Вы находитесь на странице: 1из 14

ASSOCIATION BETWEEN KNOWLEDGE IN NEONATE

CARE AND ANXIETY OF MOTHERS AT THE WORKING


AREA OF TEGALREJO YOGYAKARTA CITY HEALTH
CENTER

Ni Wayan Dian1, Listiyana Natalia Retnaningsih2, Endang Listiawati2


ABSTRACT

Background: Neonates are greatly vulnerable to the surrounding, either in aspect of


environment or care. Improper care can make children develop health problems, even die.
Mothers have to consider many things when taking care of the neonate, such as hygiene
and warmth. For a new mother taking care of a baby is not easy. First experience makes a
mother anxious on how to take care of the baby.

Objective: To identify association between knowledge in taking care of the neonate and
anxiety in mother.

Method: The study was a descriptive correlation with cross sectional design. Data were
taken through total sampling technique. Population of the study were mothers delivering
their babies at Tegalrejo Health Center in May 2012. Analysis used Spearman Rank
correlation.

Results: The result of Spearman Rank correlation test showed score of rho was 0.412 at
significance or p value 0.024 whereby p value was less than 0.05. Knowledge of mothers
about neonatal care in the criteria being
Levels of maternal anxiety in the anxiety level criteria being

Conclusion: There was association between knowledge in neonate care and anxiety of
mothers.

Keywords: knowledge, neonate care, anxiety, new mothers

1.
Nursing Study Program, Respati University Yogyakarta
2.
Tutor Study Program, Respati University Yogyakarta
3.
Tutor Study Program, Respati University Yogyakarta

1
HUBUNGAN PENGETAHUAN DALAM PERAWATAN
NEONATUS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU
DI WILAYAH PUSKESMAS TEGALREJO KOTA
YOGYAKARTA

Ni Wayan Dian1, Listiyana Natalia Retnaningsih2, Endang Listiawati2

INTISARI

Latar Belakang: Bayi dalam periode neonatus masih sangat rentan terhadap lingkungan
sekitarnya. Baik dari segi lingkungan atau perawatannya. Perawatan yang salah bisa
menyebabkan bayi mengalami gangguan pada kesehatannya bahkan bisa menyebabkan
kematian pada bayi. Dalam perawatan neonatus banyak hal yang harus diperhatikan oleh
ibu, seperti menjaga kebersihan bayi atau menjaga kehangatan bayi. Bagi seorang ibu
baru merawat bayi bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi ini adalah pengalaman yang
pertama kali, hal ini dapat membuat para ibu memiliki kecemasan tentang bagaimana cara
merawat bayi mereka.
Tujuan Peneltian: Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dalam perawatan
neonatus dengan tingkat kecemasan pada ibu
Metode Penelitian: Jenis penelitian bersifat deskriptif korelasional .Model pendekatan
subjek yang yang digunakan adalah croos sectional. Pada penelitian ini pengambilan
sample menggunakan tehnik Total Samping. Populasi penelitian ini adalah ibu yang
melahirkan di Puskesmas Tegalrejo pada bulan Mei 2012. Penelitian ini menggunakan uji
korelasi Sperman Rank.
Hasil Penelitian:. Dari hasil penelitian diperoleh pengetahuan ibu dalam prawatan
neonatus dalam kriteria sedang dan tingakat kecemasan ibu tentang perawatan neonatus
dalam kriteria tingkat kecemasan sedang. Dari hasil uji korelasi Sperman Rank diperoleh
nilai rho sebesar 0,412 dengan signifikasi atau p-value adalah 0,024 yang mana p-value
tersebut lebih kecil dari 0,05.
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara pengetahuan dalam perawatan neonatus dengan
tingkat kecemasan ibu.
Kata Kunci: Pengetahuan, Perawatan Neonatus, Tingkat Kecemasan pada Ibu

1
Mahasiswa pogram studi S1 Keperawatan, Univeritas Respati Yogyakarta
2
Dosen Program Studi S1 Keperawatan, Univeritas Respati Yogyakarta
3
Dosen Program Studi S1 Keperawatan, Univeritas Respati Yogyakarta

2
PENDAHULUAN
Manusia sebagai mahluk sosial tidak bisa hidup sendiri, karena itu dalam
kehidupannya manusia menginginkan hidup bersama dengan pasangannya dan berkeluarga.
Dalam kehidupan berkelurga kehadiran seorang anak adalah hal yang sangat dinantikan. Di
antara orang tua dan anak terdapat hubungan keluarga yang sangat erat. Hubungan keluarga
tersebut menjadi dasar timbulnya hubungan kasih sayang antara orang tua dan anak. Orang
tua memiliki rasa sayang yang mendalam kepada anak sebagai penerus generasi, sedangkan
anak berhak memperoleh kasih sayang secara wajar dari orang tua.
Orang tua berkewajiban memberi nafkah kepada anak, memelihara dan mendidik
anak serta mengarahkan anak agar menghayati nilai kehidupan. Orang tua selalu
memperhatikan dan mengikuti perkembangan anak sampai dia menjadi dewasa, memenuhi
kebutuhannya secara wajar, mengawasi dan melindunginya dari ancaman bahaya dan
penyakit, serta menjaga dan menjaga dan melindunginya agar selalu dalam keadaan sehat.
Anak adalah sebuah anugrah yang paling indah yang diberikan kepada kita.
Karena itu setiap orang tua yang dititipkan anugrah ini ingin selalu memberikan segala
sesuatu yang terbaik untuk anak mereka, terutama bagi pasangan suami istri yang memiliki
anak pertama. Mereka ingin melimpahkan semua kasih sayang mereka kepada anak
mereka. Bahkan orang tua khususnya ibu kadang takut untuk merawat bayi mereka secara
langsung, karena mereka sering merasa tidak bisa mengurus bayi mereka khususnya dalam
periode neonatus karena takut menyakiti sang bayi.
Bagi orang tua kehadiran seorang bayi adalah hal-hal yang sangat dinantikan,
apalagi bagi pasangan yang baru menikah sangat mengharapkan kehadiran buah hati
mereka. Bahkan banyak pasangan melakukan program khusus agar rumah tangga mereka
terasa lengkap dengan kehadiran seorang bayi.
Bayi dalam periode neonatus masih sangat rentan terhadap lingkungan di
sekitarnya. Baik dari segi lingkungan atau dalam perawatannya. Perawatan yang salah bisa
menyebabkan bayi mengalami gangguan pada kesehatannya bahkan bisa menyebabkan
kematian pada bayi. Oleh sebab itu, bayi baru lahir harus mendapatkan perawatan yang
(1)
tepat.
Perawatan neonatus menyangkut banyak hal, dimulai dari ketika ibu mengangkat
kepala bayi, saat membiri ASI sebagai makan dan minum bayi selama 6 bulan pertama dan
sebagainya. Hal tersebut diharapkan ibu mampu mengajak bayinya berbicara secara
perlahan dan lembut, sambil melakukan kontak mata dengan bayinya. Ini akan berlaku
terhadap hubungan ibu dan bayi.
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi
dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu
dan tidak berdaya(2). Kecemasan-kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi
pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru atau melahirkan bayi.

3
Kecemasan juga merupakan sesuatu yang diperoleh dari belajar ibu pasca bersalin.
Hal ini ditunjukan dengan kesukaran berfikir jernih dan bertindak efektif terhadap tuntutan
lingkungan.
Pengalaman ibu yang baru pertama sekali dalam perawatan bayi baru lahir,
sudahlah pasti memiliki tingkat kecemasan yang berat dibandingkan ibu yang telah
beberapa kali melahirkan serta telah beberapa kali merawat bayinya dengan sendiri.
Di negara Indonesia semula diperkirakan bahwa angka kejadian kecemasan
pascapersalinan lebih rendah dari negara-negara lain, mengingat salah satu kepribadian
bangsa Indonesia yang lebih sabar, namun dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan
di berbagai tempat di Indonesia, ditemukan 11-30% ibu yang mengalami depresi atau
kecemasan. Saat ini belum ditemukan pasti tentang penyebab kecemasan ibu pasca
persalinan yang cukup berpengaruh terhadap ibu dan bayi secara intim, begitu juga
terhadap perawatan rutin yang dilakukan ibu pada bayinya. Sensitifitas terhadap perubahan
hormonal dianggap sebagai factor pencetus, sedangkan factor lainnya hanya karena ibu
harus bias menyesuaikan diri dengan peran barunya sebagai ibu yang bahagia dan percaya
diri dalam mengasuh bayinya.
Di Yogyakarta khususnya di Puskesmas Tegalrejo di rungan rawat inap bersalin
jumlah ibu nifas yang melahirkan dari bulan Januari-Desember 2011 sebanyak 502
persalinan. Pada saat melakukan studi pendahuluan pada tanggal 8 Februari 2012, peneliti
bertanya kepada 3 orang ibu yang sedang dirawat inap. Ibu mengatakan kalau dia merasa
cemas untuk merawat bayinya sendiri sampai tali pusat bayi lepas atau putus. Bahkan pada
ibu yang memiliki jenjang pendidikan tinggi masih cemas tentang bagaimana cara merawat
bayinya. Oleh karena itu, penulis berasumsi bahwa setiap ibu mungkin mengalami
kecemasan dalam merawat bayi mereka. Apalagi ini merupakan pengalaman yang pertama
bagi ibu.
Metode Penelitian
Jenis penelitian bersifat deskriptif korelasional yang mengkaji hubungan antara
(3)
variabel . Model pendekatan subjek yang yang digunakan adalah croos sectional.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 sampai dengan 30 Mei 2012. Populasi yang
digunakan pada penelitian ini adalah ibu yang dirawat dan memiliki bayi neonatus (0-28
hari) di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta. Tehnik pengambilan sempel yang
digunakan adalah tehnik Total Sampling. Pada penelitian ini sampel yang digunakan
sebanyak 30 orang ibu yang melahirkan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta.
Pada penelitian ini terdapat beberapa kriteria inklusi yaitu: ibu yang mengalami
persalinan normal, ibu yang memiliki bayi dengan berat kelahiran normal, ibu yang
memiliki tingkat pendidikan minimal SMP, ibu yang melahirkan anak pertama dan ibu
yang bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang
memiliki bayi dengan cacat fisik dan ibu yang memiliki bayi yang sakit.

4
Pada penelitian ini variabel bebas (independent) adalah pengetahuan perawatan
neonatus, skala pengukuran ordinal.(4) . Variabel terikat (dependent) pada penelitian ini
adalah tingkat kecemasan ibu dengan katagori: cemas ringan (0-10), cemas sedang (11-21),
cemas berat (22-32), panik (33-42) dengan skala pengukuran ordinal.
Pada penelitian ini terdapat beberapa variabel pengganggu yaitu status pendidikan,
status ekonomi, tipe kepribadian, sosial (budaya, lingkungan dan usia. Analisa data yang
digunakan adalah Spearman Rank Correlation (korelasi tata jenjang). Korelasi tata jenjang
digunakan untuk menentukan hubungan dua gejala yang kedua-duanya merupakan gejala
ordinal atau tata jenjang. (5)
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian
dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek
sebagai sumber informasi yang dicari. Kelebihan data primer adalah akurasinya lebih tinggi
sedangkan kelemahannya berupa ketidakefisienan untuk memperolehnya memerlukan
(6)
sumber daya. . Dari penelitian ini yang termasuk data primer adalah pengetahuan ibu
dalam merawat neonatus dan tingkat kecemasan ibu dalam perawatan neonatus.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh
peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan
yang telah tersedia. Keuntungan dari data sekunder adalah efisiensi tinggi dan
(6).
kelemahannya kurang akurat. . Dari penelitian ini yang merupakan data sekunder adalah
pengetahuan ibu.
Dalam penelitian ini yang melakukan penelitian ini adalah peneliti sendiri yang
akan dibantu oleh asisten peneliti. Sebelum pengambilan data dilakukan, peneliti
melakukan apersepsi dan menyamakan persepsi tentang cara pengambilan data. Penelitian
ini menggunakan instrumen kuasioner. Untuk menghindari persoalan teknis dalam
pengumpulan data dari responden, maka perlu ketelitian dalam memberikan jawaban
dimana peneliti memberikan petunjuk dan pengawasan serta penjelasan kembali apabila
responden kurang jelas dan mengalami kesulitan. Pengmbilan data pada penelitian ini
dilakukan dengan berkunjung ke rumah ibu yang memiliki bayi periode neonatus yang
melakukan persalinan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012.

Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Responden pada penelitian ini adalah ibu yang melahirkan di Puskesmas
Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei tahun 2012. Jumlah populasi pada
penelitian ini adalah 30 orang. Sampel penelitian ini menggunakan semua populasi
yaitu 30 orang karena pada penelitian ini menggunaan tehnik Total Sampling.
Karakteristik responden yang diambil pada penelitian ini adalah umur ibu, pendidikan
ibu, dan pekerjaan ibu.

5
3.30%

17-20 tahun
40.00%
21-25 tahun
56.70% 26-30 tahun

Gambar 1. Karakteristik Ibu Berdasarkan Usia Ibu yang Melahirkan di


Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012
Beradasarkan gambar 4.1 diketahui usia ibu yang melahirkan di
Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012 paling banyak pada
rentang usia 21-25 tahun sebanyak 17 orang (56,70%) dan paling sedikit pada rentang
usia 26-30 tahun sebanyak 1 orang (3,30%)

8.70%

23.30%
SMP
SMA
PT

70%

Gambar 2. Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu yang


Melahirkan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada
bulan Mei 2012
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui tingkat pendidikan ibu yang
melahirkan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012 paling
banyak adalah SMA sebanyak 21 orang (70%) dan paling sedikit adalah SMP
sebanyak 2 orang (8,70%)

6
36.70% Ibu RT
46.70%
PNS
wiraswasta
16.70%

Gambar 3. Karakteristik Ibu Bedasarkan Pekerjaan Ibu yang Melahirkan


di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012
Berdasarkan gambar 4.3 diketahui jenis pekerjaan ibu yang melahirkan di
Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012 paling banyak
adalah ibu rumah tangga sebanyak 14 orang (46,70%) dan paling sedikit adalah
PNS sebanyak 5 orang (16,70%)
a. Analisis Univariat
1) Pengetahuan Perawatan Neonatus
Analisis tentang pengetahuan perawatan neonatus diukur dengan
menggunakan teori tingkat pengetahuan Notoatmojo yang meliputi 6
aspek yaitu: (1) tahu, (2) memahami, (3) aplikasi, (4) analisis, (5)
sintesis (6) evaluasi.(5) Tapi dalam penelitian ini hanya, pemeliti hanya
meneliti tingkat pengetahuan tahu dan memahami. Untuk mengukur
tingkat pengetahuan digunakan koesioner dengan indikator kriteria:
tinggi (76%-100%), sedang (56%-75%) dan rendah (≤ 55%)

20
15
10 19

5 6 5
0
tinggi sedang rendah

Gambar 4. Pengetahuan Ibu Dalam Merawat Neonatus di Wilayah


Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei 2012

7
Berdasarkan gambar 4.4 mengenai pengetahuan ibu dalam
merawat neonatus di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta
pada bulan Mei 2012 diperoleh hasil pengetahuan dalam merawat
neonatus paling banyak dalam kriteria sedang yaitu 19 orang (63,3%)
dan paling sedikit yaitu dengan kriteria rendah yaitu 5 orang (16,7%).
2) Tingkat Kecemasan
Analisis tentang tingkat kecemasan ibu diukur dengan menggunakan
tingkat kecemasan yaitu cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan
panik. Untuk mengukur tingkat kecemasan digunakan kuesioner dengan
indikator kriteria: cemas ringan (skor 0-10), cemas sedang (skor 11-21),
cemas berat (skor 22-32) dan panik (skor 33-42).

15

10
15
5 8
3 4
0
ringan sedang berat panik

Gambar 5. Tingkat Kecemasan Ibu Dalam Merawat Neonatus di


Wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan
Mei 2012
Berdasarkan pada gambar 4.5 mengenai tingkat kecemasan dalam
merawat neonatus di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta
pada bulan Mei 2012 diperoleh hasil ibu yang memiliki tingkat
kecemasan paling banyak adalah cemas sedang sebanyak 15 orang
(50%) dan paling sedikit ibu yang memiliki cemas ringan sebanyak 3
orang (10%)
b. Analisis Bivariat
Dari hasil penelitian yang diperoleh di Wilayah Puskesmas Tegalrejo
Kota Yogyakarta tentang pengetahuan perawatan neonatus dan tingkat
kecemasan pada ibu dalam merawat neonatus, berikut ini adalah hasil olah
analisa bivariat antara pengetahuan dan tingkat kecemasan sebagai berikut:
Tabel 1. Tabulasi silang antara pengetahuan dan tingkat kecemasan pada ibu
di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta pada bulan Mei
2012

8
Tingkat Pengetahuan Ibu Total Rho P-value
kecemasan ibu Rendah Sedang Tinggi
Ringan N 0 3 0 3
% 0 100 0 100
Sedang N 5 8 2 15
% 33,3 53,3 13,3 100
Berat N 0 7 1 8 0,412 0,024
% 0 87,5 12,5 100
Panik N 0 1 3 4
% 0 25,0 75,5 100

Total N 5 19 6 30
% 16,7 63,3 20 100

Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa setelah dilakukan analisis


hubungan pengetahuan dalam perawatan neonatus dengan tingkat kecemasan
ibu diperoleh hasil bahwa dari 3 orang ibu yang mengalami tingkat
kecemasan ringan pengetahuan ibu dalam merawat neonatus dalam kriteria
sedang. Dari 15 orang ibu yang mengalami tingkat kecemasan sedang
terdapat 5 ibu yang pengetahuannya rendah, 8 orang ibu dengan tingkat
pengetahuan sedang dan 2 orang ibu dengan tingkat pengetahuan tinggi. Dari
8 orang ibu yang mengalami tingkat kecemasan berat terdapat 7 orang ibu
yang memiliki pengetahuan sedang dan 1 orang ibu yang memiiki tingkat
pengetahuan tinggi.
Dari 4 orang ibu yang memiliki tingkat kecemasan panik terdapat 1
orang ibu dengan pengetahuan sedang dan 3 orang ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi. Jadi dari total sample sebanyak 30 orang, 5 orang ibu
memiliki tingkat pengetahuan rendah. 19 orang ibu memiliki sedang dan 6
orang ibu memiliki tingkat pengetahuan tinggi.
Dari hasil uji korelasi Sperman Rank diperoleh nilai rho sebesar
0,412 dengan signifikasi atau p-value adalah 0,024. Ini berarti H0 ditolak dan
Ha diterima, atau terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
perawatan neonatus dengan tingkat kecemasan ibu di wilyah Puskesmas
Tegalrejo Kota Yogyakarta dengan korelasi positif dan keeratan hubungan
sedang.
2. Pembahasan Hasil Penelitian
a. Pengetahuan Ibu
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan panca indranya yang berbeda sekali dengan kepercayan (beliefs)
takhyul (superstitions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations).
(8)
.

9
Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
prngetahuan. Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat. Enam tingkatan pengetahuan tersebut dalah sebagai berikut: 1) Tahu
(know); 2) Memahami (comprehension); 3) aplikasi (application); 4) analisis
(analysis); 5) sintesis (synthesis); 6) evaluasi (evaluation). (5).
Berdasarkan gambar 4.4 mengenai pengetahuan perawatan neonatus
dengan jumlah respoden 30 orang. Dari data didapat 20% ibu memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi, 63,3 % ibu memiliki tingkat pengetahuan sedang dan
16,7% ibu memiliki tingkat pengetahuan rendah dalam merawat neonatus.
Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan karakteristik responden pada
penelitian ini sebagian besar ibu hanya lulusan SMA yaitu 70% (21 orang). Ini
sesuai dengan variabel pengganggu pada penelitian ini yaitu tingkat pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikannya dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuannya. Usia juga merupakan salah satu variabel pengganggu pada
penelitian ini. Pada penelitian ini sebagian besar ibu berada dalam rentang usia 21-
25 tahun sebanyak 56,70% (17 orang). Usia sangat berpengaruh dengan tingkat
pengetahuan. Usia yang lebih muda memiliki tingkat pengetahuan yang lebih
rendah dibandingkan usia yang lebih tua. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah tingkat pendidikan, sosial ekonomi, kultur (budaya,agama),
pegalaman dan sumber informasi(5).
Dari penelitian Martini (2009) tentang Hubungan tingkat pengetahuan
dengan tehnik memandikan yang benar pada ibu nifas di bangsal nifas RSUD
Wangaya Denpasar menunjukan bahwa tingkat pengetahuan ibu nifas tentang
tehnik memandikan sebagian besar berada dalam katagori baik. Hal ini
dimungkinkan karena ibu diajak melihat sendiri pada saat perawat memandikan
bayinya.
Sehingga ibu bisa secara tidak langsung mendapatkan pengetahuan
tentang tehnik memandikan yang benar dengan cara melihat.
Begitu juga dalam penelitian Wulandari (2009) tentang Hubungan
pengetahuan dengan tehnik menyusui yang benar pada ibu nifas di bangsal
Cendrawasih RSUD Wangaya Denpasar. Hasil dari penelitian ini menunjukan
tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif dalam katagori sedang. Hal ini
dimungkinkan karena ibu diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif
oleh perawat di bangsal tersebut dan mendapatkan informasi dari lingkungan
(keluarga)

10
Terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan antara lain: formal
(melalui pendidikan di sekolah, diperoleh melalui proses yang teratur, berjenjang
dan berkesinambungan), non formal (melalui kelompok, social, per group dan
sebagainya), dan media (televisi, koran, majalah, tabloid, buku teks, radio, internet
dan lain-lain).(9)
Sebelum orang menghadapi perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi
proses berurutan yaitu: Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Interst (merasa tertarik)
terhadap objek atau stimulus. Evaluation ( menimbang-nimbang ) terhadap baik
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Trial yaitu subyek mulai mencoba
melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus. Adaption
dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan kesadaran
dan sikap positif, maka perilaku akan bersifat langgeng. Perilaku yang tidak
(5)
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.
Pengetahuan merawat neonatus meliputi: Menyusui, memandikan, mengenakan
pakaian, perawatan tali pusat, perawatan mata dan telinga serta mempertahankan
kehangatan bayi
b. Tingkat kecemasan
Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan
terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan yang
(2)
tidak menentu dan tidak berdaya. . Kecemasan adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. (10)
Berdasarkan pada gambar 4.5 mengenai tingkat kecemasan dalam merawat
neonatus dari 30 responden ibu yang mengalami cemas ringan (10%), cemas
sedang (50%), cemas berat (26,7%) dan panik (13,3%).
Hal ini dapat disebabkan karena berdasarkan karakteristik responden pada
penelitian ini sebagian besar ibu hanya lulusan SMA yaitu 70% (21 orang). Ini
sesuai dengan variabel pengganggu pada penelitian ini yaitu tingkat pendidikan.
Semakin tinggi tingkat pendidikannya dapat mempengaruhi tingkat kecemasan
responden.
Usia juga merupakan salah satu variabel pengganggu pada penelitian ini.
Pada penelitian ini sebagian besar ibu berada dalam rentang usia 21-25 tahun
sebanyak 56,70% (17 orang). Usia sangat berpengaruh dengan tingkat
kecemasan responden. Usia yang lebih muda mudah menderita stress
dibandingkan dengan usia yang lebih tua.

11
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu: status
pendidikan, status ekonomi, tipe kepribadian, sosial budaya, lingkungan dan
usia.
Menurut tingkatannya, kecemasan ada 4 yaitu: Kecemasan Ringan.
kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam keadaan sehari-hari,
kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan
lapang pesepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi individu untuk belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreatifitas.. Kecemasan Sedang, kecemasan
sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan
mengenyampingkan hal yang lain. Kecemasan ini mempersempit lapang
individu. Kecemasan Berat , kecemasan berat sangat mempengaruhi lapang
persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk
mengurangi ketegangn. Indiidu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area ini. Panik ,tingkat panic dari kecemasan berhubungan dengan
terpengaruh, ketakutan dan terror. Menyebabkan hal yang rinci terpecah dari
proporsinya, karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami
panik tidak mampu melakukan apapun. Orang yang panic, terjadi peningkatan
aktifitas motorik, berkurangnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
penyimpangan persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak mampu berfungsi
secara efektif, biasanya disertai disorganisasi kepribadian. (10).
c. Hubungan pengetahuan dalam perawatan neonatus dengn tingkat kcemasan ibu
Setelah dianalisa untuk masing-masing variabel, lalu dilakukan uji
hubungan pengetahuan dalam perawatan neonatus dengan tingkat kecemasan
pada ibu di Wilayah Puskesmas Tegalrejo dengan menggunakan uji korelasi
Sperman Rank, diperoleh nilai rho (correlation coefficient) 0,412 dan nilai p-
value adalah sebesar 0,024 yang mana p-value tersebut lebih kecil dari 0,05
(signifikasi) yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dalam perawatan neonatus dengan tingkat kecemasan pada ibu di
wilayah Puskesmas Tegalrejo, serta karena nilai rho adalah sebesar 0,412 maka
dikatakan 2 variabel yaitu variabel pengetahuan ibu dan variabel tingkat
kecemasan ibu memiliki korelasi positif dengan keeratan hubungan sedang.
Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin tinggi juga tingkat
kecemasan ibu. Hal ini mungkin disebabkan ibu yang memiliki pengetahun
tinggi semakin tau masalah-masalah yang kemungkinan terjadi pada neonatus
sehingga membuat ibu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dalam merawat
bayinya.

12
Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Swandani (2009) tentang hubungan tingkat pengetahuan dengan kecemasan pada
ibu tentang memandikan dan merawat tali pusat di bangsal nifas RSUD Sanglah
Denpasar menunjukan bahwa semakin tinggi pengetahuan kecemasan pada ibu
akan semakin menurun.
Menurut Sefthiani (2011) salah satu faktor yang mempengaruhi
kecemasan adalah status pendidikan, dimana ada hubungan bermakna antara
tingkat pendidikan dengan kecemasan. Karena jenis pendidikan yang berbeda
akan mendapatkan jenis pengalaman yang berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah tingkat
pendidikan, sosial ekonomi, kultur (budaya,agama), pegalaman dan sumber
informasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu: status
pendidikan, status ekonomi, tipe kepribadian, sosial budaya, lingkungan dan usia.
(5)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa univariat dan bivariat serta pembahasan pada Bab IV dapat
disimpulkn bahwa:
1. Pengetahuan ibu tentang perawatan neonatus di wilayah Puskesmas Tegalrejo Kota
Yogyakarta berada dalam kriteria sedang
2. Yogyakarta berada dalam kriteria tingkat kecemasan sedang
3. Ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan.
4. Terdapat keeratan hubungan antara pengetahuan ibu dengan tingkat kecemasan
dengan tingkat keeratan sedang dengan hubungan positif, dapat diartikan bahwa
semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin tinggi tingkat kecemasan ibu di wilayah
Puskesmas Tegalrejo.

SARAN
1. Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah bahan referensi dan pembelajaran bagi mahasiswa Fakultas Ilmu
Kesehatan khususnya prodi S1 Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta
dibidang kesehatan khusus dalam keperawatan maternitas dan keperawatan anak agar
pemberian pendidikan kesehatan kepada ibu yang memiliki bayi periode neonatus
sehingga ibu tidak merasa cemas dalam merawat bayinya.

13
2. Bagi Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta
Berdasarkan penelitian di Wilayah Puskesamas Tegalrejo Kota Yogyakarta, ibu masih
merasa cemas dalam merawat bayinya khususnya pada periode neonatus sehingga
tenaga kesehatan khususnya bidan dan perawat di ruang rawat inap Puskesmas
Tegalrejo masih perlu memberikan pendidikan kesehatan dan motivasi agar ibu tidak
merasa cemas dalam merawat bayinya.
3. Bagi tenaga kesehatan di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta
Pagi perawat dan bidan yang bekerja di Puskesmas Tegalrejo Kota Yogyakarta dapat
memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu tentang cara perawatan neonatus.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa perlu menyertakan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecemasan pada ibu seperti status ekonomi,
tipe kepribadian, sosial budaya dan lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
1. Indiarti.2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi.
Yogyakarta:Diglosia Media
2. Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
3. Nursalam ,2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika
4. Arikunto.2002. metodologi Penelitian Kesehatan Edisi V, Jakarta: PT Rineka Cipta
5. Notoatmodjo,S.2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta
6. Saryono,2011. Metodologi Penelitian Kesehatan . Yogyakarta:Nuha Offset
7. Teti,Seftihani.2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Bersalin Primigravida dan
Suami Tentang Proses Persalinan dengan Tingkat Kecemasan Suami Menghadapi
Proses Persalinan di Puskesmas Jetis dan Puskemas Tegalrejo Kota Yogyakarta.
Perpustakaan Respati
8. Soerjono soekanto,2003, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
9. Indriyani.2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Tali
Pusat Bayi Dengan Pelaksanaan Perawatan Tali Pusat Bayi di Wilayah Puskesmas
Kemiri Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworwjo. Karya Tulis Ilmiah Universitas
Respati Yogyakarta (tidak dipublikasikan)
10. Stuart and Sunden.2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC

14

Вам также может понравиться