Вы находитесь на странице: 1из 5

BAB IV

DISKUSI KASUS

Dilaporkan sebuah kasus Pada Ny.NA dengan diagnosis P2A0 Post SC atas

indikasi Letak Lintang dan Post Date. Masuk Kamar Bersalin pada tanggal 2

Februari 2019 dari rujukan RSUD Ansari Saleh dengan diagnosis G2P1A0 Hamil

42 minggu + In partu kala I fase laten + letak sungsang. Pasien mengaku keluar

lendir darah (+) sejak 4 jam SMKB, keluar air-air (+) sejak 2 jam SMKB, gerakan

janin aktif. Mual (-) muntah (-) nyeri kepala (-) pandangan kabur (-).

Kasus ini merupakan kasus kehamilan lintang, dimana secara definisi

kehamilan lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus

dengan kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain.

Hal ini ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan

penunjang.

Pada anamnesis tidak signifikan dapat menegakkan diagnosis letak lintang,

namun bisa didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh

dibagian samping dan gerakan anak lebih banyak di bagian samping rahim.

Namun, pasien mengaku tidak memerhatikan adanya perbedaan antara

kehamilannya saat ini dan kehamilan sebelumnya, dimana kehamilan sebelumnya

tidak terdapat kelainan letak.

Pada antenatal care (ANC) yang benar, letak lintang seharusnya sudah dapat

diprediksi sehingga pasien dapat ditatalaksanai lebih awal dan dapat merencanakan

persalinannya dengan SC elektif. Pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu

34
35

dianjurkan posisi lutut dada. Apabila tidak ada kontraindikasi versi sefalik luar

harus dilakukan pada semua kasus usia kehamilan di atas 35 minggu, versi sefalik

luar dapat dilakukan sampai usia kehamilan 37 minggu. Jika letak gagal menjadi

stabil pada usia 37 minggu, pasien dirawatinapkan di rumah sakit pada usia

kehamilan 37 minggu karena risiko tinggi untuk pecah ketuban dini dan prolaps tali

pusat. Sectio caesaria elektif dianjurkan untuk dilakukan.

Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengaku melakukan ANC sebanyak 6

kali di bidan puskesmas (hal ini dibuktikan dengan catatan pada buku KIA). Pada

buku KIA, dinyatakan pasien memiliki janin dengan letak kepala bahkan sampai

usia kehamilan 42 minggu. Selain itu, menurut pasien, ia tidak pernah diberitahu

bahwa anaknya memiliki letak yang tidak normal. Pasien juga tidak pernah

dianjurkan untuk melakukan posisi lutut dada. Pasien juga tidak pernah dianjurkan

untuk melakukan persalinan secara SC. Hal ini mengindikasikan ada kekeliriuan

dalam pemeriksaan ANC.

Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak lintang

diantaranya ialah multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek. Pada

kehamilan prematur, hidramnion dan kehamilan kembar, janin sering dijumpai

dalam letak lintang. Keadaan-keadaan lain yang dapat menghalangi turunnya

kepala kedalam rongga panggul seperti misalnya panggul sempit, tumor di daerah

panggul dan plasenta previa dapat pula mengakibatkan terjadinya letak lintang

tersebut. Demikian pula kelainan bentuk rahim, seperti misalnya uterus arkuatus

atau uterus subseptus, juga merupakan juga merupakan penyebab terjadinya letak

lintang. Pada kasus ini, etiologi dari letak lintang tidak diketahui tetapi pasien
36

memiliki faktor predisposisi yaitu pernah hamil dan melahirkan sebelumnya,

namun etiologi lain masih belum dapat dipastikan. Penelusuran lebih lanjut masih

diperlukan untuk mengetahui penyebab pasti terutama faktor anatomis.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, Nadi

88x/menit, Respirasi 18 x/menit, Suhu 36,7o C. Pemeriksaan fisik obstetri pada

inspeksi didapatkan perut tampak massa gestasi, dengan pemeriksaan Leopold,

ditemukan bahwa Leopold I di fundus teraba bagian yang keras dan memanjang

yaitu punggung, sehingga kasus ini ada letak lintang dorso superior karena

punggung terletak di sebelah atas ibu. Leopold II didapatkan kepala di kanan,

sehingga kasus ini ada letak lintang II. Leopold III-IV bagian terendah bayi sulit

ditentukan dan belum masuk PAP. Pada aukultasi didapatkan DJJ (+) 153x/menit.

Pada vaginal toucher didapatkan ketiak menutup ke kanan dan tidak teraba tali

pusat, pembukaan 4cm dengan penipisan 50%, ketuban (-), dan penurunan HI.Ini

menunjukkan bahwa pasien sudah dalam masa fase aktif kala I, dan inpartu.His

pada pasien ditemukan 2x/10 menit, durasi 20 detik sesuai dengan his yang

seharusnya pada fase aktif kala I. Pemeriksaan dalam, pada inspeksi vulva dan

vagina tampak tenang, tampak lendir bercampur darah, perdarahan aktif (-).

Penegakkan diagnosis pada kasus ini juga didukung oleh pemeriksaan

penunjang yaitu USG dimana didapatkan:

- Lintang kepala kanan punggung superior


- T/DJJ (+)
- BPD : 9,47~39 mgg
- AC : 33,9~ mgg
- FL : 7,2
- EFW = 3410 gr
37

- Placenta letak fundus gr II


- Air Ketuban (SDP 1,1)
Dari pemeriksaan CTG didapatkan hasil:
- Baseline : 145 dpm
- Variabilitas : 5-20 dpm
- Akselerasi : (+)
- Deselerasi : (+)
- Gerak Janin : (+)
- His : (+)
- Kesimpulan : Kategori I

Dari hasil pemeriksaan fisik dan penunjang pada penderita ini didapatkan

hal-hal sebagai berikut:

1. Janin letak lintang dengan dorsosuperior dan kepala kanan sehingga dapat

disebut letak lintang II

2. Perkiraan berat janin yang masih dalam batas normal (3410 gr)

3. Tidak ada kelainan letak pada tali pusat

4. Tidak ada riwayat seksio sesaria

5. His yang adekuat yaitu 2x/10 menit dengan durasi selama 20 detik

6. Denyut jantung janin yang baik yaitu 153 /menit

7. Didapatkan oligohidroamion yang sesuai dengan keadaan post date janin

tersebut.

Penderita ini tidak diusahakan lahir dengan cara pervaginam, karena dengan

lahirmya pervaginam dapat menimbulkan risiko-risiko pada ibu dan janinnya,

maka dilakukan section secarea. Pada 3 Februari 2019 pukul 01.27dengan SC, lahir

bayi perempuan dengan berat 3215 gram dengan panjang badan 50 cm dan apgar
38

score 7-8-9. Ballad skore 40-42 minggu, anus (+) kelainan kongenital (-), kondisi

bayi dalam keadaan stabil.Seksio sesarea merupakan penanganan leak lintang yang

paling aman khususnya pada bayi aterm. Berdasarkan literatur, persalinan pada

kehamilan letak lintang pada anak hidup aterm tidak dapat dilakukan pervaginam

dan selalu memerlukan tindakan operatif. Bahaya persalinan letak lintang adalah :

1. Pada bayi, dapat terjadi prolapsus tali pusat atau tangan saat ketuban pecah.

Retraksi otot uterus yang semakin pendek dapat menimbulkan gangguan

sirkulasi retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga kematian

janin.

2. Pada ibu, dapat terjadi rupture uteri dan kematian maternal yang dapat

disebakan oleh pendarahan, syok, atau infeksi.

Penatalaksanaan post partum pada pasien diberikan IVFD RL 20 tpm dan

pemberian oral cefadroxil 2x 500mg, oral asam mefenamat 3x500 mg dan oral

sulfas ferosus 2x1 tab. Setelah 3 hari pasien dirawat di Ruang Nifas (Cempaka)

RSUD Ulin Banjarmasin, pasien dipulangkan atas izin dokter karena keadaan

pasien baik dan diminta untuk kontrol poli untuk memantau kondisi selanjutnya.

Вам также может понравиться