PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum)
MENGGUNAKAN KATALIS GEOPOLIMER: PENGARUH TEMPERATUR DAN
RASIO MOL MINYAK:METANOL
Mohd Fajri Amrullah 1, Edy Saputra 2, Zuchra Helwani 2
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Kimia S1, 2Dosen Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR Subrantas km 12,5 Pekanbaru 28293 fajriamrullah95@gmail.com
ABSTRACT
Biodiesel is an alternative energy to replace fossil fuels. It can be made by transesterification
process of vegetable oils. Process of making biodiesel commonly use NaOH or KOH as homogeneous catalyst which has the disadvantage the formation of by products such as soaps and the complexity of the separation of catalyst. Therefore, in this study biodiesel was synthesized from calophyllum inophyllum oil by using geopolymer catalyst. Geopolymer was synthesized by mixing sodium silicate, metakaolin, NaOH, and water. Several variations of the process variables were done to assess its influence on yield of biodiesel. The variables were used consist of a dependent variables and independent variables. The dependent variables were calophyllum inophyllum oil weight of 50 grams, 3%-wt of catalyst concentration, reaction time of 120 minutes, and stirring speed of 400 rpm, while the independent variables which variation molar ratio of oil:methanol 1:3, 1:6, 1:9, 1:12 and variations of temperature 55, 60, 65 oC. Physical characterization were done including density 873 kg/m3, kinematic viscosity 4.46 mm2/s, acid number 0.49 mg-KOH/g biodiesel and flash point 140°C respectively accordance with the standards of Indonesian biodiesel (SNI 7182:2015).
Minyak bumi merupakan bahan baku berasal dari transesterifikasi sumber daya sumber daya energi dan bahan bakar utama yang dapat dimakan, seperti lemak hewan di dunia. Kebutuhun masyarakat indonesia dan minyak sayur. Pemanfaatan minyak terhadap energi dan bahan bakar terus nabati seperti minyak kelapa sawit untuk meningkat setiap tahunnya. Tingginya pembuatan biodiesel akan mengakibatkan tingkat konsumsi energi dan bahan bakar terjadinya persaingan dengan industri yang berasal dari minyak bumi akan pangan dan oleokimia, mengingat minyak menyebabkan menipisnya cadangan minyak kelapa sawit merupakan komoditas yang bumi yang tersedia. Selain itu, penggunaan berharga cukup mahal di pasar internasional. bahan bakar dari minyak bumi disinyalir Nyamplung merupakan salah satu sebagai penyebab utama terjadinya tumbuhan yang memiliki potensi untuk pemanasan global. Oleh karena itu dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel. diperlukan pemanfaatan energi alternatif Produktivitas biji nyamplung sangat tinggi, yang ramah lingkungan dan dapat bisa mencapai 20 ton/ha, lebih tinggi dari diperbaharui seperti biodiesel. biji jarak pagar (5 ton/ha) dan biji karet (2 ton/ha). Kandungan minyak dalam biji
JOM FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 1
nyamplung berkisar antara 40-75%, lebih Lestari Cilacap Jawa Tengah. Kaolin, sekam tinggi dari kandungan minyak biji jarak padi, dan NaOH digunakan untuk pagar (40-60%) dan minyak biji karet (40- pembuatan katalis. Bahan kimia lainnya 50%) (Fadhlullah dkk, 2015). Minyak adalah akuades, asam phospat, methanol, nyamplung termasuk ke dalam golongan etanol, H2SO4, KOH, dan indikator PP. minyak yang tidak bisa dimakan, sehingga Sedangkan alat yang digunakan pada penggunaan minyak nyamplung sebagai penelitian ini adalah ayakan 100 mesh, satu bahan baku pembuatan biodiesel tidak akan set motor pengaduk, oven, furnace, bersaing dengan kebutuhan pangan. timbangan analitik, reaktor labu leher tiga, Disamping bahan baku, perkembangan kondensor, hot plate, termometer, dan industri biodiesel perlu diimbangi dengan peralatan gelas seperti gelas kimia, gelas perkembangan teknologi proses terutama ukur, corong pisah, dan lain-lain. dalah hal katalis. Harga katalis yang tinggi dapat menyebabkan biodiesel saat ini lebih Pembuatan Katalis Geopolimer mahal daripada bahan bakar yang Sekam padi dijemur selama 1 hari diturunkan dari minyak bumi (Haas, 2005). untuk meghilangkan kadar air di dalamnya. Katalis yang umum digunakan pada Sekam padi yang telah kering lalu dibakar pembuatan biodiesel adalah katalis basa kuat dan diambil abu hasil pembakarannya. Abu seperti KOH dan NaOH. Katalis ini sekam padi disaring menggunakan saringan merupakan katalis homogen yang sulit 100 Mesh agar ukurannya seragam. Abu dipisahkan dari produk hasil reaksi karena sekam padi yang mengandung silika tersebut memiliki fasa yang sama dengan reaktannya. akan diekstraksi menggunakan larutan Geopolimer merupakan polimer NaOH. Proses ekstraksi silika dari abu anorganik yang memiliki struktur amorf sekam padi akan dilakukan pada reaktor dengan jaringan tiga dimensi AlO4 dan SiO4 batch. Larutan NaOH 1 N sebanyak 1.000 tetrahedra. Material ini umumnya digunakan ml dan abu sekam padi sebanyak 135 gram sebagai bahan perekat pada konstruksi dimsukkan ke dalam reaktor. Campuran bangunan. Salah satu bahan baku pembuatan tersebut diaduk dengan kecepatan 200 rpm geopolimer adalah larutan alkali seperti pada suhu 1000C selama 60 menit. Setelah sodium hidroksida atau potassium waktu proses tercapai, campuran tersebut hidroksida yang memiliki sifat basa yang disaring untuk memisahkan padatan abu kuat. Secara kimia, struktur geopolimer sekam dan filtrat berupa larutan sodium mirip dengan zeolite low-silica dengan rasio silikat (Na2SiO3) (Soeswanto dan Lintang, Si/Al antara 1 dan 3. Analisis 2011). mikrostruktural menunjukkan geopolimer Kaolin dikalsinasi pada suhu 7000C memiliki luas permukaan (100 m2/g) dan selama 3 jam dan didapatkan produk berupa ukuran pori (0,5 cm3/g) yang besar (Sharma metakaolin. Metakaolin, sodium silikat, dkk, 2015). Luas permukaan dan ukuran NaOH, dan akuades dimasukkan ke dalam pori yang besar, serta sifat basa yang kuat gelas kimia dengan perbandingan berat pada geopolimer membuat material ini Metakaolin : Sodium Silikat : NaOH : Air = sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai 10 : 12,2 : 1,1 : 0,7 dan diaduk hingga katalis pada reaksi transesterifikasi. tercampur sempurna. Campuran tersebut lalu di panaskan didalam oven pada suhu 2. Metode Penelitian 600C selama 48 jam. Geopolimer yang Bahan yang digunakan yaitu minyak terbentuk didiamkan selama 7 hari lalu nyamplung yang berasal dari Koperasi Jarak digerus hingga menjadi serbuk (Sazama dkk,
JOM FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 2
2011). Serbuk Geopolimer yang dihasilkan Proses Transesterifikasi diuji dan dikarakterisasi. Pembuatan biodiesel dilakukan dengan proses transesterifikasi. Produk esterifikasi Proses Pembuatan Biodiesel dimasukkan ke dalam reaktor Ada beberapa tahapan yang dilakukan transesterifikasi dan dipanaskan hingga pada proses pembuatan biodiesel yaitu mencapai suhu reaksi yaitu 60oC. Setelah proses degumming minyak nyamplung, suhu reaksi tercapai, katalis geopolimer 3%- esterifikasi, transesterifikasi, pemisahan dan b dan metanol yang telah diukur dengan pemurnian serta karakterisasi biodiesel yang perbandingan rasio mol minyak : metanol 1 dihasilkan. : 6 ditambahkan ke dalam reaktor. Setelah reaksi berlangsung selama 120 menit, Proses Degumming produk transesterifikasi didinginkan dan Minyak nyamplung disaring alat disaring dengan kertas saring whatman. penyaring vakum pada kondisi hangat. Endapan berupa katalis dipisahkan dari Minyak ditimbang kemudian dipanaskan filtratnya. Filtrat tersebut dilanjutkan ke hingga mencapai suhu 80oC sambil diaduk proses pemisahan dan pemurnian biodiesel. dengan menggunakan magnetic stirrer. Prosedur yang sama diulangi untuk variasi Setelah itu asam phospat ditambahkan rasio mol minyak terhadap metanol dan sebanyak 0,3% dari berat minyak. Suhu variasi suhu reaksi yang sudah ditentukan. minyak dipertahankan selama 15 menit sambil diaduk. Selanjutnya, minyak Proses Pemisahan dan Pemurnian dimasukkan kedalam corong pisah untuk Filtrat yang telah dipisahkan dari dipisahkan antara minyak dan pengotor yang katalis dimasukkan ke dalam corong pisah mengendap. Setelah itu dilakukan proses dan didiamkan selama 6 jam hingga penyaringan minyak menggunakan kertas terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah saring. Minyak hasil penyaringan dianalisa berupa gliserol dipisahkan dari lapisan atas karakteristiknya meliputi densitas, berupa crude biodiesel. Crude biodiesel viskositas, kadar air, kadar ALB dan kemudian dimurnikan dengan cara dicuci perubahan warna yang terjadi. menggunakan akuades yang telah dipanaskan pada suhu 60oC. Kemudian Proses Esterifikasi biodiesel dipanaskan pada hot plate dengan Minyak nyamplung memiliki kadar suhu 105oC selama 60 menit untuk asam lemak bebas > 2% sehingga perlu menguapkan metanol sisa reaksi dan air. dilakukan tahap esterifikasi terlebih dahulu. Minyak ditimbang sebanyak 50 gram dan 3. Hasil dan Pembahasan dimasukkan ke dalam reaktor esterifikasi. Proses dijalankan dan ditempatkan di atas Proses Degumming pemanas untuk menjaga suhu reaksi yaitu 60 Proses degumming bertujuan untuk o C. Setelah suhu reaksi tercapai, metanol mengurangi pengotor-pengotor yang yang telah diukur dengan perbandingan terdapat didalam minyak nyamplung seperti rasio mol minyak : metanol 1 : 12 dan fosfolipid, serat yang ikut terbawa saat katalis H2SO4 sebanyak 1%-v ditambahkan proses ekstraksi minyak dan pengotor ke dalam reaktor. Setelah reaksi berlangsung lainnya. Pemilihan asam phospat pada selama 3 jam, produk esterifikasi dilanjutkan proses degumming agar terjadi proses ke tahap transesterifikasi (Atabani dan koagulasi dan flokulasi sehingga Cesar, 2014). memungkinkan partikel pengotor dapat
JOM FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 3
mengendap karena adanya tumbukkan antar Karakterisasi Biodiesel flok yang terjadi dengan bantuan Analisa karakteristik biodiesel pengadukan. Minyak nyamplung hasil dilakukan untuk mengetahui apakah proses degumming ditentukan biodiesel yang didapat pada penelitian ini karakteristiknya meliputi densitas, sesuai dengan standar mutu biodiesel di viskositas, kadar air, kadar asam lemak Indonesia (SNI 7182:2015). bebas dan perubahan warna. Karakteristik Karakterisasi biodiesel yang diuji minyak nyamplung sebelum dan setelah meliputi densitas (ASTM D 1298), proses degumming dapat dilihat pada Tabel viskositas kinematik (ASTM D445), angka 3.1. keasaman (AOCS Cd 3-63) dan titik nyala (ASTM D 93). Perbandingan hasil Tabel 3.1 Karakterisasi Minyak Nyamplung karakterisasi biodiesel penelitian ini dengan Sebelum Setelah SNI 7182:2015 dapat dilihat pada Tabel 3.3. Karakteristik Satuan degumming degumming Densitas kg/m3 948 921 Tabel 3.3 Hasil Karakterisasi Biodiesel SNI Hasil Viskositas mm2/s 6,7 6,22 Parameter 7182:2015 Penelitian Kadar air % 7,01 6,89 Massa Jenis (kg/m3) 850-890 873 Kadar ALB % 23,5 21,69 Viskositas (mm2/s) 2,3-6,0 4,46 Warna - Hijau gelap Kecoklatan Angka asam (mg- Maks. 0,5 0,49 KOH/g) Titik Nyala (oC) Min 100 140 Proses Esterifikasi Dari Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa 4. Kesimpulan kadar air yang terdapat pada minyak Berdasarkan hasil penelitian maka nyamplung setelah proses degumming yaitu dapat disimpulkan bahwa biodiesel yang 6,89%, sedangkan kadar ALB-nya yaitu dihasilkan telah memenuhi standar mutu 21,69%. Kadar air berbanding lurus dengan menurut SNI 7182:2015. kadar ALB dimana semakin tinggi kadar air, maka kadar ALB pada minyak juga akan Daftar Pustaka meningkat. Menurut Azmi (2009), reaksi Armalita, R.D., Bahri, S., dan Yusnimar. esterifikasi merupakan salah satu proses 2015. Pembuatan Biodiesel dari perlakuan awal dalam pembuatan biodiesel Minyak Biji Bintaro dengan Reaksi yang bertujuan untuk mengurangi kadar air Transesterifikasi dan Katalis dan kadar ALB yang tinggi pada minyak. Lempung, JOM FTEKNIK, Vol. 2. Setelah dilakukan tahap reaksi esterifikasi, Atabani, A. E. dan Cesar, A. D. S. 2014. kadar ALB minyak nyamplung menurun Callophyllum Inophyllum L. – A dari 21,69% menjadi 2,81% dan kadar air Prospective Non-Edible Biodiesel menurun dari 6,89% menjadi 0,43%. Feedstock. Study of Biodiesel Production, Properties, Fatty Acid Yield Biodiesel Composition, Blending, Engine Yield biodiesel dihitung dengan Performance. Renewable and persamaan berikut (Ho dkk, 2014): Sustainable Energy Review, 37, 644- Total berat biodiesel 655. 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 (%) = x100% Azmi, M.F. 2009. Transesterifikasi Total berat sampel minyak Heterogen Antara Minyak Sawit Mentah dengan Metanol menggunakan
JOM FTEKNIK Volume 4 No.2 Oktober 2017 4
Katalis K2O-CaO, Skripsi, Fakultas Menjadi Natrium Silikat. Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Fluida, 1, 18-22. Alam, Universitas Sumatera Utara, Wicakso, D.R. 2011. Sintesis Biodiesel dari Medan. Crude Palm Oil dengan Katalis Fadhlullah, M., Widiyanto, S. N. B., dan Alumina Hasil Recovery Limbah Restiawaty, E. 2015. The Potential of Padat Lumpur PDAM Intan Banjar. Nyamplung (Calophyllum Inophyllum Info Teknik, 12, 21-30. L.) Seed Oil as Biodiesel Feedstock: Effect of Seed Moisture Content and Particle Size On Oil Yield. Energy Procedia, 68, 177-185. Fajar. 2010. Pemanfaatan Minyak Biji Kepayang sebagai Bahan Baku Biodiesel. Jurnal Teknologi, 10, 189- 196. Haas, M. J. 2005. Improving The Economics of Biodiesel Production Through the Use of Low Value Lipids as Feedstocks: Vegetable Oil Soapstock. Fuel Processing Technology, 86, 1087–1096. Ho, W.W.S., H.K. Ng, S. Gan dan S.H. Tan. 2014. Evaluation of Palm Oil Mill Fly Ash Supported Calcium Oxide as A Heterogenous Base Catalyst in Biodiesel Synthesis from Crude Palm Oil. Energy Conversion and Management. 88, 1167-1178. Knothe, G., Krahl, J., dan Gerpen J. V. 2005. The Biodiesel Handbook, AOCS Press: United States of America. Sazama, P., Bortnovsky, O., Dedecek, J., Tvaruzková, Z., dan Sobalík, Z. 2011. Geopolymer Based Catalysts—New Group of Catalytic Materials. Catalysis Today, 164, 92-99. Sharma, S., Medpelli, D., Chen, S., dan Seo, D. K. 2015. Calcium-Modified Hierarchically Porous Aluminosilicate Geopolymer as A Highly Efficient Regenerable Catalyst for Biodiesel Production. RSC Advances, 5, 65454– 65461. Soeswanto, B. dan Lintang, N. 2011. Pemanfaatan Limbah Abu Sekam Padi