Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pendapat saya mengenai banyaknya Hoax yang beredar menjelang Pilpres 2019
Akhir-akhir ini sejumlah media massa, baik media televisi, media cetak maupun
media online sangat disibukkan dengan pemberitaan politik terutama soal Pilpres 2019.
Pemberitaan ini menjadi semacam bola liar yang sulit dikendalikan dan cenderung provokatif
serta mengesampingkan etika dalam pemberitaan.
Menurut saya, ada tiga alasan mengapa seseorang menshare berita hoax, di antaranya
adalah ; Faktor ketidak tahuan, Cemas terhadap berita yang ia dapatkan dan faktor
kesengajaan untuk suatu kepentingan. Dalam hal ini, kesengajaan mungkin terkait dengan
provokasi masing-masing suporter kandidat Pilpres untuk menjatuhkan oponen mereka dan
mencoreng nama baik masing-masing oponen.
Media sosial yang seharusnya menjadi sarana untuk menyerap informasi positif yang
mencerdaskan telah banyak didistorsi oleh kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab,
dengan menjadikanya sebagai ruang untuk doktrinasi dan menebar kebencian. Tak jarang,
informasi yang muncul di media sosial adalah informasi-informasi yang tidak jelas
sumbernya.
Oleh karenanya sebelum kita menshare berita sebaiknya kita baca terlebih dahulu
secara cermat. Tidak hanya itu, dalam membaca berita kita jangan hanya terpaku pada satu
situs saja, minimal lima situs sebagai rujukan. Dalam menyikapi berita-berita yang ada di
internet, kita harus berpikiran terbuka dan tidak boleh gampang mempercayai apalagi tersulut
emosi.
2. Peran yang bisa dilakukan oleh Generasi Z dalam menanggapi banyaknya Hoax yang
beredar di sekitar Pilpres 2019
Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan
langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi,
hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat
hoax. Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda
mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya,
apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa
memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
Ikut serta grup diskusi anti-hoax
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti
Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage
Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-grup diskusi ini, kita bisa ikut bertanya apakah
suatu informasi merupakan hoax atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah
diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi
layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang.
Apabila menjumpai informasi hoax, lalu bagaimana cara untuk mencegah agar tidak tersebar.
Pengguna internet bisa melaporkan hoax tersebut melalui sarana yang tersedia di masing-
masing media.
Kurangnya budaya membaca menjadi salah satu penyebab cepatnya peredaran berita bohong
atau hoax. perkembangan teknologi digital seperti media sosial ternyata menyebabkan minat
baca masyarakat menjadi rendah. Adapaun langkah-langkah yang bisa ditempuh untuk
meningkatkan minat baca masyarakat, pertama adalah memperbanyak ruang baca di tempat
publik seperti Mall, tempat berkumpulnya anak-anak remaja, tempat rekreasi, taman dan
mungkin pasar modern. Langkah yang kedua adalah meningkatkan kualitas buku bacaan
untuk anak-anak dan remaja agar dapat merespon sianak untuk rasa penasaran terhadap buku
yang dilihatnya. Kalau cara-cara tersebut diterapkan tentunya budaya baca di tengah
masyarakat bisa meningkat sehingga masyarakat menjadi kritis danberita-berita hoax tidak
akan lagi mendapat tempat istimewa di tengah-tengah masyarakat.