Вы находитесь на странице: 1из 3

Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Sering kita jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, sehingga hal-
hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkatkan
menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Apabila demikian, aturan yang mulanya sebagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan yang
memberikan sanksi-sanksi hokum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun
sanki pidana.1

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu
ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang
mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik
putera-puteri bangsa. Dari kode etik tersebut penulis hanya akan membahas masalah pelanggaran
dan sanksi yang diberikan jika ada guru yang melanggar kode etik guru.

Pasal 7
(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kude Etik Guru
Indonesia.
(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada
rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan pemerintah.

Pasal 8
(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru
Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.
(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan yang berlaku.
(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9
(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode
Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

1
Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, Bandung. Alfabeta, 2014, hlm. 110-113
(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus objektif
(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang
melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.
(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor
kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang
berwenang.
(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi
profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan
dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Contoh kasus pelanggaran, diantaranya sebagai berikut :

1. Guru memposisikan diri sebagai penguasa yang memberikan sanksi dan mengancam murid
apabila melanggar peraturan atau tidak mengikuti kehendak guru.
2. Guru tidak memahami sifat-sifat yang khas/ karakteristik pada anak didiknya.
3. Guru memperlakukan peserta didiknya segara tidak tepat sehingga membentuk perilaku
yang menyimpang.

Adapun sanksi yang dikenakan kode etik guru tersebut adalah guru dapat diberhentikan
dengan tidak hormat dari jabatan sebagai guru karena :

1. Melanggar sumpah dan janji jabatan


2. Melanggar perjanjian kerja dan kesepakatan kerja bersama
3. Melalaikan kewajiban dalam melaksanakan tugas selama 1 bulan atau lebih secara terus
menerus.

Sanksi terhadap guru dapat juga berupa :

1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak guru
4. Penurunan pangkat
5. Pemberhentian dengan hormat
6. Pemberhentian dengan tidak hormat

Sanksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam
tata krama dan tata tertib kehidupan social dikenakan sanksi dengan tahapan sebagai berikut :

1. Teguran
2. Penugasan
3. Skorsing
4. Dikeluarkan dari sekolahan

Вам также может понравиться