Вы находитесь на странице: 1из 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau
tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan
atau tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain
penyebab lain seperti malabsorbsi. Diare sebenarnya merupakan salah satu gejala
dari penyakit pada system gastrointestinal atau penyakit lain di luar saluran
pencernaan. Tetapi sekarang lebbih dikenal dengan “Penyakit Diare” karena
dengan sebutan penyakit diare akan mempercepat tindakan penanggulangan.
Penyakit diare terutama pada bayi perlu mendapatkan tindakan secepatnya karena
dapat membawa bencana bila terlambat.

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat
(endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Prevalensi demam
typhoid paling tinggi pada usia 5 - 9 tahun karena pada usia tersebut orang-orang
cenderung memiliki aktivitas fisik yang banyak, atau dapat dikatakan sibuk
dengan pekerjaan dan kemudian kurang memperhatikan pola makannya,
akibatnya mereka cenderung lebih memilih makan di luar rumah, atau jajan di
tempat lain, khususnya pada anak usia sekolah, yang mungkin tingkat
kebersihannya masih kurang dimana bakteri Salmonella thypii banyak
berkembang biak khususnya dalam makanan sehingga mereka tertular demam
typhoid. Pada usia anak sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan
kebersihan/hygiene perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena
ketidaktahuannya bahwa dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan
tertular penyakit demam typhoid (Robert, 2007).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam


membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak,
mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan
dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat

1
kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia,
defisiensi yodium, defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin,
defisiensi kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang
anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak diharapkan anak dapat
tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat
meningkatkan kualitas hidup serta mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyelesaian kasuss 1?
2. Bagaimana penyelesaian kasus 2?
3. Bagaimana penyelesaian kasus 3?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui penyelesaian kasuss 1
2. Untuk mengetahui penyelesaian 2
3. Untuk mengetahui penyelesaian 3

2
BAB II

ANALISA KASUS

A. KASUS PEMICU 1

Kasus 1

Seorang bayi perempuan usia 7 bulan dibawa oleh keluarga ke puskesmas karena
keluhan diare. Ibu mengatakan bahwa BAB bayinya encer dan sudah BAB 6 kali
dari tadi pagi. Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI
ibu tidak banyak dan ibu juga bekerja. Hasil pemeriksaan didapatkan bayi terlihat
haus, mata cekung, dan cubitan kulit kembali lambat. Berat badan bayi : 7 kg,
dengan panjang badan : 60 cm. ibu mengatakan bahwa bayinya masih mau
menyusu.

pertanyaan kasus

1) Apakah masalah yang terjadi pada bayi tersebut diatas?


2) Jelaskan apakah saja kemungkinan penyebab masalah yang dialami anak?
3) Jelaskan patofisiologi dari penyakit pada bayi disertai dengan WOC
4) Apakah tanda dan gejala khas yang tampak pada bayi? Buat klasifikasi
penyakit bayi dan penanganannya
5) Bagaimana pengobatan dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan
pada bayi
6) Jelaskan tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi?
7) Jelaskan apa saja hal yang perlu dikaji pada bayi?
8) Apakah masalah keperawatan yang muncul pada bayi, buat analisis
datanya!
9) Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang
muncul pada bayi!

A. DO:
 Bayi terlihat haus, mata cekung dan cubitan kulit kembali lambat

3
 BB 7 kg, TB 60 cm

B. DS :

 Ibu mengatakan BAB bayi encer dan sebanyak 6x dari tadi pagi
 Ibu mengatakan bahwa bayi mendapatkan susu formula, karena ASI ibu
tidak banyak dan ibu bekerja Ibu mengatakan bayi nya masih mau
menyusui

Pembahasan

1. Masalah yang terjadi pada bayi adalah dehidrasi ringan/sedang,


karena anak mengalami BAB 6 kali, encer sejak tadi pagi, terlihat haus,
mata cekung, dan cubitan kulit kembali melambat. Dikarenakan melihat
dari data objektif dan data subjektif kasus, kita bisa melihat bahwa gejala
yang timbul dan dijabarkan sesuai dengan klasifikasi dari Diare dehidrasi
ringan/sedang. Klasifikasi diare adalah sebagai berikut :
 Diare dehidrasi berat : anak letergis/ atau tidak sadar, mata cekung, tidak
bisa minum atau malas minum, cubitan kulit kembali sangat lama.
 dehidrasi ringan/ sedang : anak gelisah, rewel, mudah marah, mata
cekung, haus minum dengan lahap, cubitan kulit perut kembali lama
 Diare tanpa dehidrasi : tidak ada tanda tanda diklasifikasikan sebagai
diare ringan atau berat.
 persisten berat : diare lebih dari 14 hari dengan tanda dehidrasi
 Diare persisten : diare ›14 hari tanpa tanda dehidrasi
 Diare disentri : ada darah dalam tinja.

2. Ketika anak diberi susu formula ada kemungkinan terjadinya malabsorbsi


yaitu kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.Kemungkinan
terjadinya infeksi. Salah satu penyebab dari gastrointestinal yaitu alergi makanan.
Misalnya susu dan protein.

3. Patofisiologi dari Penyakit pada Bayi

4
 Pertama yaitu : Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah pertama
gangguan osmotic,akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akanmenyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
 Kedua yaitu : akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin). Pada dinding
usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
 Ketiga yaitu : gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembangbiak,
kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.

4. Tanda dan Gejala yang Khas pada Anak:

DS:

 BAB 6 kali dari tadi pagi


 BAB bayi encer
 Bayi minum susu formula

DO:

 Bayi terlihat haus


 Matanya terlihat cekung
 Cubitan kulit kembali lambat
 BB: 7 KG
 PB: 60cm

5
Klasifikasi penyakit pada bayi yaitu Dehidrasi Ringan/Sedang

Penanganannya:

 Beri cairan, tablet Zinc dan makanan sesuai rencana Terapi B


 Jika terdapat klasifikasi berat lain: Rujuk segera

Jika masih bisa minum, berikan ASI dan larutan oralit selama perjalanan.

1. Nasihati kapan kembali segera


2. Kunjungan ulang 3 hari jika tidak ada perbaikan.

5. Pengobatan dan penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan:

a. Berikan oralit

Oralit diberikan segera setelah anak mengalami diare. Cara membuat


larutannya adalah:

Satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air matang Anak kurang dari
1 tahun beri 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air besar.

b. tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

Zinc diberikan sebanyak 1 kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Dengan


dosis 1 tablet (20mg)/hari untuk balita >/= 6 bulan

c. Teruskan ASI pada bayi

ASI bukan penyebab diare, namun dapat mencegah diare. Bayi dibawah umur
6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk mencegah diare dan meningkatkan
sistem imunitas tubuh bayi. Apabila anak masih mendapatkan ASI, makateruskan
pemberian ASI sebanyak dia mau. Jika anak mau lebih banyak dari biasanya itu
lebih baik. Anak juga harus diberikan makan seperti biasa dengan frekuensi lebih
sering. Makanan anak tidak boleh dibatasi, karena lebih banyak makan akan
membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.
Susu formula dapat diberikan pada anak yang berusia lebih dari 2 tahun, untuk

6
anak yang berusia kurang dari 2 tahun dianjurkan mulai mengurangi susu formula
danmenggantinyadenganASI.

d. Berikan antibiotik dengan asi

6 KOMPLIKASI

1. Malnutrisi energi protein


2. Kejang-kejang pada dehidrasi hipertonik
3. Dehidrasi ringan/sedang

7 Hal yang perlu dikaji:

a. Identitas pasien

1. Nama

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Agama

5. Suku/bangsa

6. pendidikan

7. Pekerjaan

8. Pendapatan

9. Alamat

10. Nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan pasien pada saat ini

2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita malnutrisi

3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada diantara keluarga yang


mengalami penyakit serupa atau memicu

7
4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan
beribadah, kepercayaan.

c. Riwayat status sosial

d. Riwayat pola makan

e. Pengkajian antropometri

f. Kaji manifestasi klinis

g. Monitor hasil laboratorim

h. Timbang berat badan

i. Kaji tanda-tanda vital

J. Masalah Keperawatan Yang Muncul Pada Bayi

Diagnosa 1: Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


Analisa data : bayi perempuan berumur 7 bulan, bayi telihat haus dan cubitan kulit
kembali lambat

Diagnosa 2: Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi/ BAB


seringa nalisa data : si bayi sudah BAB 6 kali dari tadi bayi dan BABnya encer

Diagnosa 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan penurunan intake makanan

Analisa data : si bayi didapatkan mata cekung

Rencana Intervensi Sesuai Masalah yang muncul pada Bayi

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE MENGGUNAKAN NANDA, NIC, NOC

H Masalah yang lazim muncul pada Klien

1. Defisit volume cairan b/d kehilangan cairan aktif


2. Resiko kerusakan integritas kulit b/d ekskresi/ BAB sering

8
3. Ketidaakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan intake
makanan
4. Cemas b/d perubahan status kesehatan.

Discharge Planning

1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan


dan minuman
2. Ajarkan mengenai tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung,
turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering.
3. obat-obatan yang diberikan, efek samping dan kegunaannya.

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

NOC : NIC :

Fluid balance Fluid management :

Hydration Timbang popok/pembalut jika diperlukan

Nutritional status : food and fluid intake Pertahankan catatan intake dan output yang
akurat
Kriteria Hasil :
Monitor status hidrasi(kelembaban membran
Mempertahankan urine output sesuai dengan
mukosa, nadi adekuat, tekanan darah
usia dan BB, BJ, urine normal, HT normal.
ortostatik) jika diperlukan
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
Monitor vital sign
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
tidak ada rasa haus yang berlebihan. Monitor masukan makanan/ cairan dan
hitung intake kalori harian

Kolaborasikan pemberian cairan intravena IV

Monitor status nutrisi

Dorong masukan oral

9
Berikan penggantian nesogatrik sesuai output

Dorong keluarga untuk membantu pasien


makan

Risiko kerusakan integritas NOC : tissue integrity : skin NIC :pressure Management
kulit b/d ekskresi / BAB and mucocus membrans
Anjurkan pasien unutk
sering
menggunakan pakaiana yang
longgar
Kriteria hasil :
Hindari kerutan pada tempat
Definisi : perubahan pada
Integritas kulit yang baik bisa tidur
epidermis dan dermis
dipertahankan (sensasi, Jaga kebersihan kulit agar
elastisitas, temperatur, tetap bersihdan kering
hidrasi, pigmentasi) Mobilisasimpasien (ubah
Tidak ada luka atau lesi pada posisi pasien) setiap dua jam
kulit sekali
Perfusi jaringan baik Monitor kulit akan adanya
Menunjukan pemahaman kemerahan
dalam proses perbaikan kulit, Oleskan lotion atau minyak/
dan mencegah terjadinya baby oil pada daerah yang
sedera berulang tertekan
Mampu melindungi kulit dan Monitor aktivitas dan
mempertahankan kelembaban mobilisasi pasien
kulit dan perawatan alami Monitor status nutrisi pasien
Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat

Ketidakseimbangan NOC : Nutrition management


nutrisi kurang dari
nutritional status : -kaji adanya alergi makanan

10
kebutuhan tubuh food and fluid - kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
b/d penurunan intake jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasiem
intake makanan
Nutritional status - anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
: nutrient intake vitamin C

Weight control - berikan substansi gula

Kriteria hasil : - yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi


serat untuk mencegah konstipasi
- Adanya
peningkatan berat -berikan makanan yang terpilih (sudah
badan sesuai dikonsultasikan dengan ahli gizi)
dengan tujuan
-anjurkan pasien bagaimana membuat catatan
berat badan ideal
makanan harian
sesuai dengan
tinggi badan -monitor informasi tentang kebutuhan nutrisi

- mampu -kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi

mengindentifikasi yang dibutuhkan

kebutuhan nutrisi

- tidak ada tanda - Nutrition monitoring :


tanda malnutrisi
-bb pasien dalam batas normal
- menunjukkan
-monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
peningkatan
dilakukan
fungsi
pengecapan dari -monitor interaksi anak atau orang tua selama
menelan makan

-tidak terjadi Monitor lingkungan selama makan


penurunan berat
-jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama
badan yang
makan
berarti
-monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

11
- monitor tugor kulit

- monitor kekeringan, rambut kusam

B. KASUS PEMICU 2

Seorang anak usia 3 tahun, dirawat karena demam naik turun. Demam tertinggi
pada sore dan malam hari. Ibu mengatakan bahwa sudah 2 minggu ini anak
demam. Anak juga mengeluh mual dan kadang-kadang muntah. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan lidah kotor, hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum dan anak
apatis. Tanda-tanda vital anak (TD : 90/70 mmHg, nadi : 120x/menit , nafas
40x/menit dan suhu 38,7C), kulit teraba hangat dan kemerahan.

a. Apakah masalah yang dialami anak tersebut?


Jawab : Berdasarkan kasus pemicu diatas, dapat disimpulkan masalah yang
dialami anak ialah Demam Thypoid
b. Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut?
Jawab : Penyebab anak mengalami masalah tersebut ialah Salmonella
Thyposa, Salmonella paratyphi A, Salmonella paratyphi B, Salmonella
paratyphi C
c. Jelaskan patofisiologi penyakit anak disertai dengan WOC
Jawab :
Makanan yang tercemar bakteri Salmonella typhi masuk ke tubuh anak
melalui mulut. Kemudian bakteri masuk ke dalam lambung, sebagian bakteri
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
bakteri berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah (bakteremia primer) dan
mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian
melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia,
kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu (Ngastiyah,
2005).

12
Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari), bakteri kembali masuk dalam
darah (bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam
kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas
Plak Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi
usus. Pada masa bakteremi ini, bakteri mengeluarkan endotoksin yang
mempunyai peran membantu proses peradangan lokal dimana bakteri ini
berkembang.

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan


oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan
bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada
typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu
proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena
Salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan
beredar dalam darah dan mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus
yang menimbulkan gejala demam.

Bakteri Salmonella typhi

Masuk ke saluran
gastrointestinal

Lolos dari asam lambung Malaise, perasaan


tidak enak badan,
Bakteri masuk usus halus nyeri abdomen

Komplikasi intestinal :
Perdarahan usus,
Pembuluh limfe Inflamasi perforasi usus (bag. distal
ileum), peritonituis

Masuk retikulo endothelial


Peredaran darah (RES) terutama hati dan
(bakteremia primer) limfa

Inflamasi pada hati dan Empedu Masuk ke aliran darah


limfa (bakteremia sekunder)

13
Rongga usus pada kel.
Limfoid halus Endotoksin

Terjadi kerusakan sel


Hepatomegali Pembesaran limfa
Merangsang melepas
Nyeri tekan nyeri akut Splenomegali zat epirogen oleh
leukosit

Mempengaruhi pusat
Lase plak peyer Penurunan mobilitas thermoregulator di
usus hipotalamus

Erosi Penurunan peristaltik Ketidakefektifan


usus termoregulasi

Terjadi demam

Konstipasi Peningkatan asam


lambung

Resiko kekurangan Anoreksia mual


volume cairan muntah

Ketidakseimbangan
Perdarahan masif Nyeri nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Komplikasi perforasi dan


perdarahan usus

d. Apa tanda dan gejala yang khas pada anak?


Jawab :
• Demam naik turun
• Demam sudah dua minggu
• Lidah kotor
• Hepar teraba 1 cm bawah arcus costarum
• Apatis
• Kulit teraba hangat dan kemerahan
• Mual dan muntah

14
e. Apakah pemeriksaan diagnostik standar untuk menegakkan diagnosis
medis anak?
Jawab :
• Kultur Darah
• Urinalisa
• Pemeriksaan Feses
• Foto thorax
• Cek sputum SPS

Pemeriksaan diagnostik standard untuk menegakkan diagnosis


demam tifoid pada anak adalah pemeriksaan kultur darah (biakan
empedu) untuk Salmonella typhi. Pemeriksaan kultur darah biasanya akan
memberikan hasil positif pada minggu pertama penyakit. Hal ini bahkan
dapat ditemukan pada 80% pasien yang tidak diobati antibiotik.
Pemeriksaan lain untuk demam tifoid adalah uji serologi Widal dan
deteksi antibodi IgM Salmonella typhi dalam serum.

Uji serologi widal mendeteksi adanya antibodi aglutinasi terhadap


antigen O yang berasal dari somatik dan antigen H yang berasal dari
flagella Salmonella typhi. Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan
apabila ditemukan titer O aglutinin sekali periksa mencapai ≥ 1/200 atau
terdapat kenaikan 4 kali pada titer sepasang. Apabila hasil tes widal
menunjukkan hasil negatif, maka hal tersebut tidak menyingkirkan
kemungkinan diagnosis demam tifoid.

f. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak tersebut:


Jawab :
Antipiretik bila suhu tubuh > 38,3°C. kartikosteroid dianjurkan
pada demam tifoid berat : 10mg/kg BB/hr
 Kloramfenikol : 50-100mg/kg BB/hari, oral atau IV, dibagi dalam 4
dosis selama 10-14 hari, tidak dianjurkan pada leukosit < 2000/μl,
dosis maksimal 2g/hari.
 Amoksisilin 150-200mg/kgBB/hari, oral atau IV selama 14 hari.
 Sefriakson 20-80mg/kgBB/hari selama 5-10 hari.

15
 Istirahat selama demam sampai dengan dua minggu setelah suhu
normal kembali (istirahat total), kemudian boleh duduk, jika tidak
panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan di ruangan.

g. Prognosis dan komplikasi dari penyakit anak tersebut:


Jawab :
Prognosis demam tifoid tergantung tepatnya terapi, usia, keadaan
kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Karena
keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan, akan muncul
komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat,
meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan
mortalitas yang tinggi. Prognosis juga menjadi kurang baik atau buruk bila
terdapat gejala klinis yang berat seperti :
1. Panas tinggi (hiperpireksia) atau febris kontinu
2. Kesadaran menurun sekali yaitu stupor, koma, atau delirium
3. Keadaan gizi penderita buruk (malnutrisi energi protein)

h. Hal yang perlu dikaji pada anak :


Jawab :
2. RKS; klien mengeluh tidak enak badan, mual dan kadang-kadang
muntah, nyeri kepala, tidak nafsu makan, demam terutama sore/ malam
hari.
3. RKD; riwayat sakit saluran cerna.
4. RKK; riwayat keluarga menderita typoid
5. Pemeriksaan Fisik:
 Mata cekung
 Mulut; bibir kering dan pecah-pecah, lidah berselapu/kotor
 Abdomen ; distensi abdomen, nyeri tekan, splenomegali,
hepatomegali
 Integumen ; rose spot

6. Keadaan umum

16
7. Tingkat kesadaran: menurun
8. TTV: suhu meningkat, nafas cepat dangkal, nadi bradikardi relatif, TD
normal/menurun
9. Pengkajian sistem tubuh
10. Ekstremitas; kekuatan otot menurun, kelemahan

i. Rumusan masalah, intervensi, kriteria hasil keperawatan yang


muncul pada anak:
Jawab :

DIAGNOSA NANDA NOC NIC


1. Hipertermia : suhu inti C. Termogulasi  Perawatan
tubuh diatas kisara Indicator: demam
normal diurnal karena a. Tingkat pernapasan Aktivitas:
kegagalan termogulasi. b. Penurunan suhu a. Pantau suhu dan
d/d : tubuh. tanda – tanda vital
a. Kulit kemerahan c. Hipertermia lainnya.
b. Kulit terasa hangat d. Perubahan warna kulit b. Monitor asupan
c. Takikardia e. Melaporkan dan keluaran,
d. Takipnea kenyamanan suhu sadari perubahan
b/d: tubuh kehilangan cairan
a. Penyakit D. Tanda – tanda yang tidak
b. Peningkatan laju vital dirasakan.
metabolisme  Suhu tubuh c. Monitor warna
 Tingkat pernapasan kulit dan suhu.
 Tekanan darah d. Tutup pasien
sistolik. dengan selimut
 Tekanan nadi atau pakaian
ringan, tergantung
fase demam.
e. Pantau komplikasi
– komplikasi yang

17
berhubungan
dengan demam
serta tanda dan
gejala kondisi
penyebab demam.
f. Tingkatkan
sirkulasi udara.
 Pengaturan
suhu
Aktivitas:
 Monitor suhu
paling tidak 2 jam
sesuai kebutuhan.
 Pasang alat
monitor inti suhu
secara kontinu,
sesuai kebutuhan.
 Monitor tekanan
darah, nadi, dan
respirasi sesuai
kebutuhan.
 Monitor suhu dan
warna kulit.
 Monitor dan
laporkan adanya
tanda dan gejala
dari hipotermia.
2. Ketidakefektifan 4. Status pernapasan 1. Manajemen
pola napas : Indicator: jalan napas
inspirasi dan/ tidak a. Frekuensi pernapasan. Aktivitas:
ekspirasi yang tidak b. Irama pernapsan a. Buka jalan napas
memberi inspirasi c. Kedalaman inspirasi dengan teknik chin

18
adekuat. d. Kepatenan jalan lift atau jaw trust
d/d : napas. sebagaimana
 pola pernapasan mestinya.
abnormal b. Posisiskan pasien
(kecepatan, irama, untuk
kedalama) memaksimalkan
 Takikardia ventilasi.
c. Lakukan fisioterapi
dada sebagaimana
mestinya.
d. Auskultasi suara
napas, catat area
yang ventilasinya
menurun atau tidak
ada atau adanya
suara tambahan.
2. Monitor
pernafasan
Aktivitas:
a. Monitor kepatenan,
irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernafas.
b. Catat pergerakan
dada, catat ketidak
simetrisan,
penggunaan otot –
otot bantu nafas,
dan retraksi pada
orot
supraklavikulas
dan intrakosta.

19
c. Monitor suara
napas tambanhan
seperti ngorok atau
mengi,
d. Monitor ola nafas.
e. Auskultasi suara
nafas, catat area
dimana terjadi
penurunan atau
tidak adanya
ventilasi dan
keberadaan sura
nafas tambahan.
3. Resiko  Keparahan mual  Pantauan
ketidakseimbangan dan muntah elektrolit.
elektrolit : 3. Frekuensi mual a. Monitor serum
kerentanan 4. Intensitas mual elektrolit
mengalami 5. Frekuensi muntah b. monitor
perubahan kadar 6. Intensitas muntah ketidakseimbangan
elektrolit serum,  Keseimbangan asam basa.
yang dapat cairan c. Identifikasi
mengganggu  Tekanan darah kemungkinan
kesehatan.  Denyut nadi radial penyebab
Factor resiko: muntah  Keseimbangan intake ketidakseimbangan

dan output dalam 24 elektrolit.

jam d. Kenali dan


laporkan adanya
ketidakseimbangan
elektrolit.
e. Monitor adanya
kehilangan cairan
dan elektrolit bila

20
diperlukan.
 Manajemen
mual
a. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
b. Dorong pasien
untuk memantau
pengalaman diri
terhadap mual.
c. Evaluasi dampak
dari pengalaman
mual pada kualitas
hidup.
d. Identifikasi factor –
factor yang dapat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap mual.
e. Identifikasi strategi
yang sudah
berhasil dilakukan
dalam upaya
mengurangi mual.
 Manajemen
muntah
a. Dapatkan riwayat
lengkap perawatan
sebelumnya.
b. Dapatkan riwayat
makanan seperti

21
makanan yang
disukai, yang tidak
disukai, dan
preferensi makan
yang sesuai
budaya.
c. Identifikasi factor-
fakto yang apat
menyebabkan atau
berkontribusi
terhadap muntah.
d. Kendalikan factor
– factor lingkungan
yang mungkin
membangkitkan
keinginan untuk
muntah.
e. Berikan dukungan
fisik selama
muntah.

C.KASUS PEMICU 3

Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun, dibawa oleh ibu kerumah sakit karena
sudah 1 minggu anak tidak mau makan dan semakin hari berat badan anak
semakin berkurang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan BB anak adalah 10 kg
sedangkan BB standar usia 3 tahun 16kg. Terdapat edema palpebra dan asites
pada abdomen pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium didapatkan
kadar albumin 2gr/dl.

22
a. Apakah masalah yang dialami anaktersebut?, apakah ada kaitannya dengan
nutrisi? Jelaskan klasifikasi status nutrisi selain masalah pada kasus tersebut?

b. Apakah penyebab anak mengalami masalah tersebut?

c. Apa tanda dan gejala yang terlihat pada anak dan masalah nutrisi lainnya,
jelaskan patofisiologinya dengan menggunakan WOC!

d. Bagaimanakah penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada anak


tersebut?

e. Apakah yang dapat dikaji pada anak?

f. Rumuskan masalah keperawatan yang muncul pada anak dan buat analisa
datanya!

g. Buatlah rencana intervensi sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul


pada anak!

DO :

a. Selama 1 minggu anak tidak mau makan


b. BB anak 10 kg (Normalnya untuk usia 3 tahun BB 16 kg)
c. Edema palpebral
d. Asites abdomen
e. Kadar albumin 2 gr/dl (normal 4-5,8 gr/dl)

DS : (Tidak Ada)

PEMBAHASAN

a. Masalah yang dialami anak, yaitu : Anak tersebut mengalami


masalah/gangguan pada nutrisi, yaitu malnutrisi (kekurangan nutrisi)
b. Penyebab anak mengalami hal tersebut : karena anak sudah satu
minggu tidak mau makan, sehingga menyebabkan berat badan anak
semakin berkurang. Berat badan normal pada anak usia 3 tahun, yaitu : 16
kg. sedangkan berat badan anak tersebut : 10 kg
c. Tanda dan gejala yang dialami anak berserta patofisiologinya :
- Anak tidak mau makan selama seminggu

23
- Berat badan anak berkurang : 10 kg seharusnya normalnya : 16 kg
- Terdapat edema palpebra
- Terdapat asites pada abdomen
- Pemeriksaan laboraturium, kadar albumin : 2 gr/dl

Patofisiologi :

d. Penatalaksanaan medis :
e. Yang dapat dikaji pada anak :

a. Identitas pasien

1. Nama

2. Umur

3. Jenis kelamin

4. Agama

24
5. Suku/bangsa

6. pendidikan

7. Pekerjaan

8. Pendapatan

9. Alamat

10. Nomor register.

b. Riwayat kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang : keluhan pasien pada saat ini

2. Riwayat kesehatan masalalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita malnutrisi

3. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada diantara keluarga yang


mengalami penyakit serupa atau memicu

4. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial, ketaatan


beribadah, kepercayaan.

c. Riwayat status sosial

d. Riwayat pola makan

e. Pengkajian antropometri

f. Kaji manifestasi klinis

g. Monitor hasil laboratorim

h. Timbang berat badan

i. Kaji tanda-tanda vital

25
f. Masalah keperawatan dan analisa datanya :

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak


adekuatnya intake nutrisi

analisa data : BB anak 10 kg sedangkan BB standar usia 3 tahun 16kg

b.Kurangnya volume cairan dan konstipasi berhubungan kurangnya intake cairan

analisa data : Seorang anak, laki-laki berusia 3 tahun sudah 1 minggu anak tidak
mau makan

c.Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tidak adanya kandungan


makanan yang cukup

analisa data : kadar albumin pada anak hanya 2gr/dl

g. Intervensi yang sesuai dengan masalah keperawatan :

No DX NOC NIC

26
1. Perubahan nutrisi 1. Nutritational status : food and Management nutrisi
kurang dari kebutuhan fluid intake
1. Kaji adanya alergi
tubuh berhubungan
2. Nutritional status :nutrient makanan
dengan tidak adekuatnya
intake
intake nutrisi 2. Kolaborasi dengan ahli
3. Weight control gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
Kriteria hasil :
yang dibutuhkan pasien
1. Peningkatan BB sesuai dengan
3. Berikan substansi gula
tujuan
4. Ajarkan pasien bagaimana
2. BB ideal sesuai TB
membuat catatan
3. Mampu mengidentifikasi makanan harian
kebutuhsn nutrisi
5. Monitor jumlah nutrisi
4. Tida ada tanda manultrisi dan kandungan kalori

5. Menunjukkan peningkatan 6. Berikan infoemasi tentang


fungsi pengecapan dari kebutuhan nutrisi
menelan

6. Tidak terjasi penurunan BB

27
2. Kurang volume cairan 1. Fluida Balance Fluida management :
dan konstipasi
2. Hydration 1. Timbang popok
berhubungan kurangnya
intake cairan analisa 3. Nutritional status : Food and 2. Pertahankan catatan intake

data fluid intake dan output yang akurat

Kriteria Hasil 3. Monitir status hidrasi

1. Mempertahankan urine output 4. Monitor TTV


sesuia dengan usia dan BB,BJ 5. Monitor masukan makanan
urine normal,HTT normal
Dan hitung intake kalori harian
2. TD,nadi,SB dalam batas normal
6. Kolaborasi pemberian cairan
3. Tidak ada tanda-tanda
IV
dehidrasi,elastisitas turgokulit
baik,membrane mukosa 7. Monitor status nutrisi
lembab,tidak ada rasa haus yang
8. Berikan cairan IV pada suhu
berlebihan
ruangan

9. Dorong masukkan oral

10. Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

11. Kolaborsi dengan dokter

12. Atur kemungkinan transfuse

13. Monitor tingkat HB dan


hematokrit

14. Monitor BB

28
3. Gangguan integritas 1. Tissu integrity : skin dan mucous Pressure Management
kulit berhubungan membranes
1. Anjurkan pasien
dengan tidak adanya
2. Hemodyalis akses menggunakan pakaian yang
kandungan makanan
longgar
yang cukup Kriteria Hasil :
2. Hindari kerutan pada tempat
1. Integritas kulit yang baik nisa
tidur
dipertahankan
(sensasi,elastisitas,temperature,hidr 3. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan tetap kering
asi,pigmentasi)
4. Mobilisasi pasien
2. Tidak ada lesi pada kulit
5. Monitor kulitnakan adanya
3. Perfusi jaringan baik
kemerahan
4. Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan 6. Oleskan lotion pada daerah
yang tertekan
mencegah terjadinya sedera
berulang 7. Mandikan psien dengan sabun
dan air hangat
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembapan kulit
dan perawatan alami

29
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
lebih dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir darah. Diare dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, selain penyebab
lain seperti malabsorbsi.

Demam Typhoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat
(endemic) di Indonesia, mulai usia balita sampai orang dewasa. Pada usia anak
sekolah, mereka cenderung kurang memperhatikan kebersihan/hygiene
perseorangannya yang mungkin diakibatkan karena ketidaktahuannya bahwa
dengan jajan makanan sembarang dapat menyebabkan tertular penyakit demam
typhoid (Robert, 2007).

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu


proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat
nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan
anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam
tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium,
defisiensi seng (Zn), defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium
dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak.

3.2 Saran

dengan ditulisnya makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan lebih paham


mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan diare, demam typoid, dan
gangguan nutrisi dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul A. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:


SalembaMedika.

Doenges, ME, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk


Perencanaan dan Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta: EGC.

Suryani, Eko dan Atik Ba’diah. 2000. Asuhan Keperawatan Anak Sehat
Berkebutuhan

Khusus. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

31

Вам также может понравиться