Вы находитесь на странице: 1из 18

KERANGKA MODUL DIKLAT

PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)/


FAMILY DEVELOPMENT SESSION (FDS)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

KEMENTERIAN SOSIAL
REPUBLIK INDONESIA

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
KEMENTERIAN SOSIAL SOSIAL RI
2014

1
TIM PENYUSUN MODUL TOT DAN DIKLAT FDS PKH 2014:

Koordinator:
• Dr. Joyakin Tampubolon, MSi.

Penlis Modul Awal:


1. Dina (Pendidikan/World Bank)
2. Citra (Ekonomi/World Bank)
3. OT dan Rizang Rimba Admaja (Kesehatan/Unicef)
4. Hadi Utmo (Perlindungan Unicef)

Penulis (Revisi):
1. Dr. Joyakin Tampubolon, MSi
2. Drs. Afrinaldi, Msi
3. Dra. Umi Badri, MSi
4. Mujiastuti, S.Pd
5. Dra. Mutaqin, MSi
6. Dr. Sri Tjahyorini, MSi.
7. Drs. Lina Masraulina, MA
8. Drs. Bambang Triasmono, MSI
9. Dra. Lilis Susilawati, MSi
10. Dra. Yani Aryani, MSi
11. Dr. Warsono, MSi
12. Drs. Deden Djuanda, MSi
13. Dra. Wuryanti, Msi
14. Dra. R. Wina, MSi
15. Drs. Heman, Msi
16. Endang
17. Budi

Pembahasan:
1. Drs. Suharyanto, MPM
2. Dra. Siti Rejeki, MSi
3. Dra. Dani, MSi
4. Drs. Ahmad, Msi
5. Dra. Enung Haripan, Msi
6. Dra. Helly, MSi
7. Dra. Endah, Msi
8. Dra. Ely Desnaili
9. Drs.Tasnah, Msi
10. Dra. Marlina
11. Drs. Sobirin, MSi

2
KERANGKA MODUL DIKLAT
PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)/
FAMILY DEVELOPMENT SESSION (FDS)
PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)
TAHUN 2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Permasalahan kesejahteraan sosial bermula dari permasalahan internal yang ada dalam
keluarga. Perubahan paradigma saat ini mengedepankan pelayanan yang berbasis
pendekatan pelayanan terintegrasi, komprehensi, dan preventif yang berpusat pada
keluarga dan masyarakat. Pergerakan proses perubahan paradigma ini sangat
memerlukan dukungan kerangka pengetahuan dan praktek yang mengarah pada
penyempurnaan program dengan sasaran keluarga sangat miskin (KSM).
Melalui Program Keluarga Harapan (PKH) bagi KSM berupa bantuan tunai bersyarat
(conditional cash transfer) dengan sasaran ibu hamil, ibu nifas, balita dan anak yang
berada pada pendidikan dasar.
Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) merupakan
program yang menekankan pada penguatan keluarga agar mampu menjalankan fungsi
kesehatan, pendidikan, ekonomi sehingga mampu memberi perlindungan terhadap
anggota keluarganya, terutama anak-anak.
Untuk menjawab kebutuhan terebut maka perlunya meningkatkan sumber daya
manusia para pendamping melalui pendidikan dan pelatihan Pemberdayaan Masyarakat
melalui Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) PKH agar memiliki kompetensi guna
memberi pendampingan kepada KSM
Agar diklat efektif maka perlu kerangka modul guna penyelenggaraan diklat yang
memuat 4 komponen besaran yaitu (1) Kesehatan dan giza (2) Pengasuhan dan
Pendidikan Anak (3) Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha dan (4) Perlindungan
anak.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Perlindungan Anak
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi Publik;
4. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

3
5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011, tentang Penanganan Fakir Miskin
6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 2013 tentang Pelayanan Sosial Bagi Fakir
Miskin.
7. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional.
8. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan yang Berkeadilan.
point lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan;
9. Inpres Nomor 1 Tahun 2013, tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi point
lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran Bantuan Langsung Tunai
Bersyarat bagi Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai Peserta Program Keluarga
Harapan;
10. Keputusan Presiden RI No. 34 Tahun 1972 Tentang Tanggung Jawab Fungsional
Pendidikan dan Pelatihan.
11. Peraturan Presiden RI Nomor 62 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Orgaisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia.
12. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 39/HUK/2003, Tentang Kebijakan dan Program
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial.
13. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 44/HUK/2003, Tentang Sistem Kesejahteraan
Sosial Nasional.
14. Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 129/HUK/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Pelayanan Kesejahteraan Sosial.
15. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 39/HUK/2003 Tentang Kebijakan dan Program
Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Kesejahteraan Sosial.
16. Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 53/HUK/2003 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial.
17. Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2013, Tentang Pedoman Pelayanan Terpadu
dan Gerakan Masyarakat Peduli Kabupaten/Kota Sejahtera.
18. Keputusan Kepala Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Nomor
26/Balatbangsos/S/SK/VII/2004 Tentang Rencana Induk Pengembangan Sumber Daya
manusia Kesejahteraan Sosial Melalui Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2005-2010;

C. TUJUAN KURIKULER
Tujuan kurikuler modul ini :
1. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang peningkatan status gizi; perilaku hidup
bersih dan sehat; mengenal tanda-tanda masalah kesehatan dan gizi; memberikan
motivasi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar dan mampu bekerjasama
dengan kader posyandu dan petugas kesehatan.

4
2. Meningkatkan pemahaman orang tua tentang pentingnya pola asuh yang baik di
rumah dan pentingnya pendidikan untuk kesuksesan anak di masa yang akan datang.
3. Memberikan pengetahuan dasar dan mengasah keterampilan dalam mengelola
pendapatan dan pengeluaran serta merencanakan usaha.
4. Meningkatan pemahaman orangtua terhadap kekerasan, penelantaran dan eksploitasi
terhadap anak.

D. KOMPETENSI DASAR
Setelah tersusunnya modul Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan
Kemampuan Keluarga (P2K2) fasilitator dan peserta diharapkan memiliki kompetensi
sebagai berikut:
1. Kompetensi pendidikan:
a. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana peran
sebagai orang tua yang baik.
b. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana
bagaimana berperilaku baik.
c. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana cara
belajar anak usia dini.
d. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana orang tua
dapat membantu agar anak sukses di sekolah.
2. Kompetensi ekonomi:
a. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana
pengelolaan keuangan dalam keluarga.
b. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana cara
cermat meminjam dan menabung.
c. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana cara
memulai usaha.
3. Kompetensi kesehatan dan Gizi:
a. Mampu menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana pentingnya 1000 hari
pertama kehidupan, gizi ibu hamil dan Pelayanan ibu hamil.
b. Mampu menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana persalinan dan masa
nifas, Air susu ibu, makanan pendamping ASI.
c. Mampu menjelaskan dan memberikan contoh bagaimana BAB di jamban dan cuci
tangan pakai sabun dan Kesakitan pada anak.
4. Kompetensi perlindungan anak :
a. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana cara
pencegahan Kekerasan terhadap Anak.
b. Mampu menjelasakan, menerapkan dan memberikan contoh bagaimana cara
pencegahan penelantaran dan Eksploitasi terhadap Anak.

5
E. PENGERTIAN
1. Kerangka modul adalah kurikulum yang berisikan mata diklat dan silabi materi
pelajaran dari suatu program Diklat yang diberikan oleh suatu lembaga tertentu.
2. Jam Pelatihan adalah satuan atau ukuran satuan dalam menit lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk menyampaikan suatu materi tertentu kepada peserta sehingga
peserta dapat memahami materi yang dimaksud. Untuk di lingkungan Pusdiklat
Kesejahteraan Sosial lama satu jam pelatihan adalah 45 menit.
3. Metode pembelajaran adalah cara atau pendekatan yang dipergunakan dalam
menyajikan atau menyampaikan materi kepada para peserta sehingga dengan mudah
dapat dimengerti dan dipahami oleh para peserta. Metode adalah suatu pilihan yang
disesuaikan dengan konten materi. Tidak ada suatu metode yang paling baik
dibandingkan dengan metode yang lainnya. Metode sangat tergantung pada konten
materi dan tujuan yang akan dicapai.
4. Media pembelajaran diartikan sebagai alat bantu proses belajar yang dapat
dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan keterampilan
peserta.
5. Program keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial melalui
pemberian uang tunai kepada keluarga sangat miskin selama keluarga tersebut
memenuhi kewajibannya. Program ini merupakan program lintas sektoral
Kementerian dan Lembaga, yang terdiri dari Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan
Nasional, Kementerian Agama, Kementerian Komunikasi dan lnformatika, dan Badan
Pusat Statistik. PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan
kemiskinan lainnya di bawah koordinasi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
(TKPK), baik di Pusat maupun di daerah.
6. Pendampingan adalah suatu proses memfasilitasi, membantu, mendampingi,
memotivasi, mendorong peserta PKH sehingga mampu melaksansanakan
kewajibannya, mendapatkan haknya sesuai ketentuan, dan memanfaatkan bantuan
yang diterima secara optimal untuk kesejahteraan keluarga.
7. Pendamping adalah sumber daya manusia yang direkrut dan ditetapkan oleh
Kementerian Sosial sebagai pelaksana pendampingan peserta PKH di tingkat
Kecamatan.
8. Diklat Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2)
adalah pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi peserta sebagai
pendamping PKH untuk meningkatkan kompetensi dalam melakukan transformasi
6
keterampilan menjalankan fungsi pendidikan, ekonomi, kesehatan dan perlindungan
terhadap keluarga sangat miskin.
9. Sekuens adalah suatu urutan materi diklat yang terstruktur dan sistematis. Sekuens
dibuat untuk membantu dan mempermudah para peserta memahami seluruh materi
dan proses diklat.

7
BAB II
STRUKTUR MODUL
PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)

A. TAHAPAN PENYUSUNAN MODUL


1. Penyusunan modul FDS ini, merupakan lanjutan dari modul yang sudah disusun oleh
Tim World Bank dan Tim Unicef namun belum bentuk format modul sesuai dengan
standar diklat. Untuk itu perlu dilakukan penyempurnaan sehingga seragam dan
sesuai dengan standar diklat. Dalam kaitan itu, dilakukan beberapa tahapan kegiatan,
yang meliputi:
a. Identifikasi materi modul yang ada
b. Brainstorming hasil identifikasi materi
c. Workshop hasil brainstorming
d. Penyempurnaan (penulisan) modul
e. Seminar hasil penulisan
f. Finasliasi modul
2. Dalam setiap proses tahapan selalu mengundang nara sumber yang berkompeten
pada bidangnya untuk menguji validitas hasil penyempurnaan.

B. MODUL PELATIHAN
Ruang lingkup Modul pelatihan terdiri dari:
1. Kebijakan FDS dalam PKH
2. Pengasuhan dan Pendidikan Anak
3. Pengelolaan Keuangan dan Perencanaan Usaha
4. Kesehatan dan Gizi
5. Perlindungan Anak
6. Praktek Belajar Lapangan (PBL)
7. Pelaksanaan Praktek Kelas (Simulasi/Role Playing)
8. Pelaksanaan Revieu Materi Praktek Kelas
9. Pelaksanaan PBL
10. Pelaksanaan Revieu Materi Praktek Belajar Lapangan (PBL)

C. PENGGUNAAN MODUL
1. Materi dan Jam Pelatihan

8
a. Materi Diklat Pertemuan Peningktan Kesejahteraan Keluarga (P2K2)terdiri dari 6
modul dan 12 sesi. Jumlah jam pelatihan keseluruhan 145 jam pelatihan atau 16
hari. Jadi 1 hari rata-rata 8 jam pelatihan @ 45 menit. Adapun rinciannya sebagai
berikut:

NO MATERI PELATIHAN JAMLAT


A MATERI DASAR
Modul 1: Kebijakan FDS dalam PKH 2
1
Jumlah Materi Dasar 2
B MATERI INTI
Modul 2: Pengasuhan Dan Pendidikan Anak
Sesi 1: Menjadi Orangtua yang Lebih Baik 10
Sesi 2: Memahami Perilaku Anak 6
1
Sesi 3: Memahami Cara Anak Usia Dini Belajar 8
Sesi 4: Membantu Anak Sukses di Sekolah 7
Jumlah 31
Modul 3: Pengelolaan Keuangan Dan Perencanaan Usaha
Sesi 8: Mengelola Keuangan Keluarga 7
2 Sesi 9: Cermat Meminjam Dan Menabung 8
Sesi 10: Memulai Usaha 7
Jumlah 22
Modul 4: Kesehatan Dan Gizi
Sesi 5: Pentingnya 1000 hari Pertama Kehidupan 7
3 Sesi 6: Anak dan Balita 8
Sesi 7: Higinitas, Sanitasi dan Penyakit 7
Jumlah 22
Modul 5 : Perlindungan Anak
Sesi 11 : Pencegahan Kekerasan terhadap Anak 7
4
Sesi 12 : Pencegahan Penelantaran dan Eksploitasi 8
Jumlah 15
Modul 6: PBL (4 hari dilaksanakan secara terpisah
5 40
masing-masing 1 hari)
Jumlah (Materi Inti) 130
C PENUNJANG
1 Pengarahan Teknis 1
2 Pengantar dan Penjelasan Modul 4
Pemutaran Film Dokumenter Pelaksanaan Praktek Kelas
3 2
dan Lapangan

9
4 Diskusi Strategi Pelaksanaan Pelatihan FDS PKH 1
5 Pembukaan dan Penutupan 4
6 Evaluasi Penyelenggaraan 1
Jumlah Penunjang 13
Total 145

2. Prosedur
Proses pembelajaran modul pada prinsipnya mengintegrasikan 7 (tujuh) tahap seperti
berikut :
a. Simulasi materi, yaitu fasilitator menimulasikan atau mempraktekkan materi yang
akan disampaikan kepada peserta, sekaligu waktu ini dimanfaatakan untuk Tanya
jawab dengan peserta. Dalam simulasi ini metoda yang ditetapkan: ada
penjelasan, ada brainstorming, ada paparan, ada pemecahan kasus, ada role
playing, diskusi, ada tayangan video, ada tanya jawab, ada evaluasi terhadap
proses simulasi.
b. Review simulasi, yaitu suatu tahapan dimana setelah fasilitator selesai
mensimulasikan sesi tertentu kemudian diadakan review menyeluruh terhadap
proses simulasi yang dilakukan.
c. Pengenalan materi, yaitu suatu tahapan di mana fasilitator harus memaparkan
kerangka setiap materi sesi dalam kelompok kexil sebelum dipraktekkan oleh
peserta dalam kelompoknya masing-masing.
d. Praktek materi, yaitu tahapan mensimulasikan atau mempraktekkan kembali oleh
peserta sesi atau materi yang sudah disimulasikan oleh fasilitator. Dalam proses
praktek ini, peserta mempraktekkan langkah yang ada dalam setiap sesi, peserta
yang lain berperan sebagai KSM, mengajukan pertanyaan. Dalam praktek ini
metoda yang ditetapkan: ada penjelasan seperti layaknya seorang fasilitator, ada
brainstorming, ada paparan, ada diskusi, ada pemecahan kasus, ada role playing,
ada tanya jawab, ada tayangan video, ada review terhadap hasil praktek. Dalam
posisi yang terakhi ini peserta juga berperan sebagai pengamat dalam kaitannya
dengan proses belajar.
e. Review praktek, yaitu suatu tahapan dimana setelah kelompok kecil peserta
selesai mempraktekkan sesi tertentu kemudian diadakan review secara
menyeluruh terhadap semua proses praktek dalam lingkup kelompok kecil.
f. Debriefing dan briefing, yaitu suatu tahapan dimana Tim Fasilitator dan Panitia
berkumpul setiap hari setelah semua proses belajar selesai dilaksanakan untuk 1
hari pertemuan.
g. Praktek belajar lapangan, yaitu suatu tahapan praktek belajar dalam kehidupan
nyata dengan KSM di mana setelah satu modul dalam materi inti selesai

10
dilaksanakan. Tahapan ini bertujuan untuk mempraktekkan secara langsung sesi
dari setiap materi.
h. Review praktek, yaitu suatu tahapan dimana setelah praktek belajar lapangan
selesai dilaksanakan dan peserta kembali ke penginapan, diadakan review kelas
besar untuk menyampaikan hasil praktek dari setiap kelompok.
i. Untuk Diklat FDS PKH tidak dilakukan criteria kelulusan, pre test dan post test
karena para peserta adalah pendamping yang sudah siangakt dan bertugas
langsung di masyarakat (KSM.

3. Metode
Metode pembelajaran yang digunakan dalam modul ini meliputi:
a. Simulasi, yaitu suatu proses pembelajaran dengan memperagakan bagaimana
kondisi yang sebenarnya.
b. Curah Pendapat (branstorming), metode untuk mengetahui pengetahuan,
kemampuan serta pengalaman peserta berkaitan dengan pokok bahasan materi
pelatihan.
c. Ceramah dan Tanya Jawab, fasilitator/ widyaiswara memberikan uraian tentang
substansi-substansi pokok yang terkandung dalam setiap materi pelatihan. Peserta
mengajukan pertanyaan atau mengemukakan pendapatnya tentang topik.
Fasilitator/ widyaiswara memberikan jawaban atau penjelasan atas pertanyaan
atau tanggapan peserta.
d. Permainan Peran (Role playing), metode peragaan perilaku oleh fasilitator/
widyaiswara maupun peserta atas suatu konsep, sikap maupun keterampilan
tertentu yang telah disiapkan sebelumnya. Setelah permainan fasilitator/
widyaiswara bersama peserta memberikan tanggapan dan evaluasi atas pelatihan
peran tersebut. Kegiatan ini dapat dilakukan di kelas maupun di lapangan.
e. Praktek kelas, yaitu suatu proses mempraktekkan sesi dalam kelompok kecil
sesuai dengan langkah yang sudah ada.
f. Diskusi Kelompok dan Pleno, peserta dibagi dalam kelompok-kelompok. Tiap
kelompok mendiskusikan suatu materi atau kasus sesuai dengan pedoman diskusi/
lembar kerja yang telah dipersiapkan. Fasilitator/ widyaiswara mendampingi
peserta selama proses diskusi. Hasil diskusi dirumuskan dalam suatu laporan yang
akan disampaikan masing-masing kelompok dalam diskusi pleno. Pada diskusi
pleno tiap kelompok memberikan tanggapannya terhadap hasil diskusi kelompok
lain. Fasilitator/ widyaiswara memberikan tanggapan atas materi dan jalannya
diskusi.
g. Review, yaitu suatu proses untuk memahami, mendalami, dan mengupas suatu
sesi yang sudah di simulasikan atau dipraktekkan.

11
h. Studi Kasus, peserta mendiskusikan suatu kasus. Kasus dapat diambil dari
pengalaman peserta atau telah dipersiapkan sebelumnya oleh fasilitator/
widyaiswara. Studi kasus merupakan metode untuk memberikan kesempatan
kepada peserta untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilannya dalam
memecahkan masalah-masalah empirik dalam tugas atau kehidupannya.
i. Tayangan Video, program tayangan video untuk membantu pemahaman dan
keterampilan peserta terhadap materi pelatihan, sekaligus sebagai modelling
perilaku, gambaran tentang setting, atau kondisi sosial. Program video
dipersiapkan sebelumnya. Peserta memberikan tanggapan atau pertanyaan atas
program video. Fasilitator/ widyaiswara bersama peserta memberikan penjelasan
atau klarifikasinya.
j. Penugasan/ Uji coba, peserta baik secara perseorangan atau kelompok diberikan
tugas-tugas yang harus dilakukan atau diselesaikan. Penugasan untuk melatih
keterampilan peserta dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang telah
disampaikan sebelumnya. Setelah penugasan fasilitator/ widyaiswara dan peserta
membahas bersama-sama hasil dan pengalaman dalam melaksanakan tugas
tersebut.

4. Media
a. Papan Tulis (whiteboard);
b. Modul FDS PKH yang berisi proses pembelajaran dan materi pelatihan yang akan
disampaikan kepada peserta.
c. Lembar kasus, yakni kasus-kasus yang akan dibahas oleh peserta yang disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran dan sub pokok bahasan dalam materi pelatihan.
d. Lembar kerja, yakni bahan yang dipersiapkan sebagai pedoman bagi peserta dalam
melaksanakan tugas-tugas diskusi kelompok maupun tugas-tugas individu.
e. Tayangan video hasil pelaksanaan PKH yang relevan, yakni tayangan yang
memberikan gambaran secara audio visual kepada peserta guna memperjelas
proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
f. Pedoman Praktik Belajar Lapangan (PBL)
g. Alat Tulis / Spidol;
h. Projector + layar;
i. Komputer/Laptop;
j. Alat peraga yang terkait;
k. CD Driver/Video

5. Fasilitas
a. Plastik Transparan

12
b. Kertas Plano (flipchart)
c. Spidol transparan (boardmarker)
d. TV, VCD, LCD, DVD, MP3, MP4
e. Wireless
f. Ruang Diskusi
g. Ruang Kelas
h. Aula
i. Perpustakaan
j. Lapangan Olah Raga

13
BAB III
PENYELENGGARAAN DIKLAT
PERTEMUAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)

A. PRINSIP
Ada beberapa prinsip pembelajaran yang diterapkan dalam modul ini, antara lain:
1. Kesiapan, artinya fasilitator/ widyaiswara memiliki kesiapan sebelum memberikan
materi dengan mempersiapkan dan membaca bahan-bahan yang akan disampaikan.
2. Partisipasi, artinya fasilitator/ widyaiswara dan peserta terlibat secara aktif dalam
proses pembelajaran baik dalam mengajukan pertanyaan, melaksanakan tugas-tugas
terstruktur maupun dalam mengembangkan metode dan materi pelatihan.
3. Demokrasi, artinya pelatihan bersifat terbuka dan setara di mana seluruh peserta
pelatihan memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam mengemukakan
argumentasinya secara aktif dan terbuka.
4. Kapabilitas, artinya fasilitator/ widyaiswara memiliki kapasitas yang memadai dalam
menguasai materi pelatihan. Peserta memiliki kompetensi dasar yang diperlukan
sesuai dengan pelatihan yang diikutinya.
5. Penggunaan Alat Bantu, artinya proses pembelajaran hendaknya disertai dan
didukung oleh alat bantu pelatihan yang memadai seperti audio visual dan multi
media yang dapat memudahkan pencapaian tujuan pelatihan/ pembelajaran.
6. Praktis, artinya materi pelatihan disampaikan dengan bahasa sesuai dengan
kehidupan sehari-hari KSM, disertai dengan contoh-contoh dan kasus-kasus yang ada
dan berkembang dalam kehidupan masyarakat tersebut.

B. SYARAT-SYARAT PELATIHAN
1. Tersedia Modul FDS yang menjadi pegangan bagi peserta.
2. Sudah dilakukan TOT FDS PKH.
3. Tersedia lokasi dan warga masyarakat untuk menjadi sasaran PBL.
4. Ada persetujuan dari Ditjen Jamsos untuk pemanggilan Pendamping PKH sebagai
peserta diklat.

C. LAMA PELATIHAN
1. Pelatihan P2K2 PKH berlangsung selama 16 hari dengan jumlah jam pelatihan 145 jam
pelatihan.
2. Pelatihan dilaksanakan di BBPPKS seluruh Indoensia.

14
D. PESERTA
1. Pendamping PKH tahun 2007 dan 2008 dan ditetapkan oleh Direktorat Jaminan
kesejahteraan Sosial
2. Jumlah peserta untuk 1 angkat adalah sebesar 30-38 orang

E. TENAGA PELATIH
Narasumber/Fasilitator, yang terdiri dari:
1. Widyaiswara Kementerian Sosial dan sudah pernah mengikuti MOT FDS PKH.
2. Penyusun Modul TOT/Diklat FDS PKH
3. Pejabat Struktural Kementerian Sosial RI
4. Pejabat Struktural dari Instansi terkait yang membidangi penanganan PKH
5. Tenaga Ahli / Praktisi / Konsultan yang membidangi dan sudah mengikuti TOT FDS PKH

F. ATURAN PEMBELAJARAN
1. Fasilitator dan Peserta wajib mematuhi tata tertib yang berlaku selama diklat di
selenggarakan.
2. Lama penyelenggaraan diklat disesuaikan dengan ketentuaan yang telah di sepakati
sesuai dengan kebutuhan diklat.
3. Menggunakan metode pembelajaran androgogi dengan Bobot pelaksanaan diklat
yaitu 70 % praktik 30% teori

G. EVALUASI
1. Penyelenggaraan Diklat
a. Penilaian terhadap kepanitiaan
b. Penilaian terhadap penyelenggaraan
c. Penilaian terhadap bahan ajar
d. Penilaian terhadap proses pembelajaran
e. Penilaian terhadap fasilitator
f. Penilaian terhadap sarana prasarana
2. Evaluasi Peserta
a. Kedatangan peserta dilakukan FREE TEST
b. Penilaian keaktifan dalam proses pembelajaran
c. dilakukan ujian tertulis kepada peserta diklat
d. Di akhir penyelenggaraan diklat dilakukan POST TEST

H. INDIKATOR KEBERHASILAN
1. Terlaksananya penyelenggaraan diklat sesuai dengan tujuan
2. Peserta mampu mempraktekkan bagaimana pola pengasuhan anak
3. Peserta mampu mempraktekkan bagaimana pola pengelolaan dan keuangan

15
4. Peserta mampu mempraktekkan peningkatan kesehatan dan gizi
5. Peserta mampu mempraktekkan bagaimana memberikan perlindaungan terhadap
anak

BAB IV:
MODUL PELATIHAN
(Materi ada di Folder Modul masing-masing yg terdiri dari: proses belajar, materi bahan
bacaan, power poin, lembar kasus, lembar diskusi, lembar kerja, video animasi, film, lembar
evaluasi, dll)

MODUL 1: KEBIJAKAN FDS DALAM PKH

MODUL 2: PENGASUHAN DAN PENDIDIKAN ANAK

MODUL 3: PENGELOLAAN KEUANGAN DAN PERENCANAAN USAHA

MODUL 4: KESEHATAN DAN GIZI

MODUL 5: PERLINDUNGAN ANAK

MODUL 6: PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN (PBL)

16
BAB V
PENUTUP

Modul ini membahas tentang modul pendidikan, ekonomi, kesehatan dan perlindungan anak
yang disusun sebagai acuan dan referensi bagi fasilitator, penyelenggara diklat dan peserta
sebagai pedoman selama diklat Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan Kemampuan
Keluarga (P2K2) PKH berlangsung.

Pencapaian tujuan modul dilakukan melalui proses pembelajaran orang dewasa (andragogi)
dengan penekanan pada partisipasi aktif peserta dan lebih memperbesar bobot praktek
daripada teori (70% praktek 30% teori).

Untuk kesempurnaan isi modul, membuka kesempatan untuk dikoreksi dan dikritisi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat
melalui Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) Program Keluarga Harapan.

Demikian modul diklat ini dibuat untuk dipergunakan oleh pihak-pihak yang terkait oleh
penyelenggaraan Pemberdayaan Masyarakat melalui Peningkatan Kemampuan Keluarga
(P2K2) Program Keluarga Harapan.

17
LITERATUR

Allen, N.J.& Meyer,J.P, 1993, Organizational Commitment: Evidence of Career stage Effects,
Jurnal of Business Researh.
Aulia, Tessa F. 2009. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan dan Kemiskinan Aspek Sosial
Budaya. Jakarta Draft Laporan Final Hibah Multidisiplin Universitas Indonesia
Carles Garvin. Contemporary Group Work. (Penyadur: Herry Koswara dkk, 1999). Bandung:
KOPMA STKS.
Cut Zurnally,2010, “Learning Organization, Competency, Organizational Commitment and
Customer Orientation”: Knowledge Worker-Kerangka Riset Manajemen Sumber Daya
Manusia di Masa Depan. Bandung: Penerbit Unpad Press.
Davis, Keith & Davis, John W.Newsstrom. 1996. Perilaku dalam Organisasi, Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Gisela Hagemann, 1993, Motivasi untuk Pembinaan Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Kementerian Sosial, 2010: Modul Diklat Pendamping dan Operator Program Keluarga
Harapan (PKH). Jakarta: Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Pedoman Umum Program Keluarga Harapan (PKH).
Jakarta: Direktorat Jaminan Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Pedoman Operasional Kelembagaan. Jakarta: Direktorat
Jaminan Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Buku Kerja Pendamping PKH. Jakarta. Direktorat Jaminan
Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Pedoman Operasional PKH bagi Pemberi Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Direktorat Jaminan Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Pedoman Operasional PKH bagi Pemberi Pelayanan Pendidikan.
Jakarta: Direktorat Jaminan Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Kementerian Sosial RI. 2013. Pedoman Sistem Informasi Manajemen (SIM-PKH). Jakarta:
Direktorat Jaminan Sosial Dirjen Linjamsos. Kementerian Sosial.
Pusdiklat Kesejahteraan Sosial. 2012. Modul Diklat Pendamping PKH. Jakarta:
Pusdiklat Kesejahteraan Sosial.

18

Вам также может понравиться