Вы находитесь на странице: 1из 17

1

KAJIAN KLINIK KEISLAMAN

TENTANG HUKUM SHOLAT BAGI PASIEN TIDAK SADAR

DI RSMS PURWOKERTO

DISUSUN OLEH :

RIZAL MUALIF

PRODI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN 2018-2019
2

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang ………………………………………………………………… 3
b. Rumusan Masalah ……………………………………………………………...4
c. Tujuan …………………………………………………………………………...4
BAB II Tinjauan Kasus ………………………………………………………………..5
BAB III Tinjauan Teori ……………………………………………………………….6
1. Pengertian shalat………..………………………………………………………..6
2. Tujuan dan fungsi shalat……..…………………………………………………..7
3. Hukum shalat…………………………………………………………………….8
4. Meninggalkan shalat…………………………………………………………….9
BAB IV Penutup………………………………………………………………………..14
a. Kesimpulan……………………………………………………………………….14
b. Saran…………………………………………………………………………...…14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...15
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya dan
dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di dunia dan di
akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti Shalat, puasa, naik
haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah baligh
berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan bagaimanapun. Shalat
merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam didirikan atas lima sendi
(tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang siapa yang mendirikan shalat, maka
dia telah mendirikan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat, maka ia
meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima kali,
berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh tanpa
terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah maupun senang,
lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga shalat sunaah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat shalat?
2. Mengapa Allah mewajibkan shalat?
3. Apa tujuan dan fungsi shalat ?
4. Apa hukum solat pada pasien tidak sadar?
5. Apa ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat shalat.
2. Untuk mengetahui alasan Allah mewajibkan shalat.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi shalat.
4. Untuk hukum solat pada pasien tidak sadar.
5. Untuk mengetahui ancaman bagi orang yang meninggalkan shalat.
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Shalat
Shalat berasal dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni seruan
seorang hamba kepada Tuhan, pencipta seluruh alam. Jadi shalat adalah bentuk doa
paling murni atau paling tinggi. Sebagaimana termaksud di firman Allah SWT dalam QS.
At-Taubah 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha
mendengar lagi Maha mengetahui.”
Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab: 43.

‫ور ۚ َو َكانَ بِ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َر ِحي ًما‬ ُّ َ‫علَ ْي ُك ْم َو َم ََلئِ َكتُهُ ِلي ُْخ ِر َج ُك ْم ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت ِإلَى الن‬ َ ُ‫ُه َو الَّذِي ي‬
َ ‫ص ِلي‬
“ Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang
terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al-
Ahzab: 43)
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu,
dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan
rukun –rukun yang telah ditentukan syara’. Dari pengertian ini bisa diambil pemahaman
bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut agar seluruh sikap dan perhatiannya
ditunjukkan semata-mata hanya kepada Allah SWT.
Didalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat
istimewa, antara lain :
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT yang
perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra mi’raj.
2. Shalat merupakan tiang agama.
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
5

Allah mewajibkan hambanya untuk melaksanakan shalat fardhu lima waktu, yaitu
: Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya yang masing-masing shalat fardhu tersebut
mempunyai hakekatnya tersendiri.
1. Shalat Subuh
Waktu Subuh adalah petunjuknya Rohulloh yang keluar dari ubun-ubun, berwarna
merah, bintangnya Qomar. Shalatnya 2 rokaat, hal itu merupakan awal kumpulnya
Roh dan Jasad. Jadi inti dari shalat subuh 2 rakaat, adalah yang mengisyaratkan kita
akan adanya 2 unsur yang ada pada diri, yakni adanya Roh dan Jasad.
2. Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur terdiri dari 4 rokaat yang menjabarkan tentang pelengkap
kesempurnaannya wujud, yaitu : Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki.
3. Shalat Ashar
Inti Shalat Ashar yaitu menjabarkan tentang adanya 4 Dimensi wujud, yang ada pada
kita yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan kanan.
4. Shalat Maghrib
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya nyawa pada tubuh. Inti Shalat
Maghrib yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup, yang ada pada kita yaitu
: Akal, Budi, dan Nafsu. Adapun yang nyata adanya adalah 1 lubang mulut, dan 2
lubang hidung.
5. Waktu Isya
Inti Shalat Isya yaitu menjabarkan tentang adanya 4 alat hidup sebagai penggerak.
Adapun yang nyata adanya adalah 2 Tangan, dan 2 Kaki.
B. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat
Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki dalam Islam.
Banyak ulama yang mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk ibadah lain yang kita
kerjakan, boleh dikatakan tidak ada artinya. Oleh sebab itu, mereka mengatakan bahwa
shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja sudah rapuh, bagaimana bisa
membangun pondasi iman yang kokoh.
Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min
dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah,
dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang hamba kepada-ku, seperti
6

sesuatu yang aku fardukan (wajibkan ) padanya dan tidak henti-hentinya seorang hamba
mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-amalan sunah ,sehingga aku mencintainya,
maka aku menjadi telinga yang ia pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia
pergunakan untuk melihat. Jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan
bila ia berdoa kepadaku niscaya aku akan mengabulkan.
Allah SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran. Terlepas
dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar, karena kita
selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita agar kita bertaqwa. Allah SWT
berfirman dalam QS. Thaahaa: 14.
َّ ‫َّللاُ ََل ِإ َٰلَهَ ِإ ََّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫ص ََلة َ ِل ِذ ْك ِري‬ َّ ‫ِإنَّنِي أَنَا‬
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka
sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”. (QS. Thaahaa : 14).
Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek kesehatan bagi
tubuh. Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling proporsional bagi anatomi
tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat melekat dengan gestur (gerakan khas
tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah menjadikan shalat sebagai ‘obat’ bagi berbagai
jenis penyakit, serta yang terpenting adalah sebagai pencegahan dari serangan suatu
penyakit.
Perintah yang pertama kali datang dari Allah SWT untuk umat islam adalah perintah
mengerjakan shalat, kenapa tidak zakat, puasa dan haji. Ciri seorang Muslim adalah
Shalat, apabila seorang muslim mengerjakan shalat dengan sebaik-baiknya, maka
dampaknya selain mendapatkan pahala dari Allah SWT, juga akan berdampak pada
kesehatan tubuhnya dan perilakunya. Dia akan melaksanakan puasa dengan ikhlas bukan
hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, menunaikan ibadah haji semata-mata untuk
menjalankan perintah Allah bukan untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat.
Dengan demikian seseorang yang shalatnya baik, makan akan baiklah ibadah-ibadah
yang lainnya.
Dasar tentang wajibnya shalat banyak tertera didalam Al-Qur’an, diantaranya adalah
dalam QS. An-Nisa: 103.
ْ ‫ص ََلة َ َكان‬
‫َت‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنت ُ ْم فَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ ۚ إِ َّن ال‬ ْ ‫علَ َٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإِذَا‬ َّ ‫ص ََلة َ فَا ْذ ُك ُروا‬
َ ‫َّللاَ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو‬ َّ ‫ض ْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَإِذَا ق‬
‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِينَ ِكت َابًا َم ْوقُوتًا‬ َ
7

“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu


berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa
aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. An-Nisa: 103)

Perintah shalat oleh Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa
anak-anak sejak kecil, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda Rasulullah
SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah berusia tujuh tahun,
dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah berumur sepuluh tahun dan
pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan
Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas syarat Muslim).

C. Tujuan dan Fungsi Shalat


Shalat adalah yang paling pokok dan menjadi ciri antara muslim dan kafir. Ibadah
yang bersifat ritual ini menyimpan makna sangat penting dan besar bagi setiap muslim
yang melakukannya. Shalat yang dikehendaki oleh islam, bukanlah semata-mata
sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan, sejumlah gerakan yang dilakukan oleh
anggota badan, tanpa disertai kesadaran akal dan kekhusyuan hati. Bukan pula shalat
yang dikerjakan oleh seseorang yang pada saat sujud bagaikan ayam mematukkan
paruhnya, disaat ruku ‘ bagaikan gajah menyambar mangsanya dan disaat salam
bagaikan serigala memalingkan wajahnya.
Setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya
memiliki tujuan masing-masing termasuk shalat yang memiliki fungsi dan peran dalam
kehidupan hamba-hambaNya. Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan
Kita.
1. Shalat Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah)
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah shalat untuk
mengingat Aku”. Hadits Nabi mengatakan : “Shalatlah kamu sekalian sebagaimana
kamu melihatku mengerjakan shalat”. (HR. Bukhori)
Secara tidak langsung, hadits itu menjelaskan bahwa yang dilakukan Nabi tidak hanya
mengingat Allah dengan lisan dan hati, akan tetapi juga dengan gerakan seluruh anggota
badan. Setiap orang yang telah mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati
mereka menjadi tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan
8

setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tentram pasti akan selalu melakukan
tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan tetapi sebaliknya, apabila
seseorang mengerjakan shalat tidak dengan baik dan benar, maka hati mereka selalu
gelisah. Dan setiap orang yang memiliki hati yang gelisah pasti akan selalu melakukan
tindakan negatif.
2. Shalat sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar
Sesuai dengan Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45 bahwa fungsi
dan peranan shalat adalah sebagai pencegah tindakan keji dan mungkar. “Dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar”.
3. Shalat sebagai Penghapus Dosa
Dalam sebuah cuplikan riwayat hadits, Nabi SAW bersabda: “ maka demikian juga
dengan shalat lima waktu, Allah SWT akan menghapus dosa-dosa (kecil) mereka
disebabkan karena mereka mendirikan shalat”.Hadits di atas diperkuat oleh Firman
Allah dalam QS. Al-Hud : 114.

Dalam permasalahan orang yang tidak sadar (baik karena bius atau koma), ulama memiliki dua
pandangan:

1. Orang yang tidak sadar dianalogikan dengan orang gila, sehingga tidak dibebankan
untuk mengqodho’ shalat.
2. Orang yang tidak sadar dianalogikan dengan orang tidur, sehingga dia wajib mengqodho’
shalat saat dia terbangun.

D. Hukum solat pada pasien tidak sadar


Dari Syaikh Muhammad Mukhtar As Syinqthi rahmahullah Perkara ini
merupakan perkara yang masyhur (terkenal) di kalangan para ulama, namun Syaikh
tawaqquf (diam) dalam masalah ini. Saya (penulis) katakan: “Jika demikian keadaannya,
maka hal tersebut menunjukkan kehati-hatian Syaikh dalam memberikan fatwa” Dalam
kesempatan yang lain, Syaikh pernah berfatwa: “Hukumnya seperti orang yang tidur jika
tidak sadarnya dalam jangka waktu yang tidak lama. Namun jika lamanya hingga lebih
dari tiga hari maka gugur kewajiban mengqodho’ shalat.
9

Shalat diwajibkan kepada setiap muslim yang mukallaf, yakni yang telah baligh
dan berakal. Adapun orang yang belum baligh dan tidak berakal gugurlah darinya
kewajiban tersebut. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :

َّ ‫ َو َع ِن ال‬،َ‫ َو َع ِن ْال ُم ْبتَلَى َحتَّى َيب َْرأ‬،‫ظ‬


‫ص ِبي ِ َحتَّى َي ْكب َُر‬ َ :ٍ‫ُر ِف َع ْالقَلَ ُم َع ْن ثَالَثَة‬
َ ‫ع ِن النَّا ِئ ِم َحتَّى َي ْست َ ْي ِق‬

“Diangkat kewajiban/hukum dari tiga golongan : orang yang tidur/pingsan sampai ia


bangun/sadar, orang gila (sakit ingatan) sampai kembali akalnya atau sadar, dan anak
kecil hingga ia besar/baligh.” (H.R. Abu Dawud)

Dengan demikian orang yang tidur dan pingsan, orang gila, dan anak kecil, tidak
dibebankan kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yang ada. Yakni
orang yang tertidur telah bangun dari tidurnya, orang yang pingsan telah siuman dari
pingsannya, orang gila telah pulih dari sakit gilanya atau telah kembali akalnya,
sedangkan anak kecil telah datang masa balighnya, di antaranya dengan tanda mimpi
basah (keluar mani) bagi anak laki-laki dan haidh bagi anak perempuan.
Berkaitan dengan kasus saudara Anda, maka orang yang koma/tidak sadarkan diri
maka terbebas/gugur dari kewajiban melaksanakan Sholat, setelah sadar maka punya
kewajiban melaksanakan sholat, sedangkan kewajiban sholat satu minggu selama koma
tidak perlu diganti.
Ada beberapa pendapat ulama terkait dengan qadha shalat orang yang pingsan.
1. Pendapat yang mengatakan bahwa orang yang pingsan tidak wajib mengqadha/mengganti
shalat seberapa lama pun ia pingsan. Karena orang yang pingsan sama dengan orang yang
kehilangan akal. Pendapat ini adalah pendapat yang diambil oleh Imam Malik
rahimahullaah dan Imam Syafi’i rahimahullaah. Dalilnya adalah berdasarkan hadits
‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha :

ِ ُ‫ير َحتَّى َي ْكب َُر َو َع ِن ْال َمجْ ن‬


َ‫ون َحت َّى َي ْع ِق َل أ َ ْو َيفِيق‬ ِ ‫ص ِغ‬ ٍ َ‫ُر ِف َع ْالقَلَ ُم َع ْن ثَال‬
َ ‫ث َع ِن النَّا ِئ ِم َحتَّى َي ْست َ ْي ِق‬
َّ ‫ظ َو َع ِن ال‬

“Ada tiga orang yang pena catatan amalnya diangkat (tidak ditulis) yaitu: orang yang
tidur sampai dia bangun, anak kecil sampai dia baligh, dan orang gila sampai dia
sadar.” (HR. Ahmad, At Turmudzi, dan An Nasa’i)
10

2. Pendapat yang mengatakan bahwa wajib qadha jika pingsannya kurang dari sehari
semalam, dan tidak wajib qadha jika pingsan lebih dari sehari semalam. Pendapat ini
dipegang oleh Imam Abu Hanifah rahimahullaah.
3. Pendapat yang mengatakan bahwa orang pingsan wajib qadha seberapa lamapun ia
pingsan. Karena orang pingsan sama dengan orang tidur keadaannya. Pendapat ini
diambil oleh Imam Ahmad bin Hambal rahimahullaah. Dalilnya berdasarkan hadits dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

َّ ‫َّللاَ يَقُو ُل أَقِ ِم ال‬


‫صالَةَ ِل ِذ ْك ِرى‬ َ ُ‫صالَةِ أ َ ْو َغفَ َل َع ْن َها فَ ْلي‬
َّ ‫ص ِل َها ِإذَا ذَك ََرهَا فَإِ َّن‬ َ ‫ِإذَا َرقَدَ أَ َحد ُ ُك ْم‬
َّ ‫ع ِن ال‬

“Apabila kalian ketiduran atau kelupaan hingga tidak shalat, hendaknya dia kerjakan
shalat itu ketika dia ingat. Karena Allah berfirman: ‘Tegakkanlah shalat ketika
mengingat-Ku.’ (HR. Muslim)

Dan dalam masalah ini, penulis mengambil pendapat yang ketiga. Karena
pendapat kami, analogi orang pingsan lebih mendekati orang tidur daripada orang yang
kehilangan akal/gila.

Sedangkan mengenai tata cara bersuci dan shalat setelah operasi, jika sanggup
shalat dengan berdiri maka dia shalat berdiri, dan jika tidak sanggup berdiri maka dia
boleh shalat sambil duduk, dan jika tidak sanggup (shalat sambil duduk) maka dia boleh
shalat sambil berbaring dan memberi isyarat.

E. Ancaman Bagi yang Meninggalkan Shalat


Meninggalkan shalat adalah perkara yang teramat bahaya. Di dalam berbagai dalil
disebutkan berbagai ancaman yang sudah sepatutnya membuat seseorang khawatir jika
sampai lalai memperhatikan rukun Islam yang mulia ini. Dalil Pertama

)35( َ‫أَفَنَجْ عَ ُل ْال ُم ْس ِل ِمينَ َك ْال ُمجْ ِر ِمين‬

“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan
orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam: 35)
11

Dari ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang
muslim seperti orang mujrim (orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas menyamakan
orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah Allah dan hukum-Nya. Maka hal ini
menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan shalat akan bersama dengan orang
kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah muslim, tentu mereka akan diizinkan untuk
sujud sebagaimana kaum muslimin diizinkan untuk sujud.
Dalil Kedua

)40( َ‫سا َءلُون‬ ٍ ‫) فِي َجنَّا‬39( ‫ين‬


َ َ ‫ت يَت‬ ِ ‫اب ْاليَ ِم‬ ْ َ ‫) ِإ ََّل أ‬38( ٌ‫ت َرهِينَة‬
َ ‫ص َح‬ َ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ِب َما َك‬
ْ َ‫سب‬
ُ‫) َولَ ْم نَك‬43( َ‫صلِين‬ َ ‫) قَالُوا لَ ْم نَكُ ِمنَ ْال ُم‬42( ‫سقَ َر‬ َ ‫) َما‬41( َ‫ع ِن ْال ُمجْ ِر ِمين‬
َ ‫سلَ َك ُك ْم فِي‬ َ
)46( ‫ِين‬ ِ ِ‫وض َم َع ْالخَائ‬
ُ ‫) َو ُكنَّا نُ َكذ‬45( َ‫ضين‬
ِ ‫ِب ِب َي ْو ِم الد‬ ُ ‫) َو ُكنَّا نَ ُخ‬44( َ‫ط ِع ُم ْال ِم ْسكِين‬ ْ ُ‫ن‬
ُ ‫َحتَّى أَت َانَا ْاليَ ِق‬
)47( ‫ين‬
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali golongan
kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang (keadaan) orang-orang
yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka
menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan
kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang
bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami
mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.” (QS. Al
Mudatsir: 38-47)
Jadi tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqor
kecuali orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah setiap
sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah Ta’ala telah
menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman. Oleh karena itu,
orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang berhak masuk ke neraka
saqor. Allah Ta’ala berfirman,

‫س َق َر‬ َّ ‫علَى ُو ُجو ِه ِه ْم ذُوقُوا َم‬


َ ‫س‬ ِ َّ‫) َي ْو َم يُ ْس َحبُونَ ِفي الن‬47( ‫سعُ ٍر‬
َ ‫ار‬ َ ‫ِإ َّن ْال ُمجْ ِر ِمينَ ِفي‬
ُ ‫ض ََل ٍل َو‬
)48(
“Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (bedosa) berada dalam kesesatan (di dunia)
dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka.
(Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”.” (QS. Al Qomar: 47-
48)

)29( َ‫ح ُكون‬ ْ َ‫ِإ َّن الَّذِينَ أَجْ َر ُموا َكانُوا ِمنَ الَّذِينَ آ َ َمنُوا ي‬
َ ‫ض‬
12

“Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (berdosa), adalah mereka yang menertawakan


orang-orang yang beriman.” (QS. Al Muthaffifin: 29). Dalam ayat ini, Allah menjadikan
orang mujrim sebagai lawan orang mukmin.
Dalil Ketiga

َ‫سو َل لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْر َح ُمون‬ َّ ‫الز َكاة َ َوأ َ ِطيعُوا‬


ُ ‫الر‬ َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآَتُوا‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu
diberi rahmat.” (QS. An Nur : 56)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan
mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang meninggalkan
shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu mereka akan
mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat ini Allah menjadikan
mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan shalat.
Dalil Keempat

َ ‫ص ََلتِ ِه ْم‬
)5( َ‫سا ُهون‬ َ ‫ع ْن‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل ِل ْل ُم‬
َ ‫) الَّذِينَ ُه ْم‬4( َ‫صلِين‬

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al Maa’un : 4-5)

َّ َ‫) الَّذِينَ ََل يُؤْ تُون‬6( َ‫َو َو ْي ٌل ِل ْل ُم ْش ِركِين‬


)7( َ‫الز َكاة َ َو ُه ْم بِ ْاْلَ ِخ َرةِ ُه ْم َكافِ ُرون‬

“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-


orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.”
(QS. Fushshilat: 6-7)
‫ُص ُّر ُم ْست َ ْكبِ ًرا َكأ َ ْن لَ ْم يَ ْس َم ْع َها‬
ِ ‫علَ ْي ِه ث ُ َّم ي‬
َ ‫َّللاِ تُتْلَى‬
َّ ‫ت‬ ِ ‫) يَ ْس َم ُع آَيَا‬7( ‫َو ْي ٌل ِل ُك ِل أَفَّاكٍ أَثِ ٍيم‬
ٌ ‫عذَابٌ ُم ِه‬
‫ين‬ َ ‫ش ْيئًا ات َّ َخذَهَا ُه ُز ًوا أُولَئِكَ لَ ُه ْم‬ َ ‫) َوإِذَا‬8( ‫ب أ َ ِل ٍيم‬
َ ‫ع ِل َم ِم ْن آَيَاتِنَا‬ ٍ ‫فَبَش ِْرهُ بِعَذَا‬
)9(
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak berdosa,
dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia tetap
menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar
gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui barang sedikit
tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang
memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah: 7-9)
13

)2( ‫شدِي ٍد‬


َ ‫ب‬ َ ‫َو َو ْي ٌل ِل ْل َكافِ ِرينَ ِم ْن‬
ٍ ‫عذَا‬
“Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.” (QS.
Ibrahim: 2)
Dalil Kelima
َ َ‫ف يَ ْلقَ ْون‬
)59( ‫غيًّا‬ َ َ‫ت ف‬
َ ‫س ْو‬ َّ ‫ص ََلة َ َواتَّبَعُوا ال‬
ِ ‫ش َه َوا‬ َّ ‫عوا ال‬ ُ ‫ضا‬ ٌ ‫ف ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم خ َْل‬
َ َ‫ف أ‬ َ َ‫فَ َخل‬
‫صا ِل ًحا‬ َ ‫َاب َوآ َ َمنَ َو‬
َ ‫ع ِم َل‬ َ ‫إِ ََّل َم ْن ت‬
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,
kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS. Maryam : 59)
Dalil Keenam

َّ ‫فَإ ِ ْن ت َابُوا َوأَقَا ُموا ال‬


َّ ‫ص ََلة َ َوآَت َُوا‬
‫الز َكاة َ فَإ ِ ْخ َوانُ ُك ْم ِفي الدِي ِن‬

“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu)
adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan mengerjakan
shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman. Mereka bukanlah mu’min
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

ٌ ‫إ ِِنَّ َما ْال ُمؤْ ِمنُونَ إِ ْخ َوة‬

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)


Barang siapa melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15
siksaan. Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam
kubur, tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh minuman dari telaga surga,
tidak mendapat syafaat dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan datang
dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu neraka jahanam
akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke dalamnya, terjun dengan
kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan Haman di dasar neraka. Orang yang
meninggalkan shalat karena urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi
perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan
akan mati dalam keadaan tidak Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka
Hawiyah.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat hingga
terlewat waktunya, lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80
tahun), sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian
tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
14

Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah
hadis, “Barang siapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja walaupun satu shalat,
namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas berkata, ”Suatu ketika
Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah, janganlah salah seorang dari kami
menjadi orang-orang yang sengsara.’ Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah
kamu siapakah mereka itu?’ Para sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang
meninggalkan sholat. Disebutkan dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan shalat
tanpa alasan yang dibenarkan syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan
memedulikannya, bahkan Allah SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan
umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap
sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya tidak
diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak beriman ketika
roh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina,
mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya
hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang dan
malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada seekor ular
bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan kukunya berupa besi,
kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menyiksamu, karena engkau mengundurkan shalat Subuh hingga terbit matahari,
mengundurkan shalat Dzuhur hingga Asar, mengundurkan shalat Ashar hingga Magrib,
mengundurkan shalat Magrib hingga Isya, dan mengundurkan shalat Isya hingga Subuh,”
kata ular itu. Setiap kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar
3.000 meter, ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat.
Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang
mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima siksa Allah,
di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini berputus asalah kamu dari
rahmat-Nya.
15

Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah,
pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang 70
hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam mulut dan
mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari bagian depan
atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi orang yang
mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu Abas berkata,
”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk membakarnya.”
Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak menyucikannya, dan ia
memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan sholat. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.
Jadi, kesimpulannya orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan ancaman di
dunia dan akhirat. Ancaman di dunia dan di akhirat bagi orang yang meninggalkan shalat
diantaranya yaitu
Ancaman di dunia :
Dicabut keberkahan hidupnyad, Dihapus amal sholehnya, Dicabut keislamannya,
Rizkinya tidak mendapat berkah, Amalnya tidak mendapat pahala, Do’anya ditolak Allah
SWT, Dicabut nyawanya dengan kasar, Merasakan haus yang amat sangat, Merasakan
lapar yang amat sangat.
Ancaman di dalam Kubur :
Badannya dihimpit bumi, Kuburnya gelap gulita, Dinyalakan api dalam kuburnya
Ancaman di padang mahsyar :
Menderita sengsara, panas, lapar dan dahaga, Mendapatkan marah dan laknat dari
Allah SWT, Tangan dan kakinya dirantai dengan bara api dan dilempar ke dalam Neraka
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat berasal dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa. Menurut
pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk perkataan dan
perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan khusyu, dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut syarat-syarat dan rukun –rukun yang
telah ditentukan syara’. Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara
yang mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat
dengan Allah. Shalat mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah
(Mengingat Allah), pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa.
Hikmah yang didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT
dan meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri kita menjadi lebih baik
lagi. Dan barang siapa yang melalaikan sholat, Allah SWT akan menyiksanya dengan
siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun diakhirat kelak.
Pada orang yang tidur dan pingsan, orang gila, dan anak kecil, tidak dibebankan
kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yang ada. Yakni orang yang tertidur
telah bangun dari tidurnya, orang yang pingsan telah siuman dari pingsannya, orang gila
telah pulih dari sakit gilanya atau telah kembali akalnya, sedangkan anak kecil telah datang
masa balighnya, di antaranya dengan tanda mimpi basah (keluar mani) bagi anak laki-laki
dan haidh bagi anak perempuan. Berkaitan dengan orang yang koma/tidak sadarkan diri
maka terbebas/gugur dari kewajiban melaksanakan Sholat, setelah sadar maka punya
kewajiban melaksanakan sholat, sedangkan kewajiban sholat satu minggu selama koma
tidak perlu diganti.
B. Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu secara tepat
waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat dilaksanakan dengan
penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas.
17

DAFTAR PUSTAKA

Abu Fauzan. 2010. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat. Fungsi Shalat dan Manfaat
Shalat_Hikmah Shalat.htm.
Abdillah, Ubaid Ibnu, Keutamaan dan Keistimewaan: Shalat Tahajud, Hajat, Istikharah, dan
Dhuha, Surabaya: Pustaka Media, 2002.
Alim, Zezen Zainal, The Power Of Shalat Dhuha , Jakarta: Qultum Media, 2008.
Al-Munajid, Muhammad. 1998. Kiat Shalat Khusyu’. Jakarta: Gema Insan Press.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardy. 2001. Shalat dalam perspektif Sufi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fikih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana Grafika.
Syarafuddin, dkk. 1995. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPPI UMS.

Вам также может понравиться