Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
1
Zainuddin dan Mohd. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka Media,
2010), h. 45
2
Ibid,. h. 46
3
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h. 43
4
Ibid., h. 44
2
sampainya jiwa manusia pada makna sesuatu atau objek pengetahuan (hushul al-
nafs ila ma’na al-syai’ ).5
Dalam al-Qur’an, untuk menyebutkan ilmu pengetahuan, selain kata al-‘ilm
juga digunakan kata al-ma’ dan al-syu’ur.Namun kata al-‘ilm memiliki karakter
yang lebih khusus. Sebab, dalam penggunaannya, hanya terma al-‘ilm yang
diatribusikan kepada Allah SWT. Karenanya, bila dicermati, al-Qur’an seringkali
mengatribusikan Allah SWT sebagai ‘Alim al-Hakim, ‘Alim al-Khabir, ‘Alim
Halim, ‘Allim Qodir, al-sami’ al-‘alim, ‘allam al-Ghuyub, Khallaq al- Alim,
Syakir ‘Alim, Hafidz al’alim dan sayai’ ‘ilma.6
Ayat- ayat yang berkenaan dengan konteks di atas antara lain , Surah Al-
Baqarah ayat 32:
5
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.45
6
Ibid., h.44
7
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 6
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati, 2009), Vol. 1, h. 179
3
9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati, 2009), Vol. 1, h. 179
10
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h. 47
11
Afzalur Rahman, Quranic Science, ter. H. M. Arifin (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 29
4
pengetahuan yang darinya berbagai hal tentang ilmu pengetahuan bisa digali,
dikaji, dikonstruksi, dan dikembangkan manusia.12
3. Alam Semesta (al-ayah al-kauniyyah)
Dalam Islam, ‘alam yang termanya seakar dengan kata al-‘ilm, bisa dimaknai
sebagai ’penunjuk jalan’. Dalam konteks ini, maka ‘alam dengan seluruh
fenomenanya (natural phenomena) adalah merupakan penunjuk jalan bagi
manusia untuk sampai pada makna sesuatu atau objek ilmu pengetahuan. Terma
yang sering digunakan al-Qur’an untuk menyebut fenomena alam ini adalah al-
ayah,yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah Swt yang terbentang di alam semesta
raya (al-ayah al-kauniyyah). Manusia bisa memperoleh ilmu pengetahuan dari
fenomena alam ini dengan cara mendayagunakan indera, akal, dan hatinya.
Karenanya dalam Islam, alam semesta dengan segenap fenomenanya, juga
merupakan sumber ilmu pengetahuan.13
Konteks di atas sesuai dengan surah Ar-Rumm ayat 24 :
ًا
ْفَو
َ خ َر
ْق ْ
الب ُم
ُ ِيك ُ ِ
ير ِه
ياتَْ آ َم
ِن و
ًما
ء َ ء َ السَّم
َِا ِنل م ُِِّ
َز َُ
ين ًا و َعَم
َطو
ِي َِّ
ن ف ها إَِْتموَ دَْ
بعَ َْض
ِ األر ْيِي ب
ِه َي
ُح ف
ن ُْق
َِلو يعَ ٍ
ْمَوِقياتٍ ل َل
َِكَ آل ذ
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan
dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mempergunakan akalnya”.14
4. Sejarah
Dalam Islam, sejarah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan.
Sebagaimana dinyatakan Wan Daud yang dikutip Al-Rasyidin, ketika merujuk
sejarah sebagai sumber ilmu pengetahuan, Al-Qur’an sering menggunakan terma
12
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, h. 48
13
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.48
14
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 406
5
‘ibrah, yakni pelajaran atau bimbingan, yang darinya berbagai pengajaran moral
bisa ditemukan. Secara eksplisit, AL-Qur’an menegaskan bahwa ‘ibrah itu
diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal.15 Q.S Yusuf ayat 111 :
َِاب ْ
األلب ِيٌ ألولَةْر ْ ع
ِب ِمِه َص
َص ِي قن فََاد كَْ
َلق
َ ْد
ِيق تصَ ْ
ِن ََلك
َى و َر
ْتيفُ ًاِيثَدن حََا
ما ك َ
ًه
دى َُ
ء وٍِّْ شَي
ُل
ِ َ كِيلْصتفََ
ِ ويه َي
ْد َ َْن
بيَ ِي َّ
الذ
َُو
ن ِنْم
يؤُ ٍ َو
ْم ِق
ة لًَ
ْمَح
َرو
Artinya :
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
ْ ال ُم
ِك َم
هات َُّ
ُونِ أ بطُ ِْنْ م ُم
َك ْر
َج َخ َّ َ
اَّللُ أو
َ
ْعُ السَّم َ َلك
ُم َل
َع ًا و
َج ن شَي
ْئ َُو
لمَْ تعَ
َُو
ن تشْك
ُر َ ْ
ُم ََّ
لك ة َلع
َد ْئ
َِ َاألف
َ وَار َْاأل
بص و
Artinya :
15
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami., h. 49
16
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h.50
6
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.17
Dari ayat di atas, dapat dipahami cara memperoleh pengetahuan dapat
dilakukan melalui pendengaran, pengelihatan dan hati. Dengan mempergunakan
potensi yang diberikan Allah tersebut manusia dapat menemukan, mendapatkan
dan memahami berbagai ilmu pengetahuan.18
Dalam al-Qur’an dinyatakan juga akal sebagai alat untuk mendapatkan
pemahaman yakni Q.S Shaad ayat 29 :
ُوا
بر ََّ
َّد ليِ ٌَك
َارمب َِلي
ُ َْك ه إَُا َْلن
نزَْ
ٌ أَاب
ِتك
َِاب ْ
األلب ُ ُ
ولو َّر
َ أ ذكَََت
ليَِ
ِ وِه َآ
يات
Artinya :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.19
Al-Ghazali dalam bukunya Miyar al-‘Ilm dan al-Munqidz min al-Dlalal
sebagaimana dikutip Al-Rasyidin, mengemukakan bahwa ada dua instrumen yang
digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan, panca indera (hissiyah) dan
akal (aqliyah). Namun, disamping kedua instrumen itu, manusia bisa
mendapatkan pengetahuan langsung tanpa indera atau akal, bahkan tanpa belajar
dan usaha. Pengetahuan ini khusus untuk para nabi-nabi dan wali yang langsung
masuk ke dalam hati mereka langsung dari Allah Swt. Pengetahuan inilah yang
disebut ilmu ladunny.20
Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk belajar dan meraih pengetahuan.
Dalam kerangka itu, seluruh potensi psiko-fisik yang telah dianugrahka Allah Swt
harus diberdayakan untuk meraih pengetahuan agar dapat menghantarkan manusia
17
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 275
18
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
h.79
19
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h.
455
20
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h. 52
7
bersyahadah kepada Allah Swt. Untuk sampi pada syahadah, pada satu sisi, Allah
Swt menta’limkan, mendatangkan, mengilhamkan, atau menta’dibkan ilmu
pengetahuan kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Dalam konteks secara
langsung, Allah Swt ‘menanamkan’ ilmu pengetahuan ke dalam jiwa hamba-
hamba pilihan-Nya, apakah itu para nabi dan rasul ataupun orang-orang shalih di
antara manusia ciptaan-Nya. Kepada para nabi dan rasul, pengetahuam itu
diberikan-Nya melalui wahyu, yang sebahagiannya terkodifikasi dalam kitab-
kitab suci, seperti, Zabur, Taurot, Inzil dan al-Qur’an, serta sebahagian lagi dalam
lembaran-lembaran atau shuhuf. Sedangkan kepada orang-orang shalih,
pengetahuan itu ditanamkan-Nya ke dalam hati atau jiwa mereka melalui ilham
atau intuisi.21
Pada sisi lain, pencapaian syahadah atau ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan itu, dapat diperoleh manusia melalui upaya eksplorasi dan pemahaman
terhadap tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah Swt di alam semesta raya ini
(al-ayah al-kauniyah). Proses ini dilakukan manusia melalui pendayagunaan
daya-daya al-jism dan al-ruh , apakah itu panca indera, akal, atau hati.
Dikarenakan manusia tidak hanya memiliki daya-daya al-jism, tetapi juga
daya-daya al-ruh , maka akal pikiran dan hati juga bisa didayagunakan sebagai
instrumen untuk meraih ilmu pengetahuan yang dapat menghantarkan manusia
pada syahadah terhadap Allah Swt.22
24
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.56
25
Ibid., h. 60
9
PENUTUP
Ilmu adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang diperoleh secara
langsung/tidak langsung baik fisik/non fisik melalui inderawi atau non inderawi
yang bersumber dari Allah dan menghantarkan manusia pada syahadah terhadap-
Nya. Sumber ilmu pengetahuan antara lain; Al-Qur’an, hadis, alam semesta dan
sejarah.
Instrumen meraih ilmu pengetahuan antara lain; Menurut imam al-Ghazali
yaitu indera (hissiyah) dan akal (aqliyah). Instrumen ilmu pengetahuan pada satu
sisi, Allah Swt menta’limkan, mendatangkan, mengilhamkan, atau menta’dibkan
ilmu pengetahuan kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Dalam konteks secara
langsung, Allah Swt ‘menanamkan’ ilmu pengetahuan ke dalam jiwa hamba-
hamba pilihan-Nya. Kepada para nabi dan rasul, pengetahuam itu diberikan-Nya
melalui wahyu, yang sebahagiannya terkodifikasi dalam kitab-kitab suci.
Sedangkan kepada orang-orang shalih, pengetahuan itu ditanamkan-Nya ke dalam
hati atau jiwa mereka melalui ilham atau intuisi.
Pada sisi lain, pencapaian syahadah dapat dilakukan manusia melalui
pendayagunaan daya-daya al-jism dan al-ruh , apakah itu panca indera, akal, atau
hati. Oleh karena itu akal pikiran dan hati juga termasuk instrumen meraih ilmu
pengetahuan.
Objek telaah ilmu pengetahuan adalah seluruh fenomena dan noumena atau
objek-objek fisik dan non fisik.Karakteristik ilmu pengetahuan: (1) ilmu
pengetahuan mengakar dan berhubungan dengan Tuhan, (2) ilmu pengetahuan
mendorong atau mengarahkan kepada kebenaran (al-haqq) dan keyakinan (al-
yaqin), (3) ilmu pengetahuan bersifat integral, (4) ilmu pengetahuan berhubungan
10
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Depag RI.Al-Qur’an dan terjemahnya, Solo: Tiga serangkai, 2013.
Nizar, samsul dan Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2009.
DAFTAR ISI
Daftar isi........................................................................................... i
A. Defenisi Ilmu Pengetahuan.................................................. 1
B. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan............................... 3
1. Al-Qur’an.............................................................. 3
2. Hadis-Hadis Rasul.................................................. 3
3. Alam Semesta (al-ayah al-kauniyyah)...................... 4
4. Sejarah.................................................................. 4
C. Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan........................... 5
D. Objek Telaah Ilmu Pengetahuan................................... 7
E. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Islami......................... 7
F. Tujuan Pencarian Ilmu Pengetahuan............................ 8
Kesimpulan....................................................................................... 9
Daftar pustaka....................................................................... 10
12
Dosen Pengampu:
DISUSUN
O
L
E
H
EMAN SUMANTRI
JURUSAN PAI B
SEMESTER VI
13