Вы находитесь на странице: 1из 14

PEDOMAN KERJA

ANTARA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAN

TENTARA NASIONAL INDONESIA

NOMOR : B/81/XII/2018
NOMOR : Kerma/54/XII/2018

TENTANG

PERBANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA


KEPADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DALAM RANGKA MEMELIHARA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

Jakarta, 11 Desember 2018


1

DAFTAR ISI

Halaman:
BAB I PENDAHULUAN
1. Umum 2
2. Dasar 3
3. Maksud dan Tujuan 3
4. Ruang Lingkup dan Tata Urut 3
5. Pengertian 4

BAB II PRINSIP DAN POKOK PERBANTUAN


6. Prinsip Perbantuan 5
7. Pokok Perbantuan 6

BAB III ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA DAN PEMBIAYAAN


8. Administrasi 10
9. Sarana Prasarana 10
10. Pembiayaan 10

BAB IV INSTRUKSI DAN KOORDINASI


11. Instruksi 11
12. Koordinasi 11

BAB V KOMANDO DAN PENGENDALIAN


13. Komando 12
14. Pengendalian 12

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI


15. Monitoring 12
16. Evaluasi 12

BAB VII KETENTUAN LAIN


17. Perubahan (Adendum) 13
18. Masa Berlaku 13

BAB VIII PENUTUP


Penutup 13
2

PEDOMAN KERJA

ANTARA

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAN

TENTARA NASIONAL INDONESIA

NOMOR : B/81/XII/2018
NOMOR : Kerma/54/XII/2018

TENTANG

PERBANTUAN TENTARA NASIONAL INDONESIA


KEPADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DALAM RANGKA MEMELIHARA KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan alat negara yang


berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan
dalam negeri.

b. Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan alat pertahanan negara yang


dalam melaksanakan tugas pokoknya dilakukan dengan Operasi Militer untuk
Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Salah satu tugas
TNI dalam OMSP adalah membantu Polri dalam rangka tugas Kamtibmas.

c. Dalam rangka meningkatkan sinergi tugas pokok Polri dengan TNI telah
ditandatangani Perjanjian Kerja Sama dengan Nomor: B/3/1/2018 dan
Kerma/3/1/2018 tanggal 23 Januari 2018 tentang Perbantuan TNI Kepada
Polri dalam rangka Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

d. Bahwa .....
3

d. Bahwa untuk menindaklanjuti Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Polri dan
TNI tentang Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka Memelihara
Keamanan dan Ketertiban Masyarakat maka diperlukan Pedoman Kerja

2. Dasar.

a. Nota Kesepahaman antara Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan


Tentara Nasional Indonesia (TNI) Nomor: B/2/I/2018 dan Kerma/2/1/2018
tanggal 23 Januari 2018 tentang Perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka
Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

b. Perjanjian Kerja Sama antara Polri dan TNI Nomor: B/3/1/2018 dan
Kerma/3/1/2018 tanggal 23 Januari 2018 tentang Perbantuan TNI kepada
Polri dalam rangka Memelihara Keamanan dan Ketertiban Masyarakat.

3. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Pedoman Kerja ini dibuat untuk memberikan petunjuk pada


penyelenggaraan perbantuan TNI kepada Polri dalam rangka Harkamtibmas.

b. Tujuan. Pedoman Kerja ini bertujuan untuk menyamakan persepsi, sikap


dan cara bertindak pada penyelenggaraan perbantuan TNI kepada Polri
dalam rangka Harkamtibmas mulai dari tingkat Mabes TNI/Mabes Polri
sampai dengan satuan paling rendah setingkat Kodim/Lanal/Lanud/Polres.

4. Ruang Lingkup dan Tata urut.

a. Ruang Lingkup Pedoman Kerja ini merupakan pelaksanaan perbantuan


meliputi prinsip dan pokok perbantuan, administrasi, sarana prasarana dan
pembiayaan, instruksi dan koordinasi, komando dan pengendalian serta
monitoring dan evaluasi.

b. Tata urut sebagai berikut:

1) BAB I PENDAHULUAN
2) BAB II PRINSIP DAN POKOK PERBANTUAN
3) BAB III ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA DAN PEMBIAYAAN
4) BAB IV INSTRUKSI DAN KOORDINASI
5) BAB V KOMANDO DAN PENGENDALIAN
6) BAB VI MONITORING DAN EVALUASI
7) BAB VII KETENTUAN LAIN
8) BAB VIII PENUTUP

5. Pengertian .....
4

5. Pengertian.

Untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah dalam Pedoman Kerja ini,


diberikan beberapa pengertian sebagai berikut:

a. Perbantuan TNI kepada Polri adalah merupakan bantuan TNI sesuai dengan
gangguan keamanan yang dihadapi atas permintaan pejabat Polri yang
berwenang berupa personel dan/atau awak dan Alat Utama Sistem Senjata
(Alutsista) dalam rangka Harkamtibmas.

b. Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya


disebut Harkamtibmas adalah Proses atau cara atau segala daya upaya untuk
merawat atau memelihara situasi kamtibmas melalui upaya-upaya preemtif,
preventif, represif, kuratif dan rehabilitasi/pemulihan dengan melibatkan segala
sumber daya organisasi dan masyarakat.

c. Keamanan dan Ketertiban Masyarakat yang selanjutnya disebut


Kamtibmas adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu
prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka
tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan,
ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketentraman yang
mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan
kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi
segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang
dapat meresahkan masyarakat.

d. Tanggung jawab administrasi adalah tanggung jawab yang berada pada TNI
dan Polri berupa segala hal yang terkait administrasi seperti surat menyurat,
rencana operasi, rencana pengamanan, surat perintah dan lain-lain yang
menunjang legalitas pelaksanaan perbantuan TNI kepada Polri.

e. Tanggung jawab taktis adalah tanggung jawab yang berada pada Polri
selaku kesatuan penerima bantuan berupa pengaturan penempatan (plotting)
pasukan perbantuan TNI sesuai dengan peta kerawanan daerah, Potensi
Gangguan (PG), Ambang Gangguan (AG) dan Gangguan Nyata (GN) yang
mungkin timbul.

f. Tanggung jawab teknis adalah tanggung jawab yang berada pada TNI selaku
kesatuan yang memberikan bantuan berupa kemampuan teknis sesuai dengan
fungsi dan tugas pokoknya berpedoman pada Rule of Engagement (RoE) TNI
dan disesuaikan dengan rencana pengamanan/operasi/kontijensi serta
ketentuan yang berlaku di Polri.

g. Bawah Kendali Operasi yang selanjutnya disingkat BKO adalah status


satuan yang telah mempunyai tugas pokok tertentu, mempunyai hubungan
operasional dengan satuan atasan yang bukan satuan atasan organiknya.
Satuan yang menerima bawah kendali mempunyai wewenang kendali
operasional terhadap satuan yang berstatus bawah kendali.

h. Operasi .....
5

h. Operasi Kepolisian adalah serangkaian tindakan Polri dalam rangka


menanggulangi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, sasaran tertentu, cara bertindak
tertentu, kekuatan, dan dukungan sumber daya tertentu.

i. Kegiatan Kepolisian adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Polri secara


rutin setiap hari dan sepanjang tahun dalam rangka menjaga dan memelihara
situasi keamanan dan ketertiban masyarakat.

j. Aturan Pelibatan atau Rule of Engagement (RoE) adalah petunjuk yang


dikeluarkan oleh Pimpinan/Komandan yang berwenang untuk
menggambarkan keadaan-keadaan dan pembatasan-pembatasan
penggunaan kekuatan/kekerasan dalam konteks hukum nasional dan
internasional.

k. Alat Utama Sistem Senjata yang selanjutnya disebut Alutsista adalah sistem
persenjataan termasuk pendukungnya yang digunakan untuk pelaksanaan
tugas pokok TNI.

I. Kepala Satuan Kewilayahan yang selanjutnya disebut Kasatwil adalah


Kepala Satuan Wilayah di Iingkungan Polri, terdiri atas Kapolda dan
Kapolres/Ta/Tabes/Metro.

m. Komandan Satuan Komando Kewilayahan yang selanjutnya disebut


Dansatkowil adalah Komandan Satuan TNI yang memegang komando
kewilayahan matra darat, laut atau udara.

n. Kepala Operasi adalah Pejabat Polri yang ditunjuk untuk memimpin,


menggerakan, mengendalikan dan mengoordinasikan Satuan Tugas Operasi.

BAB II

PRINSIP DAN POKOK PERBANTUAN

6. Prinsip Perbantuan.

a. Akuntabilitas. Semua kegiatan dalam pelaksanaan perbantuan harus dapat


dipertanggungjawabkan.

b. Transparansi. Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil


dalam pengelolaan anggaran dan pembiayaan.

c. Integritas. Konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam


menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan dalam kerja sama.

d. Sinergi. Dalam pelaksanaan perbantuan harus saling membangun dan


memastikan kerja sama yang produktif serta kemitraan yang harmonis untuk
hasil yang bermanfaat dan berkualitas.

e. Manfaat …..
6

e. Manfaat. Dalam pelaksanaan kerja sama saling menguntungkan kedua belah


pihak dan tidak saling merugikan untuk tujuan bersama.

f. Atas Permintaan. Pelaksanaan perbantuan satuan TNI kepada Polri,


berdasarkan permintaan dari pihak Polri.

g. Antisipatif. Dansatkowil TNI dan Kasatwil Polri harus tanggap terhadap


situasi, terutama jika mengemban tugas di wilayah yang berdasarkan
perkiraan intelijen memiliki eskalasi ancaman tinggi, maka Kasatwil harus
mampu menganalisa dan memutuskan untuk meminta bantuan kepada TNI,
sehingga Dansatkowil dapat menyiapkan satuannya lebih awal.

h. Kecepatan dan Ketepatan Bertindak. Permintaan dan pemberian bantuan


TNI dilaksanakan dengan cepat dan tepat (6esponsive) agar tidak terjadi
resiko yang dapat menimbulkan kerugian lebih besar.

i. Perencanaan Terpadu. Perencanaan permintaan bantuan dan perencanaan


pemberian bantuan dilaksanakan secara terpadu.

j. Polisional. Tugas yang dilaksanakan oleh TNI untuk membantu Polri


dalamrangka Harkamtibmas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan menghormati hak asasi manusia.

k. Fleksibilitas. Pelaksanaan permintaan dan pemberian bantuan harus dapat


menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan dinamika yang dihadapi.

I. Kesatuan Komunikasi. Komunikasi yang terintegrasi antara TNI dan Polri


sangat diperlukan guna memperlancar dalam penyelenggaraan bantuan.

m. Minimalisasi Resiko. Dalam pengambilan keputusan agar menggunakan


cara bertindak yang paling kecil resikonya. Dalam kondisi tertentu,
penggunaan senjata atau tindakan kekerasan lainnya hanya sebagai jalan
terakhir karena terpaksa untuk membela diri, menyelamatkan orang lain
dan/atau mempertahankan harta benda sendiri atau kepunyaan orang lain dari
serangan yang melawan dan mengancam keselamatan.

7. Pokok Perbantuan.

a. Ruang Lingkup Perbantuan meliputi:


1) menghadapi unjuk rasa maupun mogok kerja;
2) menghadapi kerusuhan massa;
3) menangani konflik sosial;

4) mengamankan .....
7

4) mengamankan kegiatan masyarakat dan/atau pemerintah di dalam


negeri yang bersifat lokal, nasional maupun internasional yang
mempunyai kerawanan; dan

5) situasi lain yang memerlukan bantuan TNI sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

b. Kriteria permintaan bantuan meliputi:

1) personel Polri setempat yang terbatas baik secara kemampuan,


kualitas maupun kuantitas;

2) sarana dan prasarana/alpakam/almatsus Satuan Kewilayahan Polri


setempat dinilai tidak memadai; dan/atau

3) keadaan geografis yang tidak memungkinkan satuan back up Polri


bertindak segera sehingga membutuhkan bantuan TNI terdekat.

c. Kriteria pemberian bantuan meliputi:

1) personel TNI setempat secara kuantitas dan kualitas mencukupi untuk


memberikan bantuan dalam rangka Harkamtibmas;

2) sarana dan prasarana/alutsista yang dimiliki satuan TNI setempat


dinilai memadai; dan

3) keadaan geografis memungkinkan satuan TNI untuk back up Polri


bertindak segera.

d. Tanggung Jawab Administrasi.

1) Perbantuan TNI kepada Polri dilakukan dalam Kegiatan Kepolisian


dan Operasi Kepolisian.

2) Permintaan perbantuan TNI dilakukan secara tertulis oleh pejabat Polri


paling rendah Kasatwil setingkat Kapolres/Ta/Tabes/Metro kepada
Dansatkowil paling rendah setingkat Dandim, Danlanal, dan Danlanud.

3) Dalam keadaan mendesak permintaan bantuan dapat dilakukan secara


lisan atau melalui alat komunikasi, yang selanjutnya ditindaklanjuti
secara tertulis paling lambat 1 x 24 jam.

4) Kasatwil yang meminta bantuan dan Dansatkowil yang akan


memberikan bantuan segera melaporkan kepada atasannya pada
kesempatan pertama paling lambat 1 x 24 jam dan diteruskan secara
hierarki kepada pimpinan TNI dan Polri.

5) Permintaan .....
8

5) Permintaan perbantuan oleh Kasatwil kepada Dansatkowil memuat


antara lain:

a) perkembangan situasi terakhir;


b) alasan permintaan perbantuan;
c) jumlah kekuatan dan kemampuan yang diperlukan baik
personel, alat utama, alat khusus, peralatan lain maupun
perlengkapan yang dibutuhkan;
d) sasaran atau lokasi perbantuan yang diperlukan;
e) waktu penugasan (kapan dimulai dan kapan berakhir); dan
f) dukungan administrasi, anggaran dan sarana prasarana.

6) Dalam hal bantuan TNI berbentuk Satgas, Dansatgas TNI yang


ditunjuk melaporkan kepada komandan satuan atasannya tentang
pelaksanaan bantuan TNI kepada Polri serta koordinasi dengan
komando kewilayahan tentang adanya pemberian bantuan Satgas
TNI kepada Polri di wilayahnya.

7) Alutsista TNI beserta awak/personel yang dapat diminta oleh Kapolri


kepada Panglima TNI untuk perbantuan hanya berupa pesawat
udara, kapal laut dan rantis angkut personel.

8) Setelah menerima penyerahan bantuan satuan tugas TNI, Kasatwil


sebagai penerima bantuan harus melakukan pemeriksaan dan
pencatatan menyangkut personel, alat utama, alat khusus, peralatan
dan perlengkapan yang dituangkan dalam Berita Acara serah terima.

9) Sebelum pelaksanaan tugas, Kasatwil memberikan petunjuk dan


arahan kepada satuan tugas TNI yang diperbantukan tentang cara
bertindak, cara pengawasan, cara pengendalian dan cara pelaporan
sesuai dengan rencana pengamanan/operasi/kontijensi Polri.

10) Setelah menerima penyerahan bantuan satuan tugas TNI, Kasatwil


sebagai penerima bantuan melaksanakan hal-hal sebagai berikut:

a) mengambil apel, melakukan pemeriksaan, pencatatan


menyangkut personel, peralatan dan perlengkapan yang dibawa;

b) memberikan petunjuk dan arahan/Acara Arahan Pimpinan


(AAP) kepada satuan tugas TNI yang diperbantukan termasuk
menjelaskan tentang SOP; dan

c) mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan sesuai dengan


status penugasan dan melaporkan secara hierarki kepada
Pimpinan Polri pada kesempatan pertama paling lambat 1 x 24
jam.

11) Kasatwil bersama-sama Dansatgas/Dansatkowil melakukan analisa


dan evaluasi harian atas pelaksanaan tugas.

12) Berdasarkan .....


9

12) Berdasarkan analisa dan evaluasi situasi dan kondisi Kamtibmas,


Kasatwil dapat mengurangi atau menambah jumlah kekuatan personel
TNI, dan mengakhiri atau memperpanjang waktu penugasan secara
bertahap diawali koordinasi dengan Dansatkowil sesuai kebutuhan.

13) Setelah situasi dan kondisi yang dihadapi dinyatakan aman atau atas
dasar pertimbangan Kasatwil maka Kasatwil mengembalikan Satuan
Tugas TNI kepada Dansatkowil pemberi bantuan, selanjutnya secara
tertulis diteruskan sesuai hierarki kepada pimpinan TNI dan Polri
tentang pengembalian bantuan TNI pada kesempatan pertama paling
lambat 1 x 24 jam.

e. Tanggung Jawab Taktis.

1) Status perbantuan satuan TNI kepada Polri adalah Bawah Kendali


Operasi dan menjadi tanggung jawab Kasatwil.

2) Batas-batas pelaksanaan tugas yang harus dilakukan oleh satuan


TNI, ditetapkan oleh Kasatwil atau Kepala Operasi yang mendapat
perbantuan TNI.

3) Satuan yang dimintakan perbantuan kepada TNI paling rendah


setingkat peleton atau 1 (satu) unit kapal laut dengan Anak Buah
Kapalnya atau 1 (satu) unit pesawat udara dengan crewnya.

4) Satuan TNI yang diperbantukan dalam pelaksanaan tugas dapat


diberikan sektor tersendiri, terutama untuk mengamankan objek vital
(kantor pemerintahan, PLN, Telkom, PDAM, dan lain-lain), tetapi
masih dalam kendali Polri.

f. Tanggung Jawab Teknis.

1) Komandan Satgas TNI yang disiapkan dapat mendekatkan atau


menempatkan Satgas TNI pada titik tertentu berdasarkan analisis
perkembangan situasi dalam rangka mengambil keputusan yang
cepat terutama di daerah yang terbatas kekuatan unsur Kepolisian.

2) Aturan tata cara penggunaan kekuatan Satgas TNI berpedoman pada


Rule of Engagement (RoE) TNI dan sesuai dengan rencana
pengamanan/operasi/kontinjensi serta ketentuan yang berlaku di Polri.

3) Tanggung jawab teknis dalam pelaksanaan tugas perbantuan TNI


kepada Polri merupakan tanggung jawab satuan pemberi BKO.

BAB III .....


10

BAB III

ADMINISTRASI, SARANA PRASARANA


DAN PEMBIAYAAN

8. Administrasi.

Administrasi satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri tetap pada
kesatuan asal, selanjutnya pihak Polri yang menerima perbantuan wajib
melengkapinya dengan Surat Perintah.

9. Sarana Prasarana.

Sarana Prasarana yang digunakan dalam perbantuan TNI kepada Polri


menggunakan alat peralatan organik satuan sesuai dengan kebutuhan perbantuan.

10. Pembiayaan.

a. Dukungan biaya pelaksanaan perbantuan pada Operasi Kepolisian dalam


rangka Harkamtibmas menjadi tanggung jawab Polri yang diajukan oleh TNI
berupa:

1) uang makan;
2) uang saku;
3) bekal kesehatan;
4) dana satuan;
5) kodal; dan
6) dukungan Bahan Bakar Minyak (BBM).

b. Pembiayaan perbantuan TNI kepada Polri sebagai berikut:

1) pada operasi kepolisian yang bersifat dukungan operasional terhadap


personel dan Alutsista TNI ditanggung oleh Polri sesuai dengan norma
indeks anggaran Polri; dan

2) pada kegiatan Kepolisian bersifat koordinasi sesuai peraturan


perundang-undangan.

c. Dalam hal anggota TNI menjadi korban/sakit pada saat pelaksanaan tugas
perbantuan, maka dukungan biaya kesehatan menjadi tanggung jawab Polri
dengan menggunakan fasilitas kesehatan milik Polri, TNI, Pemerintah dan
Swasta sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Dalam pelaksanaan perbantuan Alutsista TNI biaya perbaikan dan/atau


penggantian atas kerusakan Alutsista TNI sesuai peraturan perundang-
undangan.

e. Pembiayaan .....
11

e. Pembiayaan kegiatan monitoring dalam bentuk asistensi, supervisi dan


pengawasan operasi secara bersama-sama dibebankan pada anggaran
Polri selaku penerima bantuan.

f. Satuan tugas TNI sebagai pemberi bantuan wajib membuat administrasi


Pertanggungjawaban Keuangan (Perwabkeu) untuk diserahkan kepada Polri
paling lambat 1 (satu) minggu setelah selesai pelaksanaan perbantuan.

BAB IV

INSTRUKSI DAN KOORDINASI

11. Instruksi.

a. Personel Satuan tugas Polri maupun TNI wajib mematuhi hukum, menjunjung
tinggi HAM, bersikap netral, menjaga soliditas dan memperhatikan kearifan
lokal/budaya setempat.

b. Anggota TNI wajib menjunjung tinggi Sumpah Prajurit, Sapta Marga dan
Delapan Wajib TNI.

c. Anggota Polri wajib menjunjung tinggi Tri Brata dan Catur Prasetya.

d. Polri dan TNI wajib membuat Laporan hasil pelaksanaan kegiatan/Operasi


dan penggunaan anggaran kepada Kasatwil atau Kepala Operasi pada
kesempatan pertama dan diteruskan kepada Kapolri dan Panglima TNI.

e. Dalam hal terjadinya pelanggaran disiplin, penyalahgunaan wewenang dan/


atau tindak pidana yang dilakukan oleh TNI dan Polri dalam status
penugasan, proses penyelesaiannya dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan.

12. Koordinasi.

a. Koordinasi dapat dilaksanakan sebelum, selama dan sesudah kegiatan


/operasi kepolisian.

b. Penggunaan alat komunikasi disesuaikan dengan jaring komunikasi Polri


yang tergelar.

c. Koordinasi dilaksanakan secara periodik dan insidentil bertempat di Posko


gabungan Polri dan TNI yang disiapkan oleh Polri.

BAB V .....
12

BAB V

KOMANDO DAN PENGENDALIAN

13. Ko mando.

a. Komando Utama perbantuan satuan tugas TNI kepada Polri berada pada
Kapolri dan Panglima TNI.

b. Komando Operasional satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri


berada pada Kapolda/Kepala Operasi Kepolisian.

c. Komando Taktis satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri berada
pada Kapolres/Ta/Tabes/Metro/Kepala Operasi Kepolisian.

d. Komando berlaku sejak Komandan Satuan tugas TNI melapor kepada


Kasatwil/Kepala Operasi Kepolisian yang menerima perbantuan dan berakhir
setelah ada pernyataan lisan yang ditindakianjuti secara tertulis dari Kasatwil.

14. Pengendalian.

a. Kendali operasional satuan tugas TNI yang diperbantukan kepada Polri


berada pada Kapolda/Kepala Operasi Kepolisian.

b. Kendali taktis bantuan satuan tugas TNI menjadi tanggung jawab Kasatwil/
Kepala Operasi Kepolisian yang meminta perbantuan TNI.

c. Kendali teknis bantuan satuan tugas TNI menjadi tanggung jawab


Komandan Satuan Tugas TNI pemberi bantuan.

d. Pengendalian dilaksanakan pada saat berlangsungnya kegiatan/operasi


Kepolisian.

BAB VI

MONITORING DAN EVALUASI

15. Monitoring.

a. TNI dan Polri melakukan kegiatan monitoring secara bersama-sama dalam


bentuk asistensi, supervisi dan pengawasan operasi.

b. Waktu pelaksanaan monitoring dilakukan berdasarkan rencana kegiatan/


operasi.

16. Evaluasi.

a. Evaluasi kegiatan/operasi dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat


Satwil/Satkowil sampai dengan tingkat Mabes.

b. Pelaksanaan …..
13

b. Pelaksanaan evaluasi kegiatan/operasi Kepolisian dilaksanakan paling


rendah 1 (satu) kali selama masa kegiatan/operasi.

c. Hasil evaluasi kegiatan/operasi Kepolisian dilaporkan kepada pimpinan


secara berjenjang untuk menetapkan kebijakan lebih lanjut.

BAB VII

KETENTUAN LAIN

17. Perubahan (Adendum).

Hal-hal yang belum diatur atau terjadinya perubahan (adendum) dalam Pedoman
Kerja ini, akan dirumuskan kembali secara bersama melalui analisis dan evaluasi
terhadap pelaksanaan Pedoman Kerja ini.

18. Masa Berlaku.

a. Pedoman Kerja ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Polri dan TNI dengan Nomor
B/3/1/2018 dan Nomor Kerma/3/1/2018 tentang perbantuan TNI kepada
Polri dalam rangka Harkamtibmas yang ditandatangani tanggal 23 Januari
2018 dengan masa berlaku sama dengan berlakunya PKS.

b. Pedoman kerja ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

BAB VIII

PENUTUP

Demikian Pedoman Kerja ini dibuat dengan semangat untuk bersinergi dan saling
menghormati antara TNI dan Polri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 11 Desember 2018

a.n. KAPOLRI a.n. a.n. PANGLIMA TNI a.n.


ASOPS, ASOPS,

Drs. DEDEN JUHARA GANIP WARSITO, S.E., M.M.


INSPEKTUR JENDERAL POLISI MAYOR JENDERAL TNI
Paraf
Paban II/Orstra :
Waasops :

Вам также может понравиться