Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan. Tetapi sekarang lebbih dikenal dengan “Penyakit Diare” karena
dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bila terlambat.
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat
(endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Prevalensi demam
typhoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia tersebut orang-orang
cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk
dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola makannya,
akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau jajan di
tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat
kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak
berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam
typhoid. Pada usia anak sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan
kebersihan/hygiene perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena
ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan
tertular penyakit demam typhoid (Robert, 2007).
1
kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia,
defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin,
defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang
anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan anak dapat
tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat
meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas.
2
BAB II
ANALISA KASUS
A. KASUS PEMICU 1
Kasus 1
Seorang bayi perempuan usia 7 bulan dibawa oleh keluarga ke puskesmas karena
keluhan diare. Ibu mengatakan bahwa BAB bayinya encer dan sudah BAB 6 kali
dari tadi pagi. Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI
ibu tidak banyak dan ibu juga bekerja. Hasil pemeriksaan didapatkan bayi terlihat
haus, mata cekung, dan cubitan kulit kembali lambat. Berat badan bayi : 7 kg,
dengan panjang badan : 60 cm. ibu mengatakan bahwa bayinya masih mau
menyusu.
pertanyaan kasus
A. DO:
Bayi terlihat haus, mata cekung dan cubitan kulit kembali lambat
3
BB 7 kg, TB 60 cm
B. DS :
Ibu mengatakan BAB bayi encer dan sebanyak 6x dari tadi pagi
Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI ibu
tidak banyak dan ibu bekerja Ibu mengatakan bayi nya masih mau
menyusui
Pembahasan
4
Pertama yaitu : Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah pertama
gangguan osmotic,akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akanmenyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua yaitu : akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin). Pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
Ketiga yaitu : gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembangbiak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
DS:
DO:
5
Klasifikasi penyakit pada bayi yaitu Dehidrasi Ringan/Sedang
Penanganannya:
Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan.
a. Berikan oralit
Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang Anak kurang dari
1 tahun beri 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.
ASI bukan penyebab diare, namun dapat mencegah diare. Bayi dibawah umur
6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan
sistem imunitas tubuh bayi. Apabila anak masih mendapatkan ASI, makateruskan
pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya itu
lebih baik. Anak juga harus diberikan makan seperti biasa dengan frekuensi lebih
sering. Makanan anak tidak boleh dibatasi, karena lebih banyak makan akan
membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Susu formula dapat diberikan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, untuk
6
anak yang berusia kurang dari 2 tahun dianjurkan mulai mengurangi susu formula
danmenggantinyadenganASI.
6 KOMPLIKASI
a. Identitas pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Agama
5. Suku/bangsa
6. pendidikan
7. Pekerjaan
8. Pendapatan
9. Alamat
b. Riwayat kesehatan
2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita malnutrisi
7
4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan
beribadah, kepercayaan.
e. Pengkajian antropometri
8
3. Ketidaakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan.
Discharge Planning
NOC : NIC :
Nutritional status : food and fluid intake Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
Kriteria Hasil :
Monitor status hidrasi(kelembaban membran
Mempertahankan urine output sesuai dengan
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal.
ortostatik) jika diperlukan
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
Monitor vital sign
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan. Monitor masukan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian
9
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Risiko kerusakan integritas NOC : tissue integrity : skin NIC :pressure Management
kulit b/d ekskresi / BAB and mucocus membrans
Anjurkan pasien unutk
sering
menggunakan pakaiana yang
longgar
Kriteria hasil :
Hindari kerutan pada tempat
Definisi : perubahan pada
Integritas kulit yang baik bisa tidur
epidermis dan dermis
dipertahankan (sensasi, Jaga kebersihan kulit agar
elastisitas, temperatur, tetap bersihdan kering
hidrasi, pigmentasi) Mobilisasimpasien (ubah
Tidak ada luka atau lesi pada posisi pasien) setiap dua jam
kulit sekali
Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya
Menunjukan pemahaman kemerahan
dalam proses perbaikan kulit, Oleskan lotion atau minyak/
dan mencegah terjadinya baby oil pada daerah yang
sedera berulang tertekan
Mampu melindungi kulit dan Monitor aktivitas dan
mempertahankan kelembaban mobilisasi pasien
kulit dan perawatan alami Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
10
kebutuhan tubuh food and fluid - kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
b/d penurunan intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasiem
intake makanan
Nutritional status - anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
: nutrient intake vitamin C
kebutuhan nutrisi
11
- monitor tugor kulit
B. KASUS PEMICU 2
Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam tertinggi
pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini anak
demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum dan anak
apatis. Tanda-tanda vital anak (TD : 90/70 mmHg, nadi : 120x/menit , nafas
40x/menit dan suhu 38,7C), kulit teraba hangat dan kemerahan.
12
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam
darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus. Pada masa bakteremi ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana bakteri ini
berkembang.
Masuk ke saluran
gastrointestinal
Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus,
Pembuluh limfe Inflamasi perforasi usus (bag. distal
ileum), peritonituis
13
Rongga usus pada kel.
Limfoid halus Endotoksin
Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan mobilitas thermoregulator di
usus hipotalamus
Terjadi demam
Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
14
e. Apakah pemeriksaan diagnostik standar untuk menegakkan diagnosis
medis anak?
Jawab :
• Kultur Darah
• Urinalisa
• Pemeriksaan Feses
• Foto thorax
• Cek sputum SPS
15
Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak
panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.
6. Keadaan umum
16
7. Tingkat kesadaran: menurun
8. TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD
normal/menurun
9. Pengkajian sistem tubuh
10. Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan
17
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala kondisi
penyebab demam.
f. Tingkatkan
sirkulasi udara.
Pengaturan
suhu
Aktivitas:
Monitor suhu
paling tidak 2 jam
sesuai kebutuhan.
Pasang alat
monitor inti suhu
secara kontinu,
sesuai kebutuhan.
Monitor tekanan
darah, nadi, dan
respirasi sesuai
kebutuhan.
Monitor suhu dan
warna kulit.
Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia.
2. Ketidakefektifan 4. Status pernapasan 1. Manajemen
pola napas : Indicator: jalan napas
inspirasi dan/ tidak a. Frekuensi pernapasan. Aktivitas:
ekspirasi yang tidak b. Irama pernapsan a. Buka jalan napas
memberi inspirasi c. Kedalaman inspirasi dengan teknik chin
18
adekuat. d. Kepatenan jalan lift atau jaw trust
d/d : napas. sebagaimana
pola pernapasan mestinya.
abnormal b. Posisiskan pasien
(kecepatan, irama, untuk
kedalama) memaksimalkan
Takikardia ventilasi.
c. Lakukan fisioterapi
dada sebagaimana
mestinya.
d. Auskultasi suara
napas, catat area
yang ventilasinya
menurun atau tidak
ada atau adanya
suara tambahan.
2. Monitor
pernafasan
Aktivitas:
a. Monitor kepatenan,
irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernafas.
b. Catat pergerakan
dada, catat ketidak
simetrisan,
penggunaan otot –
otot bantu nafas,
dan retraksi pada
orot
supraklavikulas
dan intrakosta.
19
c. Monitor suara
napas tambanhan
seperti ngorok atau
mengi,
d. Monitor ola nafas.
e. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan sura
nafas tambahan.
3. Resiko Keparahan mual Pantauan
ketidakseimbangan dan muntah elektrolit.
elektrolit : 3. Frekuensi mual a. Monitor serum
kerentanan 4. Intensitas mual elektrolit
mengalami 5. Frekuensi muntah b. monitor
perubahan kadar 6. Intensitas muntah ketidakseimbangan
elektrolit serum, Keseimbangan asam basa.
yang dapat cairan c. Identifikasi
mengganggu Tekanan darah kemungkinan
kesehatan. Denyut nadi radial penyebab
Factor resiko: muntah Keseimbangan intake ketidakseimbangan
20
diperlukan.
Manajemen
mual
a. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
b. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
c. Evaluasi dampak
dari pengalaman
mual pada kualitas
hidup.
d. Identifikasi factor –
factor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap mual.
e. Identifikasi strategi
yang sudah
berhasil dilakukan
dalam upaya
mengurangi mual.
Manajemen
muntah
a. Dapatkan riwayat
lengkap perawatan
sebelumnya.
b. Dapatkan riwayat
makanan seperti
21
makanan yang
disukai, yang tidak
disukai, dan
preferensi makan
yang sesuai
budaya.
c. Identifikasi factor-
fakto yang apat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap muntah.
d. Kendalikan factor
– factor lingkungan
yang mungkin
membangkitkan
keinginan untuk
muntah.
e. Berikan dukungan
fisik selama
muntah.
C.KASUS PEMICU 3
Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibu kerumah sakit karena
sudah 1 minggu anak tidak mau makan dan semakin hari berat badan anak
semakin berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB anak adalah 10 kg
sedangkan BB standar usia 3 tahun 16kg. Terdapat edema palpebra dan asites
pada abdomen pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar albumin 2gr/dl.
22
a. Apakah masalah yang dialami anaktersebut?, apakah ada kaitannya dengan
nutrisi? Jelaskan klasifikasi status nutrisi selain masalah pada kasus tersebut?
c. Apa tanda dan gejala yang terlihat pada anak dan masalah nutrisi lainnya,
jelaskan patofisiologinya dengan menggunakan WOC!
f. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya!
DO :
DS : (Tidak Ada)
PEMBAHASAN
23
- Berat badan anak berkurang : 10 kg seharusnya normalnya : 16 kg
- Terdapat edema palpebra
- Terdapat asites pada abdomen
- Pemeriksaan laboraturium, kadar albumin : 2 gr/dl
Patofisiologi :
d. Penatalaksanaan medis :
e. Yang dapat dikaji pada anak :
a. Identitas pasien
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Agama
24
5. Suku/bangsa
6. pendidikan
7. Pekerjaan
8. Pendapatan
9. Alamat
b. Riwayat kesehatan
2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita malnutrisi
e. Pengkajian antropometri
25
f. Masalah keperawatan dan analisa datanya :
analisa data : Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun sudah 1 minggu anak tidak
mau makan
No DX NOC NIC
26
1. Perubahan nutrisi 1. Nutritational status : food and Management nutrisi
kurang dari kebutuhan fluid intake
1. Kaji adanya alergi
tubuh berhubungan
2. Nutritional status :nutrient makanan
dengan tidak adekuatnya
intake
intake nutrisi 2. Kolaborasi dengan ahli
3. Weight control gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria hasil :
yang dibutuhkan pasien
1. Peningkatan BB sesuai dengan
3. Berikan substansi gula
tujuan
4. Ajarkan pasien bagaimana
2. BB ideal sesuai TB
membuat catatan
3. Mampu mengidentifikasi makanan harian
kebutuhsn nutrisi
5. Monitor jumlah nutrisi
4. Tida ada tanda manultrisi dan kandungan kalori
27
2. Kurang volume cairan 1. Fluida Balance Fluida management :
dan konstipasi
2. Hydration 1. Timbang popok
berhubungan kurangnya
intake cairan analisa 3. Nutritional status : Food and 2. Pertahankan catatan intake
14. Monitor BB
28
3. Gangguan integritas 1. Tissu integrity : skin dan mucous Pressure Management
kulit berhubungan membranes
1. Anjurkan pasien
dengan tidak adanya
2. Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
kandungan makanan
longgar
yang cukup Kriteria Hasil :
2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas kulit yang baik nisa
tidur
dipertahankan
(sensasi,elastisitas,temperature,hidr 3. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan tetap kering
asi,pigmentasi)
4. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada lesi pada kulit
5. Monitor kulitnakan adanya
3. Perfusi jaringan baik
kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan 6. Oleskan lotion pada daerah
yang tertekan
mencegah terjadinya sedera
berulang 7. Mandikan psien dengan sabun
dan air hangat
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit
dan perawatan alami
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab
lain seperti malabsorbsi.
Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat
(endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Pada usia anak
sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan/hygiene
perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa
dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam
typhoid (Robert, 2007).
3.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, Eko dan Atik Ba’diah. 2000. Asuhan Keperawatan Anak Sehat
Berkebutuhan
31