Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
2
ISSN 1693-1831
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan ALam, Universitas Islam
Indonesia (UII), Kampus Terpadu UII Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, 55584.
Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui nilai parameter spesifik dan nonspesifik
standardisasi ekstrak kangkung darat hasil budidaya di wilayah Sardonoharjo, Sleman serta potensinya
sebagai antioksidan. Sampel yang digunakan dipanen pada saat usia kangkung darat ±25-30 hari
setelah penanaman. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%.
Parameter spesifik terdiri dari uji organoleptik, pola kromatografi, kadar senyawa marker dan parameter
nonspesifik terdiri dari uji bobot jenis,uji kadar air, uji kadar abu total, uji kadar abu tidak larut asam,
uji cemaran logam, uji cemaran mikroba, uji cemaran kapang dan khamir, perkiraan angka koliform,
dan uji sisa pelarut etanol. Hasil standardisasi ekstrak menunjukkan nilai pengukuran berturut-turut
untuk parameter kadar air 16,45±0,05%, bobot jenis ekstrak 3,26±3,37x10-3 g/mL, kadar abu total 4,52±
0,77%. Tidak terdapat sisa pelarut etanol di dalam ekstrak, serta angka cemaran mikroba, angka kapang
dan khamir, angka koliform, serta cemaran logam timbal (Pb) dan kadmium (Cd), di dalam ekstrak di
bawah standar batas maksimal yang ditetapkan BPOM. Hasil pengukuran dengan KLT densitometri
menunjukkan nilai kadar β-karoten di dalam ekstrak sebesar 5,7% (b/b). Hasil Uji aktivitas antioksidan
dengan menggunakan 2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl (DPPH) menunjukkan nilai IC50 ekstrak daun
kangkung sebesar 178,3 µg/ mL.
Abstract: Standardization of the extract is conducted to assure the uniformity of the efficacy and to
improve the quality of the herbal medicine. The aims of this study were to determine the values of
specific and nonspecific parameter of the standardized extract of cultivated Ipomoea reptans Poir. leaves
from Sardonoharjo, Sleman, DIY. The Ipomoea reptans Poir was harvested at the age of ± 25-30 days.
Extraction was performed by maceration method using ethanol 96%. Specific parameters include the
organoleptic tests, chromatography profile, concentration of the marker compound. The result showed
that the standardized extract of cultivated Ipomoea reptans Poir. leaves from Sardonoharjo, Sleman, DIY
has moisture content value of 16.45 ±0.05% with the density of the extract was 3.26±3.37x10-3 g/mL and
the total ash value of 4.52± 0.77%. There was no ethanol residue detected in the extract. Furthermore,
the values of microbial contamination, mold and yeast contamination, coliform contamination and
metal contamination such as Pb and Cd in the extract were below the maximum standard of BPOM.
Based on the chromatogram evaluation using TLC-densitometry, the concentration value of β-karoten
in the extract was 5.7 % w/w. The IC50 value of extract was 178.3 µg/ mL.
Keywords: Standardization, Ipomoea reptans Poir, extract, specific parameter, nonspecific parameter.
* Penulis korespondensi,Hp. 085747041900
e-mail: farida_hayati@yahoo.com
152 HAYATI ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
dari daerah Dusun Turen, Desa Sardonoharjo, ekstrak. Pengukuran dilakukan dengan mengukur
Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman pada pagi hari nilai AUC dari spot yang dihasilkan dengan KLT
setelah tanaman berusia 21 hari. Pemanenan langsung densitometri dengan panjang gelombang 478 nm(4,13).
menggunakan tangan yang bersih dan langsung dicuci Uji Parameter Non Spesifik. Bobot Jenis.
dari sisa tanah. Pelaksanaan determinasi dilakukan Pengukuran bobot jenis ekstrak dilakukan dengan
di laboratorium Biologi Farmasi Universitas Islam menggunakan alat piknometer pada suhu kamar
Indonesia dengan seluruh hasil pemanenan tumbuhan (25 oC). Piknometer yang telah dikalibrasi, bersih
kangkung darat. dan kering digunakan untuk menetapkan bobot
Sortasi dan Pengeringan Daun Kangkung piknometer dan air yang telah dididihkan pada suhu
Darat. Tumbuhan yang telah dipanen kemudian 25 oC. Suhu ekstrak cair diatur hingga suhu dibawah
dicuci dengan air bersih dan disortasi antara batang 20 oC kemudian dimasukkan kedalam piknometer.
dan daunnya, bagian tumbuhan yang dipakai hanyalah Piknometer yang telah diisi, diatur suhunya hingga
bagian daunnya saja. Daun yang telah disortasi suhu 25 oC, kelebihan ekstrak yang ada dibuang dan
kemudian dirajang halus dan dikeringkan pada lemari ditimbang. Hasil perolehan bobot jenis ekstrak cair
pengering selama ±1 hari. adalah dengan mengurangkan bobot piknometer
Ekstraksi Serbuk Simplisia. Serbuk simplisia kosong dari bobot piknometer yang telah diisi(4,13).
kering diekstraksi menggunakan metode maserasi Kadar Air. Untuk pengukuran kadar air dilakukan
menggunakan pelarut etanol 96%. Proses ektraksi dengan metode Karl Fischer. Titrasi dengan alat
dilakukan kurang lebih selama 12 hari dengan Karl Fischer menggunakan reaksi reduksi iodin oleh
remaserasi pada hari ke-6. Setelah didapatkan sulfurdioksida dengan adanya air. Ekstrak diambil
ekstrak cair maka dapat dilakukan pemekatan ekstrak ±3 mL dan ditimbang bobotnya. Alat Karl Fischer
menggunakan rotary evaporator sampai didapatkan diatur bobot dan volume ekstrak. Ekstrak dimasukkan
ekstrak kental. Ektrak kental yang didapat akan pada alat dan dilihat presentasi kadarnya. Lakukan
digunakan untuk dilakukan uji parameter spesifik dan replikasi sebanyak tiga kali untuk mendapatkan hasil
non spesifik(13). yang presisi(13,14).
Uji Identitas Ekstrak. Organoleptik. Uji ini Kadar Abu Total. Ditimbang dengan seksama ±
dilakukan sebagai pengenalan awal yang sederhana 3 g ekstrak yang telah halus. Dimasukkan pada kurs
dan seobyektif mungkin. Uji dilakukan dengan silica yang sebelumnya telah dipijarkan dan ditara,
menggunakan panca indera meliputi pengenalan kemudian ratakan. Secara perlahan dipijarkan hingga
bentuk, bau, rasa, dan warna dari ekstrak(4). arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang.
Mikroskopik. Uji ini menggunakan pereaksi Jika arang tidak habis, maka dapat ditambahkan air
aquabides. Bagian tanaman yang dapat diamati panas dan dilakukan penyaringan dengan kertas saring
meliputi amilum, berkas pengangkut, endodermis, bebas abu. Sisa kertas dan kertas saring dipijarkan pada
epidermis, dan jaringan parenkim. kurs yang sama. Dimasukkan filtrate kedalam kurs dan
Kadar Senyawa Marker dan Pola Kromato- diuapkan. Dilakukan pemijaran kembali hingga bobot
gram. Uji kromatografi lapis tipis digunakan fase tetap, selanjutnya ditimbang dan dihitung kadar abu
gerak petroleum eter:aseton (7:3) dan fase gerak terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara(13,14).
petroleum eter:aseton (2:1). Hal ini dilakukan sebagai Cemaran Logam Berat. Alat yang digunakan
optimasi fase gerak terbaik yang dapat digunakan. untuk melakukan uji ini adalah spektrofotometri
Fase diam menggunakan silica gel 60 GF254. Tiap- serapan atom (SSA) dengan metode kurva kalibrasi.
tiap fase gerak dijenuhkan dalam chamber KLT Buat kurva baku timbal (Pb) dan cadmium (Cd)
dan fase diam diaktifkan dengan cara dioven pada dengan konsentrasi 1.000 bpj. Dilakukan pengenceran
suhu 100 oC selama satu jam. Sampel ekstrak dibuat bertahap hingga didapatkan konsentrasi 1 bpj.
konsentrasi 3% dengan pelarut etanol 96%, sedangkan Dibuat seri kadar 1, 5, 10 dan 15 bpj untuk timbal
standar β-karoten dibuat konsentrasi 0,5%; 0,75% (Pb) dan 0,2;0,4;0,6 dan 1 bpj untuk cadmium (Cd).
dan 1%. Kemudian ekstrak etanol kangkung dan Konsentrasi larutan sampel diukur setelah serapan
standar β-karoten ditotolkan diatas plat KLT. Plat sampel ditemukan dan diinterpolasi dalam kurva baku.
didiamkan beberapa saat untuk menguapkan pelarut Ditimbang ekstrak sebanyak 3 g dan dimasukkan
yang ada pada sampel. Plat KLT yang telah ditotolkan dalam krus porselen. Dipijarkan hingga arang habis
dimasukkan kedalam chamber yang telah jenuh untuk dan ditambahkan asam nitrat 30% sebanyak 10 mL
dielusi. Dari hasil elusi tersebut dapat dipilih fase kemudian dilarutkan sampai batas 25 mL. Dilakukan
gerak terbaik yang dapat memisahkan lebih banyak dalam lemari asam hingga sampel terdestruksi
pada plat KLT. Hasil elusi terbaik dari fase gerak sempurna. Cemaran logam ditetapkan dan dilakukan
digunakan untuk pengukuran kadar senyawa identitas tiga kali replikasi(14,15).
154 HAYATI ET AL. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
Cemaran Mikroba. Larutan pengencer dibuat negatif. Semua alat dan bahan yang akan digunakan
dengan melarutkan 0,9 g NaCl kedalam 100 mL disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C selama
air. 5 buah tabung reaksi disiapkan untuk masing- 30 menit. Selama pengerjaan dilakukan secara aseptik
masing dituangkan 9 mL NaCl 0,9%. Tabung tersebut didalam LAF. Dinkubasi semua tabung pada suhu
dihomogenisasi sebanyak 10 mL atau pengenceran 37 0C selama 24 jam dan dilanjutkan hingga 48 jam.
10-1. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan contoh Dihitung apakah ada gelembung udara setelah masa
dipipet pengenceran 10-1 sebanyak 1 mL kedalam inkubasi 48 jam.
tabung yang berisi pengencer NaCl 0,9% pertama Uji Sisa Pelarut Etanol. Alat yang digunakan
hingga diperoleh pengenceran 10 -2 dan dikocok untuk menguji sisa pelarut etanol ini menggunakan
hingga homogeny. Pengenceran berikutnya dibuat alat GC-MS. Dilakukan pengenceran ekstrak pekat
hingga 10-6 atau sesuai dengan yang dibutuhkan. hingga konsentrasi 0,1% dengan pelarut metanol.
Kemudian buat media tumbuh plate count agar (PCA). Sampel diinjeksikan kedalam alat GC-MS pada
Ditimbang 4,375 g media sesuai dengan keterangan suhu 70 0C hingga 200 0C. Analisis adanya gugus
pada kemasan PCA. Media ini dibuat untuk 11 cawan metanol melalui similar index dan pola kromatog
petri yang dilarutkan pada 250 mL aquades. Semua yang dihasilkan(4,13).
peralatan yang akan digunakan termasuk media agar Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH.
disterilisasi dengan alat autoklaf pada suhu 1210C Pengujian aktivitas penangkapan radikal DPPH
selama 30 menit. Setelah proses sterilisasi, media agar dilakukan dengan cara sampel uji dengan berbagai
dituangkan kedalam 11 cawan petri masing-masing variasi kadar (50 μg/mL, 100 μg/mL, 150 μg/mL, 200
sebanyak 20 mL. Segera cawan petri digoyang dan μg/mL, 300 μg/mL) ditambahkan 1mL DPPH (25bpj).
diputar hingga suspensi tersebar secara merata. Dari 11 Campuran tersebut kemudian didiamkan selama 30
cawan petri ini satu cawan digunakan sebagai control menit dan dibaca menggunakan Spektrofotometer
dan sepuluh lainnya digunakan sebagai perlakuan UV-Vis pada panjang gelombang 517nm(16).
yang dituangkan masing-masing 1 mL dari tiap-tiap
pengenceran. Semua prosen penuangan dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
diladalam Laminar Air Flow (LAF) dan secara aseptik.
Jika media telah memadat, cawan petri diinkubasi Standardisasi ekstrak etanol daun kangkung darat
pada suhu 37 0C selama 24 jam dengan posisi cawan meliputi parameter spesifik dan nonspesifik. Parameter
terbalik. Amati dan hitung jumlah komoni yang spesifik terdiri atas aspek organoleptik, aspek profil
tumbuh pada cawan petri(13). kromatografi lapis tipis, dan aspek penetapan kadar
Cemaran Kapang dan Khamir. Disiapkan 3 marker. Sedangkan untuk parameter nonspesifik
tabung reaksi yang telah diisi 9 mL pengencer NaCl terdiri atas pengukuran kadar air, pengukuran bobot
0,9%. Dilakukan homogenisasi dan pengenceran jenis, pengukuran sisa pelarut etanol, penetapan kadar
hingga 10-3. Media tumbuh yang digunakan adalah abu, pengukuran cemaran logam, penetapan cemaran
Czapek Dox Agar (CDA). Tiap-tiap pengenceran mikroba, kapang, khamir, dan koliform. Pengukuran
diambil 0,5 mL dan dituang pada media CDA. bobot jenis, kadar air, dan kadar abu dilakukan dengan
Segera digoyang dan diputar agar media tersebar rata. tiga kali replikasi dan selanjutnya diambil nilai rata-
Dibiarkan memadat kemudian diinkubasi pada suhu rata. Di bawah ini (Tabel 1 dan Tabel 2) adalah tabel
20-250C selama 5-7 hari. Seluruh alat dan bahan yang hasil standardisasi ekstrak etanol daun kangkung darat
digunakan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu (Ipomoea reptans Poir).
1210C selama 30 menit. Dihitung koloni ragi yang Parameter spesifik. Parameter spesifik adalah
sebelumnya telah dibedakan bentuknya bulat kecil- parameter yang menggambarkan identitas dari sebuah
kecil menyerupai bakteri. Lempeng yang diamati ekstrak. Proses identifikasi merupakan bagian penting
adalah yang mengandung 40-60 koloni kapang/ dari kontrol kualitas suatu produk obat tradisional
khamir(13). karena bahan obat tradisional biasanya berasal dari
Uji Koliform. Sembilan tabung tertutup disiapkan daerah budi daya yang berbeda-beda, dan memiliki
dan telah dimasukkan masing-masing tabung Durham. banyak kesamaan secara fisik dengan tanaman
Uji koliform ini menggunakan media tumbuh Briliant lain yang masih satu genus. Sampai saat ini belum
Green Lactose Bile Broth (BGLB). Media yang telah ada senyawa murni yang diisolasi dari tanaman
dimasak hingga mendidih dimasukkan dalam tabung kangkung yang digunakan sebagai marker aktif.
tertutup tabung Durham yang diletakkan dengan posisi Namun pada beberapa penelitian senyawa marker
terbalik tidak mengandung gelembung udara. Sampel yang digunakan untuk mengidentifikasi tanaman
diencerkan dengan pengenceran 10-2 dan 10-3 masing- kangkung darat adalah senyawa β karoten. Senyawa
masing 3 tabung. 3 tabung lainnya sebagai kontrol β karoten terdapat dalam jumlah yang cukup besar
Vol 13, 2015 Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 155
2 Epidermis atas
Tabel 3. Hasil standardisasi non spesifik ekstrak etanol daun kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
Adanya logam Cd dalam ekstrak menunjukkan sebuah proses ekstraksi daun kangkung yang
adanya cemaran yang dapat berasal dari tanah maupun terstandardisasi sehingga diperoleh ekstrak yang
pupuk. Kadmium banyak terdapat pada pupuk memenuhi persyaratan kualitas. Perlu diperhatikan
kandang dan pupuk fosfat. Kadmium dalam pupuk kontrol pemilihan pupuk yang tidak mengandung
kandang dapat disebabkan adanya kontaminasi logam kadmium, sehingga lebih meminimalkan kandungan
berat yang masuk ke dalam tubuh ternak melalui kadmium dalam ekstrak. Jika dilakukan produksi
makanan. Bahan baku batuan fosfat yang digunakan dengan bahan baku dan proses pembuatan ekstrak
untuk membuat pupuk fosfat dapat mengandung yang sama, akan terjaga konsistensi mutu dan khasiat
logam berat kadmium(20-22). ekstrak.
Hasil pemeriksaan menunjukkan tidak adanya DPPH (2,2-diphenyl-1- picrylhydrazyl) merupakan
kontaminasi mikroba, koliform dan kapang khamir salah satu metode yang dapat digunaan untuk skrining
selama proses pasca panen sampai ekstraksi. Hasil aktivitas antioksidan dari suatu ekstrak. Pengujian ini
penetapan angka lempeng total pada ekstrak etanol mereaksikan ekstrak (sebagai senyawa antioksidan)
kangkung darat memenuhi persyaratan batasan dengan DPPH (sebagai senyawa radikal) dimana
maksimum mikroba menurut SNI 7388:2009, akan dihasilkan pengurangan jumlah radikal yang
yaitu dengan batas maksimum mikroba sebesar diikuti penurunan serapan pada panjang gelombang
105 koloni/g(15). Hasil pengujian perkiraan angka 517 nm dan dapat dikorelasikan dengan jumlah gugus
koliform pada ekstrak etanol daun kangkung darat hidroksil yang dimiliki oleh ekstrak yang diujikan.
menunjukkan hasil negatif. Hal ini ditunjukkan dengan Penelitian terdahulu menunjukkan kapasitas IC50
tidak adanya gelembung udara yang dihasilkan pada antioksidan dari daun kangkung sebesar 131 µg/ mL.
tabung uji. Hasil penetapan kadar kapang khamir pada Kemampuan antioksidan dari daun kangkung
ekstrak etanol daun kangkung darat menunjukkan lebih baik dari pada beberapa jenis sayuran lainnya
bahwa tidak ada cemaran kapang khamir, pada hari diantarannya Asteracantha longifolia Nees, Bacopa
ke 5 pengamatan pertumbuhan bakteri kurang dari monnieri Linn Pennell, Bauhinia racemosa Lam.,
40 koloni, maka pengamatan dihentikan karena Chenopodium album Linn., Moringa oleifera Lam.,
dianggap negatif. Hasil ini memenuhi persyaratan Nyctanthes arbortristis Linn. Paederia foetida Linn.
batasan maksimum angka kapang khamir menurut SNI dan Trigonella foenum-graecum Linn (23). Hasil
7388:2009 yaitu tidak lebih dari 102 koloni/g(15). Hal penelitian yang dilakukan menunjukkan aktivitas
ini menunjukkan kualitas ekstrak yang baik, dengan antioksidan ekstrak daun kangkung terstandard
kemungkinan kontaminasi yang sangat kecil terhadap dengan menggunakan DPPH diperoleh IC 50 dari
tumbuhnya mikroba, koliform, dan kapang khamir ekstrak sebesar 178,3 µg/ mL. Kontrol positif yang
yang dapat dilihat secara lebih lanjut pada Tabel 3. digunakan pada pengujian aktivitas DPPH ini adalah
Pelarut etanol yang tersisa pada ekstrak dapat senyawa rutin. Hasil pengukuran daya antioksidan
mempengaruhi kestabilan kimia maupun fisika senyawa rutin pada penelitian ini diperoleh IC 50
ekstrak. Hasil kromatogram dan similar index sebesar 7,81 µg/ mL. Rutin merupakan senyawa
menunjukkan tidak adanya puncak etanol pada dalam golongan glikosida flavonoid yang dikenal
ekstrak. Hal ini menunjukkan proses penguapan sisa memiliki daya antioksidan yang lebih baik dari
pelarut sudah optimal. katekin, epikatekin dan flavonoid dengan kapasitas
Secara keseluruhan dapat dikatakan telah diperoleh antioksidan 17,1 µg/ mL(24).
Vol 13, 2015 urnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 157