Вы находитесь на странице: 1из 12

TUGAS MAKALAH IPS

KONDISI MASYRAKAT INDONESIA PADA MASA


DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN

Disusun oleh :
Kelompok 2 (dua)
1. Istina Meldiana
2. Arya Anggara
3. Dimas Mulyana
4. Candra Cahyadi
5. Julian

Kelas 9C

MTs NEGERI BANJAR


KOTA BANJAR
TAHUN PELAJARAN 2018-2019
KONDISI MASYRAKAT INDONESIA PADA MASA
DEMOKRASI LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN

A. KONDISI MASYRAKAT INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI


LIBERAL DAN DEMOKRASI TERPIMPIN
Indonesia dalam waktu cukup lama mengalami masa demokrasi liberal
(1950-1959) dan demokrasi terpimpin setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
hingga awal pemerintahan Orde Baru.
Dalam masa Demokrasi Liberal, rakyat suaranya terpecah dalam
berbagai aliran. Sementara, pers yang diberi kebebasan penuh menyuarakan
pendapat masing-masing dan saling serang tanpa adanya larangan. Setelah
Dekrit 5 Juli 1959, kekuasaan pemerintahan lebih banyak di tangan Bung
Karno, baik dalam kegiatan politik maupun ekonomi.
Sebagai hasil Pemilu 1955, PKI menduduki peringkat keempat setelah
PNI, Masyumi, dan NU. Karena itu, Bung Karno melontarkan gagasan Kabinet
Berkaki Empat dengan mengikutsertakan PKI.
Namun, gagasannya menimbulkan pro dan kontra. Termasuk, PNI yang
dekat dengan Bung Karno, turut menolaknya. Jangan ditanya bagaimana sikap
Masyumi yang menganggap PKI sebagai musuh bebuyutannya.
Dalam situasi politik yang memanas ini tidak mengurangi kegiatan
remaja dalam mencari hiburan yang kala ini masih sangat minim. Yang paling
banyak kami datangi adalah bioskop yang terbagi dalam kelas-kelas; balkon,
loge, dan stales.
Sayangnya bioskop satu-satunya hiburan yang paling digandrungi oleh
rakyat kala itu juga tidak luput dari aksi-aksi protes dari kelompok kiri yang
makin berperan setelah Dekrit Presiden. Menjelang G30S/PKI, tepatnya pada
1965, bioskop tidak boleh lagi memutar film-film Barat dan digantikan dengan
film-film dari negara-negara sosialis yang berbau politik dan ideologi kiri.
Rakyat yang haus hiburan merasakan hilangnya film-film Barat.
Apalagi, di masa itu belum satu pun mal yang muncul yang sekarang ini
jumlahnya se-abreg-abreg. Pada 1960-an sering disebut sebagai zaman Orde

1
Lama dengan semboyan "politik sebagai panglima". Terus terang, PKI waktu
itu sudah memiliki kader-kader yang tangguh dalam bidang politik.
Banyak pelajar yang tergabung dalam organisasi IPPI (Ikatan Pemuda
Pelajar Indonesia) yang prokiri. Untuk mengimbangi kelompok kiri ini, pemuda
pelajar nonkomunis mendeklasikan IPPI Pancasila. Pertentangan paling keras
pun terjadi dalam organisasi mahasiswa antara kelompok kiri yang dimotori
CGMI dan lawannya HMI sebagai organisasi mahasiswa Islam.
Menjelang meletusnya G30S/PKI, organisasi mahasiswa kiri makin
sering melakukan demo-demo menuntut HMI dibubarkan. Dalam salah satu
rapat CGMI di Istora Senayan, di hadapan Bung Karno Ketua CC PKI DN Aidit
mengatakan dengan lantang: CGMI lebih baik mengganti celana dengan kain
jika tidak sanggup membubarkan PKI.
Dalam situasi politik yang makin panas, harga-harga kebutuhan pokok,
terutama beras makin naik harganya. Karena, sebagian rakyat harus antre untuk
mendapatkan beras dan kebutuhan pokok lainnya, pers asing (Barat) waktu itu
menuduh "Indonesia akan kolaps" yang dibantah keras Bung Karno.
Di masa Bung Karno ini, terutama saat pembebasan Irian Barat (kini
Papua), perusahaan-perusahaan Belanda dinasonalisasi. Termasuk, perusahaan
minyak Pertamina dengan mengangkat Ibnu Sutowo sebagai Direktur Utama.
Dia ditunjuk Jenderal Nasution. Waktu itu, warga Belanda yang tinggal di
Indonesia makin menciut jumlahnya.
Meski Hotel Indonesia (HI) baru dibangun pada awal 1960-an
menjelang Asian Games II, Jakarta sudah memiliki hotel yang megah yang
terletak di Jalan Gajah Mada, yakni Hotel Des Indes (baca Disain) dalam bahasa
Prancis yang berarti Hindia.
Sejak dibangun pada abad ke-19, tamu-tamu yang menginap di hotel
yang memiliki pekarangan luas ini adalah para pejabat kolonial, para sultan, dan
bupati. Setelah kemerdekaan, hotel ini menjadi tempat sementara para diplomat
asing.
Hidangan yang terkenal di hotel ini adalah rijstafel. Hotel yang telah
berusia satu abad ini dihancurkan pada 1970-an dan dijadikan pertokoan Duta
Merlin hingga sekarang.

2
B. MASA DEMOKRASI LIBERAL
1. Kehidupan Politik
a. Bentuk Dan Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia yang berdiri sebagai hasil dari KMB berbentuk negara
federal dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara RIS
didirikan di atas Undang-Undang Dasar Sementara yang disahkan pada
tanggal 14 Desember 1949. Negara federal RIS berdiri sejak tanggal 27
Desember 1949 dan terdiri atas 16 negara bagian.
b. Perjuangan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia
Berdasarkan konstitusi RIS negara berbentuk federasi dan meliputi
seluruh daerah Indonesia sebagai berikut.
1) Negara Republik Indonesia
2) Negara Indonesia Timur
3) Negara Pasundan
4) Negara Sumatra Timur
5) Negara Sumatra Selatan
6) Negara Jawa Timur
Belitung, Riau, Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Dayak Besar,
Daerah Banjar, Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur.
Daerah-daerah Indonesia yang tidak termasuk daerah-daerah bagian
Dengan terbentuknya negara Republik Indonesia Serikat, maka
timbul pertentangan antara dua golongan, yaitu sebagai berikut.
a. Golongan Unitaris adalah golongan yang menghendaki negara
kesatuan, dipimpin oleh Moh. Yamin.
b. Golongan federalis adalah golongan yang menghendaki negara
serikat, dipimpin oleh Sahetapy Engel.
Pertentangan dua golongan ini di menangkan oleh golongan
unitaris. Pada tanggal 18 Maret 1950 Pemerintah RIS dengan
persetujuan Parlemen dan Senat RIS mengeluarkan Undang-Undang
Darurat No.11 Tahun 1950 tentang Tata Cara Perubahan Susunan
Kenegaraan RIS. Berdasarkan undang-undang tersebut satu-persatu
negara bagian RIS menggabungkan diri dengan Negara RI di

3
Yogyakarta. Sehingga sampai bulan April 1950 negara RIS hanya terdiri
dari tiga bagian, yaitu RI, Negara Sumatra Timur, dan Negara Indonesia
Timur. Dalam rangka usaha membangun gejolak rakyat indonesia,
pemerintah RI menganjurkan kepada pemerintah RIS agar mengadakan
perundingan dengan Negara Sumatra Timur serta Negara Indonesia
Timur yang menyerahkan persoalan kepada pemerintar RIS. Sementara
itu pada bulan Mei 1950 pemerintah RIS dan pemerintah RI
mengadakan perundingan. Hasil perundingan berupa Piagam
Persetujuan tgl 19 Mei 1950.
Isi pokok Piagam Persetujuan itu antara lain:
1) Kedua pemerintah berserikat membentuk negara kesatuan sebagai
penjelmaan RI berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945.
2) Presidennya adalah Soekarno, sedangkan jabatan wakil presiden
akan dibicarakan lebih lanjut.
Perjuangan mewujuangan kembali Negara Kesatuan Republik
Indonesia akhirnya berhasil. Setelah pada tgl 15 Agustus 1950 Presiden
Soekarno menandatangani Rancangan UUDS Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Pada tgl 17 Agustus 1950 Negara RIS dibubarkan
dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Alasannya:
1) Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) tidak sesuai dengan cita-
cita proklamasi 17 Agustus 1945.
2) Pada umumnya masyarakat Indonesia tidak puas dengan hasil KMB
yang melahirkan negara RIS, menyatakan keinginannya agar
bergabung dengan Republik Indonesia.
3) Dengan sistem pemerintaha Federal berarti melindungi manusia
indonesia yang setuju dengan penjajah Belanda.
c. Penggantian Kabinet
1) Kabinet Natsir (6 September 1950)
Program kerja Kabinet Natsir :
a) Meningkatkan keamanan negara dan ketertibanmasyarakat
b) Memperbaiaki susunan pemerintah

4
c) Meningkatkan kesejahteraan rakyat
d) Memperjuangkan masuknya Irian Barat ke dalam RI
2) Kabinet Sukiman (26 April 1951)
3) Kabinet Wilopo (30 Maret 1952)
Program kerja Kabinet Wilopo:
a) Mempersiapkan pemilihan umum
b) Berusaha mengembalikan Irian Barat ke dalam RI
c) Meningkatkan keamanan, kesejahteraan, dan pendidikan
4) Kabinet Ali I (31 Juli 1953)
Program kerja kabinet Ali:
a) Menumpas pemberontakkan DI/TII diberbagai daerah
b) Melaksanakan pemilihan umum
c) Memperjuangkan kembalinya Irian Barat kepada RI
d) Menyelenggaarakan Konferensi Asia Afrika
5) Kabinet Burhanudin Harahap (12 Agustus 1955)
Prestasi yang menonjol dari kabinet Burhanudin Harahap adalah di
selenggarakannya pemilu pertama tahun 1955.
d. Gangguan keamanan dalam negeri
1) Pemberontakkan PKI Madiun (18 September 1948)
2) Pemberontakkan DI/TII di Jawa Barat
3) Pemberontakkan DI/TII di Aceh
4) Pemberontakkan DI/TII di Kalimantan Selatan
5) Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan
6) Pemberontakkan DI/TII di Jawa Tengah
7) Pemberontakan Angkatan Peramg Ratu Adil (APRA)
Pemberontakan tersebut dilancarkan oleh:
a) Bekas tentara Belanda KNIL
b) Pelarian pasukan payung
c) Barisan pegawai Stroottroepen
d) Polisi Belanda
8) Pemberontakan Andi Azis di Makasar
9) Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)

5
10) Pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI)
11) Pemberontakan Piagam Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta)
e. Pemilihan Umum
Sesudah beberapa kali berganti kabinet pemerintah, akhirnya
Kabinet Baharudin Harahap dapat melaksanakan pemilu sukses. Pada
tanggal 29 September 1955, diselenggarakan pemilihan umum untuk
memilih anggota DPR dan tanggal 15 Desember 1955 pemilihan untuk
anggota konstituante { badan pembuat UUD}.
Sekitar 39 juta rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih
berduyung duyung menuju tempat pemungutan suara untuk
melaksanakan hak pilihnya. Setelah diadakan perhitungan suara,
muncul empat partai besar sebagai pengumpul suara terbanyak yaitu
Partai Nasional Indonesia (PNI) memperoleh 57 kursi, majelis Syuro
Muslimin Indonesia {Masyumi} memperoleh 57 kursi,Nahdatul Ulum
{NU} memperoleh 45 kusi, dan Partai komunis Indonesia{PKI}
memperoleh 39 kursi.
Pemilihan umum tahap berikutnya untuk memilih anggota
konstituante diadakan pada tanggal 15 Desember 1955. Pemilu untuk
anggota konstituante, hasilnya di antara empat partai besar (PNI,
Masyumi, NU, dan PKI) tetap berimbang.
Hasil pemilu pertama ternyata tidak memenuhi harapan rakyat.
Rakyat menghendaki pemerintahan yang stabil ternyata tidak terwujud.
Wakil-wakil rakyat yang terpilih tetap memperjuangkan kepentingan
partainya sendiri. Pertentangan partai politik semakin hebat.
f. Dekret Presiden 5 juli 1959
Salah Satu hasil penting dari pemilu l (1955) adalah
terbentuknya badan konstituante yang bertugas menyusun UUD yang
baru. Pada tanggal 20 November 1956, konstituante mulai bersidang
yang dibuka oleh Presiden Soekarno.
Walaupun telah tiga tahun bersidang, namun konstituante belum
menyelesaikan tugasnya sebab setiap kali sidang selalu terjadi

6
perdebatan sengit di antara anggotanya. Oleh karena itu, pada tanggal
20 April 1959 Presiden Soekarno berpidato lagi di depan sidang
konstituante yang menganjurkan agar dalam rangka pelaksanaan
demokrasi terpimpim, konstituante menetapkan saja UUD 1945 menjadi
UUD negara Republik Indonesia yang tetap.
Pada tanggal 3 juni 1959, konstituante mengadakan reses yang
kemudian ternyata untuk selamanya. Sehubungan dengan itu, maka
KSAD Letjen A.H Nasution melarang anggota konstituante melakukan
kegiatan politik.
Berdasarkan hukum darurat perang maka pada hari Minggu 5
Juli 1959 pada jam 17.00, dalam upacara resmi di istana negara,
Presiden Soekarno mengumumkan Dekret Presiden sebagai berikut :
1) Membubarkan Konstituante.
2) Memberlakukan kembali UUD 1945
3) Menyatakan UUDS 1950 tidak berlaku lagi
4) Akan segera dibentuk MPRS dan DPAS

2. Kehidupan Ekonomi
Setelah pengakuan kedaulatan pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi yang sangat berat akibat dari
hasil KMB, antara lain berupa utang luar negeri dan utang dalam negeri.
Pada masa demokrasi liberal dikeluarkan beberapa kebijakan ekonomi
berikut ini :
a. Gunting Syafruddin
Guna mengatasi defisit anggaran dan mengurangi peredaran
uang, pada tanggal 20 maret 1950 Menteri keuangan Syafruddin
mengambil tindakan memotong uang dengan memberlakukan
setengahnya untuk mata uang yang bernilai Rp. 2,50,00 ke atas.
b. Nasionalisme de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
Pada masa kabinet Sukiman, pemerintah berusaha untuk
mengatasi krisis moneter (keuangan). Salah satu upaya yang ditempuh
adalah menasionalisasi de Javasche Bank menjadi Bank Indonesia.

7
Lebih lanjut dalam rangka menaikkan pendapatan, pemerintah berupaya
menurunkan biaya ekspor dan melakukan penghematan secara drastis.
c. Sistem ekonomi Gerakan Benteng
Gerakan Benteng pada hakikatnya adalah suatu kebijakan untuk
melidungi usaha pribumi.Gerakan Benteng ini mengalami kegagalan
karena para pengusaha indonesia lambat dalam usahanya, bahkan ada
yang menyalahgunakan bantuan pemerintah. Selain itu, pengusaha
pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha nonpribumi dalam
sistem ekonomi liberal.
d. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Tujuan sistem ekonomi Ali-Baba adalah untuk memajukan
pengusaha pribumi. Ali digambarkan sebagai pengusaha pribumi dan
Baba sebagai pengusaha nonpribumi. Sistem ekonomi Ali-Baba
mengalami kegagalan karena pengusaha pribumi kurang berpengalaman
dan hanya dijadikan alat oleh pengusaha nonpribumi untuk
mendapatkan kredit dari pemerintah.

C. MASA DEMOKRASI TERPIMPIN


1. Kehidupan Politik
Dekret Presiden 5 Juli 1959 ternyata mendapat dukungan dari
berbagai lapisan masyarakat, di antaranya sebagai berikut.
a. KSAD mengeluarkan perintah harian yang ditunjukan kepada seluruh
anggota TNI untuk melaksanakan Dekret Presiden 5 Juli 1959
b. Mahkamah Agung membenarkan adanya Dekret Presiden tersebut.
c. DPR hasil pemilu tahun 1955 menyatakan kesediaannya untuk bekerja
berdasarkan UUD 1945
Sebagai tindak lanjut dekret tersebut, maka pada tanggal 10 Juli
1959 pemerintah membentuk sebuah kabinet yang disebut kabinet karya.
Kabinet karya dipimpin langsung oleh Presiden. Dengan demikian kabinet
parlemen berganti dengan sistem kabinet presidensial, sedangkan sistem
demokrasi liberal diganti dengan sistem demokrasi terpimpin.

8
Kebijakan-kebijakan yang diambil pada masa demokrasi terpimpin
antara lain sebagai berikut :
a. Pembentukan DPR
Berdasarkan Penetapan Presiden no.1 Tahun 1959, yang dikeluarkan
pada tanggal 22 Juli 1959 menyatakan bahwa sebelum terbentuk DPR
menurut UUD 1945, maka DPR hasil pemilu tahun 1959 atas dasar UU
no. 7 Tahun 1953 tetap menjalankan tugasnya.
b. Pembentukan MPRS
Berdasarkan pasal 1 Ayat 1 dan pasal 2 Ayat 2 UUD 1945 lembaga
tertinggi negara harus dibentuk adalah MPR. Namun berhubung belum
melaksanakan pemilu maka MPR dibentuk berdasarkan Penetapan
Presiden No. 2 Tahun 1959, Ketua MPR adalah Chaerul Saleh.
c. Pembentukan DPAS
Berdasarkan Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959 dibentuk Dewan
Pertimbangan Agung Sementara (DPAS)
d. Pembentukan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappernas)
Pada bulan Agustus 1959 dibentuk dewan perancang nasional yang di
ketuai oleh Muh.Yamin. Pada Tahun 1963, Depernas diganti menjadi
Badan Perancang Nasional (Bappernas) yang dipimpin langsung oleh
Presiden sendiri.
e. Pembentukan Front Nasional
Pada tanggal 31 Desember tahun 1959 dibentuk Front Nasional yang
berfungsi sebagai lembaga negara yang melaksanakan pembangunan
semesta Indonesia.
f. Pembentukan DPR-GR
Presiden Soekarno membubarkan DPR hasil pemilu 1955 karena DPR
menolak Anggaran Belanja Negara yang diajukan oleh
Presiden.Kemudian Presiden membentuk DPR Gotong Royong (DPR-
GR) pada tanggal 24 Juni 1960.

9
2. Kehidupan Ekonomi
Sampai saat dikeluarkannya Dekret Presiden 5 Juli 1959, keadaan
ekonomi Indonesia Masih sangat suram akibat timbulnya pemberontakan
PRRI/Permesta. Untuk Merencanakan pembangunan di bawah kabinet
karya, pada tanggal 15 Agustus 1959 maka dibentuk Dewan Perancang
Nasional (Depernas) yang dipmpin oleh Muh.Yamin.
Untuk memperbaiki keadaan ekonomi, pada tanggal 28 Maret 1963
pemerintah mengeluarkan landasan ekonomi baru yang disebut Deklarasi
Ekonomi (Dekon). Tujuan Dekon adalah menciptakan ekonomi yang
bersifat nasional, demokrasi, dan bebas dari sisa-sisa imperalisme mencapai
tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.

3. Kebijakan Politik Luar Negri


a. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia
Pada masa demokrasi terpimpin pemerintah melaksanakan
politik mercusuar. Politik mercusuar adalah politik mencari kemegahan
di mata dunia Internasional. Tindakan pemerintah yang menyimpang
dari pelaksanaan politik luar negri bebas aktif sebagai berikut :
1) Membagi kekuatan politik dunia menjadi dua sebagai berikut :
a) Old Established Forces (Oldefo) terdiri atas negara-negara
imperalis, negara kapitalis, dan negara berkembang yang
cenderung imperialis.
b) New Emerging Forces (Nefo) terdiri dari negara-negara
berkembang anti imperalis, negara sosialis, dan negara komunis.
2) Dalam rangka politik mercusuar, pemerintah RI menyelenggarakan
pesta olahraga negara-negara Nefo pada tahun 1963. Kegiatan
tersebut dinamakan Ganefo.
3) Pembentukan Jakarta-Peking. Kenyataan ini membuktikan bahwa
Indonesia betul-betul melibatkan diri pada salah satu blok, yaitu
blok komunis.

10
b. Indonesia keluar dari PBB
Penyebab indonesia keluar dari PBB adalah diterimanya
Malaysia menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Dengan
masuknya malaysia menjadi anggota tidak tetap DK PBB, maka
presiden Soekarno menyampaikan pidato di depan sidang umum PBB
dengan judul “Membangun Dunia Kembali”. Indonesia mengancam jika
Malaysia tetap diangkat menjadi anggota dewan keamanan PBB, maka
Indonesia akan keluar dari PBB.
Ternyata Malaysia tetap diangkat menjadi anggota Dewan
keamanan PBB sehingga pada tanggal 7 Januari 1965, Indonesia
menyatakan keluar dari anggota PBB. Dengan keluarnya Indonesia dari
keanggotaan PBB, maka Indonesia semakin terpencil dari pergaulan
dunia.
c. Konfrontasi dengan Malaysia
Presiden Soekarno beranggapan bahwa Federasi Malaysia
adalah proyek neokolonialisme imperialisme (nekolim) yang
membahayakan revolusi Indonesia, maka Indonesia harus mencegah
berdirinya Malaysia. Untuk kepentingan tersebut, maka Presiden
Soekarno mengeluarkan komando yang dikenal dengan Dwi Komando
Rakyat (Dwikora) yang berisi sebagai berikut :
1) Perhebatan ketahanan revolusi Indonesia.
2) Bantulah Perjuangan rakyat di Malaysia, Singapura, Sabah, dan
Serawak.

11

Вам также может понравиться