Вы находитесь на странице: 1из 16

i

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Perioperatif (Pre, Intra, dan Post) ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 7 Januari 2018

Penulis
ii

Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................ i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I ............................................................................................................................. 1
Pendahuluan ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 1
BAB II ............................................................................................................................ 2
Pembahasan .................................................................................................................... 2
2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik ................................................................... 2
2.2 Tujuan Keperawatan Gerontik ......................................................................... 3
2.3 Fungsi Perawat Gerontik .................................................................................. 4
2.4 Peran Perawat Gerontik .................................................................................... 6
2.5 Masalah Kesehatan Pada Lansia ...................................................................... 8
2.6 Pendekatan Pada Lansia ................................................................................. 11
BAB III ........................................................................................................................ 13
Penutup......................................................................................................................... 13
1.1 Kesimpulan..................................................................................................... 13
1.2 Saran ............................................................................................................... 13
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 14
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Proses menua merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah
mencapai kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya
kemunduran sejalan dengan waktu dan proses alami yang disertai dengan adanya
penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial serta saling berinteraksi satu sama
lain. Proses menua yang terjadi pada lansia secara linier dapat digambarkan melalui
tiga tahap yaitu, kelemahan (impairment), keterbatasan fungsional (functional
limitations), ketidakmampuan (disability), dan keterhambatan (handicap) yang akan
dialami bersamaan dengan proses kemunduran.

Ada beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pelayanan lansia, yaitu pelayanan
konsultasi, pelayanan mediasi, dan pelayanan advokasi. Pelayanan ini tidak lain untuk
meningkatkan taraf kesejahteraan lansia, mewuujudkan kemandirian usaha sosial
ekonomi lansia.

Mengingat proyeksi penduduk lansia pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
11,37 % penduduk Indonesia, maka keperawatan gerontik memiliki potensi kerja
yang cukup besar di masa mendatang. Perawat perlu membudayakan kegiatan
penelitian dan pemanfaatan hasil-hasilnya dalam praktik klinik keperawatan untuk
mempersiapkan pelayanan yang prima. Praktik yang bersifat evidence-based harus
dibuat sebagai bagian integral dari kebijakan organisatoris pelayanan kesehatan pada
semua tingkatan agar langkah-langkah tersebut dapat diaplikasikan untuk
meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keperawatan gerontik?


2. Apa tujuan dari keperawatan gerontik?
3. Apa fungsi dan peran dari perawat gerontik?
4. Apa saja masalah kesehatan pada lansia?
5. Apa saja pendekatan yang dapat dilakukan pada lansia?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Dapat mengetahui apa itu keperawatan gerontik.


2. Dapat mengetahui apa tujuan dari keperawatan gerontik.
3. Dapat mengetahui apa fungsi dan peran perawat gerontik.
4. Dapat mengetahui apa saja masalah kesehatan pada lansia.
5. Dapat mengetahui pendekatan-pendekatan pada lansia.

1
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Keperawatan Gerontik

Keperawatan yang berkeahlian khusus merawat lansia diberi nama untuk


pertama kalinya sebagai keperawatan geriatric (Ebersole et al, 2005). Namun, pada
tahun 1976, nama tersebut diganti dengan gerontological. Gerontologi berasal dari
kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada
lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi
merupakan pendekatan ilmiah (scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam
proses penuaan (Tamher & Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi
merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin
terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis
yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi
promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan,
jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Sedangkan keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie


Gunter dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun
istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al,
2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan
menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang
hal ini lebih spesifik. Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan
keperawatan pada lansia adalah gerontological nursing karena lebih menekankan
kepada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik
adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua.
Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.

2
3

2.2 Tujuan Keperawatan Gerontik

Adapun tujuan dari gerontologi adalah:

1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya


berkaitan dengan proses penuaan.
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia
baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal.
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia.
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari.
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.
6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit.
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya
dalam masyarakat

Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:

1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-
tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental.
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan
diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu.
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu
penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal
tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal).
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah
sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan
yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya,
memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya
berlangsung dengan tenang).
4

Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia,


mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan
tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008).

2.3 Fungsi Perawat Gerontik

Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang
gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah:

1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang
pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat).
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua).
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak
orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama).
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong
kualitas pelayanan).
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi
resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan).
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan
kesehatan).
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan
selanjutnya).
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan).
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan
harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung,
menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan
restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner
(mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu
dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan)
5

15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality


(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other
(saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern
(mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya
bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan
kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk
meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal).
6

2.4 Peran Perawat Gerontik

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua
macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada
berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan
menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett,
2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama
dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi.
Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis
klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik
pelaksana/geriatric nurse practitioner (GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara
langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam
perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan
keluarganya pada setting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach
programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi
kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi
kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen
kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan
independent practice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialis
klinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya:

a) Provider of care

Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah


sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitas perawatan jangka panjang.
Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit diagnose dan
perawatannya. Maka perawat klinis perlu memahami tentang proses penyakit dan
sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala,
terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.

b) Peneliti

Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau


baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan klien dengan
metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti literature
terbaru, membacanya, dan mempraktekkan penelitian yang dapat dipercaya dan valid.
Sedangkan perawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta
dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data.

c) Manajer Perawat

Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen


waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagai
konsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan
dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatan khusus dan protokol
untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas
7

perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan


inovatif dalam pemberian asuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan
jangka panjang lainnya.

d) Advokat

Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi
di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan
umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak
adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan
kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak
berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap
mandiri dan menjaga martabat, meskipun di dalam situasi yang sulit.

e) Edukator

Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama


sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari
gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang
pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik
seperti latihan dan manajemen stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan
dan kebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk
mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer,
dementia, bahkan kanker.

f) Motivator

Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperoleh kesehatan


optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai
inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan
gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan
gerontik.

g) Manajer kasus

Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi


penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit. Umumnya,
manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang
berbeda.
8

2.5 Masalah Kesehatan Pada Lansia

Penampilan penyakit pada lanjut usia (lansia) sering berbeda dengan pada
dewasa muda, karena penyakit pada lansia merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti
diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
berthan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

Demikian juga, masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari
orang dewasa, yang menurut Kane dan Ouslander sering disebut dengan istilah 14 I,
yaitu immobility (kurang bergerak), instability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau
mudah jatuh), incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),
intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia), infection (infeksi),
impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence, skin
integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit), impaction
(sulit buang air besar), isolation (depresi), inanition (kurang gizi), impecunity (tidak
punya uang), iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan), insomnia
(gangguan tidur), immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun), impotence
(impotensi).

Masalah kesehatan utama tersebut di atas yang sering terjadi pada lansia perlu
dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan perawatan
lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai derajat kesehatan yang
seoptimal mungkin.

Berikut adalah beberapa contoh masalah kesehatan pada lansia:

1. Kurang bergerak
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia kurang
bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi dan
otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.

2. Instabilitas
Penyebab terjatuh pada lansia dapat berupa faktor intrinsik (hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan tubuh penderita) baik karena proses menua,
penyakit maupun faktor ekstrinsik (hal-hal yang berasal dari luar tubuh)
seperti obat-obat tertentu dan faktor lingkungan. Akibat yang paling sering
dari terjatuh pada lansia adalah kerusakan bahagian tertentu dari tubuh yang
mengakibatkan rasa sakit, patah tulang, cedera pada kepala, luka bakar karena
air panas akibat terjatuh ke dalam tempat mandi.

3. Beser
Beser buang air kecil (bak) merupakan salah satu masalah yang sering didapati
pada lansia, yaitu keluarnya air seni tanpa disadari, dalam jumlah dan
9

kekerapan yang cukup mengakibatkan masalah kesehatan atau sosial. Beser


bak merupakan masalah yang seringkali dianggap wajar dan normal pada
lansia, walaupun sebenarnya hal ini tidak dikehendaki terjadi baik oleh lansia
tersebut maupun keluarganya. Akibatnya timbul berbagai masalah, baik
masalah kesehatan maupun sosial, yang kesemuanya akan memperburuk
kualitas hidup dari lansia tersebut. Lansia dengan beser bak sering mengurangi
minum dengan harapan untuk mengurangi keluhan tersebut, sehingga dapat
menyebabkan lansia kekurangan cairan dan juga berkurangnya kemampuan
kandung kemih. Beser bak sering pula disertai dengan beser buang air besar
(bab), yang justru akan memperberat keluhan beser bak tadi.

4. Gangguan intelektual
Merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi gangguan fungsi intelektual
dan ingatan yang cukup berat sehingga menyebabkan terganggunya aktivitas
kehidupan shari-hari. Kejadian ini meningkat dengan cepat mulai usia 60
sampai 85 tahun atau lebih, yaitu kurang dari 5 % lansia yang berusia 60-74
tahun mengalami dementia (kepikunan berat) sedangkan pada usia setelah 85
tahun kejadian ini meningkat mendekati 50 %. Salah satu hal yang dapat
menyebabkan gangguan interlektual adalah depresi sehingga perlu dibedakan
dengan gangguan intelektual lainnya.

5. Infeksi
Merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia, karena
selain sering didapati, juga gejala tidak khas bahkan asimtomatik yang
menyebabkan keterlambatan di dalam diaggnosis dan pengobatan serta risiko
menjadi fatal meningkat pula. Beberapa faktor risiko yang menyebabkan
lansia mudah mendapat penyakit infeksi karena kekurangan gizi, kekebalan
tubuh:yang menurun, berkurangnya fungsi berbagai organ tubuh, terdapatnya
beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas) yang menyebabkan daya tahan
tubuh yang sangat berkurang. Selain daripada itu, faktor lingkungan, jumlah
dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh mengalami infeksi.

6. Gangguan pancaindera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit


Akibat proses menua semua pancaindera berkurang fungsinya, demikian juga
gangguan pada otak, saraf dan otot-otot yang digunakan untuk berbicara dapat
menyebabkn terganggunya komunikasi, sedangkan kulit menjadi lebih kering,
rapuh dan mudah rusak dengan trauma yang minimal.

7. Sulit buang air besar (konstipasi)


Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi, seperti kurangnya
gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum,
akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi
usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi,
kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat
10

dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai
rasa sakit pada daerah perut.

8. Depresi
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia. Namun demikian, sering
sekali gejala depresi menyertai penderita dengan penyakit-penyakit gangguan
fisik, yang tidak dapat diketahui ataupun terpikirkan sebelumnya, karena
gejala-gejala depresi yang muncul seringkali dianggap sebagai suatu bagian
dari proses menua yang normal ataupun tidak khas. Fejala-gejala depresi dapat
berupa perasaan sedih, tidak bahagia, sering menangis, merasa kesepian, tidur
terganggu, pikiran dan gerakan tubuh lamban, cepat lelah dan menurunnya
aktivitas, tidak ada selera makan, berat badan berkurang, daya ingat
berkurang, sulit untuk memusatkan pikiran dan perhatian, kurangnya minat,
hilangnya kesenangan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain,
merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang, merasa bersalah
dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan mau bunuh diri, dan gejala-
gejala fisik lainnya. Akan tetapi pada lansia sering timbul depresi terselubung,
yaitu yang menonjol hanya gangguan fisik saja seperti sakit kepala, jantung
berdebar-debar, nyeri pinggang, gangguan pencernaan dan lain-lain,
sedangkan gangguan jiwa tidak jelas.

9. Kurang gizi
Kekurangan gizi pada lansia dapat disebabkan perubahan lingkungan maupun
kondisi kesehatan. Faktor lingkungan dapat berupa ketidaktahuan untuk
memilih makanan yang bergizi, isolasi sosial (terasing dari masyarakat)
terutama karena gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri yang
terutama terjadi pada pria yang sangat tua dan baru kehilangan pasangan
hidup, sedangkan faktor kondisi kesehatan berupa penyakit fisik, mental,
gangguan tidur, alkoholisme, obat-obatan dan lain-lain.

10. Tidak punya uang


Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh
dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak dapat
memberikan penghasilan. Untuk dapat menikmati masa tua yang bahagia
kelak diperlukan paling sedikit tiga syarat, yaitu :memiliki uang yang
diperlukan yang paling sedikit dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
memiliki tempat tinggal yang layak, mempunyai peranan di dalam menjalani
masa tuanya.
11

11. Penyakit akibat obat-obatan


Salah satu yang sering didapati pada lansia adalah menderita penyakit lebih
dari satu jenis sehingga membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi
sebahagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama
tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat
pemakaian obat-obat yaqng digunakan.

12. Gangguan tidur


Dua proses normal yang paling penting di dalam kehidupan manusia adalah
makan dan tidur. Walaupun keduanya sangat penting akan tetapi karena sangat
rutin maka kita sering melupakan akan proses itu dan baru setelah adanya
gangguan pada kedua proses tersebut maka kita ingat akan pentingnya kedua
keadaan ini. Jadi dalam keadaan normal (sehat) maka pada umumnya manusia
dapat menikmati makan enak dan tidur nyenyak. Berbagai keluhan gangguan
tidur yang sering dilaporkan oleh para lansia, yakni sulit untuk masuk dalam
proses tidur. tidurnya tidak dalam dan mudah terbangun, tidurnya banyak
mimpi, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah
bangun dipagi hari.

2.6 Pendekatan Pada Lansia

Pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pendekatan fisik

Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan pendekatan fisik melalui
perhatian terhadap kesehatan, kebutuhan, kejadianyang dialami klien lanjut usia
semasa hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih
bisa dicapai dan dikembangkan, dan penyakitnya yang dapat dicegah atau
progresivitasnya. Perawatan fisik umum bagi klien lanjut usia dapat dibagi atas
dua bagian, yaitu:

a. Klien lanjut usia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik yang masih
mampu bergerak tanpa bantuan orang lain sehingga dalam kebutuhannya
sehari-hari ia masih mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lanjut usia yang pasif atau tidak dapat bangun, keadaan fisiknya
mengalami kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lanjut usia ini, terutama tentang hal yang terhubung dengan
kebersihan perseorangan untuk mempertahankan kesehatannya.

2. Pendekatan psikis

Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan pendekatan


edukatif pada klien lanjut usia. Perawat dapat berperan sebagai pendukung dan
12

interpreter terhadap segala sesuatu yang asing, penampung rahasia pribadi dan
sahabat yang akrab.

Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberi


kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bdentuk
keluhan agar lanjut usia merasa puas. Perawat harus selalu memegang prinsip
triple S yaitu sabar, simpatik dan service.

Bila ingin mengubah tingkah laku dan pandangan mereka terhadap


kesehatan, perawat bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap. Perawat
ahrus mendukung mental mereka kearah pemuasan pribadi sehingga seluruh
pengalaman yang dilaluinya tidak menambah beban. Bila perlu, usahakan agar
mereka merasa puas dan bahagia di masa lanjut usianya.

3. Pendekatan social

Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam melakukan pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk
berkumpul bersama sesame klien lanjut usia berarti menciptakan sosialisasi
mereka. Jadi, pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat bahwa
orang yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.
Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan hubungan sosial, baik antara
lanjut usia maupun lanjut usia dengan perawat.

Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya kepada lanjut usia untuk


mengadakan komunikasi, melakukan rekreasi. Lansia prlu dirangsang untuk
membaca surat kabar dan majalah.

Dengan demikian, perawat tetap mempunyai hubungan komunikasi, baik


dengan sesama mereka maupun petugas yang secara lansung berkaitan dengan
pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia, termasuk asuhan keperawatan
lansia dipanti sosial tresna wherda.
BAB III
Penutup
1.1 Kesimpulan

Keperawatan Gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit


pada proses menua. (Kozier, 1987). Keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari
tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi. (Lueckerotte, 2000).

Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting,
seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan
kepada individu dan keluarganya.

Pendekatan yang dapat dilakukan pada lansia yaitu Pendekatan Fisik, Pendekatan
Psikis, dan Pendekatan Sosial.

1.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, kami mengharapkan kepada pembaca agar dapat
memahami konsep dasar dari keperawatan gerontik.

Kita sebagai perawat juga harus mempelajari benar-benar tentang konsep dari
keperawatan gerontik agar dapat mempelajari aspek khusus kesehatan dari usia lanjut, baik
yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup
kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat. Perawat juga diharapkan dapat
mengetahui bagaimana pendekatan-pendekatan yang dapat dilakukan pada lansia.

13
Daftar Pustaka
Nugroho, Wahyudi. 2012. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.

Samsun, Ahmad. 2011. Keperawatan Gerontik. Jakarta: Salemba Medika.

Sri, Nina. 2012. Keperawatan Dasar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Maryam, Siti dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.

14

Вам также может понравиться