Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penyunting
Sri Rezeki S. Hadinegoro
Alex Chairulfatah
Abdul Latief
Antonius H.Pudjiadi
Ririe Fachrina Malisie
Anggraini Alam
Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Daftar Kontributor
Aman Pulungan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
Lampiran
2. Definisi
Sepsis adalah disfungsi organ yang mengancam kehidupan (life-threatening
organ dysfunction) yang disebabkan oleh disregulasi imun terhadap infeksi.
3. Epidemiologi
Insiden sepsis lebih tinggi pada kelompok neonatus dan bayi <1 tahun
dibandingkan dengan usia >1-18 tahun (9,7 versus 0,23 kasus per 1000 anak).
Pasien sepsis berat, sebagian besar berasal dari infeksi saluran nafas (36-42%),
bakteremia, dan infeksi saluran kemih. Di unit perawatan intensif anak Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejumlah 19,3% dari 502 pasien anak
yang dirawat mengalami sepsis dengan angka mortalitas 54%.6 Sepsis berat
lebih sering dialami anak dengan komorbiditas yang mengakibatkan penurunan
sistem imunitas seperti keganasan, transplantasi, penyakit respirasi kronis dan
defek jantung bawaan.1,2,7
Penelitian Sepsis Prevalence Outcomes and Therapies (SPROUT) pada
tahun 2015 mengumpulkan data PICU dari 26 negara, memperoleh data
penurunan prevalensi global sepsis berat (Case Fatality Rate) dari 10,3%
menjadi 8,9% (95%IK; 7,6-8,9%). Usia rerata penderita sepsis berat 3,0 tahun
(0,7-11,0), infeksi terbanyak terdapat pada sistem respirasi (40%) dan 67% kasus
mengalami disfungsi multi organ. Angka kematian selama perawatan di rumah
Konsensus Diagnosis dan Tata Laksana Spsis pada Anak 1
sakit sebesar 25% dan tidak terdapat perbedaan mortalitas antara PICU di
negara berkembang dan negara maju.8
4. Etiologi
Sepsis disebabkan oleh respon imun yang dipicu oleh infeksi.3,5 Bakteri
merupakan penyebab infeksi yang paling sering, tetapi dapat pula berasal dari
jamur, virus, atau parasit.3 Respon imun terhadap bakteri dapat menyebabkan
disfungsi organ atau sepsis dan syok septik dengan angka mortalitas relatif
tinggi. Organ tersering yang merupakan infeksi primer, adalah paru-paru, otak,
saluran kemih, kulit, dan abdomen. Faktor risiko terjadinya sepsis antara lain
usia sangat muda, kelemahan sistem imun seperti pada pasien keganasan dan
diabetes melitus, trauma, atau luka bakar mayor.9,10
Mikroorganisme patogen penyebab sepsis, sangat tergantung pada usia
dan respons tubuh terhadap infeksi itu sendiri (tabel 1).2,7
SEPSIS
5.1 Infeksi
Kecurigaan infeksi didasarkan pada predisposisi infeksi, tanda infeksi, dan
reaksi inflamasi. Faktor-faktor predisposisi infeksi, meliputi: faktor genetik,
usia, status nutrisi, status imunisasi, komorbiditas (asplenia, penyakit kronis,
transplantasi, keganasan, kelainan bawaan), dan riwayat terapi (steroid,
antibiotika, tindakan invasif).
Tanda infeksi berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratoris. Secara
klinis ditandai oleh demam atau hipotermia, atau adanya fokus infeksi. Secara
laboratoris, digunakan penanda (biomarker) infeksi: pemeriksaan darah tepi
(lekosit, trombosit, rasio netrofil:limfosit, shift to the left), pemeriksaan
morfologi darah tepi (granula toksik, Dohle body, dan vakuola dalam sitoplasma),
c-reactive protein (CRP), dan prokalsitonin. Sepsis
Boks 1. Prinsip Penggunaan Antibiotik Empirik pada Sepsis dengan Penyebab yang Belum
Diketahui21
di atas
cSefalosporin generasi ketiga seftriakson tidak boleh digunakan ketika
Catatan:
• Perhitungkan efek samping dan toksisitas obat dari pemberian
antibiotik kombinasi. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan keputusan
untuk melakukan deekskalasi
Tabel 3. Jenis Antibiotika Empirik berdasarkan Kondisi Sepsis dan Kemungkinan mikroorganisme
Penyebab
Kondisi Jenis Antibiotika i.v
6.1.3 Anti-jamur
Pasien dengan predisposisi infeksi jamur sistemik (skor Kandida ≥3 dan
kadar prokalsitonin >1,3 ng/mL) memerlukan terapi anti-jamur.
Penggunaan antijamur pada sepsis disesuaikan dengan data sensitivitas lokal.
Bila tidak ada data, dapat diberikan lini pertama berupa: amphotericin B atau
flukonazol, sedangkan lini kedua adalah mycafungin. Antijamur diberikan
pada pasien sepsis yang dirawat di ruang intensif dengan menggunakan
algoritme di bawah ini (gambar 2).
YA TIDAK
• Kesadaran membaik
6.2.6 Kortikosteroid
Hidrokortison suksinat 50 mg/m2/hari diindikasikan untuk pasien syok
refrakter katekolamin atau terdapat tanda-tanda insufisiensi adrenal.
7. Tindak lanjut
7.1 Evaluasi Penggunaan Antibiotika dan Anti-jamur
Pemberian antibiotika dan anti-jamur dievaluasi berkala secara klinis dan
laboratoris (lekosit, granula toksik, Dohle body, vakuola sitoplasma, rasio
netrofil:limfosit, perubahan kadar CRP, dan prokalsitonin). Prinsip
penggunaan antibiotik dan anti-jamur empirik adalah melakukan deeskalasi
apabila etiologi sepsis telah diketahui dan terdapat perbaikan klinis. Cara
deeskalasi antibiotika dapat dilihat pada gambar 3.21
Antibiotikaempiris
Membaik Tidak
membai
Referensi
1. Randolph AG, McCulloh RJ. Pediatric sepsis: important considerations for
diagnosing and managing severe infections in infants, children, and
adolescents. Virulence 2014;5:179-89.
2. Plunkett A, Tong J. Sepsis in children. BMJ 2015;350:h3017.
3. Watson RS, Carcillo JA. Scope and epidemiology of pediatric sepsis. Pediatr
Crit Care Med 2005;6:S3-S5.
4. Zhao H, Heard SO, Mullen MT, et al. An evaluation of the diagnostic
accuracy of the 1991 American College of Chest Physicians/Society of
Critical Care Medicine and the 2001 Society of Critical Care
Medicine/European Society of Intensive Care Medicine/American College
of Chest Physicians/ American Thoracic Society/Surgical Infection Society
Sepsis definition. Crit Care Med 2012;40:1700-6.
5. Vincent J-L, Opal SM, Marshall JC, Tracey KJ. Sepsis definitions: time for
change. Lancet 2013;381:774-5.
6. Priyatiningsih DR, Latief A, Pudjiadi AH. Karakteristik sepsis di pediatric
intensive care unit RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2016.
7. Mayr FB, Yende S, Angus DC. Epidemiology of severe sepsis. Virulence
2014;5:4-11.
8. Weiss SL, Fitzgerald JC, Maffei FA, et al. Discordant identification of
pediatric severe sepsis by research and clinical definitions in the SPROUT
international point prevalence study. Crit Care 2015;19:325-34.
9. Deutschman CS, Tracey KJ. Sepsis: current dogma and new perspectives.
Immunity 2014;40:463-75.
10. Jui J. Septic Shock. In: Judith E. Tintinalli, Stapczynski JS, Ma OJ, Cline DM,
eds. Tintinalli’s Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide.
Lampiran 2.
1 mean +2,2 SD, koreksi suhu 37°C [rumus denyut jantung normal
terkoreksi suhu = denyut jantung terukur – 10(suhu terukur - 37°C)];
**untuk pasien yang tidak menggunakan penyekat beta atau klonidin; #mean
+2,8 SD, koreksi suhu 37°C [rumus frekuensi napas normal terkoreksi suhu
= frekuensi napas terukur – X(suhu terukur - 37°C); dimana X=7 untuk
usia 0 - <2 tahun dan X=5 untuk usia yang lain]
Penyebab Gagal napas yang tidak dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan
edema cairan (fluid overload)
Radiologis Infiltrat baru konsisten dengan penyakit parenkim paru akut
Oksigenasi Ventilasi mekanis non invasif Ventilasi mekanis invasif
Lampiran 3.
Kriteria pediatric acute respiratory distress
syndrome (PARDS)
Usia Eksklusi pasien dengan penyakit paru perinatal
Penyebab Gagal napas yang tidak dapat dijelaskan oleh gagal jantung atau kelebihan
edema cairan (fluid overload)
Radiologis Infiltrat baru konsisten dengan penyakit parenkim paru akut
Oksigenasi Ventilasi mekanis non Ventilasi mekanis invasif invasif
PARDS Ringan Sedang Berat
Populasi Khusus
Penyakit Kriteria usia, waktu, penyebab edema, dan radiologis sama seperti di atas,
jantung sianotik disertai perburukan oksigenasi akut yang tidak dapat dijelaskan oleh penyakit
jantung dasar
Penyakit paru Kriteria usia, waktu, dan penyebab edema sama seperti diatas, disertai
kronis gambaran radiologis konsisten dengan infiltrat baru dan perburukan
oksigenasi akut dari nilai sebelumnya, yang sesuai dengan kriteria oksigenasi
di atas
Disfungsi Kriteria usia, waktu, dan penyebab edema, dengan gambaran radiologis
ventrikel kiri konsisten dengan infiltrat baru dan perburukan oksigenasi akut, yang
memenuhi kriteria di atas, namun tidak dapat dijelaskan oleh disfungsi
ventrikel kiri
Lampiran 4.
Pediatric logistic organ dysfunction (PELOD) 2
Lampiran 5.
Skor kandida
Variabel Kode Skor Pengali
Linezolid PO, IV Anak <12 tahun: 30 mg/kg/hari dalam 3 dosis, Anak >12 tahun
1200 mg/hari dalam 2 dosis
Penisilin Spektrum
Luas
Amoksisilin asam PO Dosis 80-100 mg/kg/hari dalam 3 dosis diberikan dalam
klavulanat melakukan deekskalasi antibiotik PO untuk infeksi invasif non
OMA
Ampisilin IM, IV 200–400 mg/kg/hari dalam 4 dosis (dosis dewasa perhari 6-12 g)
Ampisilin IV 200 mg/kg/hari ampisilin dalam 4 dosis (dosis dewasa perhari 8
sulbaktam g)
Piperasilin IV Untuk anak > 9 bulan dosis 300 mg/kg/hari komponen piperacillin
tazobaktam dalam 3 doses (dosis dewasa perhari 9-16 g)
Penisilin
Penisilin G IM, IV 200 000–300 000 U/kg/hari dalam 4–6 dosis (dosis dewasa
perhari 12-24 juta U)
Penisilin resisten
Penisilinase
Oksasilin/Nafsilin IM, IV 150–200 mg/kg/hari dalam 4–6 dosis (dosis dewasa perhari 6-12
g)
Dikloksasilin PO 100 mg/kg/hari dalam 4 dosis untuk deekskalasi infeksi
osteoartikular)
Sulfonamid
Trimethoprim PO, IV 6–12 mg/kg/hari komponen TMP dalam 2 dosis (dosis dewasa
(TMP)- perhari TMP 320 mg)
sulfamethoxazole
(SMX) dengan
rasio 1:5
Tetrasiklin
Vankomisin
Vankomisin IV 45–60 mg/kg/hari dalam 3-4 dosis 3–4 dosis (dosis dewasa
perhari 2-4 g); membutuhkan pemeriksaan konsentrasi obat
dalam darah
LAMPIRAN 7.
Tabel pengambilan darah pada anak
9.5 – 11.4 10 70
11.8 – 13.6 10 80
14.1 – 15.9 10 100