Вы находитесь на странице: 1из 20

-

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS ) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus ini
merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan turunnya atau hilangnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terserang berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di seluruh dunia, termasuk
Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006, diperkirakan di Indonesia jumlah orang
yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) sebanyak 193.000 – 247.000 orang. Dari laporan
Surveilans AIDS Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS
sebanyak 18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/AIDS, dengan
10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua, Jawa Timur, Bali,
Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi selatan dan Kepulauan Riau.
Jumlah dan prevalensi kasus HIV/AIDS yang dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi
cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan Sulawesi
Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA, sebanyak 1 % berada
pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92 ). Oktober 2006 Houtzager L,
Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi tersebut, didapatkan bahwa petugas
kesehatan menemukan sekitar 80% ODHA mempunyai masalah gizi antara lain
kehilangan BB (wasting), diare, mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral
kandidiasis.
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit oportunistik
yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang adekuat. Tenaga kesehatan
seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari 67 responden pada penelitian tersebut yang
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi
pada ODHA. Dengan pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.

1
-

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu HIV/AIDS?
2. Apa defenisi dari Nutrisi?
3. Apa hubungan HIV dan gizi?
4. Bagaimana metabolisme gizi pada pasien ODHA?
5. Bagaimana prinsip dasar diet untuk penderita HIV/AIDS?
6. Bagaimana pelayanan Gizi pada pasien ODHA?

C. Tujuan
1. Defenisi HIV/AIDS
2. Defenisis Nutrisi
3. Hubungan HIV dan gizi
4. Mengetahui metabolisme gizi pada pasien ODHA
5. Mengetahui Prinsip dasar diet untuk penderita ODHA
6. Mengetahui pelayanan gizi pada pasien ODHA
7. Dan untuk mengetahui makanan yang harus dikonsumsi oleh seorang penderita
HIV/AIDS

2
-

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI GIZI
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses pencernaan, absobsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan
kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
(Supariasa, dkk, 2002)
Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara
jumlah asupan (intake) zat gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requirement) oleh tubuh
untuk berbagai fungsi biologis: (pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas,
pemeliharaan kesehatan, dan lainnya). (Suyatno, 2009). Status gizi adalah ekspresi dari
keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi
dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, dkk, 2001).
Pada gilirannya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur
proses dalam tubuh dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan
tubuh. Beberapa zat gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi essential,
mengingat kenyataan bahwa unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh,
setidak-tidaknya dalam jumlah yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesihatan yang
normal. Jadi zat gizi esensial yang disediakan untuk tubuh yang dihasilkan dalam
pangan, umumnya adalah zat gizi yang tidak dibentuk dalam tubuh dan harus disediakan
dari unsur-unsur pangan di antaranya adalah asam amino essensial. Semua zat gizi
essential diperlukan untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan
dan kesehatan yang baik. Oleh karena itu, pengetahuan terapan tentang kandungan zat
gizi dalam pangan yang umum dapat diperoleh penduduk di suatu tempat adalah penting
guna merencanakan, menyiapkan dan mengkonsumsi makanan seimbang. (Moch. Agus
Krisno Budiyonto) Pada umumnya zat gizi dibagi dalm lima kelompok utama, yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga.
Gizi terbagi menjadi 2 :
1. Gizi makro adalah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah yang lebih
besar, zat gizi makro ini merupakan zat kimia yang diperluakan dalam pertumbuhan,
perkembangan, serta untuk menjalankan fungsi tubuh normal. Makronutrient ini

3
-

berperan besar dalam pembentukan energy tubuh dan seluruh metabolism dalam
tubuh.
2. Gizi mikro adalah zat gizi yang diperlukan tubuh lebih sedikit dan berfungsi untuk
tubuh dan pertumbuhan, selain itu cenderung berperan untuk mencegah penyakit.
Dalam hal memproduksi energy maupun proses metabolisme, zat gizi mikro berperan
sebagai kofaktor, pengikat, serta menjadi alat dari proses tersebut, tidak seperti zat
gizi makro yang menjadi bahan utama dari produksi energy.

B. HIV/AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu (ASI). Virus ini
menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya daya tahan tubuh sehingga
mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa hidup dengan HIV dalam tubuhnya
bertahun-tahun lamanya tanpa merasa sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang
serius. Walaupun tampak sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui
hubungan seks yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara
bergantian dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular berbagai macam penyakit karena
sistem kekebalan di dalam tubuh menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Peranan
gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit,termasuk pada ODHA
sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas hidup ODHA.
1. STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui cairan tubuh
tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan ASI.
a. Stadium klinis HIV/AIDS pada dewasa
1) Stadium klinis I
- Asimtomatik
- Limfadenopati Generalisata
Skala fungsional 1 : asimtomatik, aktifitas normal

4
-

2) Stadium klinis II
- Penurunan BB < 10%
- Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik,prurigo,infeksi
jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulutberulang, kheilitis
angularis)
- Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
- Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (sepertisinusitis
bakterial)
- Dan atau skala fungsional 2 : simtomatik, aktifitas normal
3) Stadium klinis III
- Penurunan berat badan > 10%
- Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
- Dema berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergiatau
menetap), > 1 bulan
- Kandidiasis oral (thrush)
- Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
- TB Paru
- Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)Dan atau
skala fungsional 3 : < 50% dalam masa 1 bulan terakhirterbaring
4) Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
- HIV wasting Syndrome
- Pneumocytic carinii pneumonia
- Toksoplasmosis otak
- Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
- Kriptokokosis ekstra paru penyakit Cytomegalovirus pada satu organ
selain hati, limpa ataukelenjar getah bening (contoh retinitis7. Infeksi virus
Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan) atau organ dalam
- Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
- Mikosis endemik yang menyebar
- Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
- Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
- Septikemia salmonela non-tifoid
- Tuberkulosis ekstra paru
- Limfoma
5
-

- Sarkoma Kaposi’s
- Ensefalopati HIV Dan atau skala fungsional 4 :> 50% dalam masa 1 bulan
terakhirterbaring
- HIV wasting syndrome : berat badan berkurang > 10% dari BB semula,
disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab yang jelas (> 1 bulan)
atau kelemahan kronik dan demam berkepanjangan tanpa penyebab yang
jelas .
- Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik yang
mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berlangsung selamaberminggu-
minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lainselain infeksi HIV
yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
b. Stadium klinis HIV/AIDS pada anak
1) Stadium klinis I
- Asimtomatik
- Limfadenopati Generalisata
2) Stadium klinis II
- Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
- Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
- Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi yang jelas
- Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
- Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau meningitis (
contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB, abses)
3) Stadium klinis III
- Infeksi oportunistik yang termasuk dalam definisi AIDS
- Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas
- Ensefalopati yang progresif
- Keganasan
- Septikemia atau meningitis berulang
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semulaatau di bawah
persentil 5 grafik BB/TB pada pengukuran 2 kaliberturut-turut dengan selang
waktu lebih dari 1 bulan tanpaadanya etiologi atau penyakit penyerta lain
yang jelas .

6
-

2. METABOLISME GIZI PADA ODHA


Pada ODHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah, sesak
napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi tidak adekuat dan tidak
mampu memenuhi kebutuhan energi yang meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan kontribusi tidak
berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Salah satu
faktor yang berperan dalam penurunan sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik
mikro maupun makro. Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama
disebabkan oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolism zat
gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik.
3. HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan
tubuhsampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunanstatus gizi.
Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupanmakanan karena berbagai
hal, misalnya adanya penyakit infeksi,sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi
meningkat. Selain ituperlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan
dan minuman. Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi, infeksi
oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu berkurangnya masa
bebas lemak terutama otot.
Efek HIV pada gizi :
a) Kebutuhan energy meningkat
b) Kebutuhan gizi meningkat
c) Infeksi sekunder berulang
d) Anoreksia patologi oral dll
e) Diare berulang
f) Menghambat efek obat
g) Malabsorpsi
h) Respon peradangan
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang gizi, meningkatkan daya
tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat berkembangnya HIV, memperbaiki
efektivitas pengobatan dan memperbaiki kualitas hidup.

7
-

4. GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)


Asuhan gizi bagi ODHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi obat-
obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan ARV dan obat
infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan obat infeksi oportunistik dapat
menyebabkan gangguan gizi . Terdapat interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
a) Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
b) ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
c) Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek sampingARV
bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam selyang mempunyai
reseptor CD4, dengan demikian mengurangi jumlahvirus yang tersedia untuk
menginfeksi sel CD4 baru. Akibatnya system kekebalan tubuh dilindungi dari
kerusakan dan mulai pulih kembali,yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel
CD4. Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/AIDS adalah menghambatperjalanan
penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel CD4, mengurangijumlah virus dalam darah
dan membuat ODHA merasa lebih baik yangpada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hidup ODHA.Tidak semua ODHA membutuhkan ARV. Bila ODHA
membutuhkan ARV,sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS.
Selainobat-obat ARV ada beberapa obat lain yang diberikan pada ODHA
sesuaidengan kondisi klinisnya. Efek samping dalam pemakaian ARV harus
diperhatikan, karena dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya
akan mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat ditolerir
sehingga membutuhkan penghentian obat.
C. PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1. Gizi Pada Bayi
Bayi yang lahir dari ibu positif HIV, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami kenaikan berat
badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal ini mencerminkan adanya suatu
proses kronik yang dapat berakibat terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini
disebabkan karena interaksi infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya
TB) serta asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat. Pada bahasan ini
asuhan gizi dibedakan pada :
a) Bayi 0-6 bulan

8
-

Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah ASI, karena itu bayi
yang lahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus diberikan
pendampingan dan konseling mengenai pemilihan cara pemberian makanan
untuk bayinya dan dijelaskan mengenai risiko dan manfaat masing-masing
pilihan tersebut. Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan nutrisi yang adekuat
sehingga tercapai tumbuh kembang yang optimal. Apabila ibu memutuskan
untuk tetap menyusui bayinya, maka harus diberikan secara eksklusif 0-6
bulan. Artinya hanya diberikan ASI saja, bukan mixed feeding (ASI dan susu
formula bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian ASI
ekslusif. Makanan Pendamping ASI (MPASI) diberikan mulai usia yang
dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi melalui ASI, yaitu :
- Memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi Menyusu Dini)/early
cessation,
- memanaskan ASI perah padasuhu tertentu (suhu 660C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet,mastitis
atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.Bagi ibu dengan HIV
positif yang memilih untuk tidakmemberikan ASI dapat memberikan susu
formula sepanjangmemenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, aff
ordable,sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berartitidak ada
hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikansusu formula untuk bayi,
Feasible (mudah dilakukan) berarti ibudan keluarga punya waktu,
pengetahuan, dan ketrampilan yangmemadai untuk menyiapkan dan
memberikan susu formulakepada bayi, Aff ordable (terjangkau) berarti ibu
dan keluargamampu membeli susu formula, Suistanable
(berkelanjutan)berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan
malamselama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplaidan
distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya,Safe (aman
penggunaannya) berarti susu formula harusdisimpan secara benar, higienis,
dengan kadar nutrisi yangcukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan
yang bersih,serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu
formulauntuk masyarakat luas pada umumnya.

9
-

Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti ASI bisa diperoleh dari
susu formula komersial maupun susu hewani yang dimodifikasi. Susu
formula komersial diberikan apabila ibu mampu menyediakannya minimal
untuk jangka waktu 6 bulan (44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting
diperhatikan kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani yang
dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak mampu
menyediakan susu formula komersial (karena harga yang mahal serta tidak
tersedia di daerahnya). Bila keluarga tersebut mempunyai hewan peliharaan
seperti sapi, kambing dapat digunakan sebagai pengganti ASI.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan keluarganya:
- ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau makanan lain)
meningkatkan risiko terjadinya infeksipada bayi.
- Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi,Informasi dan
Edukasi mengenai cara mengolah danmenyajikan susu dan makanan
- Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelummenyiapkan
makanan
- Membersihkan peralatan makan dengan cara merebussampai mendidih
sebelum menggunakannya
- Selalu menggunakan air matang yang bersih dan amandalam
mempersiapkan makanan
- Hindari menyimpan susu atau makanan yang telahdimasak.
- Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemaripendingin dan
dipanaskan kembali jika akan disajikan
- Simpan makanan dan minuman dalam tempat yangtertutup
b) Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidakdapat
memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makananpadat harus segera
diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapattanda-tanda gagal tumbuh
dengan ODHA atau ibu dengan HIV Positif memutuskan untuk tidak
memberikan ASI-nya lagi, maka makanan padat dapat segera diberikan. Susu
sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan, tetapi semakin lama
semakin berkurang porsinya. Pada usia 6- 12 bulan, susu paling banyak
memenuhi setengah kebutuhan bayi, sedangkan pada usia 12-24 bulan hanya
10
-

memenuhi sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas 24 bulan,
makanan yang diberikan sama dengan makanan keluarga, usahakan untuk
menghindari makanan jajanan dan memperhatikan kebersihan. Pada anak
yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus segera dilakukan dan
dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar tumbuh
kembang optimal dapat tercapai .
c) Pada anak ( 2-12 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang gizi. Hal
ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh pada anak. Oleh
karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang adekuat agar dapat mencegah
terjadinya malnutrisi serta dapat memacu tumbuh kembang anak secara
optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya tidak
berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan cara makan dilakukan
berdasarkan kemampuan oral dan adanya faktor lain yang mungkin
menghambat, seperti misalnya adanya oral trush, atau ulserasi pada mulut
atau adanya perdarahan saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi
makanan melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat digunakan
pipa oro/ nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila terdapat infeksi kronis saluran
cerna serta sindrom malabsorpsi yang berat dapat dipertimbangkan
pemberian nutrisi parenteral. Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana
sesuai dengan tata laksana gizi buruk. Berikut beberapa saran dalam
pemberian makanan pada anak:
- Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi persyaratan
- Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
- Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jikamemungkinkan.
- Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hinggamatang .
- Meningkatkan densitas kalori, dapat denganmenambahkan jenis bahan
makanan yang disukai olehanak, misalnya minyak, margarine atau
mentega
- Obati penyakit penyerta.
- Melakukan pemantauan rutin tiap 2-4 minggu
-
11
-

d) REMAJA (12-18 tahun) DAN DEWASA


orang dengan HIV/AIDS sering mengalami masalah nutrisi, maka
sebaiknya mereka tidak berpantang makanan apapun, kecuali memang sangat
diperlukan. Bahkan untuk odha yang mengalami malnutrisi, apalagi wasting
syndrome, diberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein: susu, telur, daging,
ikan, sangat dianjurkan. Sebaiknya odha tidak perlu terlalu takut kelebihan
kalori apalagi protein, karena odha sangat memerlukannya. Sebuah studi
pada 871 odha perempuan melaporkan bahwa odha yang memiliki indeks
massa tubuh yang lebih tinggi akan lebih lambat mengalami kadar CD4 di
bawah 200 sel/mm3—salah satu kriteria AIDS—dibandingkan odha dengan
indeks massa tubuh yang lebih rendah. Selain itu, indeks massa tubuh yang
tinggi atau kenaikan indeks massa tubuh selama perjalanan penyakit, ternyata
berkaitan dengan lambatnya progresivitas HIV. Untuk diketahui, rasa
makanan sangat dipengaruhi oleh kadar lemak. Akibatnya jika pasien
emikian juga odha yang mulai minum antiretroviral sebaiknya tidak pantang
lemak. Kalau pasien hanya makan sedikit dan kebutuhan nutrisi tidak
tercukupi, efek samping obat akan lebih berat dan kondisinya bisa semakin
menurun. Karena itu pasien seperti ini justru memerlukan diet tinggi lemak
dan tinggi protein. Namun sebaiknya hindari lemak untuk sementara waktu
jika ada diare, karena justru akan memperberat masalah. Saat ini untuk
meningkatkan nafsu makan memang sudah tersedia beberapa jenis obat,
misalnya siproheptadin. Namun obat ini tak banyak menolong pada odha.
Berbeda halnya dengan obat megestrol acetat, dipasarkan dengan nama
Tracetat atau Megace sirup atau tablet yang cepat sekali meningkatkan nafsu
makan dan membuat pasien merasa lebih nyaman dan membuat banyak
pasien merasa lebih nyaman dan merasa lebih enak. Perlu diketahui bahwa
obat tersebut hanya mempertahankan, dan tidak menambah, massa otot.
Penggunaan megestrol acetat untuk pasien kanker dan odha telah disetujui
sejak 10 tahun lalu oleh badan pengawasan obat dan makanan Amerika
(FDA), dan telah menolong banyak orang. Sayangnya, harga obat ini masih
cukup mahal, yakni sekitar 850 ribu hingga 1,2 juta rupiah. Seharusnya obat
yang sudah cukup lama masa patennya ini kini bisa diperoleh dalam bentuk
generik.

12
-

D. ASUHAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, dataklinis dan fisik,
data kebiasaan makan dietary history / sertadata riwayat personal.Informasi yang
diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnyadibandingkan dengan standar baku/nilai
normal, sehinggadapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
a. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakanhasil pengukuran
fisik pada individu. Pengukuran yangumum dilakukan adalah tinggi badan,
berat badan, lingkaranlengan atas, tebal lemak, lingkar pinggang, lingkar
panggul,tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dankecepatan
perubahan berat badan juga termasuk data yang dinilai dalam aspek ini. Dengan
mengaitkan dua ukuranantropometri akan didapat indeks yang dapat memberi
informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (IndeksMassa Tubuh) untuk
dewasa dan standar deviasi Z-scoreBB/PB atau BB/TB untuk anak.Hasil
pengukuran ini dapat menginterpretasikan status giziseseorang yaitu dengan
membandingkan hasil pengukurandengan standar yang ada atau memasukkan
beberapahasil pengukuran ini ke dalam rumus penilaian status gizitertentu.
b. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa.Cara menghitungnya
adalah dengan menggunakanhasil pengukuran tinggi badan dan berat
badan.Rumusnya adalah :

IMT (kg/m²) = Berat Badan (kg)


Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengancara membandingkannya
dengan klasifikasi IMT yangtersedia. Berikut adalah kalsifikasi IMT untuk
orang Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas Ambang

IMT Kategori

Kurus (Kekurangan berat badan tingkat


< 17,0
berat)

13
-

Kurus (Kekurangan berat badan tingkat


17,0 – 18,4
ringan)

18,5 – 25,0 Normal

Gemuk (kelebihan berat badan tingkat


25,1 – 27,0
ringan)

 27,0 Obes (Kelebihan berat badan tingkat berat)

- Laboratorium
- Misalnya CD4, Viral load, C-creative Protein,Fibronectin, Albumin,
Prealbumin, Hemoglobin,Hematokrit, Total kolesterol, HDL, LDL,
trigliserida,Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
- Klinis / fisik
- Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadiumHIV/AIDS),
kehilangan massa lemak, massa otot,kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
- Riwayat gizi :
- Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanyapantangan makanan
(berkenaan dengan agamadan etnis), alergi makanan, intoleransi
makanan,keamanan makanan dan minuman, efek sampingobat ARV,
masalah yang mempengaruhi nafsu makan(masalah mengunyah, mual,
muntah, konstipasi, diare,rasa panas di dada), penggunaan suplemen
vitamin,mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
- Riwayat personal
- Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosialekonomi dan kebiasaan
merokok .
c. Konseling gizi
Tujuan konseling gizi adalah agar Odha mendapatkan jaminan
kebutuhan gizi yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kemampuan/daya beli
keluarga, pendamping Odha dan masyarakat. Konseling gizi diberikan kepada
Odha, keluarga, pendamping Odha dan masyarakat lingkungannya serta petugas
kesehatan agar Odha mendapatkan asupan gizi yang cukup, aman, terjangkau.
Konseling mencakup penyuluhan tentang HIV/AIDS dan pengaruh infeksi HIV
pada status gizi. Konseling juga meliputi tatalaksana gizi, terapi gizi medis serta
penyusunan diet, termasuk pemilihan bahan makanan setempat, cara memasak

14
-

dan cara penyajian, keamanan makanan dan minuman, serta aspek psikologis
dan efek samping dari ARV-OI yang mempengaruhi nafsu makan
1) Terapi gizi medis
Terapi gizi medis merupakan terapi dasar selain terapi dengan obat-obatan.
Terapi gizi medis perlu dilakukan segera setelah status HIV diketahui. Pada
prinsipnya terapi diet harus mengandung kalori yang memadai, protein
yang sesuai dan berkualitas tinggi, bahan makanan yang mempunyai efek
antioksidan yang tinggi serta mengandung vitamin dan mineral yang cukup.
Tujuan terapi gizi medis pada orang dengan HIV/AIDS:

a) Meningkatkan status gizi dan daya tahan tubuh


b) Mencapai dan mempertahankan berat badan normal
c) Memberi asupan zat gizi makro dan mikro sesuai dengan kebutuhan
d) Meningkatkan kualitas hidup
e) Menjaga interaksi obat dan makanan agar penyerapan obat lebih
optimal

Prinsip gizi medis

Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral


(melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air.

2) Syarat diet I pada orang dengan HIV:


a) Kebutuhan zat gizi dihitung sesuai dengan kebutuhan individu
b) Mengkonsumsi protein yang berkualitas dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produk
olahannya
c) Banyak makanan sayuran dan buah-buahan secara teratur, terutama
sayuran dan buah-buahan berwarna yang kaya vitamin A (beta-
karoten), zat besi
d) Minum susu setiap hari
e) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
f) Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia

15
-

g) Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan


disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan
h) Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
i) Menghindari rokok, kafein dan alcohol
3) Syarat diet II pada pasien AIDS

a) Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum


dianjurkan
b) Diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
c) Disesuaikan dengan syarat diet dengan penyakit infeksi yang
menyertainya
d) Mengkonsumsi protein yang berkualitas tinggi dan mudah dicerna
e) Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk jus
f) Minum susu setiap hari, susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat diganti
dengan susu kedelai
g) Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi (tape,
brem)
h) Makanan bersih bebas dari pestisida dan zat-zat kimia
i) Bila Odha mendapatkan obat antiretroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat di mana ada obat yang
diberikan saat lambung kosong, pada saat lambung harus penuh, atau
diberikan bersama-sama dengan makanan
j) Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman (untuk
mencegah mual)
k) Rendah serat, makanan lunak/cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
l) Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
m) Menghindari rokok, kafein dan alkohol
n) Sesuaikan syarat diet dengan infeksi penyakit yang menyertai (TB,
diare, sarkoma, oral kandidiasis)

16
-

o) Jika oral tidak bisa, berikan dalam bentuk enteral dan parenteral secara
aman (Naso Gastric Tube = NGT) atau intravena (IV)

17
-

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yaitu


penurunan kekebalan tubuh karena virus. Sedangkan, AIDS merupakan Acquired
Immune Deficiency Syndrome yaitu kumpulan dari gejala penyakit akibat penurunan
daya tahan tubuh.

Cara penularan HIV AIDS ada dengan beberapa cara yaitu ASI,darah, cairan
vagina, cairan sperma. Nutrisi sangat penting bagi orang yang sakit apalagi orang yang
terkena HIV/AIDS, karena hal tersebut memainkan peran yang penting dalam
kesehatan kekebalan tubuh dan kemampuan untuk melawan infeksi,orang yang
terinfeksi HIV/AIDS membutuhkan asupan makanan yang sehat dan seimbang. Diet
untuk penderita HIV baik dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan status gizi
dan juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Virus HIV dapat memperlemah sistem
kekebalan tubuh sehingga penderita HIV/AIDS membutuhkan banyak karbohidrat,
protein lemak, vitamin, dan mineral untuk membantu melawan penyakit. Selain itu, diet
untuk penderita HIV/AIDS juga ditunjukkan untuk membantu menyembuhkan gejala
dan komplikasi HIV. Biasanya orang yang terinfeksi HIV mempunyai masalah berat
badan yang terus menurun, masalah infeksi, dan juga diare.

18
-

CONTOH KASUS

Soal 1 :

Seorang wanita berusia 36 tahun datang ke Layanan Kesehatan dalam pemeriksaan


didapatkan Tekanan Darah : 100/60 mmHg, Nadi : 86x/menit, Respirasi :19x/menit, Suhu :
37◦C, dan Hb 9,1 %. Kondisi pasien terlihat lemas, sedang dalam pengobatan ARV (3 bulan).
BB : 40kg TB : 150cm, keluhan yang dirasakan nafsu makan menurun sejak 3 hari yang lalu
disertai demam, dan nyeri telan. Apa Intervensi anda sebagai perawat terhadap kasus tersebut
?

Jawaban :

1. Melakukan pemantauan atau anamnesa


2. Mengkaji pola makan sebelumnya dan adanya riwayat alergi
3. Melakukan pengukuran IMT : BB (kg)/TB²(cm) = 17 (kurang dari)
4. Intervensi Gizi melakukan
Secara kompherehensif :
a) Promotif
b) Prepentif
c) Kuratif
5. Meningkatkan asupan kalori dari kebutuhan tuhuh normal
6. Tinggi kalori dan tinggi protein
7. Asupan zat besi ditingkatkan
8. Cincang makanan untuk memudahkan menelan dan mengurangi nyeri telan
9. Konseling :
a) Penyuluhan pengaruh gizi terhadap perkembangan penyakit
b) Pemeriksaan jenis bahan makanan
c) Terapi gizi, penyesuaian diet
d) Efek samping ARV
e) Infeksi oportunitis yang menyertai

Soal 2 ;

Seorang wanita 35 tahun didiagnosis menderita HIV dirawat di suatu rumah sakit karena
masalah nutrisi sejak 3 bulan terakhir, mual dan muntah.Keluhan lain, badan terasa lemas,
tidak nafsu makan dan mudah lelah bila berjalan. Tanda-tanda vital pada saat masuk, TD
110/70 mmHg, HR 84x/menit, Suhu: 37,8oC. dari pengkajian status nutrisi diperoleh data BB
35 Kg, TB 155 cm, TSF 11 mm, dan MAC 19 cm. saat ini klien mendapatkan makan melalui
NGT.

Jika dilihat pada kasus, indikasi apa yang membuat klien harus terpasang NGT?

19
-

a. Klien memiliki berat tubuh dibawah normal


b. Badan terasa lemas
c. Klien mengalami lesi pada mulut (kandidiasis oral)
d. Mual dan muntah
e. Tidak nafsu makan

20

Вам также может понравиться

  • DOPS Insulin
    DOPS Insulin
    Документ4 страницы
    DOPS Insulin
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • SAP Kelompok 5 Cara Mengontrol Hipertensi
    SAP Kelompok 5 Cara Mengontrol Hipertensi
    Документ9 страниц
    SAP Kelompok 5 Cara Mengontrol Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Suhu Tubuh Ci-2
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    Документ5 страниц
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep Presus
    Askep Presus
    Документ10 страниц
    Askep Presus
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • DOPS Batuk Efektif Poli Paru
    DOPS Batuk Efektif Poli Paru
    Документ3 страницы
    DOPS Batuk Efektif Poli Paru
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Analisis Jurnal KDP Presjur
    Analisis Jurnal KDP Presjur
    Документ6 страниц
    Analisis Jurnal KDP Presjur
    diana syafa
    100% (1)
  • Dops, Nafas Dalam
    Dops, Nafas Dalam
    Документ3 страницы
    Dops, Nafas Dalam
    Fitria Msglow Tamban
    Оценок пока нет
  • DOPS KMB Tranfusi Darah
    DOPS KMB Tranfusi Darah
    Документ4 страницы
    DOPS KMB Tranfusi Darah
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Документ20 страниц
    LP Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep Hipertensi
    Askep Hipertensi
    Документ21 страница
    Askep Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep Presus
    Askep Presus
    Документ10 страниц
    Askep Presus
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Nutrisi Ci-4
    LP Nutrisi Ci-4
    Документ5 страниц
    LP Nutrisi Ci-4
    diana syafa
    100% (1)
  • LP Nutrisi Ci-4
    LP Nutrisi Ci-4
    Документ5 страниц
    LP Nutrisi Ci-4
    diana syafa
    100% (1)
  • Leaflet Cuci Tangan
    Leaflet Cuci Tangan
    Документ3 страницы
    Leaflet Cuci Tangan
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Kasus Presus DT
    Kasus Presus DT
    Документ9 страниц
    Kasus Presus DT
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Suhu Tubuh Ci-2
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    Документ5 страниц
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep DM
    Askep DM
    Документ14 страниц
    Askep DM
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Eliminasi Ci-1
    LP Eliminasi Ci-1
    Документ6 страниц
    LP Eliminasi Ci-1
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep Hipertensi
    Askep Hipertensi
    Документ21 страница
    Askep Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • DOPS Insulin
    DOPS Insulin
    Документ4 страницы
    DOPS Insulin
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Sap Personal Hygiene
    Sap Personal Hygiene
    Документ17 страниц
    Sap Personal Hygiene
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Dops Pemasangan Oksigen-Syarif
    Dops Pemasangan Oksigen-Syarif
    Документ3 страницы
    Dops Pemasangan Oksigen-Syarif
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • DOPS Insulin
    DOPS Insulin
    Документ4 страницы
    DOPS Insulin
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP GAngguan Cairan
    LP GAngguan Cairan
    Документ6 страниц
    LP GAngguan Cairan
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • Askep Post SC
    Askep Post SC
    Документ18 страниц
    Askep Post SC
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Suhu Tubuh Ci-2
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    Документ5 страниц
    LP Suhu Tubuh Ci-2
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Oksigenisasi Ci-3
    LP Oksigenisasi Ci-3
    Документ5 страниц
    LP Oksigenisasi Ci-3
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • CP Anemia
    CP Anemia
    Документ4 страницы
    CP Anemia
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Документ20 страниц
    LP Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет
  • LP Hipertensi
    LP Hipertensi
    Документ20 страниц
    LP Hipertensi
    diana syafa
    Оценок пока нет