Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Studi tentang etik makin penting bagi perawat. Teknologi maju telah
menyebabkan munculnya pertanyaan mengenai awal dan akhir dari kehidupan
manusia, kualitas hidup, dan etik profesional serta sifat pada batasan baru.
Pertanyaan moral yang paling mendesak pada era kita diajukan dalam
lingkungan perawatan kesehatan, dimana seseorang berhadapan dengan pilihan
hidup yang sebenarnya, mengenai kesehatan, kehidupan, dan kematian. Masalah
kompleks seperti aborsi, bunuh diri, transplantasi organ serta alokasi sumber
medis yang langka menjadi perdebatan dalam media dan perawat menemukan
dirinya berada pada “garis depan” dari masalah yang sama. Perawat
membutuhkan kemampuan dan pengetahuan yang layak untuk dapat
memberikan kontribusi yang efektif dalam situasi yang sangat sensitif secara
etik.
Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika,
karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak
sopan, murah senyum, dan menjaga perasaan pasien. Ini harus dilakukan kaena
perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk
keadaan. Dengan etika yang baik, diharapkan seorang perawat bisa menjalin
hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka
akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.
Maka dalam kesempatan kali ini penulis akan membahas tentang “
prinsip moral dan etika dalam keperawatan serta contoh aspek legal etik dalam
praktik keperawatan”.
1
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa dan perawat mengetahui prinsip-prinsip moral dan etika
dalam keperawatan.
2.2 Tujuan khusus
2.2.1 Agar mahasiswa dan perawat mengetahui pengertian etika
2.2.2 Agar mahasiswa dan perawat mengetahui tujuan etika keperawatan
2.2.3 Agar mahasiswa dan perawat mengetahui teori-teori etika
keperawatan
2.2.4 Agar mahasiswa dan perawat mengetahui prinsip-prinsip etika
keperawatan
2.2.5 Agar mahasiswa dan perawat mengenali contoh aspek legal dalam
praktik keperawatan
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani ‘ethicos’ yang artinya kecenderungan
batun manusia atau kebuiasaan.
Etik adalah terminologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik
berhubungan dengan bagaimana seseorang harus bertindak dan bagaimana
mereka melakukan hubungan dengan orang lain. ( Potter and Perry.2007)
Etik adalah studi tentang perilaku, karakter dan motif yang baik, serta
ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
(Potter and Parry.2007).
Etik Keperawatan dihubungan dengan hubungan antar masyarakat dan
dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain. Pengetahuan perawatan
diperoleh melalui keterlibatan pribadi dan emosional dengan orang lain dengan
ikut terlibat dalam masalah moral mereka. Seorang perawat profesional akan
memiliki perasaan empati pada orang lain. Perawat harus mencoba untuk
memahami situasi yang dialami orang lain dan mencoba sebanyak mungkin
memahami kehidupan dan pengalaman orang lain. Pemberi perawatan
profesional akan mampu melalukan perubahan dari posisi yang brfokus pada diri
menjadi posisi yang berfokus pada orang lain, serta mampu mengambil tindakan
demi kepentingan orang lain. (Potter and Perry.2007)
3
2.3 Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di
pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya.
4
tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan teori ini,
perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan
abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap
tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi)
merupakan tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori
deontologi dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu
kemurahan hati, keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry,
1991 dalam buku Suhaemi, 2010).
5
Benefience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan
tidak merugikan orang lain. Semua tindakan dan pengobatan harus
bermanfaat bagi klien. Oleh karena itu, perlu kesadaran perawat
dalam bertindak agar tindakannya dapat bermanfaat dalam menolong
klien.
4.3 Asas Tidak Merugikan (Non-Maleficence)
Non-Maleficence artinya tidak melukai atau tidak menimbulkan
bahaya bagi orang lain. Setiap tindakan harus berpedoman pada
prinsip primum non nocere (yang paling utama jangan merugikan).
Risiko fisik, psikologis dan sosial hendaknya diminimalisir
semaksimal mungkin.
4.4 Asas Kejujuran (Veracity)
Perawat maupun dokter hendaknya mengatakan sejujur-jujurnya
tentang apa yang dialami klien serta akibat yang akan dirasakan oleh
klien. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat
pendidikan klien agar klien mudah memahaminya.
4.5 Asas Kerahasiaan ( Confidentiality)
Perawat maupun dokter harus mampu menjaga privasi klien
meskipun klien telah meninggal dunia.
4.6 Asas Keadilan (Justice)
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua
individu. Seorang perawat profesional maupun dokter harus mampu
berlaku adil terhadap klien meskipun dari segi status sosial, fisik,
budaya, dan lain sebagainya.
6
Negara lain mempunyai statuta (penjualan bayi) yang melarang
pertukaran uang untuk adopsi dan kemudian membuat kebanyakan kontrak
perwalian tidak dapat dilaksanakan. Pertimbangan kebijakan legal dan
publik menentukan apakah statuta perwalian dapat dilaksanakan atau
tidak.
5.2 Masalah Aborsi
Pengadilan Roe memutuskan bahwa wanita, dalam konsultasi dengan
dokternya, bebas untuk mengakhiri suatu kehamilan tanpa peraturan
negara sepanjang trisemester pertama, selama risiko mortlitas maternal
dari aborsi tersebut lebih kecil dari kelahiran normal. Tetapi pada
trisemester kedua, negara mempunyai perhatian dalam melindungi
kesehatan maternal.
Kasus tentang Planned Parenthood of Southeastern Pennsylvania v.
Casey (1992) menetapkan persyaratan persetujuan tindakan bahwa dokter
harus memberikan seorang wanita gambaran sifat prosedur aborsi, risiko
kesehatan yang dihubungkan dengan aborsi dan kelahiran bayi,
kemungkinan umur kehamilan janin, ketersediaan materi yang
dipublikasikan negara tentang bantuan medis untuk kelahiran bayi,
lembaga adopsi, dan dukungan ayah baginya. Casey menetapkan
persyaratan bahwa emansipasi minimal memperoleh persetujuan tindakan
dari orangtua wali atau penentu hukum.
5.3 Substansi Yang Terkontrol
Masalah legal lain yang bisa timbul pada perawat melibatkan
penggunaan substansi yang terkontrol. Ini mencakup zat-zat seperti
narkotik, depresan, stimulan, dan halusinogen. Tindakan mengatur sistem
distribusi rumah sakit, program rehabilitasi untuk penyalahgunaan obat,
dan penelitian mengenai pengobatan medis untuk kecanduan. Perawat
dapat mengurus substansi yang terkontrol hanya dengan petunjuk dokter
yang di syahkan atau perawat praktisi tingkat lanjut yang memiliki
autoritas membuat resep. Banyak negara yang tidak perawat praktisi
tingkat lanjut memberi resep zat-zat yang terkontrol.
5.4 Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)
7
Perawatan klien AIDS dan positif-HIV memiliki implikasi legal bagi
perawat. Center For Disease and Prevention (CDC) menerbitkan pedoman
nasional mengenai kewaspadaan darah dan cairan tubuh. CDC
memperkenalkan standar kewaspadaan sebagai perlindungan penting baik
untuk klien dan personel pemberi perawatan kesehatan.
Perawat harus memperhatikan keseimbangan hak-hak perlindungan diri
mereka sendiri dengan melindungi hak-hak klien. Keduanya memperoleh
perlindungan melawan diskriminasi dan perlindungan privasi oleh hukum
federal dan negara. Kebanyakan kasus legal yang melibatkan perawat dan
AIDS sekarang ini berhubungan dengan perlindungan yang diperlukan
untuk perawat sebagai pekerja. Pelaksanaan yang ketat standar
kewaspadaan adalah strategi perawat paling bijaksana.
5.5 Kematian Dan Menjelang Ajal
Banyak masalah legal melingkupi peristiwa kematian, meliputi definisi
dasar dari titik yang aktual dimana seseorang dipertimbangkan meningal.
Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayananan kesehatan untuk
mencoba menyelamatkan hidup mereka, fokus perawat menjadi tujuan
versus penyembuhan.
Hukum dibeberapa negara memberikan perintah prioritas bagi anggota
keluarga yang dapat memberikan izin untuk otopsi. Kadang-kadang izin
memiliki pengecualian. Seperti halnya otopsi diperlukan dalam keadaan
seperti kematian yang diakibatkan oleh kecelakaan atau tersangka
penyalahgunaan atau aktivitas kriminal lainnya.
5.6 Transplantasi Organ (Donasi Organ)
Organ yang berkompeten secara legal bebas untuk mendonorkan tubuh
atau organ mereka untuk manfaat medis. Format persetujuan disediakan
untuk tujuan ini. Perawat harus mewaspadai tentang hukum dinegara
tersebut dan prosedur institusi dan hukum ketika mereka diminta untuk
melayani sebagai saksi untuk individu yang ingin memberi persetujuan
untuk donor.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika