Вы находитесь на странице: 1из 17

ENDOFTALMITIS

Penyusun
I KADEK DWI PUTRA DIATMIKA
PUTU GEDE SUDIRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

Endoftalmitis adalah sebuah diagnosis klinis yang dibuat ketika terdapat


inflamasi intraokular yang melibatkan baik ruang posterior dan anterior mata yang
berhubungan dengan infeksi bakteri dan jamur.1 Endoftalmitis merupakan
kejadian yang jarang namun merupakan komplikasi yang membahayakan.
Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien yang dirawat.2
Endoftalmitis terbagi atas endogen dan eksogen, pada endoftalmitis
endogen dapat terjadi akibat penyebaran bakteri maupun jamur yang berasal dari
fokus infeksi di dalam tubuh terjadi sekitar 2-8%, sedangkan endoftalmitis
eksogen sering terjadi oleh karena trauma pada bola mata (20%) atau pasca
operasi intraokular (62%). Insiden endoftalmitis bakteri dilaporkan mencapai
0,06% pada level terendah dan tertinggi sebanyak 0,5%.1,3
Diagnosis endoftalmitis berdasarkan kondisi klinis ini biasanya ditandai
dengan edema palpebra, kongesti konjungtiva, dan hipopion. Visus menurun
bahkan dapat menjadi hilang. Prognosis menjadi buruk pada pasien-pasien
endoftalmitis.3
Sebagian orang berpikir bahwa penyakit radang ataupun infeksi pada mata
merupakan penyakit yang dapat ditangani sendiri dengan obat tetes mata biasa
tanpa perlu dirujuk ke rumah sakit. Namun, bila penyakit radang atau infeksi mata
tidak ditangani maka komplikasi endoftalmitis bisa menyebabkan penurunan
penglihatan dan kehilangan penglihatan secara permanen. Oleh karena itu, hasil
pengobatan akhir sangat bergantung pada diagnosis awal, maka penting untuk
melakukan diagnosis sedini mungkin, sehingga sangat penting untuk mengetahui
lebih dalam mengenai penyakit endoftalmitis.2 Berikut akan diuraikan lebih jauh
mengenai endoftalmitis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang jarang terjadi namun
mengancam penglihatan. Ini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
peradangan intraokular yang melibatkan rongga vitreous dan ruang anterior mata
dan dapat melibatkan jaringan mata yang berdekatan lainnya seperti koroid atau
retina, sklera atau kornea.1
Endoftalmitis dibagi menjadi dua berdasarkan penyebabnya yaitu
endoftalmitis endogen dan eksogen. Dalam infeksi endoftalmitis, organisme
mungkin mencapai mata dari bagian yang terinfeksi lainnya di tubuh dan dalam
kasus ini diberi label endoftalmitis endogen. Endoftalmitis endogen terjadi akibat
dari penyebaran hematogen bakteri atau jamur ke dalam mata. 1
Endoftalmitis eksogen disebabkan oleh patogen melalui mekanisme
seperti operasi mata, trauma terbuka, dan suntikan intravitreal. Endoftalmitis
memiliki faktor risiko yang berbeda dan patogen penyebab, sehingga
membutuhkan strategi diagnostik, pencegahan, dan pengobatan yang berbeda.2

2.2 Epidemiologi
Endoftalmitis endogen merupakan kasus yang jarang terjadi, biasanya kasus
endoftalmitis endogen terjadi pada 2-15% dari semua jenis kasus endoftalmitis.
Beberapa kasus yang telah terjadi, mata kanan 2 kali lebih berpotensi terinfeksi
daripada mata kiri. Hal ini terjadi karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
arah aliran darah arteri dari arteri anonima dextra ke arteri carotis dextra.3
Endoftalmitis eksogen jarang terjadi sebagai komplikasi pasien yang
menjalani operasi intraokular. Pada pasien yang menjalani ekstraksi katarak di
Bascom Palmer Eye Institute (BPEI) pada tahun 1995-2001, mengalami
komplikasi endoftalmitis dan memiliki prevalensi sebesar 0.04%. Dalam waktu
yang sama di BPEI insiden endoftalmitis pada pasien yang menjalami Secondary
Intraocular Lens (IOL) Implantations memiliki insiden sebesar 0,2%, 0,03%
setelah menjalani pars plana vitrectomy, 0,08% setelah menjalani keratoplastik

3
penetrasi, dan 0,2% setelah menjalani operasi filtrasi glaukoma.4 Di Negara
Amerika Serikat sendiri, endoftalmitis pasca operasi katarak merupakan kasus
yang paling sering terjadi dan memiliki prevalensi sebesar 0,1%-0,3% dari operasi
lain yang dapat menimbulkan komplikasi seperti ini. Selain itu, endoftalmitis juga
dapat terjadi pada injeksi intravitreal yang diperkirakan memiliki prevalensi
sekitar 0,029% dari 10.000 suntikan.3

2.3 Etiologi
Penyebab endoftalmitis sangat bervariasi tergantung jenisnya.1
a. Endoftalmitis Eksogen
Pada endoftalmitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari
lingkungan luar. Endoftalmitis eksogen dibagi menjadi :
- Endoftalmitis Kronis Pasca Operasi
Endoftalmitis terjadi 6 minggu - 2 tahun setelah operasi. Penyebab
endoftalmitis kronis pasca operasi dibagi atas bakteri dan jamur. Endoftalmitis
kronis pasca operasi akibat jamur disebabkan oleh candida dan aspergilus namun
haruslah di bedakan dari endoftalmitis endogen. Jamur lainnya seperti Volutella,
Fusarium dan Neurospora juga dapat menyebabkan infeksi kronik. Endoftalmitis
kronis pasca operasi akibat bakteri paling sering disebabkan oleh
Propionibacterium acnes. Bakteri lain seperti Staphylococcus epidermidis dan
spesies Corynebacterium, juga bisa bisa menyebabkan infeksi kronik yang mirip.
P acnes, bakteri gram-positif anaerob kommensal, ditemukan di kulit kelopak
mata atau konjungtiva orang normal.1
- Endoftalmitis Akut Pasca Operasi
Endoftalmitis terjadi 1 - 42 hari setelah operasi. Biasanya disebabkan oleh
bakteri Gram positif (Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus,
Streptococcus sp), dan bakteri Gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Escherichia
coli, dan Miscellaneous (Serratia, Klebsiella, Bacillus).1
- Endoftalmitis Pasca Trauma
Hampir sama dengan endoftalmitis pasca operasi, dua pertiga dari bakteri
penyebab endoftalmitis pasca trauma adalah gram positif dan 10-15% adalah
gram negatif. Bacillus cereus, dimana sangat jarang menyebabkan endoftalmitis

4
pada kasus lain, menyebabkan hampir 25% dari semua kasus endoftalmitis pasca
trauma. Endoftalmitis pasca trauma yang disebabkan oleh jamur biasanya
Fusarium dan Aspergilus. 1
b. Endoftalmitis Endogen
Endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Bakteri
endogen penyebab endoftalmitis bervariasi sesuai dengan fokus infeksinya,
penyebab tersering dari jenis Gram positif diantaranya species Streptococcus Sp
(endokarditis), Staphylococcus aureus (infeksi kulit), dan species Bacillus (dari
penggunaan obat intravena) sedangkan untuk bakteri Gram negatif paling sering
Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza, Neisseria gonorrhoe, dan bakteri
enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.
Endoftalmitis endogen akibat jamur disebabkan oleh candida (penyebab
terbanyak), aspergillus dan cocidioides. Endoftalmitis endogen karena jamur juga
bisa disebabkan oleh infeksi Histoplasma capsulatum, Cryptococcus neoformans,
Sporothrix schenkii dan Blastomyces dermatitidis namun kasusnya lebih jarang
dibandingkan candida dan aspergillus.1

2.4 Patofisiologi
1. Endoftalmitis Eksogen
1.1 Endoftalmitis Pasca Operasi
Setiap prosedur operasi yang mengganggu integritas bola mata dapat
menyebabkan endoftalmitis eksogen. Permukaan mata, adneksanya serta
peralatan bedah yang terkontaminasi dianggap sebagai sumber infeksi primer
pada endoftalmitis pasca operasi. Tingkat keparahan serta klinis dari
endoftalmitis pasca operasi berkaitan dengan virulensi, inokulum bakteri,
waktu diagnosis, dan status imun pasien.1,5
Proses infeksi diawali dengan fase inkubasi. Pada fase inkubasi belum
menampakkan gejala klinis dan terjadi 16-18 jam. Selama fase ini bakteri
berproliferasi dan inokulasi bakteri intraokular selanjutnya menembus barrier
aqueous, hal ini diikuti dengan eksudasi fibrin dan infiltrasi seluler oleh
granulosit neutrofil. Fase inkubasi bervariasi tergantung dari jenis bakteri
patogen (contoh, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa selama

5
10 menit, Propionibacterium sp. >5 jam) dan faktor lain seperti toksin yang
diproduksi oleh bakteri.6
Setelah terjadinya infeksi primer pada bagian posterior kemudian akan
diikuti inflamasi pada ruang anterior dan respon imun yaitu makrofag dan
limfosit akan menginfiltrasi ke dalam rongga vitreous dalam waktu sekitar 7
hari. Dalam waktu 3 hari setelah infeksi intraokular, antibodi spesifik patogen
dapat terdeteksi. Antibodi spesifik patogen membantu eliminasi mikroba
melalui opsonisasi dan fagositosis dalam waktu 10 hari. Mediator inflamasi,
terutama sitokin merekrut leukosit yang menambah efek destruktif, cedera
retina dan proliferasi vitreoretinal.6
a. Endoftalmitis Pasca Operasi Katarak
Operasi katarak adalah salah satu operasi mata yang paling umum
dilakukan di seluruh dunia, dan endoftalmitis akut pasca operasi katarak
menjadi salah satu komplikasinya. Bakteri permukaan mata mencemari
aqueous humor sebanyak 7-43% operasi katarak, tetapi jarang terjadi
endoftalmitis. Hal ini mungkin karena aqueous humor memiliki waktu
regenerasi yang cepat (100 menit). Vitreous humor tidak beregenerasi,
sehingga lebih rentan terhadap infeksi. Selama operasi katarak, kabut lensa
dihapus tetapi kapsul lensa posterior yang tersisa utuh. Putusnya kapsul ini
secara tidak sengaja akan meningkatkan risiko endoftalmitis 14 kali lipat.
Faktor risiko endoftalmitis lainnya termasuk sayatan bersih kornea dan silikon
daripada akrilik lensa intra-okular (IOLs). Sebuah penelitian menyebutkan
teknik yang dilakukan pada sayatan bersih kornea diduga menyebabkan
terjadinya luka yang kurang stabil, sehingga memungkinkan fluktuasi tekanan
intraokular dan berpotensi lebih mudahnya bakteri masuk melalui luka yang
ditutup kurang benar. Bahan intraokular lensa yang berbeda berpotensi
bertindak sebagai vektor untuk bakteri menyebar ke mata, selain itu
viskoelastik zat seperti natrium hialuronat atau hidroksipropil metil selulosa
diduga memfasilitasi penularan bakteri ke mata.5,7
b. Endoftalmitis Pasca Injeksi
Suntikan anti-vascular endothelial growth factor agents intravitreal
(misalnya bevacizumab, ranibizumab, dan pegaptanib) diberikan untuk

6
mengobati degenerasi makula neovaskular. Suntikan dapat diulang setiap
bulan selama beberapa bulan, dan setiap suntikan membawa risiko kecil untuk
terkena endoftalmitis. Sebuah studi menggunakan database Medicare dan
didapatkan dari 40.903 suntikan, ditemukan tingkat endoftalmitis adalah
0,09% per injeksi.7
c. Endoftalmitis terkait Bleb
Bleb adalah cacat skleral yang sengaja dibuat saat operasi, hanya ditutupi
dengan konjungtiva, yang memungkinkan kelebihan aqueous humor diserap ke
dalam sirkulasi sistemik. Konjungtiva merupakan pemisah antara flora
permukaan okular dari aqueous humor di bleb itu, sehingga endoftalmitis dapat
terjadi setiap saat. Bleb penyaring adalah penanganan untuk glaukoma. Risiko
endoftalmitis adalah 1,3% per pasien tiap tahun.7
1.2 Endoftalmitis Pasca Trauma
Peningkatan resiko endoftalmitis pasca trauma terjadi pada mata dimana
terdapat luka-luka yang kotor, pecahnya kapsul lensa, usia yang lebih tua.
Bacillus sp. dan Streptococcus sp. merupakan spesies yang sering ditemukan
berpenetrasi dalam trauma dengan disertai badan asing dengan komposisi
organik intraokular. Hal ini penting karena Bacillus sp. berhubungan dengan
terjadinya infeksi yang lebih agresif. Bakteri basil sering berada dimana-mana
seperti tanah, air, dan debu. Virulensi dapat disebabkan oleh racun bakteri
seperti hemolisin, lipase, enterotoksin dan protease yang bekerja bersama-
sama. Spesies lain yang menjadi penyebab endoftalmitis pasca trauma
diantaranya S.epidermidis, Propionibacterium acnes, Pseudomonas dan
Streptococcus sp., organisme Gram negatif, fungi, dan sebagainya.
Endoftalmitis pasca trauma juga bisa diakibatkan karena penyebaran dari
kornea, sklera yang terinfeksi, atau luka disekitarnya. Tergantung dari virulensi
patogen, endoftalmitis pasca trauma dapat terjadi dalam beberapa jam setelah
trauma sampai beberapa minggu setelah trauma. Penelitian lain menunjukkan
bahwa penurunan fungsi retina dan infiltrasi neutrofil pada vitreous dapat
terjadi dalam waktu 4 jam pasca infeksi.5,8

7
2. Endoftalmitis Endogen
Berbeda dengan endoftalmitis eksogen, dimana patogen masuk dari
luar tubuh menuju ke mata, pada endoftalmitis endogen terjadi infeksi
sekunder yang menyebar secara hematogen dari sumber yang berjauhan
didalam tubuh. Hal tersebut terjadi ketika mikroorganisme dalam aliran darah
masuk ke mata, melewati blood ocular barrier dan menginfeksi jaringan
okular. Karena aliran darah yang lebih tinggi, koroid dan korpus siliari
merupakan fokus infeksi primer di mata dan secara sekunder melibatkan retina
dan vitreous. Sebagian besar organisme mencapai mata melalui jaringan
vaskuler pada bagian posterior mata. Mata kanan lebih sering terkena karena
lokasinya yang lebih proksimal untuk arah aliran darah arteri dari arteri
anonima dextra ke arteri carotis dextra. Penyebaran langsung dari fokus
infeksi juga dapat terjadi pada kasus infeksi sistem saraf pusat melalui nervus
optikus.5,9
Tidak seperti endoftalmitis akibat pasca operasi dan pasca trauma,
dimana kerusakan jaringan secara primer disebabkan oleh produksi toksin dari
organisme, pada endoftalmitis endogen, kerusakan jaringan terjadi karena
septik embolus yang memasuki jaringan vaskuler pada bagian posterior mata
dan bertindak sebagai sebuah nidus untuk diseminasi dari organisme kedalam
jaringan sekitarnya setelah melewati blood-ocular barrier. Hal ini
menyebabkan proliferasi mikroba dan reaksi inflamasi pada jaringan yang
terkena. Infeksi meluas dari retina dan koroid kedalam ruang vitreus dan
kemudian menuju ke ruang anterior dari mata.9
Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya endoftalmitis
endogen terutama berkaitan dengan terjadinya imunosupresi atau peningkatan
faktor resiko terhadap infeksi yang bekaitan dengan darah. Faktor resiko yang
paling sering terjadi berkaitan dengan penyakit imunosupresi seperti diabetes
melitus, infeksi HIV, kanker, gagal ginjal yang memerlukan dialisis, penyakit
jantung, penggunaan antibiotik spektrum luas jangka panjang, steroid dan obat
imunosupresi lainnya, operasi seperti operasi intra abdominal,
penyalahgunaan obat intravena. Asal infeksi yang paling sering dilaporkan

8
adalah abses pada hati, diikuti oleh pneumonia, endokarditis, infeksi jaringan
ikat, infeksi saluran urin, meningitis, septik artritis, dan selulitis orbital.5

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif
dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.7
SUBJEKTIF
Gejala subjektif dari endoftalmitis adalah :
- Fotofobia (rasa takut pada cahaya)
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka
OBJEKTIF
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan
funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan yaitu berupa :
- Edema Palpebra Superior (bengkak pada kelopak mata superior)
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang anterior mata)
- Edema Kornea (bengkak pada kornea)
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
- Discharge Purulen (mengeluarkan nanah)
- Kemosis (edema/bengkak pada stroma konjungtiva)
Endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam corpus vitreous ditemukan
masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca,
dengan proyeksi sinar yang baik.7,10

9
2.6 Diagnosis Banding
1. Panoftalmitis
Panoftalmitis adalah peradangan supuratif intraokular yang
melibatkan rongga mata hingga lapisan luar bola mata, kapsul tenon dan
jaringan bola mata. Panoftalmitis biasanya disebabkan oleh masuknya
organisme piogenik ke dalam mata melalui luka pada kornea yang terjadi
secara kebetulan atau akibat operasi atau mengikuti perforasi suatu ulkus
kornea. Sebagian kecil, kemungkinan akibat metastasis alamiah dan terjadi
dalam kondisi seperti pyaemia, meningitis atau septikemia purpural.
Panoftalmitis menimbulkan beberapa gejala yaitu, kemunduran
penglihatan disertai rasa sakit, mata menonjol, edema kelopak,
konjungtiva kemotik, kornea keruh, bilik mata dengan hipopion dan
refleks putih di dalam fundus dan okuli. Panoftalmitis memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat karena merupakan infeksi mata yang
paling serius mengancam penglihatan. Panoftalmitis dapat terjadi
didahului dengan endoftalmitis disertai dengan proses peradangan yang
mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sklera) dan badan kaca.
Disamping itu dapat pula karena suatu uveitis septik yang lebih hebat dan
akibat tukak kornea perforasi. Karena ini suatu keadaan septis maka ada
gejala-gejala seperti: demam, menggigil, muntah-muntah, dan
sebagainya.11

2. TASS (Toxic Anterior Segment Syndrome)


Toxic anterior segment syndrome (TASS) juga termasuk dalam
diagnosis banding endoftalmitis. TASS disebabkan karena zat non infeksi
yang masuk ke dalam mata, seperti toksin bakteri, pengawet, senyawa
pembersih atau solusi intraokular. Selain itu, TASS biasanya dialami pasca
operasi akibat substansi zat beracun seperti instrumen, cairan, atau lensa
intraokular. Hal-hal yang membedakan antara TASS dan endoftalmitis
adalah onset dari TASS yang cepat (12-24 jam setelah operasi atau injeksi
intravitreal), kurangnya rasa sakit atau kemerahan, edema kornea difus dan
kurangnya organisme terisolasi dengan pewarnaan atau kultur.11

10
3. Uveitis
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris,dan
koroid) dengan Uveitis menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis,
iridosiklitis), corpus siliare (uveitis intermediet, siklitis, uveitis perifer,
atau pars planitis), atau koroid (koroiditis). Namun dalam praktiknya,
istilah ini turut mencakup peradangan pada retina (retinitis), pembuluh-
pembuluh retina (vaskulitis retinal), dan nervus opticus intraocular
(papilitis). Uveitis bisa juga terjadi sekunder akibat radang kornea
(keratitis), radang sklera (skleritis), atau keduanya (sklerokeratitis). Uveitis
biasanya terjadi pada usia 20-50 tahun dan berpengaruh pada 10-20%
kasus kebutaan yang tercatat di negara-negara maju. Uveitis lebih banyak
ditemukan di negara-negara berkembang dibandingkan negara-negara
maju karena lebih tinggi prevalensi infeksi yang bisa mempengaruhi mata,
seperti toksoplasmosis dan tuberkulosis di negara-negara berkembang.11

4. Ulkus Kornea
Ulkus biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Infeksi bakteri (misalnya Staphylococcus sp., Pseudomonas sp.
atau Strepococcus pneumoniae), jamur, virus (misalnya herpes)
atau protozoa Acanthamoeba.
b. Kekurangan vitamin A atau protein .
c. Mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna
dan melembabkan kornea).
Gejala yang muncul akibat ulkus kornea misalnya, rasa nyeri, peka
terhadap cahaya (fotofobia) dan peningkatan pembentukan air mata,
gangguan penglihatan, mata terasa gatal, kornea akan tampak bintik
nanah yang berwarna kuning dan lain sebagainnya. 11

5. Ruptur bola mata


Trauma dapat menyebabkan ruptur pada bola mata dan pembuluh
darah iris, akar iris dan badan siliar sehingga mengakibatkan pendarahan
dalam bilik mata depan. Trauma pada mata dapat terjadi dalam bentuk-

11
bentuk antara lain : trauma tumpul, trauma tembus bola mata, trauma
kimia, dan trauma radiasi. Trauma kimia basa mengakibatkan suatu
kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, camera oculi anterior,
dan sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. 11

6. Perdarahan Vitreous
Perdarahan vitreous adalah ekstravasasi darah ke salah satu dari
beberapa ruang potensial yang terbentuk di dalam dan di sekitar korpus
vitreous. Kondisi ini dapat diakibatkan langsung oleh robekan retina atau
neovaskularisasi retina, atau dapat berhubungan dengan perdarahan dari
pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya. Perdarahan vitreous dapat
terjadi akibat dari retinitis proliferans, oklusi vena sentral, oklusi vena
cabang, ablasio retina, kolaps posterior vitreus akut tanpa harus ada
robekan. Pasien dengan perdarahan vitreus sering datang dengan keluhan
mata kabur atau berasap, ada helai rambut atau garis (floaters), fotopsia,
seperti ada bayangan dan jaring laba- laba. Gejala subyektif yang paling
sering ialah fotopsia, floaters. Fotopsia ialah keluhan berupa kilatan
cahaya yang dilihat penderita seperti kedipan lampu neon di lapangan.
Kilatan cahaya tersebut jarang lebih dari satu detik, tetapi sering kembali
dalam waktu beberapa menit. Kilatan cahaya tersebut dilihat dalam
suasana redup atau dalam suasana gelap. Fotopsia diduga oleh karena
rangsangan abnormal vitreus terhadap retina. Floaters adalah kekeruhan
vitreus yang sangat halus, dilihat penderita sebagai bayangan kecil yang
berwarna gelap dan turut bergerak bila mata digerakkan.11

2.7 Diagnosis
Mengenai penyebab endogen maupun eksogennya maka penderita perlu di
anamnesis mengenai ada atau tidaknya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya
yang merupakan faktor resiko dari endoftalmitis. Pemeriksaan fisik yang dapat
dilakukan dengan melihat gejala klinisnya serta pemeriksaan penunjang bisa
dilakukan tes laboratorium yang paling penting dalam kasus endoftalmitis adalah
Gram stain dan kultur vitreous humor. Hal ini dilakukan untuk mengetahui jenis

12
mikroorganisme yang menginfeksi lebih spesifik. Pada kasus endoftalmitis, cairan
di korpus vitreous keruh akibat adanya infeksi. Hal ini dapat dilihat dengan
menggunakan oftalmoskop untuk melihat apakah terdapat benda asing dalam bola
mata dan mengetahui perkembangan infeksi sudah mencapai retina atau belum.3
Untuk kasus endoftalmitis endogen, pemeriksaan laboratorium lain dapat
dilakukan. Complete Blood Count (CBC) untuk mengetahui tanda tanda infeksi
dengan menghitung jumlah leukosit. Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) untuk
mengevaluasi penyebab rematik, infeksi kronik atau keganasan. Biasanya ESR
normal pada kasus endoftalmitis. Lalu pemeriksaan kadar urea darah dan kreatinin
untuk mengevaluasi pasien dengan gagal ginjal yang dimana meningkatkan
resiko.3
Pemeriksaan imaging juga dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis.
Jika dengan oftalmoskop tidak terlihat dapat menggunakan USG (Ultrasonografi).
Bermanfaat untuk melihat adanya penebalan retina, koroid dan benda asing di
okular. Lalu rontgen dada untuk mengevaluasi sumber infeksi dan USG jantung
dimana bertujuan mengevaluasi endokarditis sebagai sumber infeksi.3

2.8 Penatalaksanaan
 Antibiotik yang sesuai dengan organisme penyebab.
 Steroid secara topikal, konjungtiva, intravitreal, atau secara sistematik,
yang digunakan untuk pengobatan semua jenis endoftalmitis.
 Sikloplegia tetes dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri, stabilisasi
aliran darah pada mata.
 Tindakan Vitrektomi.
Keadaan visus yang buruk pada endoftalmitis, dikarenakan virulensi
mikroorganisme penyebab yang memiliki enzim proteolitik dan produk toksin
yang dapat merusak retina, serta kemampuan multiplikasi yang cepat, juga jarak
antara ditegakkannya diagnosis sampai pada saat terapi diberikan. Oleh karena itu
pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus, tapi untuk mengatasi
proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar tidak terjadi penyulit
dan keadaan yang lebih berat.12

13
Teknik pengobatan pada endoftalmitis adalah dengan secepatnya memulai
pemberian antibiotik empiris yang sudah terbukti efektif terhadap organisme
spesifik yang diduga secara intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang
diketahui.12
Pada endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri, terapi obat-obatan secara
intraviteral merupakan langkah pertama yang diambil. Pemberian antibiotik
dilakukan secepatnya bila dugaan endoftalmitis sudah ada, dan antibiotik yang
sesuai segera diberikan, bila hasil kultur sudah ada. Antibiotik yang dapat
diberikan dapat berupa antibiotik yang bekerja terhadapa membran set, seperti
golongan Penicilin, Cephalosporin dengan antibiotik yang dapat menghambat
sintesa protein dengan reseptor ribosomal, seperti golongan Chloramphenicol,
Aminoglycosida.12
Antibiotik tersebut dapat diberikan secara dosis tunggal ataupun
kombinasi. Kombinasi yang dianjurkan adalah gabungan antara golongan
aminoglikosida. Pilihan kombinasi tersebut merupakan yang terbaik, karena:
 Toksisitas minimal terhadap retina dan jaringan okular
 Kombinasi tersebut lebih memiliki arti klinis dibandingkan pemberian
antibiotik tunggal maupun kombinasi lainnya.
 Sebagai terapi awal yang agresif untuk mencegah kerusakan jaringan
intraokular yang luas, karena kadang mikroorganisme sulit di identifikasi
dari endoftalmitis.
Biasanya endoftalmitis fungal terdiagnosis bila pasien setelah pemberian
antibiotik dosis tunggal atau kombinasi tidak berespon. Ataupun ditemukan
faktor-faktor predisposisi seperti, pasien sedang dalam pengobatan antibiotik
spektrum luas dalam jangka waktu lama, pasien menderita keganasan ataupun
dalam keadaan imunitas yang buruk.12
Terapi steroid pada penyakit mata adalah untuk mengurangi inflamasi
yang disertai eksudat dan untuk mengurangi granulasi jaringan. Kedua efek ini
penting untuk endoftalmitis, karena dasar dari endoftalmitis adalah inflamasi,
dimana prognosis visusnya dipengaruhi oleh inflamasi yang terus berlanjut.
Sampai saat ini pemberian kortikosteroid pada endoftalmitis masih kontroversi
walaupun sudah banyak penelitian menunjukkan hasil yang memuaskan dari

14
pemberian Deksametason dalam menghambat reaksi inflamasi dan reaksi imun
abnormal yang dapat menimbulkan kerusakan luas pada mata. Deksametason
dapat diberikan secara intravitreal dengan dosis 400ug dan 1 mg secara
intraokular sebagai profilaksis.12
Pemberian Sikloplegik dapat diberikan untuk mengurangi rasa nyeri,
stabilisasi aliran darah pada mata, mencegah dan melepas sineksia serta
mengistirahatkan iris dan benda siliar yang sedang mengalami infeksi.12
Pada kasus yang berat dapat dilakukan Vitrektomi Pars Plana (PPV).
Virektomi Pars Plana adalah prosedur vitreoretina yang umum digunakan dalam
penanganan beberapa kondisi termasuk ablasi retina , PPV sendiri bertujuan untuk
mengeluarkan organisme beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang
berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik dan mengeluarkan
membran siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta
mengembalikan kejernihan vitreous.12

2.9 Prognosis
Secara umum endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk, dan dapat
mengakibatkan hilangnya pengelihatan secara total, terutama jika diagnosis tidak
dapat ditegakkan sejak awal dan pasien tidak segera diberikan pengobatan yang
tepat. Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk pasien
endoftalmitis. Semakin cepat dan tepat diagnosis dan pengobatan endoftalmitis
maka prognosisnya menjadi semakin baik. Hasil penelitian menunjukan
pengobatan awal yang diberikan dengan tepat dapat menyebabkan 64% dari total
pasien dengan endoftalmitis memiliki ketajaman visual menghitung jari yang
lebih baik. Terkait pengobatan secara operasi, vitrectomy yang dilakukan segera
dalam waktu 2 minggu dari gejala, terutama pada kasus yang berat yang dicurigai
disebabkan oleh organisme virulen, dapat memberikan hasil yang lebih baik.17
Walaupun prognosis endoftalmitis menjadi lebih baik dengan kemajuan antibiotik
dan operasi vitreoretinal, akan tetapi jumlah pasien yang memerlukan enukleasi
atau pengeluaran isi masih signifikan. Enukleasi adalah suatu tindakan
pembedahan mengeluarkan bola mata dengan melepas dan memotong jaringan
yang mengikatnya didalam rongga orbita.13

15
Dilihat dari mikroorganisme penyebab endoftalmitis, perbedaan agen infeksi
memberikan prognosis yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukan
endoftalmitis yang disebabkan oleh bakteri memiliki prognosis yang lebih buruk
jika dibandingkan dengan endoftalmitis yang disebabkan oleh jamur. Hal ini
dikarenakan endoftalmitis akibat infeksi bakteri membutuhkan enukleasi atau
pengeluaran isi, sedangkan pada infeksi oleh jamur tidak memerlukan adanya
enukleasi. Pada infeksi bakteri, endoftalmitis yang disebabkan oleh MRSA
dilaporkan berkaitan dengan tingkat mortalitas yang tinggi. Sedangkan pada
infeksi jamur, hasil penelitian menunjukan aspergillus menyebabkan penyakit
yang lebih agresif dibandingkan dengan yeast sehingga prognosis aspergillus
lebih buruk dibandingkan yeast.9

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Endoftalmitis adalah peradangan intraokular yang melibatkan rongga
vitreous dan ruang anterior mata dan dapat melibatkan jaringan mata yang
berdekatan lainnya seperti koroid atau retina, sklera atau kornea. Penyebab
endoftalmitis sangat bervariasi tergantung dari jenisnya, yaitu endoftalmitis kronis
pasca operasi, endoftalmitis akut pasca operasi, endoftalmitis pasca trauma dan
endoftalmitis endogen. Patogen yang menginfeksi mata dapat masuk dari luar
tubuh, dan dapat pula menyebar secara hematogen dari sumber yang berjauhan di
dalam tubuh. Manifestasi klinis dari endoftalmitis dapat diketahui dari gejala
subjektif dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pengobatan ditujukan bukan untuk memperbaiki visus,
tapi untuk mengatasi proses inflamasi yang terjadi, serta membatasi infeksi agar
tidak terjadi penyulit dan keadaan yang lebih berat. Teknik pengobatan pada
endoftalmitis yaitu dengan secepatnya memulai pemberian antibiotik empiris
yang sudah terbukti efektif terhadap organisme spesifik yang diduga secara
intravitreal dengan dosis dan toksisitas yang diketahui. Secara umum
endoftalmitis tidak memiliki prognosis yang menguntungkan, dan dapat
mengakibatkan hilangnya pengelihatan secara total, terutama jika diagnosis tidak
dapat ditegakkan sejak awal dan pasien tidak segera diberikan pengobatan yang
tepat.

3.2 Saran
Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat sangat diperlukan untuk pasien
endoftalmitis. Semakin cepat dan tepat diagnosis dan pengobatan endoftalmitis
maka prognosisnya menjadi semakin baik.

17

Вам также может понравиться