Вы находитесь на странице: 1из 14

PROPOSAL PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT
PEMANFAATAN KULIT DURIAN MENJADI ANTI
NYAMUK

OLEH

KELOMPOK 2 :

Muh. Fajaruddin Natsir (P18012120406)


Musfirah (P1801212009)
Sri Damayanti (P1801212410)
Nurhidayah Aras (P1801212008)
Sarinah Basri (P1801212405)

KONSENTRASI KESEHATAN LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada di
provinsi Sulawesi Selatan yang luas wilayahnya sekitar 1.154,67 km2 yang terdiri
dari 22,22% daerah pantai, 0,79% daerah lembah, 15,87% daerah perbukitan,
dan 61,60% merupakan dataran. Secara kewilayahan kabupaten Bulukumba be-
rada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi pada kaki gunung
Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Dengan
jumlah penduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010)
yang tersebar di 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Adapun ke 10
kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu,
Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,
Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau
Ale dan Kecamatan Bulukumba.
Desa Salassae terletak di Kecamatan Bulukumba dengan luas wilayah
11. 005 Ha/m2, yang berbatasan dengan :
 Sebelah Utara : Desa Jojjolo Kec. Bulukumpa
 Sebelah Selatan : Desa Bonto Haru Kec. Rilau Ale
 Sebelah Timur : Desa Bonto Mangiring Kec. Bulukumpa
 Sebelah Barat : Desa Bulo-Bulo Kec. Bulukumpa
Jarak desa dengan kota kecamatan yakni ± 10 km, sarana jalan (akses
menuju desa) mudah dijangkau dengan jalan beraspal. Dan jarak dari ibukota
kabupaten ± 34 km, jarak dari ibukota provinsi ± 179 km, serta mempunyai 5
dusun yaitu:
 Dusun Ma`remme
 Dusun Bontotangnga
 Dusun Batu Tuju
 Dusun Bolongnge
 Dusun Batu Hulang
Secara topografi letak Desa Salassae berada diketinggian tanah dari
permukaan laut 450 M, suhu rata-rata 27 oC serta mempunyai curah hujan 2.000
MM/HM. Suhu ini sangat efektif untuk perkembangbiakan nyamuk malaria.
Desa Salassae memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.036 jiwa, jumlah
penduduk laki-laki sebesar 1.460 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan
sebesar 1.576 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 814 KK. Sementara tingkat
persentase klasifikasi kesejahteraan sebagai berikut : (5,04%) 41 KK Mampu,
(76,90%) 626 KK Menengah dan (18,06%) 147 KK tidak mampu/miskin.

B. Analisis Sarana dan Kondisi Kesehatan Lingkungan


1. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan yang ada di desa prioritas berupa puskesmas
serta posyandu yang ada disetiap dusun. Dengan adanya sarana kesehatan
ini sudah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat untuk akses sarana
kesehatan.
2. Kondisi Rumah
Kondisi bangunan yang ada terbagi menjadi bangunan permanen,
semi permanen dan terbuat dari papan atau kayu. Pada desa prioritas terpilih
kondisi bangunan yang ada masih banyak terdapat bangunan yang bersifat
semi permanen dan yang terbuat dari papan/kayu.
3. Kepadatan Bangunan
Kepadatan bangunan yang terdapat didesa tersebut bervariasi, yakni
ada beberapa rumah/bangunan yang memiliki jarak cukup dekat (< 1 meter)
dan adapula yang memiliki jarak yang jauh antara satu rumah dengan rumah
yang lainnya.
4. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang ada juga tidak tertata dimana banyak
bangunan yang tidak teratur dan kondisi lingkungan yang kotor. Berdasarkan
data bahwa Kabupaten Bulukumba merupakan daerah endemik malaria.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Web Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan, pada tahun 2008 jumlah penderita malaria klinis
mengalami penurunan menjadi 8.886 kasus dengan jumlah positif sebanyak
1.153 kasus (12,98 %). Kasus tertinggi di Kab. Selayar, Pangkep, Luwu
Utara, Enrekang dan Tator atau AMI sebesar 1,14 per 1000 penduduk.
Jumlah penderita malaria yang di konfirmasi laboratorium dengan hasil positif
terbesar di Kab. Selayar, Enrekang, dan Luwu Utara atau API sebesar 0,15
per 1000 penduduk.
Sedangkan untuk tahun 2010 jumlah penderita malaria klinis
mengalami peningkatan menjadi 11.305 kasus dengan jumlah positif
sebanyak 1.963 kasus (17,36%). Kasus tertinggi di Kab. Bulukumba, Selayar,
Pangkep, dan Luwu Utara (atau AMI sebesar 1,36 per 1000 penduduk.
Jumlah penderita malaria yang di konfirmasi laboratorium dengan hasil positif
terbesar di Kab. Bulukumba, Luwu Utara, Enrekang dan Selayar atau API
sebesar 0,24 per 1000 penduduk diperiksa sediaan darahnya sudah di atas
50% (tahun 2009 sebesar 75,61%, tahun 2010 sebesar 64,44.
Hasil pengumpulan data profil kabupaten/kota tahun 2011 jumlah
penderita malaria tanpa pemeriksaan sediaan darah sebesar 2.250 kasus,
malaria dengan pemeriksaan sedian darah sebesar 29.412 dengan CFR
0,00% adapun kabupaten yang tertinggi dengan pemeriksaan sediaan darah
yaitu kabupaten Bulukumba sebesar 5.184 kasus dan terendah di kabupaten
Bantaeng Sebesar 139 kasus. (http://dinkes-sulsel.go.id/new/index.php?
option=com_content&task=view&id=881&Itemid=1)
C. Kondisi sosial ekonomi
Tingkat pendidikan masyarakat yang terdapat pada desa tersebut
juga bervariasi, namun tingkat pendidikan yang tergolong rendah dimana
masih banyak penduduk yang tingkat pendidikannya SD dan tidak/belum
tamat SD.
Mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar petani, buruh
kasar, dan sebahagian kecil PNS, wiraswasta dan pengusaha. Dengan
tingkat pendapatan digolongkan tingkat Menengah yakni sebanyak 626 KK
(18,06%). Mayoritas masyarakat memiliki lahan pertanian berupa ladang
persawahan dan perkebunan durian yang memungkinkan banyaknya
breeding site.
PERMASALAHAN MITRA
Hubungan dan kerjasama suatu daerah dengan berbagai lembaga swadaya
masyarakat maupun pihak perguruan tinggi setempat sekarang ini sudah menjadi
kebutuhan yang tidak bisa diabaikan bahkan perlu dilaksanakan oleh setiap
pemerintah daerah di seluruh Indonesia dalam rangka memenuhi tuntutan
kebutuhan pelayanan publik untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Konsentrasi Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin Makassar, merupakan sebuah
lembaga pendidikan yang bergerak dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat khususnya terkait persoalan kesehatan lingkungan sebagai realisasi dari
Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian). Maka,
berangkat dari analisis situasi di lingkungan masyarakat target dan sasaran, maka
Perguruan Tinggi dalam hal ini kaum akademisi menawarkan konsep berupa solusi
dalam menjawab permasalahan masyarakat tersebut serta melakukan advokasi
langsung kepada pemerintah setempat guna realisasi program tersebut. Peluang
mengadakan hubungan kerjasama tersebut sedemikian besar mengingat pihak
akademisi memiliki legalitas dalam pengembangan IPTEK sehingga tawaran solusi
layak untuk dipertimbangkan.
Daerah atau lokasi yang terpilih sebagai calon penerima bantuan tersebut
adalah Desa Salassae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba, karena di
daerah tersebut merupakan daerah endemik malaria. Oleh karena itu dibutuhkan
cara yang tepat, mudah dan murah bagi masyarakat untuk melakukan tindakan
preventif secara mandiri. Disamping itu melihat potensi sumber daya alam dimana di
daerah tersebut mayoritas masyarakat bertanam durian. Secara ilmiah kulit durian
dapat dimanfaatkan sebagai pembasmi nyamuk secara alamiah. Oleh karena itu,
potensi alam tersebut sangat mendukung untuk mengefektifkan tindakan
pencegahan kejadian malaria.
Program ini disebut program bantuan Iptek bagi masyarakat (ibM)
mempunyai prinsip berbasis masyarakat. Oleh karena itu dalam implementasinya
harus senantiasa melibatkan peran serta masyarakat, mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan sampai dengan pengoperasian dan pemeliharaan. Untuk itu kemudian
dipersyaratkan adanya swadaya masyarakat sebesar 30 % hal ini dimaksudkan agar
masyarakat berperan secara aktif, selanjutnya 70% berasal dari APBD berupa
anggaran bantuan sedangkan pihak akademisi sebagai fasilitator sebelum dan
setelah pelaksanaan hingga evaluasi.
Desa Salassae terpilih sebagai salah satu desa sasaran untuk program
bantuan Iptek bagi masyarakat (ibM) tahun anggaran 2013 melalui seleksi
administrasi. Pihak akademisi melakukan pertemuan dengan pemerintah terkait
yang sebelumnya dilakukan analisis situasi secara langsung di beberapa daerah
yang bermasalah dari aspek kesehatan serta tinggi kecenderungan penyakit
berbasis lingkungan seperti malaria. Selanjutnya diputuskan bersama-sama dalam
sebuah pertemuan yang dihadiri oleh mahasiswa, pemerintah terkait (Bappeda,
Dinas Kebersihan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Kesehatan,
Badan Pengelola Lingkungan Hidup, dan Tim Penggerak PKK Kabupaten/Kota).
Selanjutnya kegiatan sosialisasi ditingkat Kecamatan diikuti oleh Kepala
Desa Salassae, dimana dalam sosialisasi tersebut didapatkan beberapa informasi
mengenai Program bantuan Iptek bagi Masyarakat (ibM) sebagai berikut :
- Penjelasan secara rinci tentang latar belakang dan tujuan Progam
- Penjelasan kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat terpilih sebagai lokasi
program
- Penjelasan tanggung jawab masyarakat berkaitan dengan kontribusi masyarakat
dalam pelaksanaan program.
- Penjelasan peran dan tanggung jawab masyarakat berkaitan dengan
perencanaan, implementasi, dan pengelolaan Program
- Penjelasan bahwa pemerintah desa/kelurahan akan bertanggung jawab untuk
melakukan sosialisasi program tersebut di tingkat desa/kelurahan.
Penjelasan dan sosialisasi rincian Program bantuan Iptek bagi Masyarakat
(ibM) setelah dilakukan di tingkat Kecamatan selanjutnya disosialisasikan kepada
seluruh anggota masyarakat di desa Salassae melalui sosialisasi dan pelatihan di
tingkat desa. Sosialisasi program ini dilakukan dalam suatu pertemuan yang
diselenggarakan oleh pemerintah desa Salassae dengan nara sumber dari
mahasiswa sebagai pemilik konsep sanitasi yang nantinya juga berperan selaku
fasilitator dalam pelaksanaannya.
Tahap terpenting dari proses pemilihan desa adalah pernyataan minat
masyarakat untuk ikut serta dalam program tersebut, dimana hal ini dapat
menunjukkan adanya kebutuhan (demand) masyarakat terhadap pentingnya
pencegahan penyakit malaria. Untuk itu aparat desa Salassae dan perwakilan
masyarakat lainnya memfasilitasi musyawarah diantara anggota masyarakat untuk
menyatakan minatnya.

BAB III
SOLUSI YANG DITAWARKAN
a. Metode Pendekatan
Pada daerah endemis malaria ini, pendekatan yang digunakan berupa suatu
program kerja sama (partnership) dan pemberdayaan lembaga/orang lokal
(empowerment) untuk memberantas penyakit malaria dengan pemanfaatan Sumber
Daya Alam.
Teknik penyehatan lingkungan dewasa ini cocok bila menggunakan pola
pendekatan “komunitas” (community based development). Dalam konteks
pendekatan komunitas menerapkan konsep pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan
kelembangaan masyarakat secara bertanggung-gugat demi perbaikan
kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai upaya untuk
memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat
mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dalam dimensi kesehatan,
pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi
dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak lansung berpengaruh dalm
kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur
kegitan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan
masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Implementasi konsep pendekatan “komunitas” dalam pengembangan IPTEK
untuk pengendalian malaria, yakni mitra secara bersama sama harus mempunyai
data yang akurat tentang kondisi wilayahnya. Data tersebut antara lain meliputi data-
data tentang potensi endemisitas malaria, peta wilayah rawan breeding sites
nyamuk malaria, kondisi sosial ekonomi masyarakat (perkebunan durian) dan
perilaku masyarakat dalam menyikapi banyaknya nyamuk pada lingkungan tempat
tinggal mereka.
Pendekatan komunitas terutama meberi penekanan pada upaya mendorong
partsipasi warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. dalam hal ini,
pengambilan keputusan menciptakan beragam keterkaitan di tingkat kelompok,
komunitas, dan lokalitas.kecamatan. pemecahan masalah/komunitas dan spesifik
lokasi, dan didukung oleh kebijakan pemerintah local agar program pengambangan
IPTEK dalam rangka penyehatan lingkungan khususnya pengendalian vector
malaria dapat berkelanjutan.
Konsep komunikasi sosial sistem partnership dapat berupa mobilisasi sosial,
kampanye sosial, dan advokasi sosial. mobilisasi sosial penting dalam menggalang
dukungan /mitra dengan stakeholder dalam pelaksanaan program, kampanye sosial
penting untuk menjalin kemitraan dan membangun komunitas, sedangkan advokasi
sosial penting untuk mendapatkan komitmen pengambil keputusan.kebijakan agar
berpihak pada kepentingan warga.
Konsep komunikasi sosial digunakan untuk mengorganisir proses pemberdayaan
dalam pendekatan komunitas yang menuntut partisipasi dan kerjasama antar
stakeholder. Hal ini penting karena suatu program pembangunan akan berhasil
apabila program tersebut menjadi gerakan sosial di seluruh golongan masyarakat
menyangkut seluruh stakeholder dalam berbagai level tertentu.

b. Prosedur kerja untuk mendukung realisasi metode yang ditawarkan

a. Sasaran Program
Kelompok yang menjadi sasaran program adalah semua penduduk Desa
salassae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
PERAN
`Sesuai dengan sasaran program, maka peran yang dilakukan adalah:
1. Peran AKTIF
a. Peran aktif akan dilakukan oleh para tim mahasiswa PPs Kesling Unhas.
b. Aktif artinya mencari para keluarga-keluarga yang tinggal didaerah endemis
Malaria, untuk dilakukan intervensi
c. Peran aktif tersebut ialah:
Mekanisme pendistribusian sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
proyek IPTEK Pengabdian Masyarakat, yaitu:
1. Mapping (Pemetaan keluarga-keluarga) yang dibagi tiap dusun dengan masing-
masing dikoordinir oleh satu 2 tenaga kader posyandu)
2. Planning (Merencanakan waktu dan tempat pembagian sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam program)
3. Education (Penjelasan tentang teknik pembuatan obat nyamuk bakar dan spray
dari bahan kulit durian dan manfaatnyasebagai konsekuensi logis terhadap
pemberdayaan masyarakat
4. Distribution (Memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan kepada Kepala
Keluarga atau wakilnya tiga paket tiap dusun)
5. Monitoring (melakukan pengecekan apakah program pemberdayaan masyarakat
tersebut benar dibuat dan dipakai dalam tiap dusun serta menguji kefektifannya)
6. Recording & Reporting (Mencatat nama Kepala Keluarga, alamat ,jumlah sarana
dan prasarana yang dibagi, dll), serta melaporkannya secara bulanan kepada
fasilitator dalam hal ini mahasiswa PPs FKM Kesling Universitas Hasanuddin.
2. Peran PASIF
a. Peran pasif akan dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bulukumba khususnya
Puskesmas/Dinas Kesehatan.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum di sekitar
Puskesmas/Posyandu, tentang penyakit malaria, pencegahan dan
pengobatannya.

c. rencana kegiatan yang menunjukkan langkah-langkah solusi atas


persoalan pada kedua aspek utama

PROGRAM KEGIATAN

Sejalan dengan strategi program, maka mitra program pengabdian masyarakat ini
dilaksanakan melalui kerja sama antara PPs Kesling dengan institusi pemerintah
daerah setempat dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. Kegiatan
yang dimaksud, adalah sebagai berikut :

1. Advokasi dan sosialisasi ke Pemda, Dinas Kesehatan/Kepala Puskesmas,


Kepala Camat, Kepala Desa, dan para Kepala Dusun serta tokoh msyarakat dan
tokoh agamanya.
2. Penyediaan sarana dan prasarana untuk penyuluhan dan pembuatan obat
nyamuk dan sprayer dari kulit durian.
3. Sosialisasi kepada masyarakat setempat
a. Sosialisasi secara umum tentang Malaria, yang meliputi : defenisi operasional,
aspek penularan, dan pemberantasan/pengendalian vektor
b. Sosialisasi tentang Endemisitas Malaria dan program pengabdian masyarakat
berbasis IPTEK yang meliputi : aspek pemberdayaan masyarakat dalam
menggunakan potensi Sumber daya Alam yang ada, yakni kulit durian yang
diperoleh dari perkebunan durian mayoritas masyarakat setempat.
4. Pelatihan dan Penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai pembuatan obat
nyamuk bakar dan sprayer/semprot melalui pemanfaatan kulit durian yang
dilakukan pada saat musim durian tiba (rentang waktu bulan Januari- Maret).
5. Pendistribusian sarana dan prasarana terkait pemberdayaan masyarakat dalam
mengaplikasikan potensi kulit durian untuk menngendalikan nyamuk bagi
keluarga-keluarga yang tinggal didaerah bersangkutan.
6. Evaluasi program pemberdayaan setiap 3 bulan sekali.
JADWAL KEGIATAN
JENIS KEGIATAN JAN FEB MAR APR MEI
Advokasi dan sosialisasi ke Pemda, Dinas Kesehatan/Kepala
Puskesmas, Kepala Camat, Kepala Desa, dan para Kepala Dusun.
Penyediaan sarana dan prasarana untuk penyuluhan dan
pembuatan obat nyamuk dan sprayer dari kulit durian
Sosialisasi kepada masyarakat setempat
c. Sosialisasi secara umum tentang Malaria, yang meliputi :
defenisi operasional, aspek penularan, dan
pemberantasan/pengendalian vektor
d. Sosialisasi tentang Endemisitas Malaria dan program
pengabdian masyarakat berbasis IPTEK yang meliputi : aspek
pemberdayaan masyarakat dalam menggunakan potensi
Sumber daya Alam yang ada, yakni kulit durian yang
diperoleh dari perkebunan durian mayoritas masyarakat
setempat.
Pelatihan dan Penyuluhan kepada masyarakat umum mengenai
pembuatan obat nyamuk bakar dan sprayer/semprot melalui
pemanfaatan kulit durian yang dilakukan pada saat musim durian
tiba (rentang waktu bulan Januari- Maret).
Pendistribusian sarana dan prasarana terkait pemberdayaan
masyarakat dalam mengaplikasikan potensi kulit durian untuk
menngendalikan nyamuk bagi keluarga-keluarga yang tinggal
didaerah bersangkutan.
Evaluasi program pemberdayaan setiap 6 bulan sekali.

Вам также может понравиться