Вы находитесь на странице: 1из 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga
yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai
seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua
sudah berada pada tahap lanjut usia (jaminan hari tua). Anak masih dianggap sebagai
sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak
dididik menjadi pribadi yang mandiri.
Anak adalah seseorang yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah
menikah. Batas 21 tahun ditentukan karena berdasarkan pertimbangan usaha
kesejahteraan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak
dicapai pada usia tersebut. (UU RI No. 4 tahun 1979). Anak dengan tumbuh
kembang yang optimal adalah harapan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu
saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara
seksama. Proses tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara alamiah, tetapi
proses tersebut sangat tergantung kepada orang dewasa atau orang tua.( Nia, 2001).
Anak adalah generasi masa depan suatu bangsa. Pembentukan kesehatan anak
tidak berjalan secara tiba-tiba atau instan, melainkan berproses sejak masa kehamilan
sang ibu. Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan anak, antara lain pemberian
asi saat bayi, imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor
tersebut berkaitan erat dengan perilaku sehat anak itu sendiri dan perilaku sehat orang
orang terdekat disekitar anak. Membentuk perilaku sehat anak dimulai sejak dini.
Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan
seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan
dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan
yang sehat dan teratur. (Soegeng, Santoso. 2004)

1
B. Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan anak?
b. Apa yang dimaksud dengan anak sehat?
c. Bagaimanakah ciri-ciri anak sehat?
d. Bagaimanakah tumbuh kembang anak sehat?
e. Apa saja imunisasi yang dierikan pada anak?
f. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak?

C. Tujuan penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian anak
b. Untuk mengetahui pengertian anak sehat
c. Untuk mengetahui ciri-ciri anak sehat
d. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak sehat
e. Untuk mengetahui jenis pemberian imunisasi pada anak
f. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada anak

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain
mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial. Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang
sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya
perkembangan kognitif juga mengalami perkembangan yang tidak sama. Adakalanya
anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga adakalanya perkembangan
kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak.
Perkembangan konsep diri ini sudah ada sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk
secara sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring dengan pertambahan
usia pada anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan
konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah terbentuk
mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak menangis. Salah satu pola
koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti bagaimana anak lapar, tidak
sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada
anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi
perilaku social pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak
orang lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut sudah
mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring dengan perkembangan
usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang
ada, seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-
anak (Azis, 2005).

3
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks yang terjadi
di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara
fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa, dan memiliki pengalaman yang
terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan persepsi mereka mengenai dunia.
Awitan penyakit bagi mereka seringkali mendadak, dan penurunan dapat berlangsung
dengan cepat. Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular
yang belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit dibandingkan orang
dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang memerlukan
curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar dan asupan cairan serta
asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat badan dibandingkan orang dewasa.
Kerentanan terhadap ketidakseimbangan cairan pada anak adalah akibat jumlah dan
distribusi cairan tubuh. Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan
57-60% cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini berada
di kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini lebih dapat diakses.
Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang dapat mengurangi volume
darah, menyebabkan syok, asidosis dan kematian (Slepin, 2006).

B. Pengertian anak sehat


Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis. Kesehatan
seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat diterapkan
dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan
yang sehat dan teratur. (Soegeng, Santoso. 2008)
Menurut Departemen Kesehatan RI (1993) ciri anak sehat adalah tumbuh dengan
baik, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya, tampak aktif/gesit
dan gembira, mata bersih dan bersinar, nafsu makan baik, bibir dan lidah tampak
segar, pernapasan tidak berbau, kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering, serta
mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. (Soegeng, Santoso. 2008).

4
C. Ciri-ciri anak sehat
Ciri-ciri anak sehat tidak hanya dilihat dari segi fisik, namun segi psikis dan segi
sosialisasi. Menurut Departemen Kesehatan RI ciri anak sehat ada 9, yaitu:
1. Ciri anak sehat ia akan tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari
naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan proporsional.
2. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.
3. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
4. Mata bersih dan bersinar.
5. Anak sehat nafsu makannya baik.
6. Bibir dan lidah tampak segar.
7. Pernapasan tidak berbau.
8. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
9. Ciri anak sehat lainnya, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Menurut Dep Kes RI (1996: 12) ciri-ciri anak sehat :
1. Rambut bersih dan mengkilap, tidak kotor, tidak kusam, tidak
berketombe, tidak ada kutu.
2. Mata bersih dan bersinar, tidak merah, tidak bengkak, tidak gatal dan
tidak nyeri/sakit.
3. Telinga bersih dan sehat tidak bau, tidak keluar cairan dari lubang telinga
dan tidak ada keluhan sakit telinga.
4. Hidung bersih, tidak ada ingus, tidak mudah berdarah (mimisan).
5. Badan bersih, kulit bersih tidak bersisik, tidak ada bercak putih, tidak ada
luka atau bisul, tidak ada benjolan. (Eliza, 1999: 5).
Secara sederhana, ciri anak sehat dilihat dari segi fisik, psikis dan sosialisasi
adalah:
1. Dilihat dari segi fisik ditandai dengan sehatnya badan dari pertumbuhan
jasmani yang normal.
2. Dari segi psikis anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar,
pikiran bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan
bersosialisasi baik.

5
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Eliza, 1999: 6)
Secara umum, anak sehat mencakup beberapa katagori yaitu sebagai berikut.
1. Fisik (badan) yaitu tubuh atau raga yang sehat dan terbebas dari penyakit.
2. Mental (jiwa) maksudnya adalah seseorang yang memiliki motivasi,
perasaan, dan pemikiran yang kuat dalam menjalani kehidupannya
dengan dapat mengontrol dirinya agar tetap stabil.
3. Sosial maksudnya adalah seseorang yang selalu mampu menyesuaikan
diri pada setiap lingkungan sosial di sekitarnya.
4. Ekonomi maksudnya adalah produktivitas seseorang dalam hidupnya.
5. Spiritual maksudnya adalah kehidupan kerohanian, dimana seorang anak
bisa mendekatkan diri kepada Tuhan melalui ajaran agama yang dianut
masing-masing sehingga akan tercipta moral yang baik bagi anak
tersebut.
6. Emosional yaitu kemampuan untuk mengenal emosi seperti takut,
kenikmatan, kedukaan, dan kemarahan, dan untuk mengekspresikan
emosi-emosi secara cepat.

D. Tumbuh kembang anak sehat


Secara umum, pertumbuhan-perkembangan anak dapat dilihat melalui KMS.
Berikut adalah tahapan-tahapan tumbuh kembang anak.

Umur Perkembangan Anak


1 bulan - Tangan dan kaki bergerak aktif
- Kepala menoleh kesamping kanan kiri
- Bereaksi terhadap bunyi lonceng
- Menatap wajah ibu atau pengasuh
2 bulan - Mengangkat kepala ketika tengkurap
- Bersuara ooooooo........oooooo
- Tersenyum spontan
3 bulan - Kepala tegak ketika didudukan
- Memegang makanan
- Tertawa dan berteriak
- Memandang tangan

6
4 bulan - Tengkurap
- Terlentang sendiri
5 bulan - Meraih, menggapai sesuatu yang diberikan
- Menoleh kesuara
- Merah mainan
6 bulan - Duduk tanpa berpegangan
- Memasukan benda ke mulut
7 bulan - Mengambil dengan tangan kanan ataupun kiri
- Bersuara ma.ma atau pa.pa
8 bulan - Berdiri berpegangan
9 bulan - Menjimpit, menmbalik tangan
10 bulan - Memukul mainan dengan kedua tangan
- Bertepuk tangan
11 bulan - Memanggil papa dan mama
- Menunjuk dan meminta
12 bulan - Berdiri tanpa berpegangan
- Memasukan mainan ke cangkir
- Bermain dengan orang lain
14 bulan - Berjalan jalan
- Mulai berbicara satu atau dua kata
- Gigi mulai tumbuh
- Dapat minum menggunakan gelas
15 bulan - Berjalan
- Mencoret-coret sekeliling
- Berbicara dua kata
- Dapat minum menggunakan gelas
1,5 tahun - Lari
- Menumpuk mainan
- Berbicara
- Makan mengunakan sendok
- Menyuapi boneka
2 tahun - Menendang bola
- Menumpuk empat mainan
- Menumpuk gambar
- Melepaskan pakaian
- Memakai pakaian
- Menyikat gigi dengan sendirinya
2,5 tahun - Melompat
- Menunjuk bagian tubuh
- Mencuci tangan
- Mengeringkan tangan
3 tahun - Menggambar garis tegak
- Menyebut warna benda
- Menyebut nama teman

7
3,5 tahun - Naik sepeda roda tiga
- Menggambar lingkaran
- Bercerita singkat
- Menyebutkan penggunaan benda
- Memakai baju kaos
4 tahun - Menggambat tanda tambah
- Mengenakan baju tanpa bantuan

E. Imunisasi pada anak


1. Pengertian imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang
dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam
tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak, den melalui mulut
seperti vaksin polio (Hidayat, A, 2005). Kekebalan terhadap suatu penyakit
menular dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu kekebalan pasif dan kekebalan
aktif.
Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan
dibuat oleh individu itu sendiri, contohnya adalah kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan
imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan
dimetabolisme oleh tubuh. Sedangkan kekebalan aktif adalah kekebalan yang
dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau
terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif berlangsung lebih lama dari pada
kekebalan pasif karena adanya memori imunologik (Ranuh, et al. 2008).
Menurut Ranuh, dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia, imunisasi adalah
pemindahan atau transfer antibodi secara pasif, sedangkan vaksinasi
dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang
pembentukan imunitas (antibody) dari sistem imun di dalam tubuh. Imunitas
secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu

8
immunoglobulin yang non-spesifik atau Gamaglobulin dan Immunoglobulin
yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit
tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu.

2. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini mungkin terjadi pada jenis
penyakit yang dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya difteria.

3. Manfaat imunisasi
Imunisasi mempunyai berbagai keuntungan yaitu:
a. Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidupnya.
Vaksinasi adalah cost-effective karena murah dan efektif
b. Vaksinasi tidak berbahaya, reaksi yang serius sangat jarang terjadi,
jauh lebih jarang dari pada komplikasi yang timbul apabila terserang
penyakit tersebut secara alami.

4. Jenis- jenis imunisasi

Pada dasarnya imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.

a) Imunisasi Aktif (active immunization)


Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan
terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi
imunologi spesifik yang akan menghasilkan respons seluler dan
humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar-benar
terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam

9
imunisasi aktif terdapat 4 macam kandungan dalam setiap
vaksinasinya antara lain :

a. Antigen, merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai


zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat
berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri
dimatikan. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan
kultur jaringan
b. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk
menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi
antigen.
c. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi
untuk meningkatan imunogenitas antigen.
b) Imunisasi Pasif (pasive immunization)
Merupakan pemberian zat (imunoglubulin) yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang
diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Hidayat, A, 2005).

5. Beberapa Imunisasi yang Dianjurkan pada Anak


Imunisasi merupakan salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat
efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Beberapa
imunisasi pada anak dapat dianjurkan diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
penyakit TBC. Sebab terjadinya TBC yang primer atau ringan dapat
terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, seperti TBC pada
selaput otak, TBC Miller (pada seluruh lapangan paru) atau TBC
tulang.

10
 Cara Pemberian :
1) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan
terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat
suntik steril (ADS 5 ml)
2) Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali
3) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan
atas (insertio musculus deltoideus), dengan
menggunakan ADS 0,05 ml)
4) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat 3 jam.
5) Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, harus
disimpan pada suhu 2-8ºC, tidak boleh beku. BCG
diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya
diragukan.
 Efek Samping :
- Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada
tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan
kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah
menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah
dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya
sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu
dengan meninggalkan jaringan parut
- Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening
ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun
demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
b. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus),
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi
tehadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu
infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

11
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis atau
batuk rejan adalah infeksi pada saluran udara yang ditandai
dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan
yang melengking, yang disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis. Pertusis berlangsung beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat
bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat
menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang
dan kerusakan otak. Tetanus adalah penyakit akut, bersifat
fatal, disebabkan oleh eksotosin yang diproduksi oleh bakteri
Clostridium tetani. Infeksi bakteri yang bisa menyebabkan
kekakuan pada rahang serta kejang. DPT sering
menyebabkan efek samping yang ringan, seperti demam
ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa
hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen
pertusis di dalam vaksin.

 Cara Pemberiannya :
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih
dahulu agar suspensi menjadi homogen kemudian
disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis
pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. Dosis pertama
diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya
diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1
bulan). Di unit pelayanan statis vaksin DPT yang telah
dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu
dengan ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa


2) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC
3) Tidak pernah terendam air

12
4) Sterilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A atau B sedangkan
di Posyandu vaksin yang sudah
dibuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari
berikutnya.

 Efek Samping
Pada kurang 1% penyuntikan DPT dapat menyebabkan
komplikasi berikut :

Demam tinggi (lebih dari 40,5°C), kejang dengan demam


(resiko) lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah
mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam
keluarganya, syok (kebiruan, lemah, pucat. Tidak
memberikan respon).

c. Vaksin TT (Tetanus Toksoid)


 Cara Pemberian
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen. Untuk mencegah
tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular, atau subkutan dalam,
dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu.
Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan
berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap
tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan
5 dosis. Dosis ke 4 dan ke 5 diberikan dengan interval
minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama
masa kehamilan bahkan periode trimester pertama

13
Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka
hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan
ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa


2) Vaksin disimpan dalam suhu ± 2ºC - 8ºC
3) Tidak pernah terendam air
4) Sterilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A atau B
Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak
bisa digunakan untuk hari berikutnya (Depkes RI, 2005).

 Efek Samping
Reaksi lokal pada tempat penyuntikan yaitu berupa
kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri

d. Vaksin DT (Difteri dan Tetanus),


Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang
dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus Vaksin DT
dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak
boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih
perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

 Cara Pemberian
Di unit pelayanan statis, vaksin DT yang telah dibuka hanya
boleh digunakan selama 4 minggu dengan kriteria :

1) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu


agar suspensi menjadi homogen kemudian disuntikkan
secara intramuskular atau subkutan dengan dosis
pemberian 0,5 ml Vaksin belum kadaluarsa
2) Vaksin disimpan dalam suhu 2ºC - 8ºC
3) Tidak pernah terendam air

14
4) Strilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A atau B (dianjurkan untuk
anak usia dibawah 8 tahun). Untuk usia 8 tahun atau lebih
dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td
Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah dibuka tidak
boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Vaksin ini tidak
boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau
menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat
penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

e. Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine =OPV)


Untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan (Hidayat, 2005).

 Cara Pemberian
Diberikan secara oral (melalui mulut, 1 dosis adalah 2
tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval
setiap dosis minimal 4 minggu. Setiap membuka Vial
baru harus menggunakan penetes (dopper) yang baru. Di
unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka
hanya boleh digunakan selama 2 minggu dengan
ketentuan :

1) Vaksin belum kadaluarsa


2) Vaksin disimpan dalam suhu + 2º C - 8ºC
3) Tidak pernah terendam air
4) Sterilitasnya terjaga
5) VVM masih dalam kondisi A atau B

15
Terdapat 2 macam vaksin polio:
1) IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin
Salk), mengandung virus polio yang telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan
2) OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin),
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan
dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
 Efek Samping
Bisa terjadi kelumpuhan dan kejang-kejang

f. Vaksin Campak.
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini
sangat menular, ditandai dengan panas, batuk, pilek,
konjungtivitas dan ditemukan spesifek enantemen (Koplik’s
spot), diikuti dengan erupsi makulopapular yang menyeluruh.
Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.

 Cara Pemberian
Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus
dilarutkan dengan pelarut steril yang tersedia yang berisi 5
ml cairan pelarut. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan
secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11
bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1
SD) setelah cath-up campaign, campak pada anak
Sekolah Dasar kelas 1-6.

 Efek Samping
Terjadi ruam timbul pada hari ke 7-10 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2-4 hari pada tempat suntikan dan
panas infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°C,
gangguan sistem kekebalan, alergi terhadap protein telur,

16
pemakaian obat imunosupresan, hipersensitivitas terhadap
kanamisin dan eritromisin, wanita hamil

g. Vaksin MMR (Measles, Mumps dan Rubela)


Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak,
gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan
mata berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan
pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan


pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama
yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis
(infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan
otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada
buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella)
menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan
kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban
pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. Jika seorang wanita
hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan
pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan
bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian
membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan
pemberian vaksin MMR.

 Cara Pemberian
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak
terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin
tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan
pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu
memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12

17
bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur
12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan
kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan
suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum
masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun
(sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan
kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau
lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status
imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR
sebelum masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956
atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan
karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit
tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang
menerimanya, suntikan MMR akan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak
Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk
memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat
dipenuhi oleh suntikan pertama.

 Efek Samping Campak


1) Komponen campak
1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan
timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-
anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,5°
Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada
5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini
biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah
disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek
samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR
kedua.

18
2) Komponen gondongan
Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan
dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima
suntikan MMR.

3) Komponen campak Jerman


Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit
yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-
2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi
pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR
(Nurlaila dan Lubis, P, 2010).

h. Vaksin Hepatitis B
Merupakan vaksin virus Recombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non-infectious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan
dalam sel ragi (Hansenula polymorphl) menggunakan teknologi
DNA rekombinan.Imunisasi ini digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis.

 Cara Pemberian :

Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar


suspensi menjadai homogen - Vaksin disuntikkan dengan dosis
0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikkan secara intra
muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha - Pemberian
sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari,
dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu (1 bulan)
(Depkes RI, 2005).

 Efek SampingUmumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan


bersifat sementara. Kadang-kadang menimbulkan demam ringan
untuk 1-2 hari.

19
i. Imunisasi Hib
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus
influenza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis,
pneumonia dan infeksi tenggorokan berat. Vaksin ini adalah bentuk
polisakarida murbi (PRP : purified capsular polysaccharide) kuman
H. Influenzae tipe b, antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi
dengan protein-protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid
dipteri (PRP-D atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus
(PRP-OMPC).

 Cara Pemberian : Dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2


bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.

20
Jadwal Pemberian Imunisasi

Adapun jadwal pemberian imunisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini

Table 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Anak Bayi Usia 0-12 Bulan

Umur (bulan)

Jenis
Imunisa
si Lahir 1 2 3 4 5 6 9 10 11 12

Program Pengembangan Imunisasi (PPI), diwajibkan

BCG BCG

Hepatitis
B Hepatitis B1

Hepatitis B2 Hepatitis B3

DPT DPT1

DPT2

21
DPT3

Polio Polio 1 Polio 2

Polio 3

Polio 4

Campak Campak

Su
mb
er: Depkes RI, Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi

Keterangan :
BCG : (Bacillus Calmette guerin)

DPT : (Dypteria, Pertusis, Tetanus)

22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An S

DENGAN GANGGUAN TUMBUH KEMBANG

( SPEECH DELAYED )

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : An S
Anak yang ke :1
Umur : 2 tahun 8 bulan
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : Belum Sekolah

2. Orang tua
a. Ayah
Nama : TN A
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Alamat : Denpasar
b. Ibu
Nama : NY C
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : Pegawai swasta
Pendidikan : SMA
Agama : Hindu
Alamat : Denpasar

23
B. RIWAYAT KESEHATAN
Fokus pengkajian pada anak 2-3 tahun yang mengalami gangguan bicara:
- Data Subjektif
Pada anak yang mengalami gangguan Bahasa:
1. Umur berapa anak saudara mulai bisa mengucapkan satu kata?
2. Umur berapa anak mulai bisa menggunakan kata dalam satu kalimat?
3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata baru?
4. Apakah anak anda sering menghilangkan kata-kata dalam kalimat yang
diucapkan?
5. Siapa yang mengasuh dirumah
6. Bahasa apa yang digunakan dalam berkomunikasi dirumah?
7. Apakah pernah diajarkan mengucapkan kata-kata
8. Apakah anak saudara mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata

Pada anak yang mengalami gangguan bicara:


1. Apakah anak anda sering gagap dalam mengulang satu kata
2. Apakah anak anda sering merasa cemas atau bingung dalam
mengungkapkan suatu kata?
3. Apakah anda pernah memperhatikan anak anda memejamkan mata,
menggoyangkan kepala, atau mengulang suatu frase jika diberikan kata-kata
baru yang sulit diucapkan?
4. Apa yang anda lakukan jika hal diatas ditemukan?
5. Apakah anak anda pernah/sering menghilangkan bunyi dari suatu kata
6. Apakah anak anda sering menggunakan kata-kata yang salah tetapi
mempunyai bunyi yang sama dalam satu kata?
7. Apakah anda sulit mengerti kata-kata anda?
8. Apakah orang lain kesulitan mengerti kata-kata anak anda?

24
- Data Objektif
1. Kemampuan menggunakan kata-kata
2. Masalah khusus dalam berbahasa seperti (menirukan, gagap, malas bicara)
3. Kemampuan dalam mengaplikasikan Bahasa
4. Umur anak
5. Kemampuan membuat kalimat
6. Kemampuan mempertahankan kontak mata
7. Kehilangan pendengaran (kerusakan pendengaran)
8. Gangguan bentuk dan fungsi artikulasi
9. Gangguan fungsi neurologis

1. Keluhan Utama
Saat pengkajian dilakukan pada tanggal 10 -02 -2018 orang tua klien
mengatakan anaknya belum bisa berbicara
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan anaknya dirumah sulit untuk diajar karena sulit
memusatkan perhatian, kesulitan dalam mengikuti ucapan, gagal dalam
berespon terhadap suara, bicara yang tidak jelas, kegagalan menggunakan 2
atau 3 kata, lebih banyak menggunakan vocal dibanding konsonan.
3. Riwayat Perawatan dan Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan An. S tidak pernah menderita penyakit menurun,
menular, menahun sperti DM,TBC, Asma, dll.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada riwayat penyakit menurun,
menular dan menurun seperti DM, TBC, jantung, asma, dll.
5. Riwayat imunisasi
Ibu mengatakn anaknya sudah mendapat imunnisasi HB, BCG, polio, DPT
dan Campak

25
6. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Pre natal : saat hamil ibu sering memeriksakan kehamilannya pada
bidan mendapat imunisasi TT 2x, vitamin dan penambahan darah.
b. Riwayat persalinan : An. S lahir dengan BB 3000 gram, panjang badan
48 cm lahir dengan normal dirumah bersalin dengan umur kehamilan 9
bulan.
c. Post natal : Setelah kelahiran An. S di rawat selama 3 hari karena
menderita asfiksia sedang, anggota tubuh lengkap, anus ada, genitalia
ada.
7. Riwayat tumbuh kembang
Pertumbuhan : berat badan saat ini : 12 kg, TB : 92 cm, LK : 46 cm, LD :
47 cm, LLK : 16,5 cm Gigi sudah tumbuh.
Perkembangan : Umur 2 tahun 8 bulan anak sudah bisa Bisa mengangkat
kepala pada umur 1 bulan , menggerakkan kepala umur 2 bulan, tengkurep
umur 3 bulan, duduk umu 8 bulan, merangkak umur 9 bulan ,berdiri umur
10 bulan ,berjalan umur 14 bulan,hingga sekarang anak masih perlu
dibantu,saat ini anak paling suka main mobil-mobilan. sering cengeng, cepat
bosan.

C. KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Kelurga klien mengatakan bahwa kesehatan sangatlah penting khususnya
An. S karena masih balita, upaya keluarga untuk mempertahankan
kesehatannya yaitu dengan memberikan makanan yang bergizi serta nutrisi
tambahan bagi An.S serta selalu menjaga lingkungan tempat tinggalnya dan
peralatan bermain anaknya.
2. Pola Nurisi dan Metabolik
An.S makan sesuai porsi yang diberikan ibunya 3x/hari dan minum susu,
jenis makannya nasi, kuah sayuran, lauk dan susu.
3. Pola Eliminasi

26
An. S BAB secara normal dan tidak ada gangguan dalam satu hari ±1kali
dengan konsistensi kuning kecoklatan lembek. BAK An. S tidak mengalami
masalah, dalam satu hari ± 3 kali BAK.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
An. S melakukan aktivitasnya tanpa ada masalah yaitu bermain-main dengan
ibu atau ayahnya.
5. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit An. S tidur selalu nyenyak tidak ada gangguan tidur siang ± 2
jam dan malam ± 10 jam .
6. Pola Hubungan dengan Orang Lain
An. S tidak ada masalah dalam berhubungan dengan orang tua dan teman
sebayanya.
7. Pola Reproduksi dan Seksual
An. S berjenis kelamin laki-laki dengan umur 9 bulan, tidak ada gangguan
diorgan reproduksinya.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Penampilan/ keadaan umum : Klien terlihat ceria, anak sulit memusatkan
perhatian jika diajak bicara
2. Tingkat kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,5 0C
Respirasi rate : 20x/menit
Nadi : 88x/menit
4. Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 92 cm
Lingkar Lengan Atas : 16,5 cm
5. Pemeriksaan fisik head to toe
Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan

27
Rambut : Hitam, bersih
Mata : Cekung, konjungtiva anemis
Hidung : Tidak ada sekret
Telinga : Kemampuan mendengar normal, simetris tubuh, tidak ada
nyeri, tidak ada sekret
Mulut : Selaput mukosa kering, kebersihan gigi bersih
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Dada dan
Thoraks : Pergerakan dada dan thorak sama
Abdomen : Tidak ada luka,bentuk simetris
Genital : Tidak menggunakan kateter
Anal : Tidak ada kemerahan maupun lecet.
Ekstremitas : Kuku bersih, turgor elastis, capilary refill time <3 detik,
untuk mobilitas dan keamanan (koordinasi otot, pergerakan
tubuh) di semua ekstremitas baik.

28
Genogram keluarga Tn. A

Tn A Ny. C

29
II. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1  Data Subyektif : Kurangnya Defisiensi
Orang tua klien mengatakan informasi tentang pengetahuan
anaknya belum bisa berbicara, keterlambatan
dirumah sulit untuk diajar bicara pada anak,
karena sulit memusatkan dan
perhatian. Orangtua pasien penanganannya.
juga menanyakan apakah
anaknya tidak bisu? berapa
lama anak saya akan berobat.
Orangtua pasien juga
mengatakan bahwa dirumah
anak diasuh oleh ibu, bapak
dan nenek. Komunikasi
dengan bahasa Indonesia dan
bali. Orang tua sering sulit
menterjemahkan permintaan
anak.
 Data Obyektif :
Anak hanya bisa bilang
“papa” pada umur 2 tahun 8
bulan.
- Ibu bicara dengan bahasa
bali dan Indonesia.
- Anak sulit diajak
memusatkan perhatian pada
suatu obyek. Ibu tampak

30
gugup bila menjawab
pertanyaan.
- Anak baru pertama
diperiksakan.
Tanda-tanda Vital :
Suhu : 36,5 0 C
Respirasi rate : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Pengukuran Autopometri
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 92 cm
Lingkar Lengan Atas
:16,5cm

III. Diagnosa Keperawatan


1. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang keterlambatan bicara pada anak, dan penanganannya.

31
IV. Intervensi Keperawatan
Hari/ No Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Tanggal/ Diagnosa
Jam
Sabtu, 1 Setelah dilakukan - HE tentang - Ibu akan tahu
asuhan keperawatan penyakit anak, dan dengan
10
kemungkinan demikian akan
Februari selama 1 X 30 menit penyebab, lama menambah
2018 diharapkan dapat penanganan serta pengetahuan ibu
kemungkinan hasil yang pada
08.00 meningkatnya
penanganan. ajhirnya dapat
kesiapan pengetahuan mengurangi
- Ibu diberi tahu
dengan kriteria hasil: kecemasan pada
tentang jenis
ibu.
 Keterlambata pemeriksaan yang
n bicara yang harus dilakukan - Dengan
terjadi pada untuk memastikan penjelasan
anaknya. penyebab gangguan manfaat
bicara poda anak, pemeriksaan
 Ibu seperti lab, dan untuk
kooperatif. EEG. kepentingan
anak, maka ibu
 Ibu bersedia - Jelaskan tentang
akan lebih
melanjutkan cara untuk
kooperatif.
pemeriksaan mencegah kondisi
penunjang anak lebih buruk - Dengan
yang dengan stimulasi bahasa
diperlukan. memberikan yang adekuat
stimulasi secara oleh orang tua
 Ibu bersedia
terus menerus di dan keluarga
ikut serta
rumah. diharapkan
merawat anak
keterlambatan
dirumah.
anak tidak
tambah parah,
sambil
menunggu hasil
pemeriksaan
tambahan.

32
V. Implementasi Keperawatan

No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi Formatif Paraf


Dx

1 Sabtu , 10 - Menjelaskan - DS : orang tua klien


kepada ibu bahwa mengatakan mengerti
Februari
pemeriksaan anak
2018 agak lama dan tidak informasi yang di
mungkin dilakukan berikan
Pukul 08.00 hanya sekai saja.
- DO : orang tua klien
- He agar ibu teratur
mengon-trolkan dapat mengulangi
anaknya ke poli penjelasan yang
Pukul 09.00
tumbang
diberikan
- Untuk program
minggu depan - DS : Orang tua klien
berupa pemeriksaan
mengatakan paham
EEG, dan Lab
Darah
- DO : orang tua klien
- He agar ibu tetap tampak kooperatif
melatih anaknya
bicara di rumah, - DS : orang tua klien
sambil menunggu
hasil pemeriksaan mengatakan mengerti
secara keseluruhan
- DO : orang tua klien
tampak antusias

- DS: Orang tua klien


mengatakan sudah
mengerti

- DO : orang tua pasien


tampak kooperatif

33
34
VI. EVALUASI

No Hari/
Dx Tanggal/ Evaluasi Paraf
Waktu
1 Sabtu, 10 S : Orang tua klien mengatakan mengatakan mengerti
Februari informasi tentang perawatan anaknya
2018
O:
10.00
 orang tua klien dapat mengulangi penjelasan yang
diberikan
 Ibu klien bersedia melanjutkan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Pertahankan kondisi klien

35
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Anak yang sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis.
Kesehatan seorang anak dimulai dari pola hidup yang sehat. Pola hidup sehat dapat
diterapkan dari yang terkecil mulai dari menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga
pola makan yang sehat dan teratur. (Soegeng, Santoso. 2008). Ciri-ciri anak sehat
tidak hanya dilihat dari segi fisik, namun segi psikis dan segi sosialisasi. Menurut
Departemen Kesehatan RI ciri anak sehat ada 9, yaitu: Ciri anak sehat ia akan tumbuh
dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat dan tinggi badan secara teratur dan
proporsional.

B. Saran
Sebagai mahasiswa keperawatan kita harus memahami lebih jelas tentang anak
sehat

36
Contoh soal

1. Seorang bayi laki-laki berusia 5 bulan, saat ini masih diberikan ASI. Berat
badannya 7 kg dan tinggi badannya 65 cm. tumbuh kembang anak relative
normal. Setelah minum ASI, anak sering mengalami gumoh (regurgitasi),
padahal sudah disendawakan. Manakah informasi yang paling tepat untuk kasus
di atas?
a. Gizi
b. Teknik menyusui
c. Kebutuhan nutrisi
d. Perawatan payudara
e. Stimulus tumbuh kembang

2. Seorang bayi dilahirkan dengan berat badan lahir 3,50 kg, lahir cukup bulan,
kesehatan baik di Klinik Bersalin Pertama Bunda, dengan asupan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan di tunjang dengan asupan nutrisi ibu yang baik, maka bisa
diperkirakan BB normal bayi. Dari penuturan diatas berapakah BB normal bayi
pada usia 6 bulan, jika menggunakan rumus BB menurut Behrman?
a. 6 kg
b. 6,5 kg
c. 7 kg
d. 7,5 kg
e. 8 kg

3. Seorang ibu beserta putranya ke Klinik Sehat Balita, pada tanggal 18 Maret 2012
dengan maksud ingin memeriksakan tumbuh kembang putranya dan sekaligus
ingin berkonsultasi. Putra tersebut bernama Aldi yang dilahirkan tanggal 17 April
2010 dengan umur kehamilan maju 2 minggu sebelum Hari Perkiraan Lahir
(HPL), tes yang akan dilakukan menggunakan instrument Denver II. Dari
penuturan diatas sebelum melaksanakan test, petawat menentukan dulu umur.
Berapakah umur Aldi saat datang ke Klinik Sehat Balita?

37
a. 1 tahun 11 bulan 1 hari
b. 1 tahun 10 bulan 17 hari
c. 1 tahun 10 bulan 10 hari
d. 1 tahun 10 bulan 3 hari
e. 1 tahun 9 bulan 24 hari

4. Seorang anak usia 2 tahun dia adalah anak pertamadan oleh ibunya diabwa ke
Puskesmas dengan keluhan belum bisa berjalan dari hasil pemeriksaan didapat
berat badan 7 kg, tinggi 65 cm, dan anak hanya bisa merangkak sewaktu di
lakukan pemeriksaan oleh perawat. Dari hasil pemeriksaan anak mengalami
keterlambatan?
a. Gangguan prilaku
b. Gangguan social
c. Gangguan motorik kasar
d. Gangguan motorik halus
e. Gangguan wicara

5. Seorang bayi usa 4 bulam pada tanggal 5 Mei 2013 di bawa oleh ibunya ke
pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, setelah dilihat buku KMS nya
didapatkan data pada kolom imunisasi bayi tersebut baru mendapatkan Hb Neo,
Polio oral I, dan BCG. Apakah imunisasi yang akan saudar berikan pada bayi
tersebut?
a. Ulangan BCG dan Polio I
b. DPT I + HB I (Combo I) dan Polio I
c. DPT I + HB I (Combo I) dan Polio II
d. DPT II + HB II (Combo II) dan Polio II
e. DPT III + HB III (Combo III) dan Polio III

38
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat,A.Aziz.(2005).Pengantar ilmu keperawatan anak 1., Jakarta: Salemba


Medika.

Carpenito, L.D (1997), Nursing Diagnois; Application to Clinical Practice, 7th.


Edition, Lippincott, Philadelpia, New York.

Hidayat, A.A.A.2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba


Medika

Heather, T.H dan Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. EGC : Jakarta

Kozier Barbara et.al (1995), Fundamental Of Nursing ; Concept, Process and


Practice , 5 th Edition, Addison Wesley Nursing, Cuming Publishing, New
York

Riyadi, S. Sukarmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha


Ilmu

Santoso, Soegeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineka Cipta. Jakarta

Slepin .2006. Perawat dalam Pencegahan Dampak Hospitalisasi pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Dua.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

39

Вам также может понравиться