Вы находитесь на странице: 1из 9

A.

Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Data yang terkumpul dari pasien, pengkajian terdiri dari pengumpulan,
pengelompokan data, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan.
1. Pengumpulan Data
Identitas
a. Identitas Klien
Identitas klien meliputi nama, umur, agama, pendidikan,pekerjaan, suku, status
perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no medrek dan
alamat.
b. Identitas Penanggung jawab
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian dengan menggunakan
metode PQRST :
P : Provokatif atau paliatif yang menyebabkan nyeri dirasakan.
Q: Kualitas nyeri yang dirasakan, apakah tertusuk, kram, kaku, terjepit, atau
tertekan.
R : Region, nyeri yang dirasakan mempengaruhi system tubuh atau tidak seperti
nadi, tekanan darah, pernafasan, serta apakah mempengaruhi aktifitas
selama perubahan posisi atau nyeri dirasakan menjalar ke area lain.
S : Saverity, nyeri dirasakan hebat. Menengah – sedang, atau sedikit, tentukan
dengan menggunakan skala 0 – 10
T : Time, apakah nyeri secara khas terus – menerus, cepat hilang dan dirasakan
menetap.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan dan sesampainya di
rumah sakit hingga saat dilakukan pengkajian. Tindakan yang dilakukan
sebelumnya, dan pengobatan yang didapat setelah masuk rumah sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Kaji menarche, siklus menstruasi, banyaknya haid yang keluar, keteraturan
menstruasi, lamanya, keluhan yang menyertai.
d. Riwayat Obstetri
Kaji tanggal partus, umur hamil, jenis partus, tempat penolong, jenis kelamin
bayi, berat dan panjang badan bayi, masalah yang terjadi saat hamil, lahir, nifas
dan keadaan bayi yang dilahirkan.
e. Riwayat Keluarga Berencana
Kaji penggunaan KB pada klien, jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan
penggunaan alat kontrasepsi, adakah masalah yang terjadi dengan alat
kontrasepsi.
f. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan penyakit yang pernah dialami dan berhubungan dengan sistem
reproduksi, dan riwayat pengobatan klien.
g. Riwayat pernikahan
Kaji usia pernikahan, lamanya pernikahan, dan pernikahan yang keberapa.
h. Riwayat seksual
Kaji usia pertama kali klien melakukan hubungan seksual, frekuensi perminggu,
respon pasca hubungan seksual : Nyeri / perdarahan / tidak ada keluhan.
i. Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama, penyakit
keturunan atau riwayat penyakit menular.
J. Riwayat kebiasaan sehari – hari
3. Personal hygiene
Kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut, mulut dan
gigi, pakaian, kuku, vulva hygiene.
4. Pola makan
Kaji pola makan klien meliputi kebiasaan makan klien dalam porsi makan,
frekuensi makan, nafsu makan, sumber dan jenis makanan yang di sukai dan
makanan yang tidak disukai, alergi makanan, serta kaji kebiasaan minum klien.
5. Pola eliminasi
a. BAB
Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB.
b. BAK
Kaji frekuensi, warna, bau dan keluhan saat berkemih.
6. Pola aktifitas dan latihan
Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang sebelum dan selama
dirawat di rumah sakit.
7. Pola tidur dan istirahat
Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan pengantar tidur, kebiasaan saat tidur, dan
kesulitan dalam tidur.
8. Riwayat penggunaan zat
Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok, minuman alkohol, dan obat – obatan.
9. Riwayat sosial ekonomi
Kaji pendapatan perbulan, hubungan sosial, dan hubungan dalam keluarga.
10. Riwayat psiko sosial dan spiritual
a. Psikososial
Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini, dan mekanisme koping
klien.
b. Spiritual
Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan di rumah dan di rumah sakit.
11. Pemeriksaan Fisik
Kaji keadaan umum, kesadaran, berat badan atau tinggi badan dan tanda – tanda
vital.
a. Kepala
Kaji adanya keluhan pusing atau sakit kepala, warna rambut, keadaan, distribusi
rambut, dan kebersihan rambut.
b. Mata
Kaji kesimetrisan mata, warna konjungtiva, sklera, kornea, dan fungsi
penglihatan.
c. Hidung
Kaji kesimetrisan, keadaan kehersihan hidung, dan fungsi penciuman.
d. Mulut
Kaji kelembaban mukosa mulut dan bibir, keadaan gigi, fungsi pengecapan,
keadaan mulut dan fungsi menelan.
e. Telinga
Kaji adanya kelainan bentuk, keadaan, dan fungsi pendengaran.
f. Leher
Kaji adakah pembekakan, pembesaran kelenjar tiroid, distensi vena
jugularis,pebesaran kelenjar getah bening.
g. Daerah dada
Kaji adanya keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung,
bunyi jantung, frekuensi nadi, dan tekanan darah.
h. Abdomen
Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, bising usus, bekas luka, nyeri tekan,
karakteristik nyeri, kondisi hepar dan kandung kemih.
i. Genitalia Eksterna
Kaji adanya pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal
dan kebersihan.
j. Anus
Kaji adanya keluhan konstipasi, dan inspeksi adanya hemoroid eksterna.
k. Ektremitas
Kaji kekuatan otot, varises, kontraktur pada persendian, refleks - refleks, dan
kesulitan pergerakan.
12. Pemeriksaan Penunjang
Pre operasi : Kaji hemoglobin, Pembekuan darah dan USG

B. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2) Resiko infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap pemanjaran
pathogen
3) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih saluran
kemih
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak
ada nafsu makan
6) Resiko cidera perdarahan berhubungan dengan perubahan faktor pembekuan

B. Penatalaksaan

Pengobatannya bergantung pada gejala-gejala pasien, keinginan untuk hamil, dan


keparahan penyakit. Jika pasien tidak menunjukkan gejala, obbservasi setiap 6 bulan
adalah semua yang diperlukan. Terapi lainnya untuk beragam tingkatan gejala
mencakup paliasi, terapi hormone, atau pembedahan.

a. Tindakan pliatif
Tindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan
kehamilan, yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama
gestasi.
b. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan ingkungan
hormone rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan
atrofi jaringan endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang
berarti tidak terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan
endometriosis. Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis
yang baru karena transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta
mencegah pelepasan dan perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa
nyeri karena rangsangan peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis.
c. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan,harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini ,
pada wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan.
Sebaliknya pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya
pada wanita usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang
endometriosis diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang
sehat, dan perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula
dilakukan suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil
pembedahan untuk infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka
pada penderita dengan penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak
dianjurkan.
Endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan
atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan
plasenta yang tertinggal dikeluarkan dengan kuretase perlahan-lahan dan hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila
klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis
sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak
dilakukan lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.
e. Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi.
Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga
pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan
petunjuk untuk terapi antibiotik.
f. Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah
terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan
lewat mulut. Secepat mungkin pasien diberikan diit per oral untuk memberikan
nutrisi yang memadai.
g. Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau
post partum.
h. Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.

C. Pemeriksaan penunjang
Adapun Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan yaitu :
a. Laparoskopi
Bila ada kecurigaan endometriosis panggul , maka untuk menegakan diagnosis yang
akurat diperlukan pemeriksaan secara langsung ke rongga abdomen per laparoskopi.
Pada lapang pandang laparoskopi tampak pulau-pulau endometriosis yang berwarna
kebiruan yang biasanya berkapsul. Pemeriksaan laparoskopi sangat diperlukan untuk
mendiagnosis pasti endometriosis, guna menyingkirkan diagnosis banding antara
radang panggul dan keganasan di daerah pelviks. Moeloek mendiagnosis pasien
dengan adneksitis pada pemeriksaam dalam, ternyata dengan laparoskopi kekeliruan
diagnosisnya 54%, sedangkan terhadap pasien yang dicurigai endometriosis,
kesesuaian dengan pemeriksaan laparoskopi adalah 70,8%.
b. Pemeriksaan Ultrasonografi
Secar pemeriksaan, USG tidak dapat membantu menentukan adanya endometriosis,
kecuali ditemukan massa kistik di daerah parametrium, maka pada pemeriksaan
USG didapatkan gambaran sonolusen dengan echo dasar kuat tanpa gambaran yang
spesifik untuk endometriosis.
c. MRI
MRI tidak menawarkan pemeriksaan yang lebih superior dibandingkan dengan
USG. MRI dapat digunakan untuk melihat kista, massa ekstraperitoneal, adanya
invasi ke usus dan septum rektovagina.
d. Pemeriksaan serum CA 125
Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.
Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan
inin mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan
pada keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125
dapat digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila
nilainya tinggi berarti prognostic kekambuhannya tinggi. BIla didapati CA 125>65
mIU/ml praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.

D. Pemeriksaan Diagnostik
a) Uji serum
1) Protein plasent: Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami
infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
2) Antibodi endometrial : Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b) Teknik pencitraan
1) Ultrasound : Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma
dengan sensitifitas 11%
2) MRI : 90% sensitif dan 98% spesifik
c) Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
d) Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
e) Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada
adanya infeksi.
f) Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
g) Kultur (aerobik/anaerobik) dari bahan intrauterus/intraservikal drainase
luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi
organisme penyebab.
h) Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
i) Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan,
melokalisasi abses peritoneum.
j) Pemeriksaan bimanual: menentukan sifat dan lokasi nyeri pelvis,massa,
pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis.
k) Bakteriologi: spesimen darah, urin dikirim ke laboratorium bakteriologi untuk
pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan sensitifitas antibiotik. Organisme
yang sering diisolasi dari darah pasien dengan endometritis setelah seksio
sesarea adalah peptokokus, enterokokus, clostridium, bakterioles fragilis,
Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-
positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega).
l) Kecepatan sedimentasi eritrosit:
m) Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung
meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi.
n) Foto abdomen
o) Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis klostridia.
Daftar Pustaka

Doengoes, Marilynn. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi: Pedoman Untuk


Perencanaan Dan Dokumentasi Perawatan Klien.Jakarta: EGC.

Smeltzer Suzanne C. 2006. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC

Вам также может понравиться