Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
net/publication/320491003
CITATIONS READS
0 1,351
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Andin Andiyasari on 19 October 2017.
Abstract
This paper is a pilot study regarding Generation X & Y in terms of work setting in
Indonesia. Focus of study is examining the association between perceived-authentic
leadershipand work engagement between generation. Also, examine the association
based on age. Theory of authentic leadership (Avolio, Walumba, Weber, 2009)
stemmed from positive psychology of Seligman in early 2000. An approach of science
and application ,that encourages psychological strengths and positive emotion of
human being. Authentic leadership consists of: self-awareness, relational
transparency, balanced processing, and moral perspective dimensions (Avolio, et al,
2009). Work engagement consists of vigorous, dedication and absorption dimensions
(Schaufeli & Baker,2003). Participants are 52 respondents of educational institution
and corporate in Jakarta. Using correlation analysis, the results of study are (a) there
is significant association of perceived-authentic leadership to work engagement (R =
0.244); (b) there is significant association of age to work engagement (R=0.242); (c)
there is no significant influence of perceived-authentic leadership to work
engangement between generations. Suggestion for further study is to enlarge sample
number in more balance composition to examine difference between generations.
Keywords: positive psychology, Generation X & Y, authentic leadership, work
engagement
Latar Belakang
Konsep loyalitas yang menekankan pada keterikatan jangka
panjang antara pegawai dan penyedia kerja (perusahaan) mendapatkan
tantangan tersendiri dengan perkembangan teknologi informasi dan
lahirnya Generasi Y. Generasi yang lahir di antara tahun 1979 – 1994
(Macleod, 2008) ini telah memasuki dunia kerja dan berinteraksi langsung
dengan Generasi X (kelahiran tahun 1965-1978) dan Baby Boomers
(kelahiran tahun 1956-1964). Studi sebelumnya menunjukkan bahwa dunia
industri masih mencari cara tepat untuk mengelola Generasi Y, terutama
terkait dengan sikap terhadap otoritas, pola komunikasi, loyalitas, dan
interaksi teknologi informasi (Sprague, 2008).
Menurut Rutledge (2009), work engagement mulai menggantikan
terma loyalitas dalam dunia kerja. Kedua terma tersebut mengandung
komitmen, namun dalam konteks berbeda. Kesetiaan atau loyalitas kerja
mengandung komitmen jangka panjang, sementara work engagement
mengandung komitmen jangka pendek. Tiga hal utama yang mewakili work
engagement adalah (a) merasa tertarik; (b) berkomitmen; (c) bersemangat.
372
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
373
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Studi Literatur
Psikologi Positif
Psikologi positif merupakan kajian tentang kondisi dan proses yang
berkontribusi untuk mendorong atau mengoptimalkan fungsi masyarakat,
kelompok dan institusi (Gable & Haidt, 2005). Lebih lanjut, Gable & Haidt
menggambarkan psikologi positif dalam metafor berikut;
“In one metaphor, psychology was said to be learning how to bring people up
from negative eight to zero but not as good at understanding how people rise
from zero to positive eight.”
Lebih dari setengah abad yang lalu, psikologi menempatkan isu
penyimpangan, kekurangan dan semacamnya (disorder) sebagai sentral
kajiannya. Gerakan psikologi positif yang dimulai pada akhir tahun 1990
an, menyoroti ketidakseimbangan dan motivasi kuat untuk mendorong
tumbuhnya penelitian pada area yang selama ini tersingkirkan dalam
psikologi. Meski demikian, psikologi positif tidak memandang negatif area
psikologi di luarnya. Pada kenyataannya, mayoritas kajian akademis
374
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Work Engagement
Peningkatan produktivitas sumber daya manusia dan employee
enagagement menjadi dua fokus dalam dunia sumber daya manusia.
Menurut Fisher, Schoenfeldt & Shaw (2006 dalam Endres & Smoak, 2008),
sejumlah faktor yang dibutuhkan organisasi untuk menjadi kompetitif
adalah sumber daya fisik, financial, daya pemasaran, dan sumber daya
manusia. Di antara semuanya, faktor yang paling potensial menyediakan
nilai kompetitif adalah sumber daya manusia dan pola pengelolaannya
yang tepat (Endres & Smoak, 2008). Jones, Ni & Wilson (2009) juga
menyatakan bahwa konstruk lain yang mendasarkan pada komitmen
organisasi adalah employee engagement. Inti dari berbagai pemahaman dari
employee engagement adalah “the expression of the self through work and
other employee-role activities” (Jones & Harter,2005 dalam Jones, dkk,
2009). Persamaan antara komitmen organisasi dan employee engagement
adalah keduanya menekankan pada persepsi pegawai atas diri sendiri,
pekerjaannya, dan organisasinya (Harter, dkk dalam Jones, dkk,2009).
Penelitian ini menggunakan konstruk work engangement dengan
dimensi yang disusun oleh Rutledge (2009). Pemilihan ini berdasarkan
cakupan dimensi dan pengujian validitas-relliabilitas dalam UWES (Utrecht
Work Engagement Scale) oleh Schaufeli & Baker (2003).
Terma dan konsep work engagement mulai sering muncul
menggantikan loyalitas kerja. Menurut Rutledge (2009), keduanya sama-
sama mengandung komitmen namun memiliki konteks berbeda. Kesetiaan
375
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Kepemimpinan
Beberapa teori kepemimpinan menekankan pada kemampuan
melaksanakan tugas dan memiliki keahlian untuk menyelesaikan masalah.
Sementara teori lain menekankan pada paket kemampuan seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain seperti kemampuan mempengaruhi orang
lain. Sebagian teori lain lebih fokus pada kepribadian yang menjadikan
seorang pemimpin berkualitas (Messik, 2005).
Kepemimpinan sering didefinisikan sebagai proses membimbing
orang lain untuk mencapai satu tujuan bersama. Seseorang yang memiliki
visi dan berhasil menginspirasi orang lain hingga memberikan keuntungan
bagi organisasi atau perusahaan (Hollander, 1985 dalam Magee, Gruenfeld,
Keltner, Galinsky, 2005). Seorang pemimpin dianggap berhasil ketika ia
mampu membawa organisasi yang dipimpinnya menjadi efektif. Jika ia
mampu memberikan dampak paling positif terhadap perilaku banyak orang
di perusahaan (Magee, dkk, 2005).
Terdapat beberapa tipe kepemimpinan seperti kepemimpinan
kharismatik, transaksional, transformasional, etik dan yang sedang
berkembang sekarang adalah kepemimpinan otentik. Karakter tiap
kepemimpinan tersebut terlihat pada Tabel 1.
Berdasarkan tabel 1, empat dari lima tipe kepemimpinan yakni
kharismatik, transaksional, transformasional dan etik lebih menekankan
peran individual pemimpin. Pemimpin sebagai pihak yang aktif bergerak
untuk mengubah pengikut dengan mendorong, menginspirasi maupun
memanfaatkan daya tarik personal. Sementara kepemimpinan otentik
menuntut keterlibatan dua pihak yakni pemimpin dan pengikut. Isu utama
yang diangkat adalah keterbukaan informasi untuk keputusan bersama.
376
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Kepemimpinan Otentik
Avolio, Walumba, Gardner, Wernsing, Peterson (2008) mengawali
teorinya dengan membahas pengertian otentik. Otentik merupakan
konstruk yang berasal dari Yunani kuno, bermakna “be true to oneself”
(S.Harter dalam Avolio, dkk, 2008). Meski maknanya tidak tergolong baru,
penerapan otentik dalam kepemimpinan merupakan jawaban dari berbagai
peristiwa yang kurang positif. Pada tingkat makro, banyaknya skandal
korporat, penyimpangan manajemen, juga banyaknya tantangan yang
harus dihadapi oleh organisasi atau perusahaan publik maupun privat.
Sementara konsep otentik dalam lingkup psikologi positif (Seligman,2003
dalam Avolio,dkk,2008) adalah
“owning one’s experiences, be they thoughts, emotions, needs, preferences, or
beliefs, process captured by the injuction to know oneself”
Luthans & Avolio (2003, dalam Avolio dkk, 2008) mendefinisikan
kepemimpinan otentik sebagai proses interaksi antara kapasitas psikologis
dan konteks perkembangan organisasi untuk menciptakan positive self-
awareness dan positive regulated self pada pemimpin dan pengikutnya,
seperti dalam kutipan berikut;
“ a process that draws from both positive psychological capacities and a
highly developed organizational context, which results in both greater self-
awareness and self-regulated positive behaviors on the part of leaders and
associates, fostering positive self development”
Kepemimpinan otentik muncul sebagai perspektif alternatif
kepemimpinan dalam berbagai organisasi termasuk lingkungan pendidikan
(Bhindi & Duignan, 1997 dalam Smith, Bhind,, Hansen, Riley, Dan & Rall,
Johan, 2008). Tipe kepemimpinan ini diyakini dapat memberikan perbedaan
fundamental dalam organisasi untuk membantu individu menemukan
makna dalam bekerja melalui self-awareness. Sebuah kesadaran yang
bersumber dari keyakinan dan harapan, mengutamakan keterbukaan
377
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Generasi X dan Y
Definisi generasi menurut Kupperschmidt adalah suatu identitas
kelompok dengan tahun kelahiran, masa (era) dan peristiwa bersejarah
yang sama sebagai tahap kritis perkembangannya (Dries, Pepermans, De
Kerpel, 2008).
Empat generasi yakni Tradisionalis, Baby Boomers, Generasi X dan
Generasi Y merupakan isu menarik dari tahun ke tahun dalam berbagai
studi, di antaranya psikologi, manajemen, sumber daya manusia juga
pedagogi. Tabel 2 merangkum karakter masing-masing generasi dari
beberapa studi.
378
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
akan informasi
global (Sprague,
2008)
Fokus generasi yang menjadi kajian studi ini adalah Generasi X dan
Generasi Y di Indonesia. Mempertimbangkan pentingnya konteks
(peristiwa) sebagai masa suatu generasi tumbuh, berikut daftar peristiwa
penting nasional (Indonesia) Generasi X dan Y;
379
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
hal yang tidak sesuai dengan selera dan kepribadian mereka yang unik
(tekno.kompas.com/Generasi.Platinum.Lekat.dengan.Gadget/ 27 November
2008).
Hipotesis
Hipotesis studi awal ini dirumuskan sebagai berikut;
1. Ada hubungan antara persepsi kepemimpinan otentik dengan work
engagement
2. Ada perbedaan persepsi kepemimpinan otentik antara Generasi X
dan Y
3. Ada perbedaan persepsi work engagement antara Generasi X dan Y
4. Ada perbedaan persepsi kepemimpinan otentik berdasarkan
tingkatan usia
5. Ada perbedaan persepsi work engagement berdasarkan tingkatan
usia
Metode Penelitian
Responden dan Pengambilan Data
Lima puluh dua responden merupakan staf dan pengajar pada dua
institusi pendidikan, dan pegawai perusahaan swasta di Jakarta, yang
terdiri dari 40,4 persen laki-laki dan 59,6 persen perempuan. Pengambilan
data dilakukan di bulan April 2010.
Pengukuran
Untuk mengukur kepemimpinan otentik, peneliti menyusun alat
ukur berdasarkan teori kepemimpinan otentik Avolio, dkk (2008) yang
memiliki memiliki empat dimensi yakni self-awareness, relational
transparency, moral perspective, dan balance processing. Alat ukur tersebut
380
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Analisa Data
Berikut adalah tabel yang menunjukkan statistik deskriptif dan korelasi
dari hasil pengujian kepemimpinan otentik dan work engagement. Analisis
ini menggunakan statistik non-parametrik karena asumsi normalitas
distribusi data tidak terpenuhi.
381
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
382
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Hipotesis 2
H0: Persepsi generasi X terhadap kepemimpinan otentik sama dengan
persepsi generasi Y terhadap kepemimpinan otentik.
H1: Persepsi generasi X terhadap kepemimpinan otentik berbeda dengan
persepsi generasi Y terhadap kepemimpinan otentik.
Hipotesis 3
H0: Persepsi generasi X terhadap work engagement sama dengan persepsi
generasi Y terhadap work engagement.
H1: Persepsi generasi X terhadap work engagement berbeda dengan
persepsi generasi Y terhadap work engagement.
Tabel 6 Hasil Uji Beda Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement berdasarkan
generasi
AL WE
Generasi Sampel Mean Rank Sum of Ranks Mean Rank Sum of Ranks
383
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Hipotesis 5
H0: Tidak ada perbedaan work engagement berdasarkan usia.
H1: Ada perbedaan work engagement berdasarkan usia.
Tabel 7 Hasil Uji Beda Usia terhadap Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement
Kelompok Usia Sampel Mean Rank AL Mean Rank WE
20 2 6,75 4,00
22 1 1,00 1,00
23 3 43,50 24,17
24 4 26,38 25,50
25 1 37,00 3,00
26 4 27,88 30,25
27 3 32,17 20,33
28 3 27,50 43,83
29 2 24,75 34,75
30 2 38,25 28,25
31 1 5,00 13,50
32 1 8,50 22,00
33 3 28,50 21,00
34 5 23,40 33,60
35 1 27,50 10,50
36 3 42,50 36,50
37 5 23,90 23,30
38 5 20,60 31,50
40 3 26,83 30,50
Jumlah 52
Chi-Square, df = 18 (Asymp. Sig.) 20,138 (0,325) t.s. 20,781 (0,291) t.s.
t.s. tidak signifikan
Diskusi
Tujuan general studi ini adalah untuk mengetahui persepsi
Generasi X dan Generasi Y terhadap kepemimpinan otentik dan work
engagement. Lebih spesifik lagi, apakah terdapat perbedaan persepsi antar
generasi mengingat sejarah dan karakternya yang berbeda. Peneliti juga
menguji hubungan kepemimpinan otentik terhadap work engagement
berdasarkan usia dan generasi. Hasil studi membuktikan hipotesa 1
terbukti signifikan, ada hubungan signifikan antara kepemimpinan otentik
384
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Keterbatasan Studi
Beberapa kemungkinan yang menjelaskan tidak terbuktinya
hipotesa 2, 3, 4, dan 5 dalam studi ini adalah;
(a) Jarak usia responden antar generasi. Usia responden terendah adalah
20 tahun dan tertinggi 40 tahun. Hal ini membuat jarak antara
Generasi X & Y kurang tajam. Peneliti memprediksi adanya pengaruh
usia berdasarkan pembentukan karakter suatu generasi yang salah
satunya dibentuk oleh worldview dari peristiwa sejarah pada tahap
perkembangan kritikalnya (Dries, Pepermans, De Kerpel, 2008). Jika
usia responden Generasi X di atas 40 tahun, kemungkinan akan
mendapatkan perbedaan antar generasi yang lebih tajam.
(b) Jumlah responden. Sebagai studi pendahuluan, reponden telah
mencukupi untuk analisa statistik, namun tetap diperlukan lebih
banyak responden dengan komposisi seimbang antar generasi.
Pengambilan responden juga perlu diperluas berdasarkan setting kerja
karena iklim organisasi mengandung nilai-nilai dan karakter sendiri.
385
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Daftar Pustaka
Avolio, Bruce J., Walumba, Fred O., Weber, Todd J. (2009) Leadership: current
theories, research, and future directions. Annu.Rev.Psychol.2009.60:421-
49.www.annualreviews.org.
Avolio, Bruce J., Walumba, Fred O., Gardner, William L., Wernsing, Tara S.,
Peterson, Suzanne J. (2008) Authentic leadership: development and
validation of a theory-based measure. Journal of management, vol. 34 no.1,
February 2008,89-126.
Bakker, Arnold B. & Bal, P. Matthjis (2010) A study among starting teachers.
Journal of Occupational and Organizational Psychology (2010), 83, 189–206,
2010 The British Psychological Society
Casey, Judi & Denton, Barbara (2006) The effective workplace series provides a
summary of the generation X/generation.
http://wfnetwork.bc.edu/topic.php?id=2
Cennamo, Lucy & Gardner, Dianne (2008) Generational differences in work values,
outcomes and person-organization values fit. Journal of Managerial
Psychology, vol.23,no.8,2008,pp.891-906
Dries, Nicky., Pepermans, Roland & De Kerpel, Evelien (2008) Exploring four
generations’ beliefs about career – is “satisfied” the new “successful”?
Journal of managerial psychology, vol.23,no.8,2008,pp.907928
Endres, Grace M. & Smoak, Lolita M. (2008) The human resources craze: human
performance improvement and employee engangement. Organization
development journal, spring 2008;26,1; ProQuest Psychology Journals pg.69
Gable, S.L. & Haidt, J.What (and why) is positive psychology? Review of General
Psychology Copyright 2005 by the Educational Publishing Foundation 2005,
Vol. 9, No. 2
Jones, James R., Ni, Jinlan, Wilson, David C. (2009) Comparative effects of
race/ethnicity and employee engagement on withdrawal behavior. Journal of
managerial issues, vol.XXI, number 2, Summer 2009
386
Andin Andiyasari, Ardiningtyas Pitaloka
Persepsi Kepemimpinan Otentik dan Work Engagement pada
Generasi X dan Y di Indonesia
Linley, A.P., Joseph, S., Harrington, S., Wood, A.M. (2006) Positive psychology: past,
present, and (possible) future. The Journal of Positive Psychology, January
2006: 1(1): 3-16
Messik, David M. & Kramer, Roderick M. (2005) The Psychology of Leadership: new
perspective and research. New Jersey; Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Nordholt, Henk Schulte (2008) Identity Politics, citizenship and the soft state in
Indonesia; an essay. Journal of Indonesian social sciences and humanities,
vol. 1. 2008, pp.1-21.
Schofield, Carina P. & Honore, Sue (2009-2010) Generation Y and learning; The
Ashridge Journal. Winter 2009-2010
Smith, Richard., Bhindi, Narottam., Hansen, Jens., Riley, Dan & Rall, Johan (2008)
Questioning the notion of ‘authentic’ leadership in education: The
perspectives of ‘followers’. Refereed paper presented at the Changing
Climates: Education for Sustainable Futures international research
conference of the Australian Association for Research in Education (AARE),
Brisbane, 30 November – 4 December, 2008.
Sprague, Caroline (2008) The silent generation meets generation Y: how to manage a
four generation workforce with panache. Human Capital Institute White
Paper; February 13,2008
Snyder, C.R. & Lopez, S.J. (2007) Positive psychology: the scientific and practical
explorations of human strengths. London; Sage Publications.
Sloan work and family-research network (2008) Questions and answers about
Generation X/Generation Y: A Sloan Work & Family Research Network Fact
Sheet. http://www.bc.edu/wfnetwork.
Tjhin, Christine Susanna (2005) Menjalin demokrasi lokal dan regional: membangun
Indonesia, membangun ASEAN. Centre for strategic and International
Studies (CSIS) working paper series, WPS 054.
387
Jurnal Universitas Paramadina Vol. 7 No. 2, Juni 2010: Edisi Khusus
Wilson, Michael & Gerber, Leslie (2008) How generational theory can improve
teaching: strategies for working with the “Millennials”. Currents in teaching
and learning,vol.1,no.1,Fall,2008
388