Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MASYARAKAT
PEMANFAATAN KULIT DURIAN MENJADI ANTI
NYAMUK
OLEH
KELOMPOK 2 :
ANALISIS SITUASI
A. Gambaran Umum Lokasi
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu kabupaten yang berada di
provinsi Sulawesi Selatan yang luas wilayahnya sekitar 1.154,67 km2 yang terdiri
dari 22,22% daerah pantai, 0,79% daerah lembah, 15,87% daerah perbukitan,
dan 61,60% merupakan dataran. Secara kewilayahan kabupaten Bulukumba be-
rada pada kondisi empat dimensi yaitu dataran tinggi pada kaki gunung
Bawakaraeng-Lompo Battang, dataran rendah, pantai dan laut lepas. Dengan
jumlah penduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010)
yang tersebar di 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa. Adapun ke 10
kecamatan tersebut yaitu Kecamatan Gantarang, Kecamatan Ujungbulu,
Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro,
Kecamatan Kajang, Kecamatan Herlang, Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau
Ale dan Kecamatan Bulukumba.
Desa Salassae terletak di Kecamatan Bulukumba dengan luas wilayah
11. 005 Ha/m2, yang berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Desa Jojjolo Kec. Bulukumpa
Sebelah Selatan : Desa Bonto Haru Kec. Rilau Ale
Sebelah Timur : Desa Bonto Mangiring Kec. Bulukumpa
Sebelah Barat : Desa Bulo-Bulo Kec. Bulukumpa
Jarak desa dengan kota kecamatan yakni ± 10 km, sarana jalan (akses
menuju desa) mudah dijangkau dengan jalan beraspal. Dan jarak dari ibukota
kabupaten ± 34 km, jarak dari ibukota provinsi ± 179 km, serta mempunyai 5
dusun yaitu:
Dusun Ma`remme
Dusun Bontotangnga
Dusun Batu Tuju
Dusun Bolongnge
Dusun Batu Hulang
Secara topografi letak Desa Salassae berada diketinggian tanah dari
permukaan laut 450 M, suhu rata-rata 27 oC serta mempunyai curah hujan 2.000
MM/HM. Suhu ini sangat efektif untuk perkembangbiakan nyamuk malaria.
Desa Salassae memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.036 jiwa, jumlah
penduduk laki-laki sebesar 1.460 jiwa sedangkan jumlah penduduk perempuan
sebesar 1.576 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga 814 KK. Sementara tingkat
persentase klasifikasi kesejahteraan sebagai berikut : (5,04%) 41 KK Mampu,
(76,90%) 626 KK Menengah dan (18,06%) 147 KK tidak mampu/miskin.
BAB III
SOLUSI YANG DITAWARKAN
a. Metode Pendekatan
Pada daerah endemis malaria ini, pendekatan yang digunakan berupa suatu
program kerja sama (partnership) dan pemberdayaan lembaga/orang lokal
(empowerment) untuk memberantas penyakit malaria dengan pemanfaatan Sumber
Daya Alam.
Teknik penyehatan lingkungan dewasa ini cocok bila menggunakan pola
pendekatan “komunitas” (community based development). Dalam konteks
pendekatan komunitas menerapkan konsep pemberdayaan (empowerment).
Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan
kelembangaan masyarakat secara bertanggung-gugat demi perbaikan
kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai upaya untuk
memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat
mampu bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun
mengembangkan diri untuk mencapai tujuan-tujuannya. Dalam dimensi kesehatan,
pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau
tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi
dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak lansung berpengaruh dalm
kesehatan masyarakat.
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur
kegitan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan
masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Implementasi konsep pendekatan “komunitas” dalam pengembangan IPTEK
untuk pengendalian malaria, yakni mitra secara bersama sama harus mempunyai
data yang akurat tentang kondisi wilayahnya. Data tersebut antara lain meliputi data-
data tentang potensi endemisitas malaria, peta wilayah rawan breeding sites
nyamuk malaria, kondisi sosial ekonomi masyarakat (perkebunan durian) dan
perilaku masyarakat dalam menyikapi banyaknya nyamuk pada lingkungan tempat
tinggal mereka.
Pendekatan komunitas terutama meberi penekanan pada upaya mendorong
partsipasi warga masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. dalam hal ini,
pengambilan keputusan menciptakan beragam keterkaitan di tingkat kelompok,
komunitas, dan lokalitas.kecamatan. pemecahan masalah/komunitas dan spesifik
lokasi, dan didukung oleh kebijakan pemerintah local agar program pengambangan
IPTEK dalam rangka penyehatan lingkungan khususnya pengendalian vector
malaria dapat berkelanjutan.
Konsep komunikasi sosial sistem partnership dapat berupa mobilisasi sosial,
kampanye sosial, dan advokasi sosial. mobilisasi sosial penting dalam menggalang
dukungan /mitra dengan stakeholder dalam pelaksanaan program, kampanye sosial
penting untuk menjalin kemitraan dan membangun komunitas, sedangkan advokasi
sosial penting untuk mendapatkan komitmen pengambil keputusan.kebijakan agar
berpihak pada kepentingan warga.
Konsep komunikasi sosial digunakan untuk mengorganisir proses pemberdayaan
dalam pendekatan komunitas yang menuntut partisipasi dan kerjasama antar
stakeholder. Hal ini penting karena suatu program pembangunan akan berhasil
apabila program tersebut menjadi gerakan sosial di seluruh golongan masyarakat
menyangkut seluruh stakeholder dalam berbagai level tertentu.
a. Sasaran Program
Kelompok yang menjadi sasaran program adalah semua penduduk Desa
salassae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
PERAN
`Sesuai dengan sasaran program, maka peran yang dilakukan adalah:
1. Peran AKTIF
a. Peran aktif akan dilakukan oleh para tim mahasiswa PPs Kesling Unhas.
b. Aktif artinya mencari para keluarga-keluarga yang tinggal didaerah endemis
Malaria, untuk dilakukan intervensi
c. Peran aktif tersebut ialah:
Mekanisme pendistribusian sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
proyek IPTEK Pengabdian Masyarakat, yaitu:
1. Mapping (Pemetaan keluarga-keluarga) yang dibagi tiap dusun dengan masing-
masing dikoordinir oleh satu 2 tenaga kader posyandu)
2. Planning (Merencanakan waktu dan tempat pembagian sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam program)
3. Education (Penjelasan tentang teknik pembuatan obat nyamuk bakar dan spray
dari bahan kulit durian dan manfaatnyasebagai konsekuensi logis terhadap
pemberdayaan masyarakat
4. Distribution (Memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan kepada Kepala
Keluarga atau wakilnya tiga paket tiap dusun)
5. Monitoring (melakukan pengecekan apakah program pemberdayaan masyarakat
tersebut benar dibuat dan dipakai dalam tiap dusun serta menguji kefektifannya)
6. Recording & Reporting (Mencatat nama Kepala Keluarga, alamat ,jumlah sarana
dan prasarana yang dibagi, dll), serta melaporkannya secara bulanan kepada
fasilitator dalam hal ini mahasiswa PPs FKM Kesling Universitas Hasanuddin.
2. Peran PASIF
a. Peran pasif akan dilakukan oleh Pemda Kabupaten Bulukumba khususnya
Puskesmas/Dinas Kesehatan.
b. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat umum di sekitar
Puskesmas/Posyandu, tentang penyakit malaria, pencegahan dan
pengobatannya.
PROGRAM KEGIATAN
Sejalan dengan strategi program, maka mitra program pengabdian masyarakat ini
dilaksanakan melalui kerja sama antara PPs Kesling dengan institusi pemerintah
daerah setempat dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bulukumba. Kegiatan
yang dimaksud, adalah sebagai berikut :