Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah mengalami peningkatan dari normal,
yaitu >90 mmHg untuk diastole dan >140 mmHg untuk sistol setelah melakukan
pemeriksaan ulang setidaknya 2 kali pemeriksaan dengan jeda 6 jam atau lebih.
Peningkatan tekanan darah sistol lebih dari 30 mmHg dan diastole lebih dari 10 mmhg
dipertimbangkan untuk dilakukan observasi (Farid, 2014: 116).
Peningkatan tekanan darah selama kehamilan menjadi salah satu penyebab kematian
terbanyak pada ibu. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh James, dkk (2006), walaupun
penambahan tekanan merupakan hal fisiologi selama kehamilan, namun sekitar 12-22%
peningkatan tersebut menuju pada keadaan abnormal. Menurut farid (2014), peningkatan
tekanan darah dalam kehamilan dibagi menjadi :
1. Hipertensi gestasional
Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan darah yang terjadi akibat dari
proses kehamilan, dimana peningkatan tekanan darah secara abnormal terjadi akibat
proses kehamilan tanpa disertai dengan protein urine. Hipertensi gestasional ini
biasa terjadi saat terjadinya haemodialusi yaitu pada akhir trimester II atau pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu (Farid, 2014: 116). Hipertensi gestasional menurut
Taufan (2012), peningkatan tekanan darah ≥140/90 mmHg untuk pertama kalinya
pada kehamilan, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan darah kembali normal
pada < 12 minggu pasca persalinan.
2. Hipertensi kronis
Hipertensi kronis merupakan gangguan pada sistem peredaran darah dimana tekanan
darah mengalami peningkatan dari keadaan normal yang terjadi sebelum kehamilan
mencapai usia 20 minggu (ibu telah memiliki gangguan tersebut sebelum hamil) dan
berlanjut hingga 6 minggu post partum atau menetap serta memiliki kadar
proteinuria <300 mg atau ≤+1. Kadar protein urine tersebut merupakan keadaan
normal, akibat dari peningkatan volume glomerolus yang menyebabkan premebilitas
ginjal menurun. Sehingga pada saat kehamilan sering ditemukan ibu memiliki kadar
protein urine +1 (Farid, 2014: 116)
Hipertensi kronik didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih atau sama
dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90
mmHg yang telah ada sebelum kehamilan, yang bertahan sampai lebih dari 20
minggu pasca persalinan. (Saifuddin, 2010 : 531).
3. Superimposed preeklamsia-eklamsia
Superimposed preeklamsia-eklamsia merupakan keadaan dimana seorang ibu
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya dan pada saat memasuki trimester II
kehamilan, kenaikan tekanan darah tersebut disertai dengan protein dalam urine.
Angka kejadian superimposed preeklamsia lebih dari 30% pada kehamilan.
Sehingga pada ibu dengan riwayat hipertensi perlu di waspadai terjadinya
preeklamsia dalam kehamilan (Farid, 2014: 116-117)
4. Preeklamsia dan eklamsia
Preeklamsia menurut Alladin (2012). merupakan keadaan dimana tekanan darah
≥140/90 mmHg disertai dengan protein urine pada usia kehamilan diatas 20 minggu,
pada wanita yang tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya. Tidak semua kasus
preeklamsia ditemukan bersamaan dengan gejala oedema, sehingga diagnosa
preeklamsia ditentukan dari peningkatan tekanan darah dan hasil pemeriksaan
protein urin (Farid, 2014: 117).
Preeklamsia-eklamsia merupakan penyumbang angka kematian ibu dan janin ketiga
di dunia setelah perdarahan dan infeksi. Pada negara berkembang seperti Indonesia,
masalah hipertensi dalam kehamilan masih menjadi salah satu penyebab kematian
maternal. Berdasarkan kajian maternal 5 region (Sumatera, Jawa-Bali, Kalimanan
Sulawesi dan Indonesia bagian timur) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Kesehatan Indonesia menunjukan bahwa eklamsia
merupakan penyebab kematian tertinggi kematian maternal dalam kelompok
hipertensi dalam kehamilan.

B. Etiologi dan Predisposisi


Penyebab pasti etiologi dan predisposisi menurut Queenan (2007) hingga saat ini
belum diketahui secara pasti, namun beberapa studi menyimpulkan bahwa penyebab dari
tercetusnya preeklamsia adalah faktor keabnormalan invasi trofoblas pada uterus,
ketidaksesuaian imunologi antara ibu dan janin, kegagalan beradaptasi sistem
kardiovaskuler, faktor infeksi pada kehamilan serta genetik (Farid, 2014: 117).
Studi lain memperkuat teori menurut Mayes (2011) bahwa ketidaknormalan invasi
tropoblas (plasenta) menjadi salah satu faktor pencetus terkuat, dimana infasi dai sel-sel
desidua oleh sinsitiotoproblas pada arteri spiralis miometrium, menyebabkan hilangnya
jaringan muskuloelastis yang akan menyebabkan pembuluh darah berdilatasi dan
mengurangi kemampuan kontraksinya. Tekanan pada sistem aliran darah miometrium
menjadi rendah, di lain sisi suplay darah dari plasenta menuju janin haruslah adekuat
karenanya untuk dapat menghasilkan perfusi yang adekuat penyesesuaian diri yang
dilakukan yaitu dengan meningkatkan tekanan darah untuk menghindari terjadinya
hipoksia pada plasenta (Farid, 2014: 118). Faktor pencetus terjadinya preekamsia dan
eklamsia diantaranya yaitu :
1. Kehamilan pertama (primigravida)
2. Penambahan berat badan yang signifikan selama kehamilan (IMT > 30)
3. Penyakit penyerta dalam kehamilan seperti diabetes militus, ginjal, gangguan hati
dan gangguan peredaran darah
4. Riwayat preeklamsia
5. Kelainan darah seperti trombophilia
6. Kelainan autoimun dimana terjadi ketidaksesuaian antara imunitas ibu dan imunitas
yang terbentuk pada janin
7. Kehamilan multigravida
8. Usia ibu hamil yang terlalu muda <18 tahun atau terlalu tua >35 tahun

C. Tanda dan Gejala


Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami hipertensi pada kehamilan
harus diwaspadai, tanda dan gejalanya yaitu :
1. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu
2. Sakit kepala saat terjaga
3. Kadang disertai mual
4. Muntah (Karena terdapat tekanan pada intrakranium)
5. Penglihatan kabur
6. Ayunan langkah yang tidak mantap
7. Nokturia
8. Oedema dependen
9. Pembengkakan di daerah wajah
D. Penatalaksanaan
Asuhan kebidanan yang dilakukan menitikberatkan pada pencegahan berdasarkan
predisposisi serta deteksi dini komplikasi, adapun asuhan yang dapat diberikan dilakukan
bidan dan terapi obat atas advice dokter adalah :
1. Memastikan perubahan tekanan darah ibu selama kehamilan dalam batas normal
2. Memastikan kebutuhan protein, vitamin dan kalsium ibu terpenuhi selama
kehamilan
3. Memantai penambahan berat badan ibu selama kehamilan berdasarkan IMT sebelum
hamil
4. Melakukan pemeriksaan protein urine pada trimester II atau atas indikasi
5. Memantau kesejahteraan janin dan pertumbuhan selama kehamilan
6. Melakukan deteksi dini terhadap tanda gejala awal preeklamsia dan eklamsia
7. Melanjutkan asuhan pada unit kesehatan berwenang jika ditemukan tanda-tanda
yang mengarah pada keadaan preeklamsia dan atau komplikasi kehamilan yang
menyertainya
8. Melakukan penatalaksanaan awal pengelolaan eklamsia jika didapati klien datang
dalam keadaan tersebut, sebelum dilakukan penatalaksanaan lanjut pada unit
kesehatan yang berwenang
9. Meberikan terapi obat antihipertensi pada ibu hamil atas advice dokter, adapun obat-
obatan anti hipertensi antara lain seperti Metildopa 250 mg 2x1, Labetalol 100 mg
2x1 (tidak dianjurkan pada penderita asthma), dan Nifedipin 30-120 mg perhari.

Вам также может понравиться