Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The
American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk
menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari
37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang
atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir
(Wong, 2008).
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi tumbuh
kembang bayi baru lahir. Namun, pada bayi prematur terjadi beberapa
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya dikarenakan sistem
organ pencernaan yang belum matang. Fungsi menelan dan menghisap
yang belum sempurna menyebabkan bayi prematur memerlukan bantuan
dalam pemberian nutrisi enteral. Perkembangan enzim yang belum
sempurna, pengosongan lambung yang lebih lambat, dan toleransi
rendah terhadap osmolaritas formula akan mempengaruhi frekuensi,
jumlah, dan jenis nutrisi enteral yang tersedia (Mizuno, Ueda. 2003).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi dan menganalisis trend dan isu dan riset
dalam proses asuhan keperawatan di NICU dan PICU.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi bayi prematur.
b) Untuk mengetahui Perawatan Kulit Ke Kulit Pada Bayi
Prematur.
c) Untuk mengetahui pemberian makan melalui NGT pada bayi
prematur.
d) Untuk mengetahui pemberian ASI melalui gavage pada bayi
prematur.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori
1.1. Bayi Prematur
a. Definisi Bayi Prematur
Definisi Bayi Prematur Menurut WHO, bayi prematur adalah
bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung
dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of
Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut
prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37
minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008).
Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan
kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat
badan lahir (Wong, 2008).
b) Ikterus
Ikterus adalah menjadi kuningnya warna kulit, selaput
lendir dan berbagai jaringan karena tingginya zat warna
empedu Ikterus neonatal adalah suatu gejala yang sering
ditemukan pda bayi baru lahir. Biasanya bersifat
fisiologis tetapi dapat juga patologis karena fungsi hati
yang belum matang (imatur) menyebabkan gangguan
pemecahan bilirubin dan menyebabkan hiperbilirubinea.
Bayi yang mengalami ikterus patologis memerlukan
tindakan dan penanganan lebih lanjut (Manuaba, 2009).
4) Gangguan Sistem Peredaran Darah
a) Perdarahan intraventricular haemorrhage (IVH)
Perdarahan kecil dalam lapisan germinal ventrikel
leteral otak sering dijumpai pada pemeriksaan
ultrasonografi bayi prematur, terutama yang mengalami
asfiksia atau masalah pernapasan yang berat yang
mengakibatkan hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia
pada bayi. Keadaan ini menyebabkan aliran darah ke
otak bertambah sehingga mudah terjadi perdarahan pada
otak (Prawirohardjo, 2006).
b) Anemia
Anemia fisiologik pada bayi prematur disebabkan oleh
supresi eritropoesis pasca lahir, persediaan besi janin
yang sedikit, serta bertambah besarnya volume darah
akibat pertumbuhan yang lebih cepat. Oleh karena itu
anemia pada bayi prematur terjadi lebih dini
(Cunningham et al, 2005).
c) Gangguan jantung
Kejadian PDA ( Patent Ductus Arteriosus ) adalah
keadaan yang umum pada bayi prematur. Penutupan
ductus arteriosus yang tertunda akan mengakibatkan
penurunan oksigen ke sirkulasi sistemik sehingga
11
1) Pengaturan suhu
Bayi prematur sangat cepat kehilangan panas badan atau suhu
tubuh bahkan dapat juga terjadi hipothermia, karena pusat
pengaturan suhu tubuh belum berfungsi dengan baik. Oleh
karena itu bayi dirawat dalam inkubator.
Inkubator dilengkapi dengan alat pengatur suhu dan
kelembaban agar bayi dapat mempertahankan suhu normal.
Suhu inkubator untuk bayi kurang dari 2000 gram adalah 35˚C
dan untuk berat 2000-2500 gram maka suhunya 34˚C agar
bayi dapat mempertahankan suhunya sampai 37˚C
(Prawirohardjo, 2006).
2) Pencegahan infeksi
Bayi prematur sangat rentan terhadap infeksi karena kadar
immunoglobulin yang masih rendah, aktifitas bakterisidial
neutrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah, fungsi
imun belum dapat mengidentifikasi infeksi secara aktual. Bayi
akan mudah menghadapi infeksi terutama infeksi nosokomial
(Manuaba, 2008). Perawatan umum yang bias dilakukan
adalah tindakan aseptik, mempertahankan suhu tubuh,
membersihkan jalan nafas perawatan tali pusat dan
memberikan cairan melalui infus.
13
5) Membantu beradaptasi
Perawatan di rumah sakit pada bayi yang tidak mengalami
komplikasi bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan
lingkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan memenuhi
kriteria pemulangan biasanya sudah dibolehkan dibawa
pulang. Beberapa Rumah Sakit yang menggunakan patokan
berat badan untuk pemulangan bayi prematur, sebagai contoh
bayi prematur diperbolehkan pulang jika berat minimal 2 kg
atau 2000 gram (Maulana, 2008).
6) Pemberian Oksigen
Ekspansi paru yang memburuk merupakan masalah serius
bagi bayi prematur yang dikarenakan tidak adanya surfaktan.
Kadar oksigen yang tinggi akan menyebabkan kerusakan
jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
(Manuaba, 2009).
7) Bantuan pernapasan
Segera setelah lahir jalan napas orofaring dan nasofaring
dibersihkan dengan isapan yang lembut. Pemberian terapi
oksigen harus hati-hati dan diikuti dengan pemantauan terus
menerus tekanan oksigen darah arteri antara 80-100 mmHg.
Untuk memantau kadar oksigen secara rutin dan efektif dapat
digunakan elektroda oksigen melalui kulit (Surasmi,
Handayani, dan Kusuma 2003).
8) Mengkaji kesiapan untuk intervensi terpilih yaitu beri
stimulasi bila perlu pada status bayi dan kesiapannya, dorong
fleksi pada posisi telentang dengan menggunakan gulungan
selimut, berikan bayi pembatas tubuh melalui pembedongan
atau menggunakan gulungan selimut pada tubuh dan kakinya
(Straight, Barbara R 2005).
15
Bayi preterm sangat rentan terhadap stres seperti manusia lain, tetpi
secara biologis defisien dalam hal kapasitas untuk mengatasi dan
beradaptasi dengan stres lingkungan . stres mempengaruhi fungsi
hipotalamus, yang berpengaruh buruk pada pertumbuhan, produksi
panas, dan mekanisme neurologis. Intervensi yang dirancang untuk
mengurangi stres pada bayi prematur menghasilkan perbaikan dalam
tingkah laku tidur dan pertumbuhan. Perawat memiliki pengaruh yang
bermakna untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bayi di NICU,
misalnya penanganan lembut, pemberian posisi yang benar, dan
penguranagn rangsang noxious ( penghilang nyeri ) dapat membantu
mengurangi stres dan pemberian intervensi yang memadai akan
mengurangi tingkah laku disorganisasi.
Kontak kulit ke kulit antara orang tua dan bayi, selain merupakan metode
aman dan efektif untuk perkenalan orang tua –bayi BBLR, dapat juga
memiliki efek penyembuhan positif bagi ibu dengan kehamilan risiko
tinggi. Ibu akan mengalami penyembuhan psikologis sehubungan
dengan kelahiran preterm dan memperoleh kembali peran keibuan
melalui kontak kulit ke kulit awal dengan bayi BBLSR ( affonso dkk,
1993 ).
Pada bayi lahir yang cukup bulan, kontak kulit ke kulit memiliki efek
analgesik yang kuat selama prosedur seperti lanset tumit ( Gray, Watt,
dan Blass, 2000 ) riset juga memperlihatkan bahwa bayi BBLR yang
mendapat kontak kulit ke kulit sambil diberi ASI dapat mempertahankan
saturasi oksigen dan jarang sekali mengalami desaturasi di bawah 99%,
dan kemungkinan ibunya akan meneruskan pemberian ASI di rumah
sakit maupun 1 bulan di rumah setelah pemulangan ( Bier dkk, 1996 ).
kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi
sebagai pengganti dari inkubator. Teknik menerapkan PMK pada
bayi BBLR
e) Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-
jari lainnya, agar kepala bayi tidak tertekuk dan tidak
menutupi saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak.
PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator
dengan durasi minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari
atau disebut PMK intermiten. Sedangkan PMK yang diberikan
sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat gabung atau ruangan
yang dipergunakan untuk perawatan metode kanguru disebut PMK
kontinu.
22
Nutrisi merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi tumbuh
kembang bayi baru lahir. Namun, pada bayi prematur terjadi beberapa
hambatan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya dikarenakan sistem
organ pencernaan yang belum matang. Fungsi menelan dan menghisap
yang belum sempurna menyebabkan bayi prematur memerlukan bantuan
dalam pemberian nutrisi enteral. Perkembangan enzim yang belum
sempurna, pengosongan lambung yang lebih lambat, dan toleransi
rendah terhadap osmolaritas formula akan mempengaruhi frekuensi,
jumlah, dan jenis nutrisi enteral yang tersedia (Mizuno, Ueda. 2003).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh perawat saat memberikan
trophic feeding pada bayi prematur, diantaranya jumlah dan karakteristik
residu lambung, posisi bayi, temperatur susu, dan cara pemberian.
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam dalam manajemen bayi BBLR
dan preterm, namun terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi mereka. Berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang . semakin imatur seorang bayi, semakin banyak
masalahnya. Selain itu, kebutuhan nutrisi untuk kelompok bayi ini tidak
di ketahui dengan pasti. Diketahui bahwa semua bayi preterm beresiko
karena buruknya cadangan nutrisi dan berbagai karakter fisik dan
perkembangannya.
Bila tingkah laku ini mulai tampak, bayi dapat dicoba dengan pemberian
makan melaui dot yang diberikan perlahan.
Bayi dapat digendong selama pemberian gavage oleh perawat atau orang
tua. Oksigen dapat diberikan melalui kanul nasal untuk memudahkan
penanganan. Tidak direkomendasikan membawa bayi jauh dari sumber
oksigen saat memberi makan, karena akan menurunkan ketersediaan
oksigen. Oksigen tambahan dapat diberikan bila ada episode pendek
desaturasi, namun kurang adekuat untuk durasi pemberian makanan,
baik melalui gavage atau dot. Selain itu, pengisapan empeng non-nutritif
dapat membantu bayi mampu menghubungkan antara penghisapan dan
kepuasan makan. Bila dibandingkan dengan bayi BBLR yang lain, maka
mereka yang diberikan isapan non-nutritif, hanya memerlukan lebih
sedikit pemberian makan melalui slang, memperlihatkan pertambahan
berat badan yang lebih baik, bisa di pulangkan lebih awal dan
komplikasinya lebih sedikit. Isapan non-nutritif juga meningkatkan
oksigenasi selama pemberian makan.
30