Вы находитесь на странице: 1из 12

2.

10 PRE-EKLAMPSIA RINGAN
2.10.1 Definisi
Pre-eklampsia ringan adalah suatu sindrom spesifik kehamlan dengan menurunnya
perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivitas
endotel.

2.10.2 Diagnosis

Diagnosis preeklamsia ringan ditegakkan berdasar atas timbul hipertansi disertai


proteinuria dan / atau edema setelah kehamilan 20 minggu.

1. Hipertensi: sistolik / diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg


dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria
preeklampsia.
2. Proteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.
3. Edema: edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali
edema pada pretibia(tungkai),dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan,
bagaimana:

1. Sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat-obatan, atau terapi


medikamentosa
2. Sikap terhadap kehamilannya, berarti mau diapakan kehamilan ini
a. Apakah kehamilan akan diteruskan sampai aterm?
Disebut perawatan kehamilan “koservatif” atau “ekspektatif”
b. Apakah kehamilan akan diakhiri (diterminasi)?
Disebut perawatan kehamilan “aktif” atau “agresif”

2.10.3 Tujuan utama perawatan preeklampsia

Mencegah kejang, pendarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital,


dan melahirkan bayi sehat.
2.10.11 Penanganan

1. Jika kehamilan < 35 minggu dan tidak terdapat tanda perbaikan, lakukan
penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan:
a. Lakukan pemantauan tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondisi janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa
d. Tidak perlu pemberian obat
e. Jika tidak memungkinkan rawat jalan, rawat di rumah sakit:
 Diet biasa
 Lakukan pemantauan tekanan darah 2 kali sehari, proteinuria 1 kali
sehari
 Tidak memerlukan pengobatan
 Tidak memerlukan diuretik, kecuali jika terdapat edema paru,
dekompensasi jantung atau gagal ginjal akut
 Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan:
 Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan
tanda preeklampsia berat
 Periksa ulang 2 kali seminggu
 Jika tekanan diastolik naik lagi rawat
kembali
 Jika tidak terdapat tanda perbaikan tetap dirawat
 Jika terdapat tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan
terminasi kehamilan
 Jika proteinuria meningkat, kelola sebagai preeklampsia berat

2. Jika kehamilan > 35 minggu, pertimbangkan terminasi kehamilan


a. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan Oksitosin 5 IU dalam 500 ml
Ringer Laktat/Dekstrose 5% IV mulai 8 tetes/menit yang dinaikan 4 tetes/15
menit sampai didapat his yang adekuat atau dengan prostaglandin
b. Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter
Foley, atau lakukan terminasi dengan bedah Caesar

 Rawat jalan (ambulatoir)

Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat jalan.
Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring / tidur miring), terapi tidak
harus mutlak selalu tirah baring.

Pada umur kehamilan di atas 20 minggu, tirah baring dengan posisi miring
menghilangkan tekanan rahim pada v. Kava inferior, sehingga meningkatkan
aliran darah balik dan akan menambah curah jantung. Hal ini berarti pula
meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke
ginjal akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis
dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas
kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung
akan meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenasi plasenta, dan
memperbaiki kondisi janin dalam rahim.

Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang fungsi ginjal
masih normal. Pada preeklampsia, ibu hamil umumnya masih muda, berarti
fungsi ginjal masih bagus, sehingga tidak perlu restriksi garam.

Diet yang mengandung 2 gr natrium atau 4 – 6 NaCl (garam dapur) adalah


cukup, kehamilan sendiri lebih banyak membuang garam lewat ginjal, tetapi
pertumbuhan janin justru membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila
konsumsi garam hendak dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan
yang banyak, berupa susu atau air buah.

Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya, dan
roboransi pranatal.
Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif. Dilakukan
pemeriksaan laboratorium Hb, hematokrit, fungsi hati, urin lengkap, dan fungsi
ginjal.

 Rawat inap (dirawat dirumah sakit)

Pada keadaaan tertentu ibu hamil dengan preeklampsi ringan ibu hamil perlu
dirawat dirumah sakit. Kriteria preeklampsi ringan dirawat di rumah sakit ialah :

(a) bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selama 2 minggu;

(b) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-
turut
(2 minggu).

(b) adanya satu atau lebih gejala dan tanda-tanda preeklampsi berat.

1. Bila setelah 1 minggu perawatan di atas tidak ada perbaikan maka pre-
eklampsia ringan dianggap sebagai pre eklampsia berat.
2. Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1
minggudan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawatjalan.

Selama dirumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laborik.


Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan USG dan doppler
khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion.
Pemeriksaan nonstress test dilakukan 2 kali seminggu dan konsultasi bagian
jantung dan mata.

 Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannya

Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22 minggu sampai


≤37 minggu.
Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah mencapai
normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai aterm.
Sementara itu, pada kehamilan aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai
terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi
persalinan pada taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara
spontan bila perlu memperpendek kala II.

2.11 PRE-EKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA

A. PRE-EKLAMPSIA

2.11.1 Definisi

Preeklampsia berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.

2.11.2 Diagnosis

Diagnosis ditegakan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagaimana tercantum di


bawah ini.

Preeklampsia digolongkan preeklampsia berat bila ditemukan berat bila ditemukan


satu atau lebih gejala sebagai berikut.

1. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg.
Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat dirumah
sakit dan sudah menjalani tirah baring.
2. Proteinuria lebih 5 g/24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
3. Oligura, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
4. Kenaikan kadar kreatinin plasma.
5. Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma dan
pandangan kabur.
6. Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat
terenggangnya kapsula glisson)
7. Edema paru-paru dan sianosis.
8. Hemolisis mikroangiopatik.
9. Trombositopenia berat: ≤ 100.000 sel atau penurunan trombosit dengan cepat.
10. Gangguan fungsi hepal atau (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin
dan aspartate amino transperase.
11. Pertumbuhan janin intrauterine yang terhambat.
12. Sindrom HELLP

2.11.3 Pembagian pre-eklampsia berat

Preeklampsia berat dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending eclampsia
dan (b) preeklampsia berat dengan impending eclampsia. Disebut impending
eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala
berat, gangguan virus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif
tekanan darah.

2.11.4 Perawatan dan pengobatan preeklampsia berat

Pengelolaan preeklampsia dan eklampsia mencakup pencegahan kejang, pengobatan


hipertensi, pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang
terlibat, dan saat yang tepat untuk persalinan.

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pre-eklampsia berat


selama perawatan, maka perawatan dibagi menjadi :

1. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri dan ditambah pemberian obat-
obatan. Perawatan aktif dilakukan apabila usia kehamilan 37 minggu atau lebih,
adanya ancaman terjadinya impending eklampsia, kegagalan terapi dengan obat-
obatan, adanya tanda kegagalan pertumbuhan janin di dalam rahim, adanya
“HELLP syndrome” (Haemolysis, Elevated Liver enzymes, and Low Platelet).
2. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pemberian
obat-obatan.Perawatan konservatif dilakukan apabila kehamilan kurang dari 37
minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia serta keadaan janin
baik.
2.PENILAIAN KLINIK

Penilaian klinik pre-eklampsia dan eklampsia

Tekanan
Darah

Meningkat Normal
(TD ≥ 140/90 mmHg)

Gejala / tanda lain Gejala / tanda lain

Nyeri kepala dan / atau Kejang Demam Trismus Nyeri Kepala


Gangguan penglihatan Riwayat Kejang (+) Nyeri Kepala Spasme otot Gangguan
dan / atau Demam (-) Kaku kuduk (+) muka Penglihatan
Proteinuria dan / atau Kaku Kuduk (-) Disorlentasi Muntah
Koma Riwayat gejala
serupa

Malaria Migraine
Tetanus
Epilepsi Serebral
Meningitis
Ensefalitis
Hamil < 20 minggu Hamil > 20 minggu

Hipertensi Superimposed
Kronik Preeclampsia Kejang (-) Kejang (+)

Eklampsia

Preeklampsia Preeklampsia
Hipertensi ringan berat
PENDOKUMENTASIAN DENGAN METODE SOAP DALAM ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER KARENA ATONIA
UTERI

Hari/Tanggal : 1 Januari 2019


Waktu Pengkajian : 15:00 wib
Tempat Pengkajian : BPM Hana
Nama Pengkaji : Bd. “H”

SUBYEKTIF :
1. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. “A” Nama : Tn. “N”
Usia : 28 tahun Usia : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Cendrawasih No. 24

2. Keluhan utama :
- Ibu mengatakan telah melahirkan anak keduanya tanggal 1 Januari 2019 pukul
13:00 wib
- Ibu mengatakan mengeluaran banyak darah merah kehitaman dari kemaluannya
- Ibu merasa cemas dan mata berkunang-kunang
- Ibu menguap terus

OBYEKTIF :
1. Keadaan umum : lemah
2. Kesadaran : samnolen
3. Pemeriksaan TTV :
TD : 80/50 mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36 °C

4. Pemeriksaan Fisik :
A. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi :Rambut hitam lurus,tidak berketombe, tidak rontok.
Palpasi : tidak ada benjolan dan nyeri tekan
B. Wajah
Inspeksi : Ekspresi wajah tampak meringis
Palpasi : tidak ada oedema pada wajah.
C. Mata
Inspeksi :konjungtiva putih pucat.
H. Abdomen
Inspeksi :Tidak ada luka bekas oprasi
Palpasi : Uterus tidak berkontraksi dan lembek, TFU tidak teraba
I. Genitalia
Inspeksi : perdaraham pervaginam ± 600 ml

ANALISA :
Ny. A 23 tahun P2 A0 2 jam postpartum dengan perdarahan postpartum karena
atonia uteri

PELAKSANAAN :
1) Mengobservasi keadaan umum vital sign tiap 30 menit
2) Mengobservasi kontraksi uterus dan TFU
3) Mengobservasi pengeluaran pervaginam
4) Melakukan masase uterus sampai kontraksi keras dan ajarkan pada ibu dan keluarga cara
masase uterus
5) Menjelaskan pada ibu mengenai keadaan fisiknya secara umum dan dukungan moril
6) Massase fundus uteri, kompresi bimanual Internal & eksternal
7) Berikan terapi obat yang diminum yaitu lapimox 1 tablet, mefinter 1 tablet, vitonal- F 1
tablet, milmor 1 tablet,
8) Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk penanganan lebih lanjut
9) Merujuk dengan menggunakan BAKSOKUDA(Bidan, Alat, keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat, Kenderaan, Uang, Donor darah)

PENDOKUMENTASIAN DENGAN METODE SOAP DALAM ASUHAN KEBIDANAN


DENGAN EKLAMSIA POST PARTUM 2 JAM

Hari/Tanggal : 1 Januari 2019


Waktu Pengkajian : 16:00 wib
Tempat Pengkajian : BPM Hana
Nama Pengkaji : Bd. “H”

A. Data Subyektif
1. Biodata
Ibu Suami
Nama : Ny. “A” Nama : Tn. “N”
Usia : 28 tahun Usia : 30 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln. Cendrawasih No. 24

Keluhan utama
a) Ibu mengatakan sakit kepala yang hebat
b) Ibu mengatakan penglihatan kabur dan nyeri pada ulu
hati

OBYEKTIF :
5. Keadaan umum : lemah,tampak cemas
6. Kesadaran : compos mentis
7. Pemeriksaan TTV :
TD : 170/120mmHg
N : 88 x/menit
R : 20 x/menit
S : 36,5 C

Pemeriksaan penunjang :

protein urine +++


oliguria 350 ml/24 jam,

4. Pemeriksaan Fisik
a) kepala : adanya oedema ,wajah kaku ,skotoma, diplopia, dan
ambliopia. Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar,
kepala dipalingkan kekanan atau kiri. lidah dapat tergigit
b) Leher : adanya pembekkan di vena jugularis

c) dada :adanya oedema

d) Abdomen : pembengkakan sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal


e) Genetalia : tidak ada sisa plasenta, adanya robekan perineum,
ada pengeluaran darah ± 200 cc dan ketuban jernih, Lochea rubra 20 cc,
kandung kemih kosong, dowercsteter terpasang, jumlah urin yang keluar
25cc/jam
f) Ekstremitas : ada oedema, tangan bergetar dan jari tangan menggenggam,
ada varices, Reflek patella (+)
ANALISA :
Ny. A 28 tahun P2 A0 2 jam Post partum dengan eklamsia

PENATALAKSANAAN :

1) Berikan MgSO4
Dosis dan cara pemberian MgSO4 :
 Loading dose : 4 g MgSO4 40% dalam 100 cc NaCL : habis dalam 30 menit (73
tts / menit)
 Maintenance dose : 6 gr MgSO4 40% dalam 500 cc Ringer
 Laktat selama 6 jam : (28 tts/menit)
 Awasi : volume urine, frekuensi nafas, dan reflex patella setiap jam
 Pastikan tidak ada tanda-tanda intoksikasi magnesium pada setiap pemberian
MgSO4 ulangan
 Bila ada kejang ulangan : berikan 2g MgSO4 40%, IV
2) Berikan antidotum
3) Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk penanganan lebih lanjut.
4) Merujuk dengan menggunakan BAKSOKUDA(Bidan, Alat, keluarga, Surat
(dokumentasi), Obat, Kenderaan, Uang, Donor darah)

Вам также может понравиться