Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH KESEHATAN PEREMPUAN

ETIKA DAN WEWENANG BIDAN DALAM KESEHATAN


REPRODUKSI

Dosen Pembimbing :

Resi Galaupa, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 6 :

Jalvina Hastia

Lita Ratnasari

Ni Nyoman Suardini

Sri Devi Widya Ningrum

Yola Mandayani

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


STIKES ABDI NUSANTARA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Dan
tidak lupa pula kami panjatkan syukur kami kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kami dari alam kebodohan menjadi alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang
ini. Tak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing kami, Ibu Resi Galaupa,
M.Keb yang telah memberikan ilmu dalam mata kuliah ini.

Dalam makalah KESPRO ini kami membahas tugas mengenai etika dan wewenang bidan
dalam kesehatan reproduksi. Kami selaku penyusun makalah ini berharap supaya makalah ini
dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan baik dalam perkuliahan.

Kami menyadari bahwa makalah ini belumlah sangat sempurna oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya makalah ini bisa
menjadi lebih baik.

Jakarta, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ................................................................................................... 1

BAB II Pembahasan ........................................................................................................... 3


II. Penerapan Etika Dalam Pelayanan Kebidanan ................................................ 3
II.I Konseling ................................................................................................ 3
II.II Informed Choice dan Informed Consent dalam Pelayanan KB ............. 5
II.III Menjaga Kerahasiaan Privasi Klien ....................................................... 6
III. Kewenangan Bidan dalam Kesehatan Reproduksi .......................................... 6

BAB III Penutup ................................................................................................................. 10


a. kesimpulan ....................................................................................................... 10
b. Saran ................................................................................................................ 11

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan wanita merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa, kenyataan
menunjukan bahwa umur harapan hidup bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan
dengan peningkatannya kualitas kesehatan yang berarti termasuk pula wanita. Khususnya
untuk kesehatan reproduksi kesehatan wanita memegang peranan yang sangat penting dalam
pembentukan generasi yang berkualitas dalam segi fisiknya. Angka kematian Ibu dan
perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai
dengan masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia.

Dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 tercantum jelas cita-cita bangsa
Indosesia yang sekaligus merupakan tujuan nasional tersebut adalah melindungi segenap
bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi
serta keadilan sosial.

Untuk mencapai tujuan nasional tersebut diselenggarakan upaya pembangunan yang


berkesinambungan yang merupakan salah satu rangkaian pembangunan yang menyeluruh
terarah dan terpadu, termasuk diantaranya pembangunan kesehatan. Pembangunan
kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat,
pelindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan
nondiskriminatif, dan norma-norma agama.

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran


kemauan serta kemampuan hidup sehat bagi setiap orang baik menyangkut fisik, mental
maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat yang optimal dilakukan
berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah berkesinambungan. Masalah
reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu
dan kematian bayi yang masih tinggi akibat berbagai faktor termasuk pelayanan kesehatan

1
yang relative kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degenerative yaitu menopause
dan kanker.

Bidan memiliki tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada
kesehatan perempuan, kesehatan reproduksi dan asuhan anak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II. PENERAPAN ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN


II.I KONSELING
Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan keluarga berencana.
Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan memutuskan
jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai pilihannya.Jika klien belum mempunyai
keputusan karena disebabkan ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi yang akan digunakan,
menjadi kewajiban bidan untuk memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat
dipergunakan oleh klien, dengan memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat
dipergunakan oleh klien, dengan memberikan beberapa alternative sehingga klien dapat
memilih sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan yang dimilikinya.
a. TUJUAN KONSELING:
1. Calon peserta KB memahami manfaat KB bagi dirinya maupun keluarganya.
2. Calon peserta KB mempunyai pengetahuan yang baik tentang alasan berKB , cara
menggunakan dan segala hal yang berkaitan dengan kontrasepsi.
3. Calon peserta KB mengambil keputusan pilihan alat kontrasepsi

b. SIKAP BIDAN DALAM MELAKUKAN KONSELING YANG BAIK TERUTAMA


BAGI CALON KLIEN BARU
1. Memperlakukan klien dengan baik
2. Interaksi antara petugas dan klien
Bidan harus mendengarkan, mempelajari dan menanggapi keadaan klien serta
mendorong agar klien berani berbicara dan bertanya
3. Member informasi yang baik kepada klien
4. Menghindari pemberian informasi yang berlebihan
Terlalu banyak informasi yang diberikan akan menyebabkan kesulitan bagi klien untuk
mengingat hal yang penting.

3
5. Tersedianya metode yang diinginkan klienMembantu klien untuk mengerti dan
mengingat.
Bidan memberi contoh alat kontrasepsi dan menjelaskan pada klien agar
memahaminya dengan memperlihtkan bagaimana cara penggunaannya. Dapat
dilakukan dengan dengan memperlihatkan dan menjelaskan dengan flipchart, poster,
pamflet atau halaman bergambar.

c. LANGKAH – LANGKAH KONSELING:


1. Menciptakan suasana dan hubungan saling percaya
2. Menggali permasalahan yang dihadapi dengan calon
3. Memberikan penjelasan disertai penunjukan alat – alat kontrasepsi
4. Membantu klien untuk memilih alat kontrasepsi yang tepat untuk dirinya sendiri.

d. KETRAMPILAN DALAM KONSELING


1. Mendengar dan mempelajari dengan menerapkan:
 Posisi kepala sama tinggi
 Beri perhatian dengan kontak mata
 Sediakan waktu
 Saling bersentuhan
 Sentuhlah dengan wajar
 Beri pertanyaan terbuka
 Berikan respon
 Berikan empati
 Refleks back
 Tidak menghakimi

2. Membangun kepercayaan dan dukungan:


a) Menerima yang dipikirkan dan dirasakan klien
b) Memuji apa yang sudah dilakukan dengan benar
c) Memberikan bantuan praktis
d) Beri informasi yang benar

4
e) Gunakan bahasa yang mudah dimengerti/sederhana
f) Memberikan satu atau dua saran.

II.II INFORMED CHOICE DAN INFORMED CONSENT DALAM PELAYANAN


KELUARGA BERENCANA
Informed Choice adalah berarti membuat pilihan setelah mendapat penjelasan tentang
alternative asuhan yang dialami. Pilihan atau choice lebih penting dari sudut pandang wanita
yang memberi gambaran pemahaman masalah yang berhubungan dengan aspek etika dalam
otonomi pribadi. Ini sejalan dengan Kode Etik Internasional Bidan bahwa : Bidan harus
menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk
menerima tanggung jawab dari pilihannya.

Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan berperan dalam
proses pembuatan informed concent. Yang dimaksud.Informed Concent adalah persetujuan
sepenuhnya yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan
tindakan sesuai kebutuhan. Infomed concent adalah suatu proses bukan suatu formolir atau
selembar kertas dan juga merupakan suatu dialog antara bidan dengan pasien/walinya yang
didasari keterbukaan akal dan pikiran yang sehat dengan suatu birokratisasi yakni
penandatanganan suatu formolir yang merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari
pihak pasien/walinya telah terjadi.

Dalam proses tersebut, bidan mungkin mengahadapi masalah yang berhubungan


dengan agama sehingga bidan harus bersifat netral, jujur, tidak memaksakan suatu metode
kontrasepsi tertentu. Mengingat bahwa belum ada satu metode kontrasepsi yang aman dan
efektif, maka dengan melakukan informed choice dan infomed concent selain merupakan
perlindungan bagi bidan juga membantu dampak rasa aman dan nyaman bagi pasien.

Sebagai contoh, bila bidan membuat persetujuan tertulis yang berhubungan dengan
sterilisasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sterilisasi bersifat permanen, adanya
kemungkinan perubahan keadaan atau lingkungan klien, kemungkinan penyelesaian klien dan
kemungkinan kegagalan dalam sterilisasi.

5
II.III MENJAGA KERAHASIAAN DAN PRIVASI KLIEN
Berdasarkan KODE ETIK KEBIDANAN salah satu kewajiban bidan terhadap
tugasnya adalah setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan sehubungan
dengan kepentingan klien.

III. Kewenangan Bidan Dalam Kesehatan Reproduksi


Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan: a. penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. pelayanan
kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Bagian Ketiga Pelimpahan kewenangan


Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan
memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari
dokter.

Pasal 23
(1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah sesuai
kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas:
a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan
b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat
Bidan bertugas.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah mendapatkan
pelatihan.

6
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi terkait berdasarkan modul dan
kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berhak
memperoleh sertifikat pelatihan.
(5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan
penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.

Pasal 24
(1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan kompetensi yang
diperolehnya selama pelatihan.
(2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang diperoleh Bidan selama
pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Dinas kesehatan kabupaten/kota harus
melakukan evaluasi pascapelatihan di tempat kerja Bidan.
(3) Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan paling lama
6 (enam) bulan setelah pelatihan.

Pasal 25
(1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi bawah kulit;
b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;
c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak
usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;

7
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan i. melaksanakan pelayanan kebidanan
komunitas;
(2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik lainnya dalam
pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 26
(1) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan
bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal
telah tersedia tenaga kesehatan lain dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
(2) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat Bidan bertugas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat.

Pasal 27
(1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat dari
dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b diberikan secara tertulis oleh dokter
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tempat Bidan bekerja.
(2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diberikan
dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tersebut.
(3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah dimiliki oleh Bidan
penerima pelimpahan;
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan dokter pemberi
pelimpahan;
c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan klinis sebagai dasar
pelaksanaan tindakan; dan

8
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus. (4) Tindakan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab dokter
pemberi mandat, sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang
diberikan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
 Kewenangan normal :
 Pelayanan kesehatan ibu
 Pelayanan kesehatan anak serta;
 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah. Kewenangan bidan yang menjalankan
praktik di daerah yang tidak memiliki dokter.

Dalam rangka mewjudkan pembangunan kesehatan sebagai salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pembangunan nasional berupaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya pada semua lapisan masyarakat. Upaya tersebut didukung dengan peraturan
perundang-undangan yang menjadi landasan pelaksanaan. Dua macam penetapan yaitu penetapan
negatif (penolakan) dan penetapan positif (permintaan dikabulakan). Penetapan negatif hanya
berlaku sekali saja, sehingga seketika permintaannya boleh diulangi lagi. Penetapan Positif terdiri
atas lima golongan yaitu :
 Yang menciptakan keadaan hukum baru pada umumnya ;
 Yang menciptakan keadaan hukum baru hanya terhadap suatu objek saja;
 Yang membentuk atau membubarkan suatu badan hukum;
 Yang memberikan beban (kewajiban);
 Yang memberikan keuntungan.

Penetapan yang memberikan keuntungan adalah : dispensasi, yaitu pernyataan dari pejabat
administrasi yang berwenang, bahwa suatu ketentuan undang-undang tertentu memang tidak
berlaku terhadap kasus yang diajukan seseorang di dalam surat permintaannya; izin (vergunning),
yaitu dispensasi dari suatu larangan; lisensi, yaitu izin yang bersifat komersial dan mendatangkan

10
laba; konsesi, yaitu penetapan yang memungkinkan konsesionaris mendapat dispensasi, izin,
lisensi, dan juga semacam wewenang pemerintahan yang memungkinkannya untuk memindahkan
kampung, membuat jalan raya dan sebagainya. Oleh karena itu pemberian konsesi haruslah dengan
kewaspadaan, kewicaksanan, dan perhitungan yang sematang-matangnya.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan


hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan
perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Republik Indonesia.

Adapun tujuan utama dari pembangunan kesehatan yaitu : Peningkatan kemampuan


masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perbaikan mutu lingkungan
hidup yang dapat menjamin kesehatan. Peningkatan status gizi masyarakat. Pengurangan kesakitan
(morbiditas) dan kematian (mortalitas). Pengembangan keluarga sehat sejahtera.

B. Saran
Diharapkan agar bidan senantiasa berpegang teguh pada kode etik profesi pada setiap keadaan
dalam memberikan pelayanan kebidanan agar dapat memberikan layanan yang bermutu sesuai
standar asuhan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2007, Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Standar Profesi Bidan, Pengurus Pusat
IBI, Jakarta.
Depkes, 2003, Standar Profesi Kebidanan, IBI, Jakarta

Saifuddin B.A., 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepasi, YBP-SP, Jakarta.
Soepardan S., 2008, Etika Kebidanan Dan Hukum Kesehatan, EGC, Jakarta.
http://armanjd.Wordpress.Com/2006/03/17/sulit-mendapatkan-anak-kedua-anda-mungkin-
korban-malpraktek diakses tanggal 13 April 2009

12

Вам также может понравиться