selain mengikat CO2 larutan aMDEA juga mampu mengikat hydrogen sulfide
sehingga produk CO2 hasil regenerasi di CPU tidak dapat digunakan sebagai
produk samping dikarenakan pada proses berikutnya di pabrik urea memerlukan
CO2 murni yang tidak mengandung hydrogen sulfide dan impurities lainnya.
Proses penyerapan CO2 dilakukan pada tekanan tinggi dan pada temperatur
rendah, sedangkan pelepasan pada tekanan rendah dan temperatur tinggi karena
pada kondisi inilah kedua reaksi di atas berlangsung optimum.
Gas yang keluar dari LTSC dikontrol kandungan CO-nya maksimal 0,5%.
3.2.3.3 Main CO2 Removal Unit
Tujuan dari CO2 removal adalah menyerap CO2 yang terdapat dalam gas
sintesa. CO2 merupakan produk samping (side product) dari pabrik ammonia dan
digunakan sebagai bahan baku pabrik urea. Kemurnian CO2 pada seksi ini adalah
99,9% vol. Unit ini merupakan unit penyerapan CO2 setelah proses aMDEA pada
PT Pupuk Iskandar Muda. Peralatan utama Main CO2 Removal terdiri dari:
a. CO2 Absorber
b. CO2 Stripper
Gas umpan dialirkan ke absorber dan dikontakkan langsung dengan
larutan activated MDEA (Methyl-Diethanol Amine) dengan konsentrasi 40% wt.
CO2 dalam gas steam diserap secara proses fisis dan kimia. Kemudian larutan
MDEA diregenerasi pada tekanan rendah dan temperatur tinggi di Stripper.
Gas dengan temperatur 70℃ masuk ke absorber melalui Inlet Sparger dan
mengalir ke atas melalui Packed Bed. Larutan lean dari atas tower mengalir ke
bawah melalui Packed Bed sehingga terjadi kontak langsung antara gas sintesa
dengan lean solution, sehingga CO2 dapat terserap ke larutan. Gas sintesa yang
telah bebas dari CO2 keluar dari top tower menuju ke unit Synthesa Loop dengan
temperatur 48℃ dengan komposisi CO2 leak 0,1% vol.
CO2 yang telah terlucuti mengalir keatas melalui bagian Direct Contact
Cooler yang dilengkapi tray untuk didinginkan menggunakan air yang
disirkulasikan dengan pompa, sehingga temperatur CO2 di top Stripper menjadi
40℃. Fungsi tray di Direct Contact Cooler adalah untuk memperluas area kontak
antara dua fluida sehingga didapatkan hasil yang optimum. Selanjutnya CO2
tersebut dialirkan ke unit urea untuk diproduksi lebih lanjut.
Proses penyerapan CO2 di Main CO2 Removal juga dilakukan pada
tekanan tinggi dan temperatur rendah sedangkan pelepasan dilakukan pada
tekanan rendah dan temperatur tinggi.
3.2.3.4 Methanator
Fungsi dari Methanator adalah untuk mengubah gas CO dan CO2 yang
masih lolos dari Main CO2 Removal menjadi CH4. Methanator merupakan suatu
bejana yang berisi katalis nikel yang terkalsinasi (penukaran logam kepada
oksidanya dengan cara pembakaran).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO(g) + 3H2(g) → CH4(g) + H2O(g)
CO2(g) + 4H2(g) → CH4(g) + 2H2O(g)
Urea banyak digunakan sebagai pupuk tanaman, selain itu urea juga
dimanfaatkan untuk protein food supplement, bahan baku atau bahan tambahan
pada industri pembuatan resin, polimer, resin penukar ion, pelapisan (coating),
adhesives, tekstil, sebagai bahan baku dalam pembuatan resin urea formaldehid,
pembuatan bahan kimia, pemadam api dan pembuatan urea-nitrat (Kirk, Othmer,
1998).
3.3.1 Sifat Urea
Urea pada suhu kamar fasanya padat, tak bewarna, tak berbau dan tak
berasa, serta mudah larut dalam air dan akan terhidrolisis secara lambat
membentuk ammonium carbamate, pada akhirnya terdekomposisi menjadi NH3
dan CO2. Pada tekanan atmosfer dan pada titik lelehnya, urea dapat
terdekomposisi menjadi ammonia, biuret (NH2COONH4), asam sianurat
(C3N3(OH)3), amalida (NH2C3(OH)2) dan triuret (NH2(CONH)2COHN2) (Appl,
1993). Selain sifat kimia tersebut urea juga mempunyai sifat kimia seperti terlihat
dalam Tabel 3.3 berikut.
3. Toyo Engineering-ACES
Pada proses ACES, unit sintesa urea terdiri dari Reaktor, Stripper, dua
buah Carbamate Condenser dan Scrubber yang dioperasikan pada tekanan 17,5
Mpa (175 bar). Reaktor dioperasikan pada 190oC dengan rasio molar NH3/CO2
sebesar 4. Ammonia cair diumpankan langsung ke Reaktor urea dengan pompa
sentrifugal. Sedangkan gas CO2 dikirim dari kompressor sentrifugal ke bawah
Stripper, lalu masuk ke Carbamatee Condenser sebelum masuk ke Reaktor.
Keluaran Reaktor yang mengandung urea, amonium karbamat, ammonia sisa dan
air diumpankan ke bagian atas Stripper. Disini ammonia sisa dilucuti dari
campuran dengan gas karbondioksida panas. ACES merupakan Stripper berbahan
ferriteaustenite stainless steel, sedangkan Reaktor yang digunakan berbahan 316L
urea grade stainless steel.
Larutan urea yang keluar dari bagian bawah Stripper masih mengandung
12% berat ammonia. Larutan tersebut dimurnikan lebih lanjut dalam High
Pressure Decomposser dan Low Pressure Decomposser. Ammonia dan
karbondioksida yang terpisah pada Decomposser kemudian diabsorbsi dan
dikembalikan ke seksi sintesa dengan High Pressure Centrifugal Carbamate
Pump. Larutan urea kemudian diumpankan ke Vacuum Concentrator berupa
larutan urea 88,7% berat. Larutan tersebut dikirim ke Evaporator dua tahap
apabila ingin dibentuk prill atau Evaporator satu tahap apabila ingin dibentuk
granule. Diagram alir proses ACES dapat dilihat pada gambar 2.10 berikut.
Selain reaksi di atas, selama sintesa terjadi juga reaksi samping yaitu
terbentuknya biuret dari urea.
2 NH2CONH2(l) → NH2CONHCONH2(l) + NH3(l)
Reaksi antar CO2 dan NH3 menjadi urea berlangsung secara bolak-balik
dan sangat dipengaruhi oleh tekanan, temperatur, komposisi dan waktu reaksi.
Perubahan ammonium carbamate menjadi urea dalam fase cair, sehingga
dibutuhkan temperatur dan tekanan yang tinggi. Temperatur dan tekanan tinggi
menambah konversi pembentukan urea, kalau temperatur rendah menyebabkan
konversi ammonia karbamat menjadi urea berkurang. Kondisi reaksi yang
optimum pada temperatur 200˚C dan tekanan 250 kg/cm2G, karena sifat-sifat
korosif dari zat-zat pereaksi dan produk di dalam Reaktor maka pada permukaan
yang mengalami kontak dengan campuran reaksi. Reaktor dilapisi dengan
titanium, penambahan sedikit oksigen bertujuan untuk melindungi Reaktor
sehingga diperoleh daya tahan yang lebih lama karena reaksi total pembuatan urea
bersifat eksotermis, maka temperatur Reaktor harus dikontrol benar.
Pengontrolan temperatur dapat diatur dengan:
a. Mengatur kelebihan ammonia yang akan masuk Reaktor
b. Mengatur jumlah larutan recycle yang akan masuk Reaktor
c. Memanaskan ammonia yang akan masuk Reaktor
Hidrolisa mudah terjadi pada suhu tinggi, tekanan rendah dan residence
time yang lama. Pembentukan biuret adalah faktor lain yang harus diperhatikan
baik dalam proses dekomposisi, maupun dalam proses berikutnya (kristalisasi dan
pembutiran).
Reaksi Pembentukan Biuret
2NH2CONH2(l) ↔ NH2CONHCONH2(l) + NH3(g)