Вы находитесь на странице: 1из 32

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/267985532

Pelaksanaan Reklamasi di PT Adaro Indonesia

Article

CITATIONS READS

0 782

2 authors, including:

Ronny Pardomuan Tambunan


Brawijaya University
4 PUBLICATIONS   4 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Research Reference View project

Coal mining reclamation View project

All content following this page was uploaded by Ronny Pardomuan Tambunan on 19 March 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Pelaksanaan Reklamasi di PT Adaro Indonesia

Agus Subandrio, Sukarman, Ronny P Tambunan

Environmental Department PT Adaro Indonesia


email : agussubandrio@ptadaro.com, sukarman@ptadaro.com, ronny@ptadaro.com
mine office : Haulroad PT Adaro Indonesia KM 73 Kec. Tanta Kab. Tabalong –
Kalimantan Selatan Telp (62-526) 2023680, Fax (62-526) 2021997

ABSTRACT

Rehabilitation of land throughout areas affected by the mining operation is


carried out in a number of phases before, during and after mining
operation ceases in each area. Initially top soil is removed prior to mining
and either used to provide initial cover to overburden dumps on a
progressive basis or is stored in topsoil banks for later placement. As
overburden dumps are progressively built they are contoured to minimise
slope levels and to follow the original contours as close as possible. When
areas are available for revegetating, topsoil is spread and sprayed with
hydromulch and then planted with fast growing legume cover crops or
grass as soon as possible as this cover is essential in minimizing erosion
while second stage planting is undertaken. Once the revegation process is
stable, rehabilitated land is provided to local communities for agricultural
purposes and todate Adaro has worked with these communities on a
number of projects including cultivation of vegetables, fruit and a new large
scale project involving growing of king grass for an animal feed project.

Keyword : adaro, reclamation, revegetation

PENDAHULUAN
PT Adaro Indonesia adalah salah satu kontraktor Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang melakukan
kegiatan eksplorasi dan penambangan batubara di Kabupaten Balangan
dan Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan. Luas wilayah
pertambangan (mining area) Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara PT Adaro Indonesia seluas 35.800 Ha (tiga puluh
lima ribu delapan ratus hektar) yang berlaku mulai tanggal 29 April 1998.
Metoda penambangan yang diterapkan adalah tambang
terbuka dengan menggunakan kombinasi kerja alat gali-muat dan
angkut. Pengelolaan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari bagian operasional tambang. Salah satu pengelolaan
lingkungan yang dilakukan oleh PT Adaro Indonesia adalah dengan
melakukan kegiatan reklamasi.
Pengertian dari reklamasi yaitu suatu usaha memperbaiki atau
memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan atau bukan

http://contoh.in Page 1 of 31
kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan
dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya.
Sesuai dengan definisinya, tujuan utama reklamasi adalah
menjadikan kawasan yang rusak atau tak berguna menjadi lebih baik dan
bermanfaat. Kawasan baru tersebut, biasanya dimanfaatkan untuk
kawasan pemukiman, perindustrian, bisnis dan pertokoan, pertanian, serta
objek wisata.

DESKRIPSI UMUM LOKASI

Lokasi penambangan terletak di Kabupaten Balangan dan


Kabupaten Tabalong Propinsi Kalimantan Selatan, berjarak lebih kurang
220 km dari kota Banjarmasin ke arah utara yang dapat ditempuh melalui
jalan darat, dengan waktu tempuh sekitar lima (5) jam. Jika ditempuh
melalui udara (Pelita Air Service) dapat ditempuh sekitar 45 menit dari
Banjarmasin.
Lokasi pengolahan batubara (crushing plant) dan Pelabuhan
Khusus batubara berada di Kabupaten Barito Selatan Propinsi
Kalimantan Tengah. Lokasi jalan khusus angkutan batubara yang
menghubungkan area penambangan dengan pengolahan dan pelabuhan
batubara dibangun oleh PT Adaro Indonesia berjarak ± 84 km. Lokasi
jalan ini melintasi dan berada di wilayah Kabupaten Tabalong, Kabupaten
Barito Timur dan Kabupaten Barito Selatan.

Gambar 1. Lokasi Tambang Adaro

Kegiatan pertambangan batubara berada pada lokasi :

Tambang Tutupan, meliputi :


- Desa Padang Panjang Kecamatan Tanta Kabupaten Tabalong Propinsi

http://contoh.in Page 2 of 31
Kalimantan Selatan.
- Desa Buntu Karau Kecamatan Juai Kabupaten Balangan Propinsi
Kalimantan Selatan.
- Desa Lamida Atas Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi
Kalimantan Selatan.

Tambang Paringin, meliputi :


- Desa Lasung Batu Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi
Kalimantan Selatan.
- Desa Sungai Ketapi Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi
Kalimantan Selatan.
- Desa Dahai Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Propinsi
Kalimantan Selatan.

Pengolahan dan Pelabuhan batubara, meliputi :


- Desa Kelanis Kecamatan Dusun Hilir Kabupaten Barito Selatan Propinsi
Kalimantan Tengah.

KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN

Bahan dan Alat

1. Pengelolaan Top Soil


Menggunakan peralatan seperti dozer, excavator dan dump truck
2. Revegetasi
Penanaman secara manual dan menggunakan metode hydroseeding
dengan alat hydroseeder
3. Pengendalian erosi
Menggunakan peralatan seperti dozer, excavator, dump truck.
Konstruksi pengendali erosi seperti drainase permanen, drainase drop
structure menggunakan ban – ban bekas, bronjong.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pelaksanaan kegiatan reklamasi PT Adaro
Indonesia melalui beberapa tahap :

1. Pembentukan disposal dan pengaturan permukaan


a. Tujuan
‐ menciptakan tempat penimbunan lapisan tanah penutup yang
stabil
‐ menyediakan lokasi penanaman kembali yang sesuai untuk
pertumbuhan tanaman
‐ meminimalkan erosi

http://contoh.in Page 3 of 31
b. Target:
‐ segera dapat dilakukan penanaman kembali

c. Kegiatan
‐ membentuk waste dump dengan slope 1 : 2,8, tinggi jenjang
12 m, lebar 24 m (Gambar 2)
‐ membentuk back slope dan cross fall dengan grade maksimum
2% (Gambar 3)
‐ mengatur grade permukaan lahan maksimum 2%

Kemiringan 2 %

Kemiringan 2 %

12 m

Lebar bench Slope Lebar bench Slope Lebar bench Slope


24 m 20 derajat 24 m 20 derajat 24 m 20 derajat

Gambar 2. Pengaturan permukaan slope, tinggi jenjang dan lebar

2%
20

20

Gambar 3. Back slope dan cross fall

Gambar 4. Kegiatan Pembentukan disposal dan Pengaturan


Permukaan

2. Perlindungan Top soil


a. Tujuan :
‐ mengamankan lapisan top soil/tanah humus yang kaya dengan
unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman
dan kaya dengan benih-benih tanaman local

http://contoh.in Page 4 of 31
b. Target
‐ Mencegah kehilangan volume top soil saat pengupasan dan
pemindahan top soil
c. Kegiatan
‐ Mengupas top soil pada lokasi yang akan digunakan untuk
operasional, ketebalan pengupasan sampai pada zona
pengakaran tanaman.
‐ Memindahkan top soil ke lokasi penyimpanan sementara atau
penghamparan pada area yang telah siap.
‐ Tatacara penimbunan top soil di tempat penyimpanan
sementara, dengan mempertimbangkan beberapa faktor :
• aman dari banjir atau terganggu untuk operasional
• dimensi penimbunan : tinggi timbunan per layer 3 meter,
maksimum tinggi timbunan 6 meter, lebar jenjang 8 meter,
kemiringan slope maksimum 21 derajat (Gambar 4)
• Menanami top soil dengan tanaman penutup (LCC)
sesegera mungkin di lokasi penimbunan sementara
menanami top soil dengan LCC untuk mencegah erosi
Kemiringan 2 %

Kemiringan 2 %

6m

Lebar bench Slope Lebar bench Slope Lebar bench Slope


12 m 20 derajat 12 m 20 derajat 12 m 20 derajat

Crest line

Toeline Crest line

6 m
12 m 20
2%
Toeline

6 m
12 m 20

Gambar 5. Tata cara dan dimensi penimbunan top soil

Gambar 6. Kegiatan Perlindungan Top Soil

http://contoh.in Page 5 of 31
3. Penghamparan top soil
a. Tujuan :
‐ mengembalikan top soil untuk media tumbuh tanaman
b. Target :
‐ Luas area tercover top soil sesuai dengan volume top soil yang
dipindahkan
c. Kegiatan :
‐ penghamparan top soil di lakukan segera setelah waste dump
final sudah terbentuk
‐ penghamparan top soil dilakukan sedemikian rupa sehingga
jumlah top soil yang ada dapat mencukupi untuk meng cover
luas waste dump, dengan ketebalan maksimum 10 cm.

     
Gambar 7. Kegiatan Penghamparan Top Soil

4. Pengendalian erosi :
a. Tujuan
‐ Meminimalkan terjadinya erosi akibat aliran air permukaan
‐ Menjaga kestabilan waste dump
b. Target
‐ Kondisi drainage yang baik dan stabil sehingga dapat
mengurangi laju erosi pada area yang dilalui aliran air
permukaan
c. Kegiatan
‐ Membuat sarana kendali erosi seperti: check dam, drop struktur,
guludan, parit dengan mempertimbangkan debit air, jenis
material, kesediaan bahan , grade
‐ Melakukan penanaman pada dinding drainage
‐ Melakukan pemeriksaan dan perawatan

http://contoh.in Page 6 of 31
 
 
 
 
 
     
 
 
 
 
 

Gambar 8. Bangunan Pengendali Erosi

5. Persemaian
a. Tujuan
‐ Memproduksi benih/bibit berkualitas yang siap untuk di tanam.
‐ Mengembangkan jenis-jenis tanaman pionner, endemic dan
estitika (Ketapang, Sengon, Johar, Meranti, Alaban, Eukiptus,
Cemara, Mahoni, Pinus, Pulai, Bambu, Trembesi, Gmelina,
Waru, Jabon, dll).
b. Target
‐ Menyiapkan bibit tanaman yang mampu beradaptasi dengan
kondisi di lapang, sehingga dapat diminimalkan tanaman yang
mati
‐ Menyiapkan bibit tanaman sesuai dengan rencana reklamasi
c. Kegiatan
‐ Membangun tempat persemaian yang terdiri dari : rumah kasa,
bedeng sapih
‐ Menyediakan peralatan dan bahan yang diperlukan seperti:
a. alat pengolah media : Pencacah sabuk kelapa, sterilisasi
media (steamer), mesin pengaduk media
b. media tanaman : pupuk, arang sekam, politube,
c. Obat-obatan : zat perangsang tumbuh tanaman, insektisida
‐ perawatan tanaman : penyiraman, pemupukan pencegahan
penyakit
‐ metoda persemaian: stek pucuk, cabutan, putaran, semai benih,
cangkok

http://contoh.in Page 7 of 31
 
 
 
 
 
Gambar 9. Mesin Pengolah Sabut Kelapa dan Kegiatan Nursery

6. Penanaman
a. Tujuan
‐ Mencegah terjadinya erosi di area reklamasi
‐ Memulihkan lahan bekas operasional penambangan dengan
berbagai jenis tanaman tahunan , local yang mempunyai
manfaat secara ekologi dan ekonomi
b. Target
‐ Tertutupnya permukaan lahan dengan tanaman penutup (LCC)
sesegera mungkin setelah penanaman
‐ Menanam tanaman tahunan yang sesuai dengan kondisi lapang
sesegera mungkin setelah kondisi lahan sesuai untuk tumbuh
tanaman
c. Kegiatan
‐ Menanam tanaman penutup lahan dengan :
a. Metoda: hydroseeding, hand seeding
b. Material dan bahan: pupuk organik, zat perangsang tumbuh,
pupuk an–organik, zat perekat, air yang sesuai, mulsa,
legume, benin pohon cepat tumbuh, rumput
c. Perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit
‐ Menanam tanaman tahunan dengan :
a. metoda : planting dengan membuat lubang tanam
ukuran 40 x 40 cmx 40cm
b. jarak tanam : 3 x 3 m sampai 3 x 4 meter
c. pupuk : organik
d. penyulaman tanaman yang mati atau tidak sehat
‐ Perawatan tanaman dengan :
‐ melakukan penyiangan
‐ membersihkan lilitan
‐ pemupukan ulang
‐ pembasmian hama dan penyakit tanaman
‐ pencegahan kebakaran

http://contoh.in Page 8 of 31
‐ Pemantauan :
‐ kesuburan tanah : unsur kimia dan fisik tanah
‐ kesuburan tanaman : fisik (lingkar batang, tinggi, canopy),
kimia (analisa daun)

 
 
 
 

Gambar 10. Revegetasi dan Budidaya Tanaman Hutan

http://contoh.in Page 9 of 31
HASIL

Tujuan tahapan – tahapan reklamasi seperti yang dijelaskan diatas


adalah untuk menjadikan lahan bekas tambang sebagai area yang stabil
dengan fungsi lingkungan yang pulih kembali. Sampai saat ini luasan
lahan yang telah direklamasi adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Lahan yang telah direklamasi Kumulatif Sampai Juni 2009
dan Luasan Periode Triwulan 2 tahun 2009.
Reklamasi (Ha)
No. Tambang
In Pit Out pit Lain-lain *)
1 Paringin 72.77 108.54 17.94
2 Tutupan 73,53 1.424,58 3,42

Untuk melihat area yang stabil dan fungsi lingkungan yang pulih
dapat dilihat dari dua aspek utama yaitu aspek tanah (lahan) dan aspek
tanaman (vegetasi).

1. Aspek Tanah (Lahan)


Tanah disposal sesuai dengan karakteristiknya secara umum
adalah tanah yang miskin hara (Lampiran 1) dan struktur yang labil
sehingga memerlukan perlakuan tertentu agar dapat dilakukan
revegetasi. Ketersediaan nutrisi yang sangat rendah dilokasi bekas
tambang harus direkayasa agar upaya revegetasi dapat berhasil.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan penambahan bahan
organik dari luar sehingga diharapkan kesuburan tanah dapat
meningkat dan fungsi ekologi lahan tersebut dapat berjalan secara
alami. Putra et.al (2009) menjelaskan penambahan bahan organik
pada lahan bekas tambang terbukti mampu meningkatkan kelimpahan
artropoda dan mikrobia yang berfungsi sebagai pengurai sehingga
bahan terurai yang dapat digunakan kembali oleh tumbuhan semakin
berlimpah (Lampiran 2, 3 dan 5). Selain itu Purnomo et.al (2007)
membuktikan dengan menggunakan kompos (IMO) dengan dosis
tertentu dapat menggantikan penggunaan top soil pada lahan bekas
tambang, dan membuat pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik
(Lampiran 8).
Struktur tanah yang labil akan menyebabkan tanah memiliki
tingkat erosi yang tinggi. Dengan tahapan – tahapan reklamasi yang
telah dilakukan maka pengendalian erosi dapat menurunkan tingkat
erosi. Pembuatan bangunan pengendali erosi seperti check dam, drop
strcture, guludan, parit, dll dapat menurunkan tingkat erosi yang terjadi.
Selain pembangunan sarana pengendali erosi, penanaman segera
pada lahan yang telah diserah terimakan dari bagian operasional juga
dapat mengurangi tingkat erosi yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan
dengan metoda hydroseeding yang memiliki kemampuan dalam hal
kecepatannya menghijaukan lahan dalam berbagai kondisi tanah
(sand, clay, sub soil bahkan over burden), juga berbagai wilayah

http://contoh.in Page 10 of 31
disposal dan kemiringan lahan (00 – 600) (Ghems Enviro, 2007)..
Kecepatan tanam dengan metoda ini terutama ditujukan untuk
keperluan antisipasi resiko erosi. Selain itu jenis tanaman yang
ditanam dengan metoda ini secara ekologis juga berperan
menguntungkan bagi ekosistem, misalnya sebagai habitat cendawan
mikoriza (Putra et.al, 2009) (Lampiran 6). Dengan pengendalian erosi
yang baik kualitas air yang dihasilkan atau keluar dari area tambang
juga akan semakin baik. Data berikut menunjukkan kualitas air limbah
yang terukur pada outlet

450 450
400 400
350
350

T S S (m g / L )
300
300 250
T S S (m g / L )

250 200
150
200
100
150 50
100 0
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
50
0 Triwulan I 2009 Triwulan II 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Baku mutu (400 mg/L) Baku Mutu (200 mg/L)

8 8.00
7 7.00
6.00
Fe-total (m g/L)

6
Fe-total (m g/L)

5.00
5
4.00
4
3.00
3 2.00
2 1.00
1 0.00
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Triwulan I 2009 Triwulan II 2009 Baku mutu (7 mg/L)

4 4
3.5 3.5
3
M n-total (m g/L)

3
M n-total (m g/L)

2.5
2.5
2
2
1.5
1.5 1
1 0.5
0.5 0
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Triwulan I 2009 Triwulan II 2009 Baku mutu (4 mg/L)

http://contoh.in Page 11 of 31
10 10
9 9
8
8 7
7 6

pH air
6 5
pH air 4
5
3
4 2
3 1
0
2
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1
0 Triwulan I 2009 Triwulan II 2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Baku mutu max (pH 9) Baku mutu min (pH 6)

* SK KepMen LH No 113 Tahun 2003


Sumber : Balai Riset dan Standarisasi Industri Banjarbaru
Keterangan No :
1. Outlet SP-C4B(TA -3) 12. Outlet-1A HW 2(TA -15) 22. Outlet TP-2(PA -1)
2. Outlet SP-20(TA -4) 13. Outlet SP-2 HW1(TA -16) 23. Outlet SP-Kelanis(KA -1)
3. Outlet SP-9(TA -5) 14. Outlet SP-3 HW2(TA -17) 24. Outlet SP-Gampa (GA -1 )
4. Outlet SP-6B(TA -6) 15. Outlet SP-4 HW2(TA -18) 25. Outlet SP-C7 (TA -25)
5. Outlet SP-5C(TA -7) 16. Outlet SP-6 HW3(TA - 19) 26. Outlet SP 7(TA -26)
6. Outlet SP-4B(TA -8) 17. Outlet SP-8 HW4(TA -20)
7. Outlet SP-21(TA -9) 18. Outlet SP-9(TA -21)
8. Outlet SP-C3B(TA -11) 19. Outlet SP-C5(TA -22)
9. Outlet SP-C2B( TA -12) 20. Outlet SP-C6 (TA -23)
10. Outlet SP-13(TA -13) 21. Outlet SP-10(TA -24)
11. Outlet SP-1 HW1(TA -14)

Gambar 11. Kualitas Air Limbah Bulan Juni 2009

Dari gambar diatas terlihat bahwa kualitas air pada parameter terpilih
menunjukkan hasil yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2. Aspek Tanaman (Vegetasi)


Dengan tanah yang stabil dan kesuburan yang relatif meningkat
diharapkan pertumbuhan tanaman akan meningkat dan memenuhi
kriteria yang ditetapkan. Pemantauan yang dilakukan sampai saat ini
menunjukkan pertumbuhan tanaman hasil reklamasi yang terus
meningkat. Hal ini dapat dilihat pada gambar hasil pemantauan
revegetasi dibawah :

http://contoh.in Page 12 of 31
70 0.6 (b) Tinggi Tanaman 14
(a)Keliling Batang

60 12
0.5
1060
50 10
rata-rata keliling batang

rata-rata tinggi tanama


0.4

Pertambahan

Pertambahan
40 8
(cm)

(cm)

(cm)

(cm)
0.3 1040
30 6

0.2
20 4
1020
0.1
10 2

0 0.0 1000 0
2009 2009 1 1
I Tahun II Tahun Keliling Batang 2009 2009 Tinggi Tanaman
T ulan Triwulan I Tahun II Tahun
riw Pertambahan Triwulan Triwulan Pertambahan

650 5
(c)Proyeksi Tajuk

600
4
rata-rataproyeksi tajuk

550

Pertambahan
3
(cm)

(cm)
500

450

1
400

0
2009 2009 1
I Tahun II Tahun Proyeksi tajuk
Triwulan Triwulan
pertambahan

Gambar 12. Perkembangan revegetasi tanaman sengon di tambang


paringin umur > 4 tahun

http://contoh.in Page 13 of 31
85 1.6 1700 (b) Tinggi Tanaman 6
(a)Keliling Batang

1.4
1600 5
80
1.2
rata-rata keliling batang

1500

rata-rata tinggi tanama


75 4
1.0

Pertambahan

Pertambahan
1400
(cm)

(cm)

(cm)

(cm)
70 0.8 3

0.6 1300
65 2
0.4
1200
1
60 0.2
1100
0.0 0
2009 2009 1 Keliling Batang 1
I Tahun II Tahun 2009 2009
Triwulan Triwulan I Tahun II Tahun
Pertambahan Triwulan Triwulan
Tinggi Tanaman Pertambahan

900 2.5
(c)Proyeksi Tajuk

800 2.0
rata-rataproyeksi tajuk

700

Pertambahan
1.5
(cm)

(cm)
600
1.0

500
0.5

400
0.0
09 2009 1
IT ahun 20 II Tahun
Triwulan Triwulan
Proyeksi tajuk pertambahan

Gambar 13. Perkembangan revegetasi tanaman hutan di tambang


Paringin umur > 4 tahun

Tanaman hutan diamati adalah dari jenis cemara, eucalyptus,


akasia dan sengon. Dari gambar diatas terlihat perkembangan
tanaman revegetasi yang terus meningkat. Hal ini juga menunjukkan
tanaman hasil revegetasi dapat bertahan (sustain) pada areal
reklamasi bekas tambang. Data lebih lengkap pada lampiran 7.

http://contoh.in Page 14 of 31
Tanaman revegetasi yang ditanam juga disesuaikan dengan
karakteristik wilayah yang dalam hal ini diusahakan juga penanaman
tanaman lokal dan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi seperti
gaharu dan meranti.

Tabel 2. Tanaman Jenis dan Jumlah Bibit Tanaman di Lokasi Nursery


Triwulan II Tahun 2009

No. Jenis tanaman Jumlah pohon

1 Akasia 29.594
2 Albazia / Sengon 6.730
3 Aren 725
4 Bambu 74
5 Beringin 18
6 Bunga Tanjung 109
7 Cemara 445
8 Dadap -
9 Ebone 812
10 Eucalyptus 2.730
11 Gaharu -
12 Gamal 619
13 Gamelina 4.490
14 Halaban 1.243
15 Jarak 7.890
16 Johar 22.547
17 Kaliandra 19.283
18 Kaliandra Putih 1.836
19 Kapuk 1.836
20 Kayu Putih 450
21 Kayu Manis 6.336
22 Ketapang -
23 Kupang 1.050
24 Kayu Hutan/pioneer 2.187
25 Lamtoro 3.562
26 Mahoni 230
27 Meranti -
28 Palm 2.966
29 Pinang 4.568
30 Pinus 600
31 Plamboyan 845
32 Pulai 509
33 Saga 432
34 Sengon 34.017
35 Spatudea -

http://contoh.in Page 15 of 31
Tabel 2. Lanjutan

No. Jenis tanaman Jumlah pohon

36 Trembesi 18.096
37 Turi 2.330
38 Waru 6.716
39 Rosela 1.100
40 Tanaman Buah 6.898
Total 231.986

Bibit yang ditanam berasal dari nursery PT Adaro dan dibantu


dengan program kerjasama pembibitan dari masyarakat sekitar
tambang. Program usaha pembibitan dari masyarakat sekitar ini
bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat lokal sebagai
penyedia bibit yang berlangsung sejak Desember 1999 hingga
sekarang.
Pada lahan reklamasi diluar kawasan hutan pinjam pakai juga
ditanam tanaman perkebunan yaitu Sawit. Luas lahan reklamasi yang
ditanami sawit adalah 107,6 Ha (2006-2008) dan 88,8 Ha pada tahun
2009.

Gambar 14. Areal Penanaman Sawit di Lahan Reklamasi

Dari gambar terlihat bahwa pertumbuhan sawit di lahan reklamasi


tergolong baik dan mampu berproduksi dengan baik pula. Hal ini
membuktikan bahwa dengan tahapan - tahapan dan pemilihan
vegetasi sesuai karakteristik lahan dapat meningkatkan keberhasilan
reklamasi.
Untuk menunjang penyediaan bibit tanaman yang berkualitas
telah dilakukan kerjasama antara PT Adaro Indonesia dengan

http://contoh.in Page 16 of 31
PT Komatsu Indonesia. Kerjasama yang dilakukan berupa pembuatan
nursery dan penyediaan bibit tanaman Meranti. Diharapkan dengan
kerjasama ini akan didapat bibit tanaman yang berkualitas dan metoda
revegetasi yang unggul sehingga menjadi percepatan dalam proses
reklamasi dilahan tambang PT Adaro Indonesia.
Dengan pertumbuhan tanaman yang baik dan berkelanjutan
diharapkan fungsi ekologi pada lahan akan meningkat sehingga
keanekaragaman hayati akan semakin membaik. Hal ini terbukti pada
hasil penelitian Putra et.al (2009), dimana pada lahan reklamasi yang
perkembangan tanamannya berkelanjutan dan keanekaragamannya
tinggi terdapat kelimpahan mikoriza yang cenderung lebih tinggi
sehingga siklus ekologi pada lahan tersebut berjalan dengan baik dan
terus meningkat. (Lampiran 4 dan 6).
Pertumbuhan tanaman yang baik sebagai indikator
keberhasilan reklamasi dan rehabilitasi lahan juga dapat dinilai dari
segi ekonomi. Udiansyah (2007) dari hasil penelitian menyebutkan
bahwa revegetasi di PT Adaro Indonesia memiliki potensi untuk
mengikuti program perdagangan karbon (carbon trade program). Dari
2 jenis tanaman revegetasi yaitu Eucalypthus deglupta dan Albizia
falcataria diketahui harga karbon dari kedua jenis tanaman tersebut
berurutan adalah Rp. 926.004,- dan Rp. 620.200,- per hektar. Nilai ini
dengan asumsi harga karbon di Amerika Serikat $4 / ton dan US $ 1
setara dengan Rp. 9.080,-.

http://contoh.in Page 17 of 31
Lokasi 1. Penghijauan dengan top/sub soil di disposal S5 sisi utara (dekat area percobaan kompos), umur tanaman hydroseeding ± 3,4 tahun (Photo
diambil pada bulan Mei 2009)

Lokasi 2. Penghijauan tanpa top/sub soil di disposal S7 sisi barat (samping kandang sapi FIM). Jenis tanaman : legume cover crop (benguk) & tanaman
kelapa sawit dengan umur ± 2,7 tahun. (Photo di ambil pada bulan Mei 2009)

Lokasi 3. Penghijauan tanpa top/sub soil di disposal HW3A sisi barat dengan metode hydrooseeding. Umur tanaman ± 3, 6 tahun (mulai tanam bulan
Mei 2006). (Photo diambil pada bulan Mei 2009)

Gambar 15. Hasil Revegetasi dengan menggunakan metode hydroseeding dan direct seeding

http://contoh.in Page 18 of 31
Pada gambar diatas terlihat hasil revegetasi pada lokasi yang
berbeda. Pada areal tersebut diharapkan fungsi ekologi telah berjalan
dengan baik dan keanekaragaman hayati semakin membaik. Untuk
evaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan reklamasi tentu saja dengan
melakukan penelitian diberbagai faktor reklamasi. Hal ini terbukti dari hasil
beberapa penelitian diatas mampu menyampaikan keadaan faktual
dilapangan tentang tingkat keberhasilan reklamasi.

KENDALA DAN PERMASALAHAN

Kendala yang sering dihadapi pada pelaksanaan reklamasi pada umumnya


hanya terdapat pada saat operasional pelaksanaan reklamasi. Sedangkan
pada metode pelaksanaan hampir tidak ditemukan permasalahan. Adapun
kendala operasional antara lain :
1. Musim kemarau tidak bisa dilakukan penanaman karena tanaman yang
baru ditanam kemungkinan besar tidak akan bertahan.

HARAPAN YANG DIINGINKAN

Harapan yang diinginkan adalah menjadikan lahan bekas tambang sebagai


area yang stabil, dengan fungsi lingkungan yang pulih kembali, mempunyai
manfaat ekonomi secara berkesinambungan dengan mengacu kepada rencana
tataguna lahan dan tataruang wilayah.
Dari hal tersebut kriteria keberhasilan reklamasi adalah
1. Biaya reklamasi
2. Kesuburan tanah dari waktu ke waktu semakin meningkat
3. Pertumbuhan tanaman memenuhi kriteria yang ditetapkan
4. Jenis tanaman sesuai dengan kesesuaian lahan dan kondisi lingkungan
5. Lahan yang telah diserah terimakan dari bagian operasional dapat
segera direklamasi
Adapun indikator keberhasilan reklamasi adalah
1. Tanaman reklamasi sustain (berkelanjutan)
2. Erosi di area reklamasi semakin kecil dan kualitas air yang dihasilkan
semakin baik
3. Keanekaragaman hayati yang semakin membaik

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Dari aspek tanah dan tanaman terlihat hasil reklamasi yang cukup baik.
Hal ini adalah sebagai hasil pelaksanaan secara intensif tahapan –
tahapan reklamasi (best reclamation practice) yang dilakukan oleh PT
Adaro Indonesia.
2. Penelitian – penelitian (research and development) sebagai usaha
percepatan reklamasi harus terus dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik.

http://contoh.in Page 19 of 31
DAFTAR PUSTAKA

Adaro Indonesia PT. 2009. Laporan Pelaksanaan RKL/RPL Triwulan II tahun


2009 Tambang Tutupan – Kalimantan Selatan. Jakarta.

Adaro Indonesia PT. 2009. Laporan Pelaksanaan Reklamasi Periode Januari


– Desember 2008. Tutupan.

Ghems Enviro. 2007. Final Report of Hydroseeding Operations Project Stage


VIII (100 Ha). Banjarbaru.

Putra, Nugroho Susetya., Sitepu, Irnayuli., Kastono, Dody., Nurudin, Makhruf.,


Purnomo, Erry., Turjaman, Maman., Purwanto, Benito Heru. 2009.
Usaha Pengembalian Fungsi Ekosistem di Lahan Penambangan
Batubara : Teknik, dan Potensi Keberhasilan. Yogyakarta.

Purnomo, Erry., Sujarwo, Iswan., Subandrio, Agus., Tambunan, Ronny., Osaki,


Mitsuru. 2007. The Use of Various Compost to Overcome Top Soil
Shortage in Disposal Area. MoU PT Adaro Indonesia – Universitas
Lambung Mangkurat – Hokkaido University. Tanjung.

Udiansyah. 2007. Revegetation Stand Valuation On The Ex Coal Mining Area


of PT Adaro Indonesia. MoU PT Adaro Indonesia – Universitas
Lambung Mangkurat – Hokkaido University. Banjarbaru.

http://contoh.in Page 20 of 31
LAMPIRAN

http://contoh.in Page 21 of 31
Lampiran 1. Tingkat Kesuburan Tanah Disposal di Areal Reklamasi PT Adaro
Indonesia

Soil properties Value ± se Category


Texture Silt loam
C (%) 7.09 ± 0.36 Very high
N (%) 0.17 ± 0.05 Low
C/N 52 ± 17 Very high
Bray P (ppm) 0.90 ± 0.15 Very low
FeS2 (%) 0.16 ± 0.01
Dissolved Fe (ppm) 29 ± 6
Dissolved SO42- (ppm) 200 ± 7
pH H2O 4.07 ± 0.06 Very acidic
EC (mS/cm) 0.35 ± 0.02 Very low
Exch. Ca (me/100g) 1.35 ± 0.11 Very low
Exch. Mg (me/100 g) 0.52 ± 0.08 Low
Exch. Na (me/100g 0.44 ± 0.02 Moderate
Exch. K (me/100g) 0.15 ± 0.03 Low
CEC (me/100g) 19 ± 4.6 Low
Base saturation (%) 15.59 ± 2.96 Very low
Al saturation (%) 3.48 ± 0.23 Very low

Catatan :

Sampel diambil diareal disposal S4 (Purnomo et.al, 2007). Kriteria sifat tanah
didasarkan pada Kriteria Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983. (Penilaian ini
hanya berdasarkan pada sifat tanah secara empiris dan belum dihubungkan
dengan kebutuhan tanaman.

http://contoh.in Page 22 of 31
Lampiran 2. Kelimpahan dan keragaman artropoda pada lima lokasi reklamasi terpilih
Lokasi/jenis artropoda
Nomor
Inpit BackFill Disposal HW-1 Disposal S-3 Disposal S5-6 Sungai Dahai (luar tambang)
1 Camponotus sp. Anoplolepis graciipes Odontoponera denticulata Camponotus sp. Entomobryidae Sp1
2 Heteropternis sp. Paratrechina sp. Anoplolepis gracilipes Odontoponera denticulata Odontoponera denticulata
3 Aphididae Pachycondyla sp. Formicidae 4 Anoplolepis gracilipes Anoplolepis gracilipes
4 Araneae 1 Odontoponera denticulata Cypus sp. Formicidae Sp3 Formicidae Sp3
5 Coleoptera 1 Pheidologeton sp. Araneae 1 Paratrechina sp. Formicidae Sp4
6 Chilopoda 1 Formicidae 6 Araneae 2 Formicidae Sp9 Formicidae Sp5
7 Cicadellidae Camponotus sp. Gryllidae Formicidae Sp10 Formicidae Sp6
8 Coleoptera 2 Solenopsis geminata Formicidae Sp 11 Formicidae Sp7
9 Entomobryidae Entomobryidae Formicidae Sp13 Formicidae Sp8
10 Delphacidae Podagrica fuscicornis Hemiptera Sp1 Formicidae Sp9
11 Dermaptera Rhinotermitidae Hemiptera Sp2 Tetrigidae Sp1
12 Diptera Araneae 1 Coreidae Sp1 Gryllidae Sp1
13 Pheidologeton sp. Araneae 2 Gryllidae Sp1 Termitidae Sp1
14 Formicidae 3 Diptera 2 Diptera F1 Sp1 Diptera F1 Sp1
15 Paratrechina sp. Diptera 3 Coleoptera F1 Sp1 Diptera F2 Sp1
16 Cardiocondyla sp. Diptera 4 Staphylinidae Sp1 Tipulidae Sp1
17 Tapinoma sp. Lepidoptera 1 Lepidoptera F2 Sp1 Scolytidae Sp1
18 Teleogryllus mitratus Cicadellidae 1 Lycosidae Sp 1 Lepidoptera F1 Sp1
19 Pachybrachius sp. Tapinoma sp. Entomobryidae Sp1 Dermaptera F1 Sp1
20 Araneae 2 Diptera 5 Isopoda F1 Sp1 Lycosidae Sp1
21 Mantidae Diptera 6 Chilopoda F 1 Sp1
22 Sycanus sp. Diptera 7
23 Diptera 8
24 Teleogryllus sp.
25 Diptera 9
26 Tetraponera sp.
27 Chilopoda 1
28 Diptera 10
29 Coleoptera 2
30 Formicomus sp.
31 Coleoptera 4
32 Coleoptera 5
Keragaman = H' = 1,908 H' = 0,102 H' = 1,107 H' = 1,297 H' = 2,098
Keseragaman = E = 0,087 E = 0,003 E = 0,158 E = 0,042 E = 0,070
Kelimpahan = 22 spesies Kelimpahan = 32 spesies Kelimpahan = 7 spesies Kelimpahan = 21 spesies Kelimpahan = 20 spesies
http://contoh.in Page 23 of 31
% dominansi = 40,778 % dominansi = 98,749 % dominansi = 70,423 % dominansi = 62,073 % dominansi = 27,895

http://contoh.in Page 24 of 31
Lampiran 3. Kelimpahan dan keragaman, serta dominansi spesies artropoda bawah permukaan tanah pada lima lokasi terpilih
Lokasi / Jenis Artropoda
Nomor
Inpit BackFill Disposal HW-1 Disposal S-3
1 Folsomia sp (Collembola: Isotomidae) Folsomia sp (Collembola: Isotomidae) Folsomia sp (Collembola: Isotomidae)
2 Poduridae Sp1 (Collembola: Poduridae) Contarinia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) Contarinia sp. (Diptera: Cecidomyiidae)
3 Contarinia sp. (Diptera: Cecidomyiidae) Cecidomyiidae Sp1 (Diptera: Cecidomyiidae) Scheloribates sp. (Oribatida: Oribatulidae)
4 Staphylinidae Sp2 (Coleoptera: Staphylinidae) Lathrobium sp. (Coleoptera: Staphylinidae) Pergamasus sp. (Mesostigmata: Parasitidae)
5 Scheloribates sp. (Oribatida: Oribatulidae) Sepedophilus sp. (Coleoptera: Staphylinidae) Chironomidae Sp1 (Diptera: Chironomidae)
6 Pergamasus sp. (Mesostigmata: Parasitidae) Staphylinidae Sp2 (Coleoptera: Staphylinidae) Chironomidae Sp2 (Diptera: Chironomidae)
7 Platypodidae Sp1 (Coleoptera: Platypodidae) Scheloribates sp. (Oribatida: Oribatulidae) Chironomidae Sp3 (Diptera: Chironomidae)
8 Chironomidae Sp1 (Diptera: Chironomidae) Pergamasus sp. (Mesostigmata: Parasitidae) Chironomidae Sp4 (Diptera: Chironomidae)
9 Chironomidae Sp2 (Diptera: Chironomidae) Chironomidae Sp1 (Diptera: Chironomidae) Carabidae Sp1 (Coleoptera: Carabidae)
10 Carabidae Sp1 (Coleoptera: Carabidae) Chironomidae Sp3 (Diptera: Chironomidae) Carabidae Sp2 (Coleoptera: Carabidae)
11 Nothrus sp. (Oribatida: Nothridae) Nothrus sp. (Oribatida: Nothridae) Nothrus sp. (Oribatida: Nothridae)
12 Oppiella sp. (Oribatida: Oppiidae) Galumna sp. (Oribatida: Galumnidae) Drosophilidae Sp1 (Diptera: Drosophilidae)
13 Galumna sp. (Oribatida: Galumnidae) Hypoaspis sp. (Mesostigmata: Laelapidae) Psychodidae Sp1 (Diptera: Psychodidae)
14 Uropodidae Sp1 (Mesostigmata: Uropodidae) Trachyuropodidae Sp1 (Mesostigmata: Trachyuropodidae) Solenopsis sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae)
15 Drosophila sp. (Diptera: Drosophilidae) Phoridae Sp1 (Diptera: Phoridae) Lygaeidae Sp1 (Hemiptera: Lygaeidae)
16 Phoridae Sp1 (Diptera: Phoridae) Psychodidae Sp1 (Diptera: Psychodidae) Paratrechina sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae)
17 Psychodidae Sp1 (Diptera: Psychodidae) Pachycondyla sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae) Eulopidae Sp1 (Hymenoptera: Eulopidae)
18 Blattidae Sp1 (Blattodea: Blattidae) Solenopsis sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae) Lathrididae Sp1 (Coleoptera: Lathrididae)
19 Pyralidae Sp1 (Lepidoptera: Pyralidae) Strumigenys sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae) Oribatida F1 Sp1 (Acari: Oribatida)
20 Geotrupidae Sp1 (Coleoptera: Geotrupidae)
21 Isopoda Sp1 (Isopoda)
22 Lycosa sp. (Araneae: Lycosidae)
23 Agraptocorixa sp (Hemiptera: Corixidae)
24 Diplura Sp1 (Diplura)
25 Thripidae Sp1 (Thysanoptera: Thripidae)
26 Psyllidae Sp1 (Hemiptera: Psyllidae)
27 Oribatida F1 Sp1 (Acari: Oribatida)
28 Hemiptera F1 Sp1 (Insecta: Hemiptera)
Keragaman = H' = 2,708 H' = 2,983 H' = 2,759
Keseragaman = E = 0,920 E = 0,895 E = 0,937
Keterangan: Nilai keragaman (H’) diperoleh dengan mengaplikasikan rumus dari Shannon, sedangkan nilai keseragaman (E) diperoleh dari rumus
Pielou (Ludwig & Reynolds, 1988).

http://contoh.in Page 25 of 31
Lampiran 3 (Lanjutan)
Nomor Lokasi/ jenis artropoda
DisposalS5-6 Dahai (Luar Tambang)
1 Cecidomyiidae Sp1 (Diptera: Cecidomyiidae) Folsomia sp (Collembola: Isotomidae)
2 Scheloribates sp. (Oribatida: Oribatulidae) Poduridae Sp1 (Collembola: Poduridae)
3 Chironomidae Sp1 (Diptera: Chironomidae) Cecidomyiidae Sp1 (Diptera: Cecidomyiidae)
4 Hypoaspis sp. (Mesostigmata: Laelapidae) Lathrobium sp. (Coleoptera: Staphylinidae)
5 Uropodidae Sp2 (Mesostigmata: Uropodidae) Sepedophilus sp. (Coleoptera: Staphylinidae)
6 Uropodidae Sp3 (Mesostigmata: Uropodidae) Staphylinidae Sp3 (Coleoptera: Staphylinidae)
7 Phoridae Sp1 (Diptera: Phoridae) Scheloribates sp. (Oribatida: Oribatulidae)
8 Psychodidae Sp1 (Diptera: Psychodidae) Chironomidae Sp1 (Diptera: Chironomidae)
9 Psychodidae Sp2 (Diptera: Psychodidae) Chironomidae Sp3 (Diptera: Chironomidae)
10 Lycosidae Sp1 (Araneae: Lycosidae) Chironomidae Sp4 (Diptera: Chironomidae)
11 Agraptocorixa sp (Hemiptera: Corixidae) Carabidae Sp1 (Coleoptera: Carabidae)
12 Eulopidae Sp1 (Hymenoptera: Eulopidae) Carabidae Sp2 (Coleoptera: Carabidae)
13 Lepidostomatidae Sp1 (Trichoptera: Lepidostomatidae) Carabidae Sp3 (Coleoptera: Carabidae)
14 Lycaenidae Sp1 (Lepidoptera: Lycaenidae) Nothrus sp. (Oribatida: Nothridae)
15 Oribatida F1 Sp1 (Acari: Oribatida) Oppiella sp. (Oribatida: Oppiidae)
16 Galumna sp. (Oribatida: Galumnidae)
17 Hypoaspis sp. (Mesostigmata: Laelapidae)
18 Uropodidae Sp4 (Mesostigmata: Uropodidae)
19 Trachyuropodidae Sp1 (Mesostigmata: Trachyuropodidae)
20 Trachyuropodidae Sp2 (Mesostigmata: Trachyuropodidae)
21 Phoridae Sp1 (Diptera: Phoridae)
22 Psychodidae Sp2 (Diptera: Psychodidae)
23 Pachycondyla sp. (Sp1) (Hymenoptera: Formicidae)
24 Pachycondyla sp. (Sp2) (Hymenoptera: Formicidae)
25 Mesoveliidae Sp1 (Hemiptera: Mesoveliidae)
26 Lycaenidae Sp1 (Lepidoptera: Lycaenidae)
27 Carabodes sp (Oribatida: Carabodidae)
28 Pselaphidae Sp1 (Coleoptera: Pselaphidae)
29 Pselaphidae Sp2 (Coleoptera: Pselaphidae)
30 Scaphidiidae Sp1 (Coleoptera: Scaphidiidae)
31 Pseudoscorpiones F1 Sp1 (Pseudoscorpiones)
32 Clubionidae Sp1 (Araneae: Clubionidae)
33 Trombidium sp (Actinedida: Trombididae)
34 Oribatida F1 Sp1 (Acari: Oribatida)
35 Oribatida F2 Sp1 (Acari: Oribatida)
36 Oribatida F2 Sp2 (Acari: Oribatida)
37 Oribatida F3 Sp1 (Acari: Oribatida)
38 Hemiptera F1 Sp1 (Insecta: Hemiptera)
39 Chilopoda F1 Sp1 (Chilopoda)

H' = 1,441 H' = 2,936


E = 0,532 E = 0,801
Keterangan: Nilai keragaman (H’) diperoleh dengan mengaplikasikan rumus dari Shannon, sedangkan nilai
keseragaman (E) diperoleh dari rumus Pielou (Ludwig & Reynolds, 1988).
Lampiran 4. Kelimpahan dan keragaman tumbuhan pada lima lokasi terpilih

Lokasi/jenis tumbuhan
Nomor Inpit BackFill Disposal HW-1 Disposal S-3 Disposal S5-7 Sungai Dahai (luar Tambang)

1 Eleusine indica Setaria italiana Cyrtococcum oxyphyllum Brachiaria sp. Paspalum sp.
2 Porophyllum ruderale Puereria phaseoloides Desm odium latifolium Imperata cylindrica Hoplismenus burmanii
3 Comm elina nudiflora Brachiaria mutica Carex wahuensis Carex wahuensis Lindernia crustacea
4 Paspalum conjugatum Carex wahuensis Melastoma malabatrichum Eragrotis ten ela Carex wahuensis
5 Cyperus iria Chromolaena odorata Imperata cylindrica Ipomoea sp 1 Licopodium sp.
6 Cyperus compressus Convolvulus sp. Brachiaria paspaloides Ipomoea sp 2 Axonophus compressus
7 Anoxophus compressus Phylanthus niruri Phylanthus niruri Paspalum sp. Cyperus compressus
8 Ischaemum sp. Cyperus kyllingia Ipomoea sp. Melastoma malabatri chum Fimbristylis miliacea
9 Echinocloa colonum Borreria laevis Eragrotis tenela Chromolaena odorata Ipomoea tres-carpae
10 Ipomoeae triloba Hyptis brevipes Calopogonium mucunoides Desmodium sp. Desmodium sp.
11 Hyptis brevipes Melastoma malabatrichum Paspalum conjugatum Crotalaria retusa Solanum nigrum
12 Phylanthus niruri Cyperus sp. Borreria laevis Pretis sp.
13 Digitaria sp. Lindernia sp.
14 Centrosema pubescens
15 Cleome aspera
16 Panicum sp.
17 Amaranthus gracilis
18 Synedrella nodiflora
19 Calopogonium mucunoides
20 Puereria phaseoloides
21 Ageratum conyzoides
Keragaman = H' = 2,609 H' = 1,373 H' = 1,665 H' = 1,743 H' = 1,856
Keseragaman = E = 0,857 E = 0,552 E = 0,695 E = 0,70 1 E = 0,723
Kelimpahan = 21 spesies Kelimpahan = 12 spesies Kelimpahan = 11 spesies Kelimpahan = 12 spesies Kelimpahan = 13 spesies
Keterangan: Nilai keragaman (H’) diperoleh dengan mengaplikasikan rumus dari Shannon, sedangkan nilai keseragaman (E) diperoleh
dari rumus Pielou (Ludwig & Reynolds, 1988). Nama spesies yang dicetak tebal adalah spesies yang paling melimpah (lima besar) di
antara spesies lain dalam satu lokasi. Penulisan nama spesies per kolom diurutkan dari spesies yang paling melimpah ke spesies yang
paling jarang.

http://contoh.in Page 27 of 31
Lampiran 5. Kelimpahan mikrobia (bakteri dan cendawan) yang terdapat pada rhizosfer tumbuhan di lima lokasi
terpilih

Total (x106 cfu)


Lokasi Spesies inang
Bakteri Cendawan
Ipomoea triloba 17,33 6,27
Inpit BackFill
Porophyllum ruderale 24,33 11,67
Disposal S-3 Melastoma malabatrichum 39,67 27,67
Disposal HW-1 Carex wahuensis 305 2,57
Paspalum lon gifolium 9 74
Carex wahuensis 82,33 58,33
Disposal S5-7
Imperata cylindrica 96 270
Brachiaria sp. 894,67 336,33

S. Dahai (Luar Hevea braziliensis 7,33 16


Tambang) Mussaenda frondosa 14 12

Keterangan: Angka bercetak tebal pada masing-masing kolom menunjukkan nilai terbesar jumlah bakteri maupun
cendawan yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan, atau hidup pada rhizosfer tumbuhan inang.

http://contoh.in Page 28 of 31
Lampiran 6. Persen kelimpahan cendawan mikoriza arbuskular (CMA) pada rhizosfer
tumbuhan di lima lokasi terpilih

Jenis tumbuhan Persen CMA Lokasi tumbuh tumbuhan


Ipomoea triloba 7 1,66 Inpit BackFill

Porophyllum ruderale 69,33 Inpit BackFill


Disposal HW-1, Disposal S3,
Carex wahuensis 39,55 Disposal S5-7, Dahai (luar
Tambang)
Inpit BackFill, Disposal S3,
Paspalum sp. 13,3 Disposal S5-6, Dahai (luar
Tambang)
Setaria italiana 3,33 Disposal HW-1

http://contoh.in Page 29 of 31
Lampiran 7. Hasil Pemantauan Tingkat Pertumbuhan Tanaman Hutan di Tambang Paringin

Mar-09 Jun-09 Pertambahan tinggi (m)


No. Jenis
K Batang Tinggi P.Tajuk K Batang Tinggi P.Tajuk K.Batang Tinggi P.Tajuk
1 Trambesi 154 1970 1654 154 1975 1654 0 5 0
2 Trambesi 115 1649 1776 117 1655 1776 2 6 0
3 Trambesi 144 1730 1542 144 1730 1542 0 0 0
4 Trambesi 138 1480 1173 141 1480 1173 3 0 0
5 Trambesi 99 1350 1110 100 1350 1112 1 0 2
6 Trambesi 78 1290 1222 78 1290 1226 0 0 4
7 Trambesi 94 1370 1046 94 1370 1047 0 0 1
8 Trambesi 147 1658 1181 147 1658 1183 0 0 2
9 Trambesi 122 1598 1564 130 1598 1585 8 0 21
10 Trambesi 106 1649 1406 108 1649 1406 2 0 0
11 Trambesi 98 1340 1046 107 1340 1046 9 0 0
12 Trambesi 105 1430 950 107 1465 950 2 35 0
13 Trambesi 113 1610 1142 117 1610 1142 4 0 0
14 Trambesi 83 1080 1049 84 1080 1049 1 0 0
15 Trambesi 148 1630 1250 149 1630 1251 1 0 1
16 Trambesi 106 1350 1584 109 1350 1584 3 0 0
17 Trambesi 98 1265 862 103 1265 862 5 0 0
18 Trambesi 75 1340 836 75 1340 837 0 0 1
19 Trambesi 150 1680 1410 154 1680 1412 4 0 2
20 Trambesi 108 1418 1041 108 1418 1041 0 0 0
21 Trambesi 59 1049 829 59 1049 832 0 0 3
22 Trambesi 137 1610 1503 138 1610 1505 1 0 2
23 Trambesi 117 1316 1286 118 1316 1286 1 0 0
24 Trambesi 64 1003 854 65 1003 856 1 0 2
25 Trambesi 114 1267 1024 115 1267 1025 1 0 1
26 Trambesi 93 1295 915 99 1295 915 6 0 0
27 Trambesi 92 1242 894 92 1242 894 0 0 0
28 Trambesi 84 1229 1011 84 1229 1012 0 0 1
29 Trambesi 58 1340 923 59 1340 924 1 0 1
30 Trambesi 117 1470 947 123 1470 948 6 0 1
31 Trambesi 53 584 467 56 584 467 3 0 0
32 Trambesi 60 965 781 70 965 781 10 0 0
33 Trambesi 86 965 882 88 965 882 2 0 0
34 Trambesi 79 995 970 79 995 971 0 0 1
35 Trambesi 106 1340 976 110 1340 976 4 0 0
36 Trambesi 104 1025 943 108 1025 943 4 0 0
37 Trambesi 89 995 561 90 995 561 1 0 0
38 Trambesi 97 1018 1056 103 1018 1060 6 0 4
39 Trambesi 77 938 750 77 938 750 0 0 0
Jumlah 3967 51533 42416 4059 51579 42466 92 46 50
Rerata 159 2061 1212 162 2063 1699 3.7 2 2
max 154 1970 1776 154 1975 1776 10 35 21
min 53 584 467 56 584 467 0 0 0

http://contoh.in Page 30 of 31
Lampiran 8. Grafik Penggunaan Bahan Organik sebagai Pengganti Top Soil

http://contoh.in Page 31 of 31

View publication stats

Вам также может понравиться