Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.3. Hubungan Persepsi Siswa Mengenai Pola Asuh Orang Tua dengan
Tingkat Kepercayaan Diri
Data mengenai analisis hubungan tingkat kepercayaan diri siswa SMP
Xaverius 1 Palembang yang mendapatkan tipe pola asuh demokratis
terdapat pada Tabel 4. Dari 77 siswa yang memiliki persepsi pola asuh tipe
demokratis, ditemukan 16 orang (20,8%) memiliki tingkat kepercayaan diri
yang tinggi, 34 orang (44,2%) memiliki tingkat kepercayaan diri yang
sedang, dan 27 orang (35,1%) dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah.
Pada 12 siswa yang memiliki persepsi pola asuh tipe otoriter, ditemukan 1
orang (8,3%) memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi, 2 orang
(16,7%) dengan tingkat kepercayaan diri yang sedang, dan 9 orang (75,0%)
32
4.3 Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan persepsi siswa
mengenai pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa SMP Xaverius
1 Palembang. Analisis univariat dan bivariat telah dilakukan terhadap tiap
variabel. Variabel pada analisis univariat penelitian ini terdiri dari persepsi
siswa mengenai pola asuh orang tua dan tingkat kepercayaan diri siswa,
sedangkan analisis bivariat meliputi hubungan mengetahui hubungan
persepsi siswa mengenai pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa.
4.3.1. Distribusi Siswa berdasarkan Pola Asuh Orang Tua
Hasil penelitian di SMP Xaverius 1 Palembang menunjukkan jumlah
siswa yang memiliki persepsi mengenai pola asuh terbanyak dari 91 sampel
yang didapat adalah tipe demokratis, yaitu sebanyak 77 subjek (84,6%),
sedangkan jumlah siswa yang memiliki persepsi mengenai pola asuh tipe
permisif merupakan persepsi tipe pola asuh yang paling sedikit, yaitu
sebanyak 2 orang (2,2%). Data ini menunjukkan bahwa siswa yang
memiliki persepsi pola asuh orang tua tipe demokratis lebih banyak
dibandingkan dengan dan tipe permisif. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian dengan tujuan serupa yang dilakukan di SMP Kristen
Ranotongkor Kabupaten Minahasa oleh Longkutoy, Sinolugan, & Opod
(2015) yang mendapatkan kelompok siswa yang memiliki pola asuh orang
tua tipe demokratis merupakan tipe pola asuh terbanyak, yaitu sebanyak 25
33
orang (50%), dan tipe pola asuh yang paling sedikit ditemukan pada
kelompok siswa yang memiliki pola asuh orang tua permisif, yaitu sebanyak
11 orang (22%).
hubungan antara variabel persepsi pola asuh orang tua tipe demokratis dan
tingkat kepercayaan diri. Berdasarkan kriteria pedoman koefisien korelasi,
nilai tersebut termasuk pada kategori lemah dan memiliki arah korelasi
positif. Sedangkan nilai p value yang didapat adalah 0.040 (p<alpha) yang
maknanya adalah terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi pola
asuh orang tua tipe demokratis dengan tingkat kepercayaan diri siswa.
Hal ini sesuai dengan penelitian mengenai Pola Asuh Demokratis,
Kepercayaan Diri dan Kemandirian Mahasiswa Baru oleh Asiyah (2015)
yang menunjukkan hasil bahwa pola asuh demokratis dan kemandirian
mahasiswa baru memiliki korelasi positif yang signifikan (p=0,000), di
mana menurut Lauster (dalam Widyaningtyas & Farid, 2014) kemandirian
termasuk dalam aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri. Hasil
tersebut juga didukung dengan penelitian oleh Boer & Tranent (2013) yang
menunjukkan hasil pola asuh tipe authoritative (demokratis) perbedaan
signifikan dalam skor harga diri remaja yang dibandingkan dengan tipe
otoriter (p<0,01), sehingga dapat dikatakan bahwa pola asuh tipe demokratis
merupakan pola asuh yang lebih baik dibandingkan dengan tipe otoriter.
Baumrind dalam Furnham & Cheng (2000) menjelaskan bahwa pola
asuh tipe demokratis dianggap sebagai pola asuh yang paling ideal dalam
perkembangan anak karena orang tua dengan tipe pola asuh demokratis
menggabungkan aspek kontrol dan penerimaan anak dengan pengasuhan
yang terpusat pada anak. Mereka memiliki peraturan yang ketat dalam
mendidik anak-anak mereka, namun mereka juga menjelaskan alasan
dibalik aturan-aturan yang diterapkan dan menghargai sudut pandang anak,
sehingga anak-anak yang diasuh dengan pola asuh orang tua tipe demokratis
dapat terbentuk menjadi anak-anak yang tegas, mandiri, memiliki pribadi
yang bersahabat dengan teman sebaya, sukses secara intelektual, menikmati
hidup dan memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai keinginannya.
Namun, dalam penelitian ini masih ditemukan jumlah siswa yang memiliki
persepsi pola asuh orang tua tipe demokratis dengan tingkat kepercayaan
diri rendah (35,1%) yang tidak berbeda jauh dengan tingkat kepercayaan
35
diri sedang (44,2%). Hal ini karena rasa percaya diri tidak hanya dapat
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua, melainkan juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain. Purnawan dalam Ifdil, Denich, & Ilyas (2017)
mengungkapkan bahwa sejumlah penyebab kurang percaya diri, yaitu
pengaruh lingkungan, sering diremehkan dan dikucilkan oleh teman sebaya,
pola asuh orang tua yang sering melarang dan membatasi kegiatan anak,
orang tua yang selalu memarahi kesalahan anak, tetapi tidak pernah
memberi penghargaan apabila anak melakukan hal yang positif, kurang
kasih sayang, penghargaan atau pujian dari keluarga, trauma kegagalan
dimasa lalu, trauma dipermalukan atau dihina di depan umum merasa diri
tidak berharga lagi karena pernah dilecehkan secara seksual, merasa bentuk
fisik tidak sempurna.
Sementara nilai r = -0,234 pada analisis hubungan persepsi siswa
mengenai pola asuh orang tua tipe otoriter memiliki arti kedua variabel
tersebut memiliki kekuatan korelasi yang lemah dan arah korelasi negatif.
Sehingga dapat dikatakan semakin otoriter pola asuh yang diterapkan
orang tua, maka semakin rendah kepercayaan diri siswa. Sedangkan nilai
p value = 0.026 (p<alpha) menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara persepsi pola asuh orang tua tipe otoriter dengan tingkat
kepercayaan diri siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmania & Putra
(2006) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
persepsi pola asuh orang tua tipe otoriter dengan kecenderungan pemalu
(shyness) pada remaja awal (p=0,000), meskipun dengan kekuatan korelasi
yang lemah (r=0,282). Dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa
remaja yang cenderung pemalu dapat menjadi sangat cemas ketika mereka
harus ikut serta dalam interaksi dengan orang lain. Hal ini juga dapat
ditemukan pada individu dengan kepercayaan diri yang kurang (Lauster
dalam Komara, 2016).
Sebagian besar siswa yang memiliki persepsi pola asuh orang tua
tipe otoriter memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah (75%). Hal ini
sejalan dengan teori yang dikemukakan Baumrind (Furnham & Cheng,
36
2000) bahwa pola asuh tipe otoriter merupakan pola asuh dengan orang
tua yang bersifat diktator dalam mendidik anak-anak mereka. Mereka
memiliki standar-standar mutlak dalam mendidik anak, sehingga anak
harus menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang diberlakukan di dalam
keluarga, sehingga anak yang diasuh dengan tipe pola asuh ini dapat
tumbuh menjadi anak yang memiliki kemandirian, tanggung jawab, dan
motivasi yang rendah. Dalam Kaisa, Stattin, & Nurmi (2000) dijelaskan
ciri-ciri dari pola asuh otoriter adalah tingkat kepercayaan dan keterlibatan
anak yang rendah, jarangnya komunikasi terbuka, dan kontrol ketat dari
orang tua.
Sedangkan dari hasil uji statistik spearman rank pada Tabel 4,
didapatkan nilai p value = 0.455 (p>alpha) pada hubungan persepsi siswa
mengenai pola asuh tipe permisif dengan tingkat kepercayaan diri yang
memiliki makna tidak ada hubungan yang signifikan antara hubungan
persepsi pola asuh orangtua tipe permisif dengan tingkat kepercayaan diri
siswa. Karena nilai p value tidak signifikan, maka nilai koefisien korelasi
tidak diinterpretasikan. Dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa tipe
pola asuh permisif tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam
memengaruhi kepercayaan diri siswa. Hasil penelitian ini berbeda dengan
hasil penelitian sebelumnya oleh Widiyanti & Marheni (2013) yang
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara pola asuh tipe
authoritative (demokratis) dengan tipe permisif dalam memengaruhi
efikasi diri atau keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya sendiri.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena jumlah siswa yang memiliki
persepsi mengenai pola asuh tipe permisif yang ditemukan dalam
penelitian ini kurang dari jumlah pada penelitian sebelumnya sehingga
tidak didapatkan hasil yang signifikan.
Namun, dalam penelitian ini ditemukan seluruh siswa dengan
persepsi pola asuh tipe permisif memiliki tingkat kepercayaan diri sedang.
Hal ini dijelaskan oleh Baumrind (Furnham & Cheng, 2000) bahwa tipe
pola asuh permisif memiliki karakteristik orang tua yang tidak
37