Вы находитесь на странице: 1из 24

TUGAS

LAPORAN PENDAHULUAN, ASUHAN KEPERAWATAN, KASUS


DAN ASPEK LEGAL ETIS PADA POST HEMOROIDDEKTOMI
Dosen Pengampu : Ns. Saelan. M.Kep

DISUSUN OLEH :
1. Laras Dwi C (S16099)
2. Mahendra A W (S16100)
3. Lisa Ari R (S16101)
4. Madila Nurwahyu (S16102

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, dan karunia-Nya lah
tugas ini dapat diselesaikan.Tugas kelompok yang berjudul “laporan pendahuluan,
asuhan keperawatan, kasusdan aspek legal etis pada post hemoroiddektomi”
Dalam penyusunan tugas kelompok ini penulis banyak mengalami
berbagai hambatan baik langsung maupun tidak langsung, akan tetapi berkat
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, tugas ini dapat diselesaikan. Oleh
karena itu dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. Ns. Saelan. M.Kep, selaku dosen pembimbing mata kuliah Sistem
pencernaan ,
2. Rekan-rekan mahasiswa Stikes Kusuma Husada yang telah membantu
penulis.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua
sehingga kita dapat mengetahui tentang apa itu “laporan pendahuluan, asuhan
keperawatan, kasusdan aspek legal etis pada post hemoroiddektomi”
Namun penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, makalah ini dapat memberikan tambahan dan bermanfaat bagi
kami dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 20 mei 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................ 3
A. Konsep Kelainan ......................................................................... 3
1. Definisi sindroma nefrotik .................................................... 3
2. Etiologi sindroma nefrotik .................................................... 2
3. Manifestasi Klinis sindroma nefrotik .................................... 3
4. Patway sindroma nefrotik ..................................................... 4
5. Patofisologi sindroma nefrotik .............................................. 4
6. Komplikasi sindroma nefrotik .............................................. 5
7. Pemeriksaan penunjang sindroma nefrotik ........................... 6
8. Konsep Tumbuh Kembang .................................................. 2
B. Konsep askep ............................................................................. 8
1. Diagnosa keperawatan ......................................................... 10
2. Intervensi keperawatan ......................................................... 11
3. Evaluasi ................................................................................ 12
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 25
A. Kesimpulan ................................................................................. 25
B. Saran ............................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis. Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid
interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena
hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah yang digunakan, maka
hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan hemoroid
eksterna timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti
vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua
jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35%
penduduk baik pria maupun wanita yang berusia lebih dari 25 tahun.
Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan
perasaan yang sangat tidak nyaman Hemoroid adalah seikat pembuluh darah
di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah selaput bagian
paling rendah dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur 50,
sekitar separuh orang dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa
gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan. Dalam banyak
kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya selfcare perawatan sendiri dan
lifestyle gaya hidup (Sjamsuhidayat,2004).
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif, pasien
hemoroid di jawa tenga dari bulan Januari 2004 sampai dengan November
2009 terdapat 1137 pasien. Jumlah pasien terbanyak pada tahun 2007
sebanyak 310 7 pasien dengan jumlah tindakan hemoroidektomi sebanyak
250. Sedangkan jumlah jumlah pasien paling sedikit pada tahun 2005
sebanyak 91 orang. Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137 orang dari
tahun 2004-2009 terdapat 310 pasien pada tahun 2007 dan pasien yang
dilakukan tindakan hemoroidektomi sebanyak 250 orang pada tahun 2007.
Berdasarkan penelitian hemoroid interna diterapi sesuai dengan gradenya,
tetapi hemoroid eksterna selalu dengan operasi (Sjamsuhidayat,2004).
Berdasarkan fakta di atas maka menimbulkan ketertarikan perawat
mengambil judul karya tulis ilmiah asuhan keperawatan pada Sdr. Y dengan
gangguan sistem pencernaan post operasi hemoroidektomi di RSUD
Pandanarang Boyolali.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka beberapa
masalah dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Masyarakat kurang paham betul tentang penyakit hemoroid (ambeien)
yang terjadi dilingkungannya.
2. Masyarakat tidak begitu paham tentang pencegahan penyakit hemoroid.

C. Tujuan Laporan Kasus


1. Tujuan Umum
Sebagai bahan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang
penanganan hemoroid.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep hemoroid,anatomi fisiogi, etiologi, dan
patofisiologi.
b. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid
dengan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definis
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011).
Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan
penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum
(Nugroho, 2011).
Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena varises pada pleksus venosus
di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006)
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidales yang
tidak merupakan keadaan patologik ( Sjamsuhidayat & Jong, 2004 ).

B. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan
terbentang dari kolon sigmoid sampai anus, kolon sigmoid mulai setinggi
krista iliaka dan berbentuk lekukan huruf S. Lekukan bagian bawah
membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Satu inci
dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus
6 dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 15 cm. Usus besar
secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai
dengan suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior
memperdarahi belahan bagian kanan yaitu sekum, kolon asendens dan
dua pertiga proksimal kolon transversum, dan arteri mesentrika anterior
memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal kolon transversum,
kolon desendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum. Suplai darah
tambahan untuk rektum adalah melalui arteri sakralis media dan arteri
hemoroidales inferior dan media yang dicabangkan dari arteri iliaka
interna dan aorta abdominalis
Alir balik vena dari kolon dan rektum superior melalui vena
mesentrika superior dan inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu
bagian dari sistem portal yang mengalirkan darah ke hati. Vena
hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistematik. Terdapat anastomosis antara
vena hemoroidalis superior, media dan inferior, sehingga peningkatan
tekanan portal dapat mengakibatkan aliran darah balik ke dalam venavena ini.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif : (1) kontraksi lamban dan
tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan,
menyumbat beberapa haustra; (2) peristaltik massa, merupakan kontraksi
yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan
massa feses ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul
dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah
makan, khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
Propulasi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum
dan merangsang refleks defekasi.
Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter
interna dikendalikan oleh sistem saraf otonom, dan sfingter eksterna berada di
bawah kontrol voluntar. Refleks defekasi terintegrasi pada segmen sakralis
kedua dan keempat dari medula spinalis. Serabut-serabut parasimpatis
mencapai rektum melalui saraf splangnikus panggul dan bertanggung jawab
atas kontraksi rectum dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rektum yang
mengalami distensi berkontraksi, otot levator ani berelaksasi, sehingga
menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang. Otot-otot sfingter
interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi tinggi
massa feses. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra
abdomen yang tejadi akibat kontraksi voluntar. Otot-otot dada dengan
glotis ditutup, dan kontraksi secara terus menerus dari otot-otot abdomen
(manuver atau peregangan valsava). Defekasi dapat dihambat oleh
kontraksi voluntar otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding
rektum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefekasi
menghilang.

C. Etiologi
Menurut (Sjamsuhidayat & Jong, 2004) hemoroid dapat menimbulkan
gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialah
mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan
obesitas.
Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak
berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa
predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko hemoroid seperti
berikut:
a. Peradangan pada usus, seperti pada kondisi colitis ulseratif atau penyalit
crohn.
b. Kehamilan, berhubungan dengan banyak masalah anorektal.
c. Konsumsi makanan rendaj serat.
d. Obesitas.
e. Hipertensi portal..

D. Patofisiologi
Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan
abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan
dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Interna (dilatasi sebelum spinter)
1). Bila membesar baru nyeri
2). Bila vena pecah, BAB berdarah anemia
b. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)
1). Nyeri
2). Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi Hemoroid dapat
terjadi pada individu yang sehat.
Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran,
peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses
menjadi kecil, yang bias, mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.
Peningkatan tekanan ini menyebabkan pembengkakan dari hemoroid.,
kemungkinan gengguan oleh venous return (Muttaqin, 2011).
E. Patway

F. Manifestasi Klinis
Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, dan sering
menyebabkan perdarahan berwarna merah terang pada defekasi. Hemoroid
eksternal dihubungkan dengan nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam
hemoroid. Ini dapat menimbulkan iskemia pada area tersebut dan nekrosis.
Hemoroid interna tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid ini
membesar dan menimbulkan perdarahan atau prolaps.
Hemoroid interna diklasifikasikan sebagai derajat I, II,dan III.
Hemoroid interna derajat I ( dini ) tidak menonjol melalui anus dan hanya
dapat ditemukan dengan proktoskopi. Lesi biasanya terletak pada posterior
kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti penyebaran cabang-cabang vena
hemoroidalis superior, dan tampak sebagai pembengkakan globular
kemerahan. Hemoroid derajat II dapat mengalami prolaps melalui anus
setelah defekasi, hemoroid ini dapat mengecil secara spontan atau dapat
direduksi ( di kembalikan ke dalam ) secara manual. Hemoroid derajat III
mengalami prolaps secara permanen. Gejala-gejala hemoroid interna yang
paling sering adalah perdarahan tanpa nyeri, karena tidak ada serabut-serabut
nyeri pada daerah ini. Kebanyakan kasus hemoroid campuran interna dan
eksterna ( Smeltzer, 2001).

G. Penatalaksanaan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
higiene personal yang baik dan menghindari mengejan berlebihan selama
defekasi. Diet tinggi serat yang mengandung buah dan sekam mungkin
satusatunya tindakan bila diperlukan. Apabila tindakan ini gagal, laksatif
yang berfungsi mengabsorpsi dengan salep, dan supositoria yang
mengandung anestesi, astringen ( witch hazel ) dan tirah baring adalah
tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.
Terdapat berbagai tipe tindakan nonoperatif untuk hemoroid.
Fotokoagulasi inframerah, diatermi bipolar, dan terapi laser adalah teknik
terbaru yang digunakan untuk melekatkan mukosa ke otot yang
mendasarinya. Injeksi larutan sklerosan juga efektif untuk hemoroid
berukuran kecil dan berdarah. Prosedur ini mencegah prolaps.
Tindakan bedah konservatif hemoroid interna adalah prosedur ligasi
pita-karet. Hemoroid dilihat melalui anosop, dan bagian proksimal diatas
garis mukokutan dipegang dengan alat. Pita karet kecil kemudian diselipkan
diatas hemoroid. Bagian distal jaringan pada pita karet menjadi nekrotik
setelah beberapa hari dan lepas. Terjadi fibrosis yang mengakibatkan mukosa
anal bawah turun dan melekat pada otot dasar. Meskipun tindakan ini
memuaskan bagi beberapa pasien, namun pasien lain merasakan tindakan ini
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan hemoroid sekunder dan infeksi
perianal.
Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat
hemoroid dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu
sampai timbul nekrosis. Meskipun hal ini relatif kurang menimbulkan nyeri,
prosedur ini tidak digunakan dengan luas karena menyebabkan keluarnya
rabas yang berbau sangat menyengat dan luka yang ditimbulkan lama
sembuhnya.
Laser Nd:YAG telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid,
terutama hemoroid eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan
nyeri. Hemoragi dan abses jarang menjadi komplikasi pada periode pasca
operatif.
Metode pengobatan hemoroid tidak efektif untuk vena trombosis
luas,yang harus diatasi dengan bedah lebih luas.
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk
mengangkat semua jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Selama
pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi secara digital dan hemoroid
diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan melalui sfingter
uintuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah. Penempatan Gelfoan atau
kasa Oxygel dapat diberikan diatas luka anal ( Smeltzer, 2001).

H. Komplikasi
Komplikasi penyakit ini adalah perdarahan hebat, abses, fistula
para anal, dan inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya
selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi
trombus serta pengeluaran trombus.Komplikasi jangka panjang adalah
striktur ani karena eksisi yang berlebihan ( Smeltzer, 2001).
ASUHAN KEPERAWATAN
POST HEMOROIDEKTOMI
A. Kasus
Dalam bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan
pada Ny. M dengan Post operasi Hemoroid, dilaksanakan pada tanggal 25
sampai 27 April 2013. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Menggunakan
metode auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau
observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan
perawat.
1. Identitas Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam 08.00 didapatkan
data pasien bernama Ny. M, umur 27 tahun, alamat Sragen, Jawa Tengah,
jenis kelamin perempuan, pekerjaan wiraswasta, pendidikan terakhir
SLTP, yang mulai periksa rawat jalan di RSUD dr. Soehadi Prijonegoro
Sragen pada tanggal 22 April 2013, kemudian atas saran dokter pasien
dikehendaki opname untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan
pembedahan, karena pasien didiagnosa mempunyai penyakit Hemoroid,
dokter yang menangani pasien yaitu Dr. W, SpB. Adapun yang
bertanggung jawab kepada pasien adalah Tn. S, umur 37 tahun, alamat
Sragen, Jawa Tengah dan hubungan dengan pasien sebagai suami.
2. Pengkajian
Riwayat kesehatan sekarang, keluhan utama yang dirasakan pasien
yaitu merasakan nyeri dengan skala 5 pada post operasi dan pasien
tampak lemah dan meringis kesakitan. Pasien mengatakan sebelum masuk
rumah sakit pasien mengeluh anus nyeri seperti panas selama 4 bulan dan
sakit saat buang air besar. Sehingga pada tanggal 22 April 2013 pasien
mulai periksa rawat jalan dan akhirnya opname diruang Mawar RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro Sragen dan tanggal 24 April 2013 jam 09.00
dilakukan operasi dengan metode Hemoroiddektomi untuk menangani
kasus Hemoroid. Pengkajian dilakukan pada tanggal 25 April 2013 jam
07.30.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan belum pernah
mengalami penyakit yang dideritanya sekarang. Tidak pernah mengalami
kecelakaan, tidak mempunyai riwayat pembedahan sebelumnya dan
pasien tidak mempunyai riwayat terhadap alergi makanan dan obat. Pada
riwayat kesehatan keluarga, pasien dan keluarga mengatakan tidak ada
penyakit keturunan seperti Asma, Diabetes Militus, Hipertensi dan lain-
lain. Pada riwayat kesehatan lingkungan, keluarga mengatakan bahwa
lingkungan tempat tinggalnya bersih, tidak ada penyakit menular dan lain-
lain. Genogram: Pasien merupakan ibu rumah tangga dan pasien tinggal
dengan suami dan anak laki-lakinya.
Menurut Gordon, pola kesehatan fungsional terdiri dari 11 yang
terdiri dari pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan
eliminasi, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur,
pola kognitif dan perseptul, pola persepsi dan konsep diri, pola hubungan
dan peran, pola seksualitas dan reproduksi, pola mekanisme koping, dan
pola nilai dan keyakinan.
Pada pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pasien mengatakan bahwa
kesehatan itu penting dan sakit membuatnya tidak bisa beraktivitas seperti
biasanya, keluarga pasien juga mengatakan bahwa pasien tidak pernah
mendapatkan penyuluhan kesehatan dan pasien menyatakan bahwa nyeri
setelah operasi ambeyen, seperti tertusuktusuk, nyeri pada anus, skala 5,
dan nyeri hilang timbul. Pada kasus ini pola nutrisi dan metabolik,
sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari (nasi, sayur dan
lain-lain) dalam porsi sedang. Minum air putih kurang lebih 8 gelas dan
jarang minum air teh. Pasien tidak melakukan diet khusus. Sedangkan
selama sakit, pasien makan menu diit cair dari rumah sakit (bubur, sayur
dan lain-lain) dan hanya habis setengah porsi, minum air putih kurang
lebih 8 gelas setara dengan 1600 cc. Kulit elastis, integritas jaringan kulit
luar baik, thermoregulasi pasien ditandai dengan suhu 36,5oC.
Pada pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan sehari buang
air besar 1 kali, dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan, dan
berbau khas. Buang air kecil kurang lebih 3 kali sehari atau sekitar 700 cc
dengan konsistensi warna urine keruh dan berbau khas. Sedangkan selama
sakit, pasien terpasang kateter terhubung dengan urine bag 1200 cc dari
jam 20.00 sampai jam 05.00, pasien merasa kesakitan saat urine terasa
akan mengalir, warna urine tidak bercampur dengan darah, pasien belum
buang air besar setelah operasi dan terpasang tampon di anus, pasien
tampak berkeringat.
Pola aktivitas dan latihan ditemukan hasil bahwa sebelum sakit
aktivitas harian pasien dilakukan secara mandiri, tidak menggunakan
bantuan alat, aktivitas sehari-hari pasien yaitu bertani. Sedangkan selama
sakit aktivitas pasien seperti mobilisasi, di tempat tidur, berpindah,
ambulasi dibantu orang lain (nilai 2), sedangkan aktivitas toileting dibantu
orang lain dan alat (nilai 3). Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien
mengatakan dalam sehari tidur kurang lebih 8 jam dengan frekuensi tidur
2 kali yaitu siang dan malam, tidak menggunakan obat tidur, kondisi saat
tidur nyaman dan aman. Selama sakit pasien mengatakan tidur kurang
lebih 3 jam sering terbangun karena terasa nyeri, kondisi lingkungan
kurang kondusif karena banyaknya pengunjung dan tindakan yang tidak
terduga.
Pada kasus ini, Ny. M mengalami masalah pada pola kognitif dan
perseptual yaitu sebelum sakit Ny. M mengatakan tidak mengalami
gangguan fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau.
Selama sakit Ny. M mengatakan tidak mengalami gangguan fungsi
penglihatan, pendengaran, perasaan, dan pembau. Pasien mengatakan
nyeri anus pada luka operasi dan nyeri bertambah bila untuk bergerak,
nyeri perih dan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri yang dirasakan
hilang timbul.
Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan
umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis dengan penilaian
Glasgow Coma Scale (GCS) adalah E4 M6 V5 Tanda-tanda vital
didapatkan Tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per
menit, frekuensi respirasi 20 kali per menit, dan suhu 36,5oC. Pada
genetalia, terpasang selang kateter no 24 10 terhubung dengan urine bag
dan pada bagian rectum atau anus terpasang tampon dan kulit sekitar luka
tidak merah dan tidak tampak kotor. Pada tanggal 23 Maret 2013
dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium dan didapatkan hasil yaitu
Limfosit 50,95 normal (19-48) dan hasil darah rutin serta kimia darah
lainnya dalam batas normal.
Pada tanggal 25 Ny. M diberikan terapi obat analgesik ketorolac 10
mg/8 jam. Terdapat data pengkajian PQRST yaitu P: Nyeri post op
hemoroiddektomi, Q: seperti tertusuk-tusuk, R: nyeri pada anus, T: hilang
timbul.
3. Analisa Data
N Hari/tg Data Fokus Masalah Etiologi Diagnose
o l
1 Ds : Pasien Nyeri Agen Nyeri akut b.d
mengatakan akut cidera fisk agen cidera fisik
nyeri anus (00132) (pembedahan
pada luka hemoroiddektomi)
operasi dan .
nyeri
bertambah
bila untuk
bergerak,
nyeri perih
dan seperti
ditusuk-
tusuk, skala
nyeri 5,
nyeri yang
dirasakan
hilang
timbul
Do : Pasien
tampak
lemah dan
meringis
kesakitan,
tekanan
darah
120/70
mmHg,
nadi 80 kali
per menit,
pernapasan
20 kali per
menit, suhu
36,5°C,
luka pada
bagian
rectum
terpasang
tampon
kulit sekitar
tidak
tampak
merah dan
tidak kotor
2 Ds : pasien Kontispas Obstruksi Kontipasi b.d
mengatakan i ( 00011) pasca – obstruksi pasca
belum bedah bedah
buang air
besar
setelah
operasi
Do: pasien
terpasang
tampon di
anus,
pasien
tampak
berkeringat
.

3 DS : pasien Hambatan Intolerans Hambatan


mengatakan mobilitas i aktivitas mobilitas fisik b.d
selama fisik ( intoleransi
sakit 00085) aktivitas.
aktivitas
pasien
seperti
mobilisasi,
di tempat
tidur,
berpindah,
ambulasi
dibantu
orang lain
(nilai 2),
sedangkan
aktivitas
toileting
dibantu
orang lain
dan alat
(nilai 3).
Do : pasien
tampak
sesalu di
bantu
keluarga

4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik (pembedahan
hemoroiddektomi
b. Kontipasi berhubang dengan obstruksi pasca bedah
c. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas

5. Intervensi
a. Nyeri akut berhungan dengan agen cidera fisik (pembedahan
hemoroiddektomi
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam makan akan di
harapkan akan di dapatkan kriteria hasil : ( 2304)
1) Ttv normal
2) Nyeri berkurang
3) Permulaan kembali aktivitas normal
4) Tidak adanya infeksi

 Intervensi (1400)
O : tentukan akibat dari pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
pasien
N : Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa nyeri akan di rasakan dan antisipasi dari ketidaknyamanan
prosedur
E : Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
C : Kolaborasikan dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan.
b. Kontipasi berhubungan dengan obstruksi pasca bedah
Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam makan akan di
harapkan akan di dapatkan kriteria hasil : (1622)
1) Mau mengikuti rekomendasi untuk jumlah makanan perhari
2) Mau memakan dan meminum yang diet sudah di tentukan
3) Menghindari makanan yang menyebabkan alergi

 Intervensi (4130)
O : Monitot tanda dan gejala kostipasi
N : Berikan petunjuk pada pasien untuk dapat berkonsultasi dengan
dokter jika konstipasi masih tetap terjadi
E : intruksikan kepada pasien / keluarga mengenai hubungan
anatara diet latihan dan asupan cairan terhadap kejadian konstipasi
C : Konsultasiakan dengan dokter mengenai penurunan /
peningkatan frekuensi bising usus

c. Hambatan mobilitas fisik b.d intoleransi aktivitas


Setelah di lakukan tindakan keperawatan 3X24 jam makan akan di
harapkan akan di dapatkan kriteria hasil : (0210)
1) Kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi begitu pula
sebaliknya.
2) Kemampuan berpindah dari kursi roda ke kursi
3) Kemapuan berpindah dari kursi roda ke toilet
4) Kemampuan berpindah dari satu permukaan kepermukaan
berikutnya sambil berbaring.

 Intervensi (0846)
O : monitor ketidakmampuan pasien untuk mempertahankan postur
yang benar pada saat berada di kursi roda
N : gunakan mekanik tubuh yang tepat ketika memposisikan
pasien.
E : instruksikan pasien mengenai bagaimana cara berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda, sesuai kebutuhan.
C : konsultasikan dengan terapis.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pengkajian dilakukan pada hari kamis tanggal 10 Mei pukul 15.00
WIB di ruang Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali. Diagnosa
keperawatan yang ditegakkan ada 3, yaitu: nyeri akut berhubungan dengan
adanya agen injuri fisik (luka post op). Resiko infeksi berhubungan
dengan insisi pembedahan sekunder (hemoroidektomi). Kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi. Sedangkan yang
tidak ditegakkan yaitu gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan
pembatasan masuknya oral dan imobilisasi sekunder terhadap post operasi
dan ganggua aktifitas tidur. Adanya kerjasama yang baik dengan pasien
dan keluarga pasien serta tersedianya fasilitas yang digunakan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan, sebagian besar perencanaan sudah
sesuai dengan teori Carpenito (2007) dan Carpenito (2007).
Dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Sdr. Y dengan
Gangguan Sistem Pencernaan: post operasi hemoroidektomi di Ruang
Flamboyan RSUD Pandanarang Boyolali, terdapat juga perencanaan yang
belum berhasil dicapai 18 karena keterbatasan waktu dan ketelitian penulis
dalam memberikan asuhan keperawatan. Kerjasama tim dalam pemberian
asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien cukup baik
dibuktikan dilaksanakannya pendelegasian yang dilakukan oleh penulis.

B. Saran
1. Dalam hal kerjasama tim
Penulis mengharapkan untuk dipertahankannya dan ditingkatkannya
asuhan keperawatan, agar asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien benar-benar asuhan keperawatan komprehensif.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal
mungkin dan meningkatakan mutu pelayanan rumah sakit.
3. Bagi pendidikan
Memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan prasarana yang
merupakan fasilitas bagi mahasiswa untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan
pembuatan laporan.
4. Bagi Perawat
Diharapkan seorang perawat agar dapat lebih professional dengan
pengatahuan dan keterampilan yang di miliki sehingga dapat
mendeteksi dini. Bagi Pasien kasus-kasus yang patologi khususnya
dalam kasus post operasi hemoroidektomi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih
Bahasa

Yasmin Asih. Editor Monika Ester.2006.Edisi 10. Jakarta: EGC,


Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih
Bahasa dr. Vidia

Umami. Editor Amalia S. 2006. Edisi 3. Jakarta: Erlangga.

Kurnia, Hendrawan.2009. Kiat Jitu Tangkal Penyakit Orang Kantoran.


Yogyakarta : Best Publisher.

Lumenta, Nico A.2006.Kenali Jenis Penyakit dan Cara Penyembuhannya :


Manajemen Hidup Sehat. Jakarta : Gramedia.

Mitchell, Kumar,Abbas,Fausto. buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Alih


Bahasa

Andry Harsono. 2008. Editor Inggrid Tania, et al. Edisi 7. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi


Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika,.

NANDA, 2007 Diagnosa Nanda ( NIC dan NOC ). Jakarta: Perima Medika.

Nugroho, Taufan.2001. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika,

Sjamsuhidajat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.


Sjamsuhidayat, Win de Jong.2004. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu
Bedah,Ed.2.jakarta. EGC.

Вам также может понравиться