Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
ISOLASI SOSIAL
3. Penyebab
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
stressor presipitasi.Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor
predisposisi dan stressor presipitasi.Faktor perkembangan dan sosial budaya
merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku menarik diri.Kegagalan
perkembangan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak
percaya pada diri orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain, menghindari orang lain, tidak mampu
merumuskan keinginan dan merasa tertekan.Keadaan ini dapat menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang
lain, lebih menyukai berdiam diri sendiri dan kegiatan sendiri terabaikan.
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Tumbuh Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan
dapat menimbulkan masalah.
d. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial.Organ tubuh yang
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial
adalah otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami
masalah dalam hubungan sosial memiliki struktur yang
abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.
2. Faktor Presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh
faktor internal dan eksternal seseorang.Faktor stresorpresipitasi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
a. Faktor eksterna
Contohnya adalah stresor sosial budaya, yaitu stres yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stres terjadi akibat
ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya.Ansietas
ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang
terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.
4. Tanda Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial.
1. Kurang spontan.
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan).
3. Ekspresi wajah kurang berseri.
4. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
5. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal.
6. Mengisolasi diri
7. Tidak ada atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
8. Asupan makanan dan minuman terganggu.
9. Retensi urine dan feses.
10.Aktivitas menurun.
11.Kurang energi (tenaga).
12.Rendah diri.
13. Poster tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada
posisi tidur).
5. Akibat
Faktor Presipitasi
1) Biologi:
a) Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak
(enchepalitis) atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah
frontal, temporal dan limbic sehingg terjadi ketidakseimbangann
dopamin dan serotonin neurotransmitter
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang
berdampak pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat
mempengaruhi fisiologi otak terutama bagian fungsi kognitif
c) Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas, kecatatan
fisik, kanker dan pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan
penampilan fisik
d) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis
otak
2) Psikologis
a) Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur di
lobus frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu
sehingga mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami
kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral: lingkungan keluarga yang broken home, konflik
atau tinggal dalam lingkungan dengan perilaku sosial yang tidak
diharapkan
d) Konsep diri: Harga diri, perubahan penampilan fisik
e) Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
f) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang
tinggi, menutup diri
3) Sosial budaya
a) Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas
perkembangan dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam
penyelesaian tugas perkembangan
b) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan
kegagalan peran gender (model peran negatif)
c) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan
gagal sekolah
d) Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja (PHK)
e) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak
mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
f) Status sosial: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak mempunyai
sistem pendukung
g) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat yang tidak
diharapkan
Data Obyektif:
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
V. Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
DAFTAR PUSTAKA
Budi Anna Keliat. 2009. Model praktik keperawatan professional jiwa. Jakarta. ECG
Carpenito, L. J.C (2004). Hanndbook of nursing diagnosis ed.10. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
Carpenito-Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa
Keliat, B. A & Akemat. (2007). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Kim, M.J. Mc Farland, G.K, dan McLane, A.M. (2006). Diagnosa Keperawatan.
Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Townsend M.C. 2010. Keperawatan Jiwa.Bandung. ECG
Yosep Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Jakarta. ECG