Вы находитесь на странице: 1из 7

Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK KOPI KAYA MELANOIDIN


TERHADAP KlEBSELLA PNEUMONIAE
THE ANTIMICROBIAL POTENTIAL OF MELANOIDINE COFFEE
EXTRACT ON KlEBSELLA PNEUMONIAE
Achmad Syarifudin Noor
UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Jalan Kalimantan no 37 kampus tegalboto sumbersari, krajan timur, sumbersari, jember, jawa timur 68121
ach_syarif17@gmail.com

Abstract

Indonesia is one of the largest coffee producers in the world. Coffee suppliers are one of the main
processes in the process of making coffee. Melanoidin is a reaction to the Maillard reaction that occurs
during roasting of coffee beans. This compound has been actively proven against several bacteria both
from gram positive (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus cereus) and gram
negative (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa). Therefore, this research will be conducted to fight
the disease of coffee rich in melanoidin against Klebsiella pneumonia in vitro by using agar diffusion.
From the results of the study on 6 data groups, where there were 4 treatment groups extract with a
concentration of 2.5 mg / mL; 5 mg / mL; 10 mg / mL and 20 mg / mL, one group with negative control
(aquadest) and one group again. Positive rice (streptomycin). The results obtained are at a concentration
of 20 mg / mL. High histamine also becomes the optimal concentration of KIebsiella pneumoni bacteria.
Therefore the use of coffee extract containing melanoidin is sufficiently needed or can even be used as
an antibacterial against Kiebsiella pneumoni.
Keywords: coffee, melanoidin, diffusion, kiebsiella pneumoni

Abstrak
Indonesia termasuk salah satu penghasil kopi terbesar di dunia. Penyanggraian biji kopi
merupakan satu tahap utama dalam proses pembuatan kopi. Melanoidin merupakan senyawa hasil
reaksi Maillard yang terjadi selama penyanggraian biji kopi. Senyawa inilah yang telah dibuktikan aktif
terhadap beberapa bakteri baik dari gram positif (Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,
Bacillus cereus) maupun gram negatif(Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa). Oleh karena itu,
penelitian ini akan menguji aktivitas penghambatan ekstrak kopi kaya melanoidin terhadap Klebsiella
pneumoniae secara in vitro menggunakan metode difusi agar. Dari hasil penelitian terhadap 6
kelompok data, dimana terdapat 4 kelompok perlakuan ekstrak kopi dengan seri konsentrasi 2,5
mg/mL; 5 mg/mL; 10 mg/mL dan 20 mg/mL, satu kelompok uji berisi kontrol negatif (aquadest) dan satu
kelompok uji lagi berisi kontrol positif (streptomycin). Hasil yang didapatkan yaitu pada konsentrasi 20
mg/mL didapatkan zona hambat tertinggi sekaligus menjadi konsentrasi optimum terhadap bakteri
KIebsiella pneumoni. Oleh karena itu penggunaan dari ekstrak kopi yan mengandung melanoidin
dikatakan cukup berpotensi atau bahkan dapat digunakan sebagai antibakteri terhadap Kiebsiella
pneumoni.

Keywords: kopi , melanoidin, difusi, kiebsiella pneumoni

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun


Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

Pendahuluan Kemampuan melanoidin dalam


memberikan aktivitas antibakteri terkait dengan
Indonesia termasuk salah satu penghasil sifatnya yang mampu mengelat logam. Pada
kopi terbesar di dunia. Produksi kopi Indonesia konsentrasi rendah, melanoidin memberikan
dalam tahun 2012 mencapai 750.000 ton (AEKI, sifat bakteriostatik dan mampu menurunkan
2017a). Kopi juga merupakan komoditas yang virulensi bakteri patogenik yang memproduksi
dikonsumsi secara luas oleh masyarakat siderophore. Pada konsentrasi tinggi,
Indonesia. Kopi seduh termasuk jenis minuman melanoidin dapat menjadi bakterisida dengan
yang digemari masyarakat di berbagai kalangan. merusak membran luar, mendisrupsi membran
Konsumsi kopi di Indonesia pada tahun 2016 sel, dan menyebabkan kebocoran molekul
sebesar 1,15 Kg per kapita per tahun (AEKI, intraseluler (Rufián-Henares and De La Cueva,
2017b). Kopi yang umum dikonsumsi 2009). Secara umum, ada perbedaan
masyarakat diperoleh melalui serangkaian sensitivitas antara bakteri gram positif dan gram
proses pengolahan biji kopi hingga menjadi negatif terhadap melanoidin. Namun demikian
bubuk atau serbuk kopi siap pakai. belum diketahui secara pasti mekanisme yang
Penyanggraian biji kopi merupakan satu menjelaskan perbedaannya(Moreira et al.,
tahap utama dalam proses pembuatan kopi. 2012).
Proses ini menghasilkan perubahan karakteristik Melanoidin telah dibuktikan aktif terhadap
aroma, rasa, dan warnanya. Selama proses beberapa bakteri baik dari gram positif maupun
penyanggraian juga terjadi perubahan komposisi gram negatif sebagaimana dijelaskan
kandungannya. Kandungan utama seperti sebelumnya. Namun demikian, sejauh ini belum
karbohidrat, lemak, protein, asam klorogenat, ada uji aktivitas dan uji potensi antibakterinya
mineral, asam alifatik, kafein, trigonellin, dan terhadap Klebsiella pneumoniae. K. pneumoniae
asam amino bebas mengalami penurunan. merupakan bakteri yang berperan dalam banyak
Uniknya, di dalam proses ini terbentuk senyawa kasus infeksi termasuk pneumonia, infeksi
melanoidin sebagai hasil transformasi selama saluran kemih, bakteriemia, dan abses liver. K.
proses penyanggraian (Moreira dkk., 2012). pneumoniae termasuk patogen oportunistik
Keberadaan senyawa baru tersebut yang yang menimbulkan infeksi serius pada individu
muncul setelah proses penyanggraian menarik yang mengalami gangguan imun. Bakteri ini
perhatian untuk diteliti lebih lanjut bagaimana bersifat gram negatif, terenkapsulasi, nonmotil,
efek biologisnya terhadap kesehatan. dan berdiam di lingkungan seperti tanah dan air
Melanoidin merupakan senyawa hasil serta alat kesehatan (Clegg and Murphy, 2016).
reaksi Maillard yang terjadi selama Oleh karena itu, penelitian ini akan
penyanggraian biji kopi. Melanoidin memiliki menguji aktivitas penghambatan ekstrak kopi
sifat atau aktivitas mikrobiologis yang kaya melanoidin terhadap Klebsiella
menguntungkan. Melanoidin bersifat pneumoniae secara in vitro menggunakan
antikariogenik yang ditunjukkan dengan metode difusi agar. Potensi antimikrobanya
kemampuannya menghambat Streptococcus dievaluasi lebih lanjut dengan metode
mutans yang berperan dalam pembentukan mikrodilusi untuk mendapatkan nilai kadar
karies gigi (Moreira et al., 2012).Melanoidin juga penghambatan minimum 50% (MIC50). Nilai
diketahui bersifat antibakteri terhadap beberapa MIC50 memberikan ukuran yang lebih deskriptif
bakteri baik dari gram positif (Staphylococcus pada pengujian potensi antibakteri (Cos et al.,
aureus, Staphylococcus epidermidis, Bacillus 2006). Namun demikian, pengujian aktivitas
cereus) maupun gram negatif (Escherichia coli, penghambatan dengan metode difusi agar perlu
Pseudomonas aeruginosa)(Moreira et al., 2012). dilakukan terlebih dahulu sebagai skrining awal
Di sisi lain, melanoidin memiliki aktivitas atau landasan untuk pengukuran potensi
antioksidan dan memberikan efek proteksi antibakteri secara mikrodilusi. Adapun proses
terhadap stress oksidatif sel (Bekedam, Loots, ekstraksi biji kopi menggunakan pelarut air yang
et al., 2008). Melanoidin juga memiliki toksisitas kemudian dipekatkan menggunakan freeze-dry.
yang rendah terhadap cell line manusia (Runti Hasil penelitian ini diharapkan bisa berkontribusi
et al., 2015). Sifat antioksidannya dan dalam pengembangan diversifikasi olahan kopi
toksisitasnya yang rendah ini sangat untuk perawatan tubuh dan kesehatan
menjanjikan sebagai calon atau bahan obat. sebagaimana tercantum dalam Rencana Induk
Dengan demikian melanoidin sangat berpotensi Penelitian (RIP) Universitas Jember tahun 2016-
sebagai agen antibakteri yang aktif dan non- 2020.
toksik. Klebsiella pneumoniae merupakan
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun
Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

Enterobacteria yang berperan dalam banyak 2. Seberapa besar potensi sampel ekstrak
kasus infeksi termasuk pneumonia, infeksi kopi sebagai agen antibakteri terhadap
saluran kemih, bakteriemia, dan abses liver. K. Klebsiella pneumonia ?
pneumoniae termasuk patogen oportunistik Adapun tujuan penelitian ini yaitu
yang menimbulkan infeksi serius pada individu mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak kopi
yang mengalami gangguan imun. Bakteri ini terhadap Klebsiella pneumoniae.
bersifat gram negatif, fakultatif anaerob,
terenkapsulasi, nonmotil, dan berdiam di Metode Penelitian
lingkungan seperti tanah dan air serta alat
kesehatan(Clegg and Murphy, 2016). Bakteri ini 3.1 Rancangan Penelitian
tumbuh dengan baik pada suhu 37° C di media Penelitian ini merupakan true
Nutrient Agar atau Nutrient Broth pada suasana experimental laboratories. Percobaan dalam
aerobik (ATCC, 2017). K. pneumoniae juga penelitian ini dilakukan secara post test only
dikenal sebagai Friedlander’s pneumobacillus. control group design. Aktivitas antimikroba
Bakteri ini berreaksi negatif indol, positif lisin ekstrak kopi diamati setelah inkubasi pada
dekarboksilase, positif urease dan beta- media agar yang ditumbuhi bakteri K.
galaktosidase, dan tidak memproduksi H2S. pneumonia. Bakteri uji akan diberi perlakuan
MIC suatu ekstrak tanaman memberikan berbagai konsentrasi ekstrak kopi dan antibiotik
ukuran kuantitatif potensinya dalam standar.
mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme.
Ekstrak tanaman yang memiliki nilai MIC kurang 3.2 Variabel Penelitian
dari 150 μg/mL dinilai prospektif sebagai agen Variabel bebas dan variabel terikatnya
antibakteri. Nilai MIC lebih dari kadar 150 μg/mL dalam penelitian ini yaitu konsentrasi ekstrak
meningkatkan kejadian positif palsu antibakteri kopi dan aktivitas hambatan pertumbuhan
(LimaFilho dan de Aguiar Cordeiro, 2014). ekstrak kopi terhadap K. pneumonia. Variabel
Pilihan media merupakan faktor kritis yang yang dikendalikan antara lain metode ekstraksi
dapat mempengaruhi nilai MIC. Oleh karena itu sampel, kultur dan inokulum bakteri, suhu dan
pembandingan suatu agen antibakteri harus lama inkubasi, dan prosedur penelitian secara
dengan media yang jelas sama. Media Mueller- umum.
Hinton memberikan pertumbuhan yang baik
untuk kebanyakan bakteri dan merupakan 3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
media standar untuk uji secara dilusi(Cos et al., Penelitian akan dilakukan di Laboratorium
2006). Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi
Penelitian ini akan menggunakan ekstrak Fakultas Farmasi Universitas Jember pada
kopi dan tanpa proses fraksinasi maupun isolasi bulan Juli 2017 hingga Nopember 2017.
lebih lanjut. Proses ekstraksi dengan pelarut air
akan menghasilkan ekstrak kopi yang kaya 3.4 Bahan Penelitian
dengan kandungan melanoidin. Sebagaimana Bahan sampel yang digunakan yaitu biji
diketahui bahwa melanoidin merupakan kopi (Arabika/Robusta) tersangrai yang
senyawa utama yang terdapat pada biji kopi diperoleh dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
tersangrai dan bersifat larut air. Ekstrak kopi Jember. Bahan lainnya yaitu Klebsiella
tersebut diujikan terhadap bakteri K. pneumonia, Nutrient Agar (NA) (Oxoid), Nutrient
pneumoniae dengan metode difusi dan Broth (NB) (Oxoid), Mueller-Hinton Agar/Broth
dilanjutkan diuji secara mikrodilusi. Kedua (MH) (Oxoid), Etanol absolut, NaCl fisiologis,
metode tersebut memberikan informasi kualitatif Streptomycin, Air Steril, Akuades, Mc.Farland
(ada/tidak hambatan) dan kuantitatif (potensi) 0,5; Spiritus, Clorox, Microplate 96- well, Kertas
namun tidak memberikan informasi mengenai payung, Benang, Kapas, Kasa, Blue Tips, Yellow
mekanisme kerja antibakterinya. Tips, White Tips, Kertas Whatman 40, Plastik
Dengan demikian maka permasalahan wrap, alumunium foil, perlengkapan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai perlindungan diri disposable, dan membran filter
berikut: 0,45 mikrometer.
1. Apakah sampel ekstrak kopi memiliki
aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella 3.5 Alat Penelitian
pneumoniae? Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah seperangkat alat gelas, jarum ose,
inkubator (Clifton), pipet tetes, autoklaf (ALP),
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun
Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

pipet mikro (Socorex), pinset, hot plate-stirer bahan (seperti media, NaCl fisiologis serta
(Thermo Scientific), tabung mikro, jangka aquades) dibungkus dengan kertas cokelat
sorong, timbangan analitik (Pioneer), Freeze- untuk kemudian disterilisasi memakai autoklaf
Dryer (Zibbus Vaco), LAF cabinet (Airtech), pada suhu 121˚C tekanan 15 psi selama 15
microplate reader (Dialab), spektrofotometer uv- menit. Alat yang tidak tahan panas dapat
vis, dan lemari pendingin. dilakukan sterilisasi dengan alkohol 70%. Ose
disterilisasi dengan pemijaran sesaat sebelum
3.6 Tahapan Penelitian dipakai.
Tahapan pelaksanaan penelitian ini secara
ringkas yaitu: 3.7.4 Penyiapan Media dan Kultur Bakteri
1. Pembuatan ekstrak kopi kaya melanoidin, Media yang diperlukan dalam penelitian
2. Pengukuran absorbansi ekstrak, yaitu media agar (NA) miring untuk kultur
3. Penyiapan alat, media dan kultur bakteri, bakteri, media agar (NA) petri disk untuk uji
4. Skrining aktivitas antibakteri secara difusi difusi, dan media cair (NB atau MH) untuk
agar, pembuatan inokulum dan uji mikrodilusi.
5. Uji potensi antibakteri secara mikrodilusi, dan Pembuatan media (agar miring) untuk
6. Analisis data hasil pengamatan. penanaman dan peremajaan bakteri dilakukan
Tahapan penelitian tersebut dapat digambarkan dengan cara melarutkan 1 gram NA dalam 50 ml
dalam skema berikut: akuades. Suspensi yang dihasilkan dipanaskan
sampai mendidih di dalam erlenmeyer 100 ml
3.7 Cara Kerja Penelitian tersebut kemudian disterilkan dalam autoklaf
3.7.1 Pembuatan Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin pada 121°C dengan tekanan 15 psi selama 15
Cara ekstraksi biji kopi tersangrai untuk menit. Media selanjutnya dituang ke dalam 10
mendapatkan ekstrak kopi yang kaya dengan tabung reaksi yang sudah steril masing-masing
kandungan melanoidin mengacu pada metode 5 ml dan tabung dimiringkan hingga terbentuk
yang dipakai oleh (Nunes and Coimbra, 2007) agar miring.
dengan sedikit modifikasi. Serbuk biji kopi Pembuatan media untuk uji difusi
tersangrai sebanyak 50 gram diekstraksi dengan dilakukan dengan cara melarutkan 4,56 gram
1 liter akuades pada suhu 80° C selama 20 MH dalam 120 ml akuades. Suspensi yang
menit menggunakan hot-plate stirer. Selama dihasilkan dipanaskan sampai mendidih di
ekstraksi dilakukan pengadukan secara konstan. dalam erlenmeyer 250 ml tersebut kemudian
Ekstrak cair tersebut kemudian disaring dengan disterilkan dalam autoklaf pada 121°C dengan
gelas penyaring (whatman 40) sebanyak dua tekanan 15 psi selama 15 menit. Media
kali penyaringan. Ampas hasil penyaringan selanjutnya dituang ke dalam 6 cawan petri
dibilas dengan akuades panas bersuhu 80° C. yang sudah steril masing-masing 20 ml.
Filtrat kemudian didiamkan hingga mendingin Bakteri K. pneumoniae dikultur ulang
sendiri. Filtrat tersebut secara bertahap di dalam media agar (NA) miring. Stok bakteri
sentrifugasi selama 10 menit pada putaran 1600 murni diambil dari kemasannya, dimana bagian
rpm. Supernatan yang diperoleh selanjutnya ujung pada bakteri murni ini berbentuk loop,
difilter dengan membran 0,45 mikrometer. sehingga bisa langsung di goreskan pada media
Seluruh supernatan dipekatkan menggunakan agar miring. Cara menggoreskannya bisa
freeze-dryer. Ekstrak kopi hasil freezedry dengan empat sisi dimana modelnya zig-zag.
kemudian disimpan pada suhu 4° C hingga Bakteri kemudian disimpan di inkubator suhu
digunakan untuk tahap selanjutnya. 37° C selama 18-24 jam untuk melihat tumbuh
atau tidaknya.
3.7.2 Pengukuran Absorbansi Ekstrak
Data absorbansi digunakan sebagai 3.7.5 Preparasi Inokulum Bakteri
kontrol kandungan melanoidin dalam ekstrak. Sejumlah bakteri yang diambil dari kultur
Melanoidin berkontribusi pada warna coklat dari agar miring diambil dan dimasukkan ke dalam
ekstrak yang absorbansinya dapat diamati pada 10 ml NaCl fisiologis. Jumlah bakteri yang akan
405 nm. Absorbansi ekstrak kopi diukur secara digunakan untuk pengujian menggunakan
spektrofotometri uv-vis menurut (Bekedam, standar McFarland 0,5. Kekeruhan inokulum
Roos, et al., 2008) bakteri disamakan dengan standar McFarland
0,5 secara visual atau menggunakan metode
3.7.3 Sterilisasi Alat dan Bahan turbidimetri.
Alat (seperti peralatan gelas dan tip) dan
e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun
Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

3.7.6 Skrining Aktivitas Antibakteri Secara Difusi Nilai MIC yang ditentukan adalah nilai
Uji antibakteri dengan metode difusi MIC50 dan MIC90. Nilai MIC50 dan MIC90
dilakukan pada 6 kelompok. Dimana 4 kelompok didapatkan dengan membuat grafik antara kadar
merupakan kelompok perlakuan ekstrak kopi isolat (absis) dengan persen penghambatan
dengan seri konsentrasi 2,5 mg/mL; 5 mg/mL; pertumbuhan bakteri (ordinat) dan dianalisis
10 mg/mL dan 20 mg/mL, kemudian satu menggunakan metode Litchfield dan Wilcoxon
kelompok uji berisi kontrol negatif (aquadest) (analisis probit).
dan satu kelompok uji lagi berisi kontrol positif Penentuan nilai Kadar Bunuh Minimum
(streptomycin). Media padat Mueller Hinton Agar (MBC) dilakukan dengan mengambil cairan dari
(MH) diusap dengan biakan bakteri. Media tiap microtiter plate 96-well sebanyak 3 μL lalu
dibuat sumuran (diameter 10 mm) dan diberi digoreskan pada media NA steril tanpa
perlakuan serta kontrol. Tiap-tiap konsentrasi penambahan mikroba dan senyawa uji. Goresan
dipipet 40 µL dimasukkan dalam masing-masing pada media NA yang terlihat jernih setelah
lubang sumuran yang berisi media MH. Kontrol inkubasi (suhu 37° C selama 18-24 jam)
negatif diisi dengan aquadest sebanyak 40 µL. ditetapkan sebagai nilai MBC.
Kontrol positif diisi dengan streptomycin
sebanyak 40 µL dengan konsentrasi 10 mg/mL. 3.7.8 Analisis Data
Media bakteri yang sudah diberi bahan Data dinyatakan dalam rerata ±
antibakteri diinkubasi pada suhu 37°C selama kesalahan baku rerata (Standar Deviasi). Data
18-24 jam. pada masing-masing perlakuan dianalisis
Diameter hambatan yang terbentuk diukur statistik ANOVA diikuti uji TukeyHSD berikut uji
menggunakan jangka sorong dalam satuan asumsinya menggunakan aplikasi statistik R
milimeter. Zona hambat diukur dengan cara 3.3.1 / RCommander 2.3-2 (Fox, 2005; R Core
mengukur diameter keseluruhan tanpa dikurangi Team, 2015). Perbedaan bermakna dinyatakan
dengan diameter sumuran dengan P.

3.7.7 Uji Potensi Antibakteri Secara Mikrodilusi Hasil Penelitian


Pengujian potensi antibakteri
4.1 Preparasi
menggunakan microtiter plate (microplate).
Ekstrak kopi yang kaya dengan
Semua sumuran diberi 100 µl inokulum K.
kandungan melanoidin diperoleh dengan proses
pneumoniae yang telah disesuaikan
sangrai. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi
kekeruhannya dengan McFarland 0,5 kecuali
dengan pengadukan secara konstan sampai
sumuran untuk kontrol media. Sumuran uji diberi
terbentuk filtrat yang diinginkan. Filtrat tersebut
dengan perlakuan 100 µl sampel ekstrak kopi
di sentrifugasi kemudian dan diperoleh
berbagai konsentrasi sehingga konsentrasi
supernatan yang nantinya dipekatkan untuk
akhirnya menjadi setengahnya. Sampel ekstrak
tahap selanjutnya.
kopi dibuat dalam tujuh konsentrasi yaitu 12,5
μg/mL, 25 μg/mL, 50 μg/mL, 100 μg/mL, 200
4.2 Pengukuran Absorbansi Ekstrak
μg/mL, dan 400 μg/mL, dalam media MH.
Absorbansi yang diperoleh dari ekstrak
Sebagai kontrol, di beberapa sumuran diberikan
kopi yang mengandung Melanoidin dapat
100 μL larutan sampel setiap konsentrasi dan
diamati pada 405 nm. Hasil mask dalam rentang
100 μL media tanpa bakteri, kontrol bakteri uji
yang sesuai dengan pengamatan menurut
digunakan sebanyak 200 μL bakteri uji, kontrol
(Bekedam, Roos, et al., 2008). Absorbansi
positif digunakan larutan streptomisin 10 mg/mL,
ekstrak kopi ini diukur secara spektrofotometri
dan kontrol pelarut digunakan 10 µL DMSO
uv-vis.
0,5%. Microplate kemudian diinkubasi selama
18-24 jam menit pada suhu 37°C. Microplate
ditutup dengan parafilm dan di bawah microplate 4.3 Skrining Aktivitas Antibakteri Secara Difusi
diberi tisu basah untuk menjaga Dari 6 kelompok data, dimana terdapat 4
kelembabannya. kelompok perlakuan ekstrak kopi dengan seri
Optical density (OD) tiap sumuran konsentrasi 2,5 mg/mL; 5 mg/mL; 10 mg/mL dan
kemudian diukur menggunakan microplate 20 mg/mL, satu kelompok uji berisi kontrol
reader pada 595 nm. Data absorbansinya lalu negatif (aquadest) dan satu kelompok uji lagi
dikonversi menjadi persen hambatan berisi kontrol positif (streptomycin). Dari ke 6
menggunakan persamaan berikut. variabel tersebut diketahui mampu membentuk

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun


Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

zona hambat pada bakteri K. pneumonia. [2] Bekedam, E. K., Loots, M. J., et al.
(2008) ‘Roasting effects on
Pembahasan formation mechanisms of coffee
brew melanoidins’, Journal of
Dari 6 kelompok data, dimana terdapat 4 Agricultural and Food Chemistry,
kelompok perlakuan ekstrak kopi dengan seri
56(16), pp. 7138–7145. doi:
konsentrasi 2,5 mg/mL; 5 mg/mL; 10 mg/mL dan
20 mg/mL, satu kelompok uji berisi kontrol 10.1002/btpr.506.
negatif (aquadest) dan satu kelompok uji lagi
berisi kontrol positif (streptomycin). Dari ke 6 [3] Clegg, S. and Murphy, C. N. (2016)
variabel tersebut diketahui mampu membentuk ‘Epidemiology and Virulence of
zona hambat pada bakteri K. pneumonia. Klebsiella pneumoniae’,
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa Microbiology Spectrum, 4(1). doi:
diameter zona hambat terbentuk dimulai pada 10.1128/microbiolspec.UTI-0005-
konsentrasi 2,5 mg/mL adalah sebesar 7,00
2012.
mm, kemudian pada konsentrasi 5 mg/mL
sebesar 8,30 mm, konsentrasi 10 mg/mL yaitu
9,60 mm, konsentrasi 20 mg/mL yaitu 11,00 mm [4] Cos, P. et al. (2006) ‘Anti-infective
sedangkan perlakuan kontrol positif dengan potential of natural products: How to
menggunakan cara sumuran yang berisi larutan develop a stronger in vitro “proof-of-
streptomycin, zona hambat yang terbentuk concept”’, Journal of
sebesar 11,00 mm. Ethnopharmacology, 106(3), pp.
290–302. doi:
Simpulan dan Saran 10.1016/j.jep.2006.04.003.

Dari hasil tersebut dapat diambil [5] Daglia, M. et al. (2007) ‘Isolation,
kesimpulan bahwa pada konsentrasi 20 mg/mL
identification, and quantification of
didapatkan zona hambat tertinggi sekaligus
menjadi konsentrasi optimum terhadap bakteri roasted coffee antibacterial
KIebsiella pneumoni. Selain itu pada konsentrasi compounds’, Journal of Agricultural
yang sama memberikan hasil yang cukup baik and Food Chemistry, 55(25), pp.
karena memiliki aktivitas yang sama dengan 10208–10213. doi:
kontrol positif yang digunakan pada penelitian 10.1021/jf0722607.
kali ini.
Oleh karena itu penggunaan dari ekstrak [6] Farah, A. and Dos Santos, T. F.
kopi yan mengandung melanoidin dikatakan
(2014) The Coffee Plant and Beans:
cukup berpotensi atau bahkan dapat digunakan
sebagai antibakteri terhadap Kiebsiella An Introduction, Coffee in Health
pneumoni. and Disease Prevention. Elsevier
Beberapa saran dar peneltian in yaitu Inc. doi: 10.1016/B978-0-12-
perlu dilakukan optimasi mengenai ekstrak kopi 409517-5.00001-2.
kaya melanoidin terhadap bakteri Kiebsiella
pneumonia. [7] Kleinwächter, M., Bytof, G. and
Selmar, D. (2014) Coffee Beans
and Processing, Coffee in Health
Daftar Pustaka
and Disease Prevention. Elsevier
[1] Bekedam, E. K., Roos, E., et al. Inc. doi: 10.1016/B978-0-12-
(2008) ‘Low molecular weight 409517-5.00009-7.
melanoidins in coffee brew’, Journal
of Agricultural and Food Chemistry, [8] Moreira, A. S. P. et al. (2012) ‘Coffee
56(11), pp. 4060–4067. doi: melanoidins: Structures,
10.1021/jf8001894. mechanisms of formation and
potential health impacts’, Food and

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun


Grey et al, Potensi Antimikroba Ekstrak Kopi Kaya Melanoidin Terhadap Kiebsiella Pneumoniae

Function, 3(9), pp. 903–915. doi: 10.1016/B978-0-12-409517-


10.1039/c2fo30048f. 5.00020-6.

[9] Nunes, F. M. and Coimbra, M. A. [12]Runti, G. et al. (2015) ‘Arabica


(2007) ‘Melanoidins from coffee coffee extract shows antibacterial
infusions. Fractionation, chemical activity against Staphylococcus
characterization, and effect of the epidermidis and Enterococcus
degree of roast’, Journal of faecalis and low toxicity towards a
Agricultural and Food Chemistry, human cell line’, LWT - Food
55(10), pp. 3967–3977. doi: Science and Technology. Elsevier
10.1021/jf063735h. Ltd, 62(1), pp. 108–114. doi:
10.1016/j.lwt.2014.12.039.
[10]Rufián-Henares, J. A. and De La
Cueva, S. P. (2009) ‘Antimicrobial [13]Wei, F. and Tanokura, M. (2014)
activity of coffee melanoidins - A Chemical Changes in the
study of their metal-chelating Components of Coffee Beans
properties’, Journal of Agricultural during Roasting, Coffee in Health
and Food Chemistry, 57(2), pp. and Disease Prevention. Elsevier
432–438. doi: 10.1021/jf8027842. Inc. doi: 10.1016/B978-0-12-
409517-5.00010-3.
[11] Rufián-Henares, J. A. and Pastoriza,
S. (2014) Melanoidins in Coffee,
Coffee in Health and Disease
Prevention. Elsevier Inc. doi: .

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. (no.), bulan, tahun

Вам также может понравиться