Вы находитесь на странице: 1из 13

1

KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


OLEH: EMAN SUMANTRI

A. Defenisi Ilmu Pengetahuan


Istilah ‘ilm dalam epistemologi Islam mempunyai kemiripan-tapi bukan
berarti sama dengan istilah science dalam epistemologi Barat.1 M. Quraish Shihab
dalam bukunya wawasan al-Qur’an yang dikutip Zainuddin, kata ‘ilm dengan
berbagai bentuknya terulang sebanyak 854 kali. Kata ini digunakan dalam arti
proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘Ilm dari segi bahasa
berarti kejelasan.2 Sedangkan menurut Wan Daud sebagaimana dikutip Al-
Rasyidin, secara bahasa, kata ilmu berasal dari akar kata ‘ain-lam-mim yang
diambil dari perkataan ‘allamah, yang berarti tanda, penunjuk, atau indikasi yang
dengannya sesuatu atau seseorang dikenal; kognisi atau label; ciri-ciri; indikasi;
tanda-tanda.3
Menurut M. Zainuddinsebagaimana dikutip Al-Rasyidin, kata ‘ilmjuga
merupakan bentuk definitif dari kata ‘alima ya’lamu, ‘ilman (dengan wazan:
fa’ila, yaf’alu, fi’lan) yang berarti pengetahuan. Dalam al-Qur’an, baik dalam
bentuk definitif maupun dalam bentuk indefinitif, kata ‘ilm disebutkan sebanyak
80 kali. Namun kata yang berkaitan dengan ‘ilm, seperti ‘allama (mengajarkan),
ya’lamu (mereka mengetahui), ‘alim (sangat mengetahui), dan kata lain yang
seakar dengannya disebutkan beratus kali.4 Pengulangan kata ini menunjukkan
betapa pentingnya ilmu dalam Islam.
Al-attas sebagaimana dikutip Al Rasyidin mendefenisikan ilmu dari dua sisi.
Pertama,sebagai sesuatu yang datangnya dari Allah Swt, maka ilmu diefenisikan
sebagai, sampainya makna atau bentuk sesuatu ke dalam jiwa manusia atau
penuntut ilmu (hushul ma’na au surah fi al-nafs). Kedua, sebagai sesuatu yang
diterima oleh jiwa yang aktif dan kreatif, maka ilmu didefenisikan sebagai

1
Zainuddin dan Mohd. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Citapustaka Media,
2010), h. 45
2
Ibid,. h. 46
3
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h. 43
4
Ibid., h. 44
2

sampainya jiwa manusia pada makna sesuatu atau objek pengetahuan (hushul al-
nafs ila ma’na al-syai’ ).5
Dalam al-Qur’an, untuk menyebutkan ilmu pengetahuan, selain kata al-‘ilm
juga digunakan kata al-ma’ dan al-syu’ur.Namun kata al-‘ilm memiliki karakter
yang lebih khusus. Sebab, dalam penggunaannya, hanya terma al-‘ilm yang
diatribusikan kepada Allah SWT. Karenanya, bila dicermati, al-Qur’an seringkali
mengatribusikan Allah SWT sebagai ‘Alim al-Hakim, ‘Alim al-Khabir, ‘Alim
Halim, ‘Allim Qodir, al-sami’ al-‘alim, ‘allam al-Ghuyub, Khallaq al- Alim,
Syakir ‘Alim, Hafidz al’alim dan sayai’ ‘ilma.6
Ayat- ayat yang berkenaan dengan konteks di atas antara lain , Surah Al-
Baqarah ayat 32:

‫ما‬َ ‫ِال‬ ‫َ َلن‬


‫َا إ‬ ْ‫انكَ ال ع‬
‫ِلم‬ َ َ‫ْح‬ ُ َ
‫الوا سُب‬ ‫ق‬
ُ
‫ِيم‬‫َك‬ ْ ُ
‫الح‬ ‫ِيم‬‫َل‬ ْ َ
‫الع‬ ‫نت‬َْ َِّ
‫نكَ أ‬ ‫َا إ‬‫َن‬
‫ْت‬ ََّ
‫لم‬ ‫ع‬
Artinya :
“Mereka menjawab: "Maha suci Engkau, tidak ada yang Kami ketahui selain
dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; Sesungguhnya Engkaulah yang
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”.7
Firman-Nya Innaka antaal-‘alimu al-hakim mengandung dua kata yang
menunjuk kepada mitra bicara yaitu huruf kaf pada kata innaka dan kata anta.
Kata anta oleh banyak ulama dipahami dalam arti penguat sekaligus untuk
memberi makna pengkhususan yang tertuju kepada Allah Swt. Dalam hal
pengetahuan dan hikmah sehingga penggalan ayat ini menyatakan “Sesungguhnya
hanya Engkau, tidak ada selain Engkau” Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.8
Kata al-‘alim terambil dari akar kata ‘ilm yang menurut pakar-pakar bahasa
berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Bahasa
Arab menggunakan semua kata yang tersusun dari huruf-huruf ‘ain, lam, mim

5
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.45
6
Ibid., h.44
7
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 6
8
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati, 2009), Vol. 1, h. 179
3

dalam berbagai bentuknya untuk menggambarkan sesuatu yang sedemikian jelas


sehingga tidak menimbulkan keraguan Allah Swt dinamai ’al-alim atau ‘aliim
karena pengetahuan-Nya yang amat jelas sehingga terungkap baginya hal-hal
yang sekeci-kecilnya apapun.
Kata al-hakim dipahami oleh sebagian ulama dalam arti Yang Memiliki
Hikmah, sedang hikmah antara lain berarti mengetahui yang paling utama dari
segala sesuatu, baik pengetahuan maupun perbuatan.9

B. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan


1. Al-Qur’an
Di dalam al-Qur’an didapati berbagai informasi yang dibutuhkan
manusia untuk mampu memahami segala sesuatu berkenaan dengan diri dan
kehidupannya-esensi tujuan, tugas, dan fungsi penciptaannya di alam semesta
oleh Allah Swt.10
Al-Qur’an telah membeberkan tentang asal-usul manusia dengan cara
yang mudah difahami, dan melenyapkan teori dan pemikiran kaum sekuler
yang hanya berlandaskan pada dugaan semata dan pada peninggalan tulang-
tulang yang telah membusuk.11
2. Hadis-Hadis Rasul
Dikarenakan Islam merupakan al-din pamungkas, maka umumnya
panduan atau bimbingan yang terdapat dalam al-Qur’an hanya mengatur
berbagai hal, termasuk informasi tentang ilmu pengetahuan, yang umumnya
masih bersifat general. Dengan mengecualikan ayat-ayat yang sudah rinci,
sebagian besar ayat-ayat al-Qur’an masih membutuhkan penafsiran atau
penjelasan untuk memahami dan mengamalkan kandungannya. Karenanya,
hadis rasul menempati posisi sebagai penjelas al-Qur’an (bayan al-Qur’an).
Dalam konteks ini, maka hadis-hadis rasul juga merupaka sumber ilmu

9
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an. (Jakarta:
Lentera Hati, 2009), Vol. 1, h. 179
10
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h. 47
11
Afzalur Rahman, Quranic Science, ter. H. M. Arifin (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 29
4

pengetahuan yang darinya berbagai hal tentang ilmu pengetahuan bisa digali,
dikaji, dikonstruksi, dan dikembangkan manusia.12
3. Alam Semesta (al-ayah al-kauniyyah)
Dalam Islam, ‘alam yang termanya seakar dengan kata al-‘ilm, bisa dimaknai
sebagai ’penunjuk jalan’. Dalam konteks ini, maka ‘alam dengan seluruh
fenomenanya (natural phenomena) adalah merupakan penunjuk jalan bagi
manusia untuk sampai pada makna sesuatu atau objek ilmu pengetahuan. Terma
yang sering digunakan al-Qur’an untuk menyebut fenomena alam ini adalah al-
ayah,yaitu tanda-tanda kekuasaan Allah Swt yang terbentang di alam semesta
raya (al-ayah al-kauniyyah). Manusia bisa memperoleh ilmu pengetahuan dari
fenomena alam ini dengan cara mendayagunakan indera, akal, dan hatinya.
Karenanya dalam Islam, alam semesta dengan segenap fenomenanya, juga
merupakan sumber ilmu pengetahuan.13
Konteks di atas sesuai dengan surah Ar-Rumm ayat 24 :

‫ًا‬
‫ْف‬‫َو‬
‫َ خ‬ ‫َر‬
‫ْق‬ ْ
‫الب‬ ‫ُم‬
ُ ‫ِيك‬ ُ ِ
‫ير‬ ‫ِه‬
‫يات‬َ‫ْ آ‬ ‫َم‬
‫ِن‬ ‫و‬
ً‫ما‬
‫ء‬ َ ‫ء‬ ‫َ السَّم‬
ِ‫َا‬ ‫ِن‬‫ل م‬ ُِِّ
‫َز‬ َُ
‫ين‬ ‫ًا و‬ ‫َع‬‫َم‬
‫َط‬‫و‬
‫ِي‬ َِّ
‫ن ف‬ ‫ها إ‬َِ‫ْت‬‫مو‬َ ‫د‬َْ
‫بع‬َ َ‫ْض‬
‫ِ األر‬ ‫ْيِي ب‬
‫ِه‬ ‫َي‬
‫ُح‬ ‫ف‬
‫ن‬ ُ‫ْق‬
َ‫ِلو‬ ‫يع‬َ ٍ
‫ْم‬‫َو‬‫ِق‬‫ياتٍ ل‬ ‫َل‬
َ‫ِكَ آل‬ ‫ذ‬
Artinya :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu
kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan
dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang mempergunakan akalnya”.14
4. Sejarah
Dalam Islam, sejarah juga merupakan sumber ilmu pengetahuan.
Sebagaimana dinyatakan Wan Daud yang dikutip Al-Rasyidin, ketika merujuk
sejarah sebagai sumber ilmu pengetahuan, Al-Qur’an sering menggunakan terma

12
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, h. 48
13
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.48
14
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 406
5

‘ibrah, yakni pelajaran atau bimbingan, yang darinya berbagai pengajaran moral
bisa ditemukan. Secara eksplisit, AL-Qur’an menegaskan bahwa ‘ibrah itu
diperuntukkan bagi orang-orang yang berakal.15 Q.S Yusuf ayat 111 :

ِ‫َاب‬ ْ
‫األلب‬ ‫ِي‬‫ٌ ألول‬‫َة‬‫ْر‬ ‫ْ ع‬
‫ِب‬ ‫ِم‬‫ِه‬ ‫َص‬
‫َص‬ ‫ِي ق‬‫ن ف‬َ‫َا‬‫د ك‬َْ
‫َلق‬
َ ‫ْد‬
‫ِيق‬ ‫تص‬َ ْ
‫ِن‬ ‫ََلك‬
‫َى و‬ ‫َر‬
‫ْت‬‫يف‬ُ ‫ًا‬‫ِيث‬‫َد‬‫ن ح‬َ‫َا‬
‫ما ك‬ َ
ً‫ه‬
‫دى‬ َُ
‫ء و‬ٍْ‫ِّ شَي‬
‫ُل‬
ِ ‫َ ك‬‫ِيل‬‫ْص‬‫تف‬ََ
‫ِ و‬‫يه‬ َ‫ي‬
ْ‫د‬ َ َ‫ْن‬
‫بي‬َ ‫ِي‬ َّ
‫الذ‬
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫ِن‬‫ْم‬
‫يؤ‬ُ ٍ ‫َو‬
‫ْم‬ ‫ِق‬
‫ة ل‬ًَ
‫ْم‬‫َح‬
‫َر‬‫و‬
Artinya :
“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-
orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat,
akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala
sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.

C. Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan


Suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dicapai hanya dengan berpangku tangan.
Untuk mencapai ilmu pengetahuan tersebut dibutuhkan alat atau insrumen yang
membantu manusia dalam memperoleh suatu pemahaman tentang ilmu
pengetahuan itu sendiri.
Ketika dilahirkan dari rahim ibunya, manusia tidak memiliki pengetahuan
tentang sesuatu, walau sedikitpun. Namun disamping ketidaktahuan tersebut,
manusia dibekali Allah Swt dengan potensi psiko-fisik yang dapat diberdayakan
dengan instrumen untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sampai pada level
pengetahuan untuk mampu bersyukur kepada Tuhan.16
Sesuai dengan firman Allah SWT tentang instrumen untuk mencapai ilmu
pengetahuan, yaitu Q.S AN-Nahl ayat 78:

‫ْ ال‬ ‫ُم‬
‫ِك‬ َ‫م‬
‫هات‬ َُّ
‫ُونِ أ‬ ‫بط‬ُ ْ‫ِن‬‫ْ م‬ ‫ُم‬
‫َك‬ ‫ْر‬
‫َج‬ ‫َخ‬ َّ َ
‫اَّللُ أ‬‫و‬
َ
‫ْع‬‫ُ السَّم‬ ‫َ َلك‬
‫ُم‬ ‫َل‬
‫َع‬ ‫ًا و‬
‫َج‬ ‫ن شَي‬
‫ْئ‬ َ‫ُو‬
‫لم‬َْ ‫تع‬َ
َ‫ُو‬
‫ن‬ ‫تشْك‬
‫ُر‬ َ ْ
‫ُم‬ ََّ
‫لك‬ ‫ة َلع‬
َ‫د‬ ‫ْئ‬
َِ ‫َاألف‬
‫َ و‬‫َار‬ ْ‫َاأل‬
‫بص‬ ‫و‬
Artinya :

15
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami., h. 49
16
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h.50
6

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur”.17
Dari ayat di atas, dapat dipahami cara memperoleh pengetahuan dapat
dilakukan melalui pendengaran, pengelihatan dan hati. Dengan mempergunakan
potensi yang diberikan Allah tersebut manusia dapat menemukan, mendapatkan
dan memahami berbagai ilmu pengetahuan.18
Dalam al-Qur’an dinyatakan juga akal sebagai alat untuk mendapatkan
pemahaman yakni Q.S Shaad ayat 29 :

‫ُوا‬
‫بر‬ ََّ
َّ‫د‬ ‫لي‬ِ ٌ‫َك‬
‫َار‬‫مب‬ ‫َِلي‬
ُ َ‫ْك‬ ‫ه إ‬ُ‫َا‬ ‫َْلن‬
‫نز‬َْ
‫ٌ أ‬‫َاب‬
‫ِت‬‫ك‬
ِ‫َاب‬ ْ
‫األلب‬ ُ ُ
‫ولو‬ ‫َّر‬
‫َ أ‬ ‫ذك‬ََ‫َت‬
‫لي‬َِ
‫ِ و‬‫ِه‬ َ‫آ‬
‫يات‬
Artinya :
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat
pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.19
Al-Ghazali dalam bukunya Miyar al-‘Ilm dan al-Munqidz min al-Dlalal
sebagaimana dikutip Al-Rasyidin, mengemukakan bahwa ada dua instrumen yang
digunakan manusia untuk memperoleh pengetahuan, panca indera (hissiyah) dan
akal (aqliyah). Namun, disamping kedua instrumen itu, manusia bisa
mendapatkan pengetahuan langsung tanpa indera atau akal, bahkan tanpa belajar
dan usaha. Pengetahuan ini khusus untuk para nabi-nabi dan wali yang langsung
masuk ke dalam hati mereka langsung dari Allah Swt. Pengetahuan inilah yang
disebut ilmu ladunny.20
Dalam Islam, manusia diperintahkan untuk belajar dan meraih pengetahuan.
Dalam kerangka itu, seluruh potensi psiko-fisik yang telah dianugrahka Allah Swt
harus diberdayakan untuk meraih pengetahuan agar dapat menghantarkan manusia

17
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h. 275
18
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),
h.79
19
Tim Penyusun Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Solo: Tiga serangkai, 2013), h.
455
20
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012),h. 52
7

bersyahadah kepada Allah Swt. Untuk sampi pada syahadah, pada satu sisi, Allah
Swt menta’limkan, mendatangkan, mengilhamkan, atau menta’dibkan ilmu
pengetahuan kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Dalam konteks secara
langsung, Allah Swt ‘menanamkan’ ilmu pengetahuan ke dalam jiwa hamba-
hamba pilihan-Nya, apakah itu para nabi dan rasul ataupun orang-orang shalih di
antara manusia ciptaan-Nya. Kepada para nabi dan rasul, pengetahuam itu
diberikan-Nya melalui wahyu, yang sebahagiannya terkodifikasi dalam kitab-
kitab suci, seperti, Zabur, Taurot, Inzil dan al-Qur’an, serta sebahagian lagi dalam
lembaran-lembaran atau shuhuf. Sedangkan kepada orang-orang shalih,
pengetahuan itu ditanamkan-Nya ke dalam hati atau jiwa mereka melalui ilham
atau intuisi.21
Pada sisi lain, pencapaian syahadah atau ilmu pengetahuan yang berkaitan
dengan itu, dapat diperoleh manusia melalui upaya eksplorasi dan pemahaman
terhadap tanda-tanda kekuasaan dan keesaan Allah Swt di alam semesta raya ini
(al-ayah al-kauniyah). Proses ini dilakukan manusia melalui pendayagunaan
daya-daya al-jism dan al-ruh , apakah itu panca indera, akal, atau hati.
Dikarenakan manusia tidak hanya memiliki daya-daya al-jism, tetapi juga
daya-daya al-ruh , maka akal pikiran dan hati juga bisa didayagunakan sebagai
instrumen untuk meraih ilmu pengetahuan yang dapat menghantarkan manusia
pada syahadah terhadap Allah Swt.22

D. Objek Telaah Ilmu Pengetahuan


Objek ilmu pengetahuan adalah seluruh fenomena dan noumena atau objek-
objek fisik dan non fisik. Dalam Islam, objek ilmu pengetahuan merupakan
rangkaian realitas atau eksistensi, baik yang ghaib maupun yang nyata,
Karenanya, tidak hanya manusia dan alam semesta raya ini, jin, malaikat, bahkan
Tuhan sendiri pun merupakan objek telaah atau kajian ilmu pengetahuan.23

E. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Islami


21
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.53
22
Ibid., h. 54
23
Ibid., h. 54
8

Dalam tulisannya Wan Daud sebagaiman dikutip Al-Rasyidin, menjelaskan


bahwa berdasarkan al-Qur’an dan Hadis, ada enam karakteristik ilmu pengetahuan
dalam islam. Karakteristik dimaksud adalah :
1. Ilmu pengetahuan mengakar dan berhubungan dengan Tuhan
2. Ilmu pengetahuan mendorong atau mengarahkan kepada kebenaran (al-
haqq) dan keyakinan (al-yaqin)
3. Ilmu pengetahuan bersifat integral
4. Ilmu pengetahuan berhubungan dengan pengamalan
5. Ilmu pengetahuan bersifat tidak terbatas ( unlimited nature ), dalam arti
tidak hanya pengetahuan manusia, tetapi juga mencakup pengetahuan
wahyu.24

F. Tujuan Pencarian Ilmu Pengetahuan


Berdasarkan tujuan penciptaan manusia, maka tujuan pencarian dan
pengembangan ilmu pengetahuan adalah untuk mengenali dan meneguhkan
kembali syahadah primordial manusia terhadap Allah Swt. Dalam kerangka inilah
aksiologi keilmuan Islam harus ditempatkan. Nilai suatu ilmu pengetahuan
terletak pada kebermanfaatannya dalam mengantarkan manusia merealisasikan
tujuan, fungsi, dan tugas penciptaannya oleh Allah Swt. Demikian pula, nilai
manusia terletak pada kemampuannya dalam mencari, mengembangkan dan
mengamalkan ilmu pengetahuan yang dapat mengantarkannya kepada peneguhan
syahadah atau kesaksiannya terhadap keberadaan dan keesaan Tuhan. Dalam
Islam, ilmu pengetahuan dicari dan dikembangkan untuk tujuan mempermudah
manusia dalam menjalani kehidupannya dimuka bumi, bukan sebaliknya.
Karenanya, ketika ilmu pengetahuan diperoleh, maka ada kewajiban bagi para
pencari atau pemiliknya untuk menggunakan ilmu pengetahuan itu bagi
kemashlahatan umat manusia secara keseluruhan.25

24
Al-Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2012), h.56
25
Ibid., h. 60
9

PENUTUP
Ilmu adalah pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang diperoleh secara
langsung/tidak langsung baik fisik/non fisik melalui inderawi atau non inderawi
yang bersumber dari Allah dan menghantarkan manusia pada syahadah terhadap-
Nya. Sumber ilmu pengetahuan antara lain; Al-Qur’an, hadis, alam semesta dan
sejarah.
Instrumen meraih ilmu pengetahuan antara lain; Menurut imam al-Ghazali
yaitu indera (hissiyah) dan akal (aqliyah). Instrumen ilmu pengetahuan pada satu
sisi, Allah Swt menta’limkan, mendatangkan, mengilhamkan, atau menta’dibkan
ilmu pengetahuan kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Dalam konteks secara
langsung, Allah Swt ‘menanamkan’ ilmu pengetahuan ke dalam jiwa hamba-
hamba pilihan-Nya. Kepada para nabi dan rasul, pengetahuam itu diberikan-Nya
melalui wahyu, yang sebahagiannya terkodifikasi dalam kitab-kitab suci.
Sedangkan kepada orang-orang shalih, pengetahuan itu ditanamkan-Nya ke dalam
hati atau jiwa mereka melalui ilham atau intuisi.
Pada sisi lain, pencapaian syahadah dapat dilakukan manusia melalui
pendayagunaan daya-daya al-jism dan al-ruh , apakah itu panca indera, akal, atau
hati. Oleh karena itu akal pikiran dan hati juga termasuk instrumen meraih ilmu
pengetahuan.
Objek telaah ilmu pengetahuan adalah seluruh fenomena dan noumena atau
objek-objek fisik dan non fisik.Karakteristik ilmu pengetahuan: (1) ilmu
pengetahuan mengakar dan berhubungan dengan Tuhan, (2) ilmu pengetahuan
mendorong atau mengarahkan kepada kebenaran (al-haqq) dan keyakinan (al-
yaqin), (3) ilmu pengetahuan bersifat integral, (4) ilmu pengetahuan berhubungan
10

dengan pengamalan, (5) ilmu pengetahuan bersifat tidak terbatas. Tujuan


pencarian ilmu pengetahuan adalah agar manusia mampu menunaikan fungsi dan
tugasnya di muka bumi sehingga manusia samapi kepada syahadah kepada Allah
Awt.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Rasyidin.Falsafah Pendidikan Islami,Bandung: Citapustaka Media, 2012.

Rahman, Afzalur.Quranic Science, ter. H. M. Arifin. Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Shihab, M. Quraish . Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an.


Jakarta: Lentera Hati, 2009.

Tim Penyusun Depag RI.Al-Qur’an dan terjemahnya, Solo: Tiga serangkai, 2013.

Nizar, samsul dan Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia,
2009.

Nasir. Mohd dan Zainuddin .Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Citapustaka


Media, 2010.
11

DAFTAR ISI

Daftar isi........................................................................................... i
A. Defenisi Ilmu Pengetahuan.................................................. 1
B. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan............................... 3
1. Al-Qur’an.............................................................. 3
2. Hadis-Hadis Rasul.................................................. 3
3. Alam Semesta (al-ayah al-kauniyyah)...................... 4
4. Sejarah.................................................................. 4
C. Instrumen Meraih Ilmu Pengetahuan........................... 5
D. Objek Telaah Ilmu Pengetahuan................................... 7
E. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Islami......................... 7
F. Tujuan Pencarian Ilmu Pengetahuan............................ 8
Kesimpulan....................................................................................... 9
Daftar pustaka....................................................................... 10
12

KONSEP ILMU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT


i
PENDIDIKAN ISLAM
Diajukan untuk memenhi tugas pada mata kuliah:
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Dosen Pengampu:

INDAH DINA PRATIWI, M.Pd

DISUSUN
O
L
E
H

EMAN SUMANTRI

JURUSAN PAI B
SEMESTER VI
13

STAIS TEBINGTINGGI DELI


2019

Вам также может понравиться