Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat adanya
osbtruksi. Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya pembentukan jaringan
fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. Striktur uretra adalah
berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra
diganti jaringan ikat yang kemudian mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra
mengecil. Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen uretra. Striktur uretra
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang kecil sampai
tidak dapat mengeluarkan urine keluar dari tubuh. (Muttaqin.A, 2011)
Dilihat dari segi aspek promotif perawat berperan sebagai pendidik dapat memberi
pencegahan dan perawatan dalam menangani asuhan keprawatan striktur uretra dirumah
sakit, tidak hanya memberi perawatan, pengobatan dan penyembuhan, tetapi juga bisa
memberi informasi mengenai penyakit yang bertujuan menghindari klien dari komplikasi
yang mungkin timbul. Dari segi aspek preventif peran perawat memberikan asuhan
keperawatan yang baik dengan memberikan penyuluhan, penatalaksanaan dini kepada
klien mengenai striktur uretra. Dari segi kuratif peran perawat untuk memberikan
pertolongan yang sangat cepat seperti pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Dari segi
aspek rehabilitatif peran peran perawat adalah pemberian obat teratur.
B. Rumusan Masalah
1
4. Apakah patofisiologi stricture uretra?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(images/google.com)
Uretra meninggalkan kandung kemih dan melalui kelenjar prostat yang bagian itu
dikenal sebagai Uretra Pars Prostatika, berjalan ke Uretra Membranosa. Kemudian
menjadi uretra penis; membelok dengan sudut 900 dan memiliki perineum ke penis
(Pearce.2000). Uretra mempunyai tiga bagian (Gibson.2003) yaitu :
3
b. Urethra Pars membranosa memiliki panjang 2 cm, melaluiDiafragma Urogenitale,
lapisan fibrosa tepat di bawah Glandula Prostatica; tertutup oleh sfingter serat otot.
Bagian ini disebut membranosa karena struktur ini setipis membran.
c. Urethra Pars Spongiota memiliki panjang skitar 15cm; berjalan melalui Corpus
Spongiosum penis sampai ujung penis.
. Uretra pada wanita adalah tabung dengan panjang sekitar 3-4cm dan uretra berjalan
tepat di bagian depan vagina. (Chang, Ester. Dkk 2010)
(images/google.com)
B. Stricture Uretra
1. Definisi
Striktur uretra merupakan penyempitan lumen uretra akibat adanya jaringan parut
dan kontraksi. Penyebab striktur uretra umumnya adalah karena cedera, cedera akibat
peregangan dan cedera yang berhubungan dengan kecelakaan mobil, uretritis gonorhea
yang tidak ditangani dan abnormalitas congenital. (Hapsari Tri dkk.2009)
4
Striktur Uretra yaitu penyempitan lumen uretra disertai dengan menurunnya
elastisitas jaringan uretra. Sering terjadi di pars bulbaris lebih kurang 60 – 70 %.
(Hapsari, Chairunnisa P. 2010).
2. Etiologi
Striktura uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra, dan
kelainan bawaan. Infeksi seperti ikutan dari pemasangan kateter, uretritis, STD
(Gonococcus), saat ini mungkin sudah jarang ditemukan, sering infeksi disebabkan
karena pemakaian kateter uretra dalam jangka lama. Trauma yang menyebabkan
striktura uretra adalah pembedahan/tindakan yang melewati uretra (kateterisasi,
reseksi transuretra), trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury) yang akan
menimbulkan striktur uretra pars bulbosa, fraktur tulang pelvis yang akan merusak
uretra pars membranasea hingga dapat menimbulkan striktur uretra parsial atau
komplit, keluar batu secara spontan, trauma hubungan intim/melahirkan dan
penggunaan intrumentasi atau tindakan transuretra yang kurang hati - hati. Serta
Kelainan bawaan. (Baroroh Dewi Baririet. 2011).
3. Patofisiologi
Lesi pada epitel uretra atau putusnya kontinuitas, baik oleh proses infeksi maupun
akibat trauma, akan menimbulkan terjadinya reaksi peradangan dan fibroblastic.
Iritasi dan urine pada uretra akan mengundang reaksi fibroblastic yang berkelanjutan
dan prosesfibrosis makin menghebat sehingga terjadilah penyempitan bahkan
penyumbatan dari lumen uretra serta aliran urine mengalami hambatan dengan segala
akibatnya. Ekstravasasi urine pada uretra yang mengalami lesi akan mengundang
terjadinya peradangan periuretra yang dapat berkembang menjadi abses periuretra dan
terbentuk fistula uretrokutan (lokalisasi pada penis, perineum atau skrotum).
(Nursalam, 2008)
4. Manifestasi Klinis
5
a. Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
b. Gejala infeksi
c. Retensi urinarius
d. Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis (C.
Smeltzer, Suzanne;2002)
e. Kesulitan dalam berkemih, harus mengejan, pancaran mengecil, pancaran
bercabang dan menetes sampai retensi urine. Pembengkakan dan getah / nanah di
daerah perineum, skrotum dan terkadang timbul bercak darah di celana dalam.
Bila terjadi infeksi sistemik penderita febris, warna urine bisa keruh.(Nursalam,
2008)
f. Gejala dan tanda striktur biasanya mulai dengan hambatan arus kemih dan
kemudian timbul sindrom lengkap obstruksi leher kandung kemih seperti
digambarkan pada hipertrofia prostat. Striktur akibat radang uretra sering agak
luas dan mungkin multiple. (Smeltzer.C,2002)
g. Perasaan tidak puas setelah berkemih.
h. Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
i. Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
j. Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.
a. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
b. Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
c. Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat kadang
kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan
spongiofibrosis. (Basuki B. Purnomo; 2003).
6. Pemeriksaan Diagnostik
6
d. Uretrografi: adanya penyempitan atau pembuntuan uretra. Untuk mengetahui
panjangnya penyempitan uretra dibuat foto iolar (sisto) uretrografi.
e. Uroflowmetri : untuk mengetahui derasnya pancaran saat miksi
f. Uretroskopi : Untuk mengetahui pembuntuan lumen uretra
(Basuki B. Purnomo; 2000 hal 126 dan Doenges E. Marilynn)
a. Laboratoriun
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk pelengkap pelaksanaan pembedahan.
Selain itu, beberapa dilakukan untuk mengetahui adanya tanda –tanda infeksi
melalui pemeriksaan urinalisis dan kultur urine.
b. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urine.
Volume urine yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses
miksi. Kecepatan pancaran urine normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada
wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal menandakan
adanya obstruksi.
c. Radiologi
Diagnosis pasti dibuat dengan uretrografi sehingga dapat melihat letak
penyempitan dan besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap
mengenai panjang striktur adalah dengan sistouretrografi yaitu memasukkan bahan
kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograd dari uretra. Dengan
pemeriksaan ini, panjang striktur dapat diketahui sehingga penting untuk
perencanaan terapi atau operasi.
7. Penatalaksanaan
7
2) Businasi ( dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-hati.
3) Uretrotomi interna : memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis/sachse.
Otis dimasukkan secara blind ke dalam buli–buli jika striktur belum total. Jika
lebih berat dengan pisau sachse secara visual.
4) Uretritimi eksterna: tondakan operasi terbuka berupa pemotonganjaringan
fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis diantara jaringan uretra yang masih
baik. (Basuki B. Purnomo; 2000 dan Doenges E. Marilynn, 2000)
d. Terapi
1) Kalau penderita datang dengan retensio urine maka pertolongan pertama dengan
cystostomi kemudian baru dibuat pemeriksaan uretrogafi untuk memastikan
adanya striktura urethra.
2) Kalau penderita datang dengan infiltrat urine atau abses dilakukan insisi infiltrat
dan abses dan dilakukan cystostomi baru kemidian dibuat uretrografi.
e. Trukar Cystostomi
Kalau penderita datang dengan retensio urine atau infiltrat urine, dilakukan
cystostomi. Tindakan cystostomie dilakukan dengan trukar, dilakukan dengan lokal
anestesi, satu jari di atas pubis di garis tengah, tusukan membuat sudut 45 derajat
setelah trukar masuk, dimasukan kateter dan trukar dilepas, kater difiksasi dengan
benar sutra kulit.
f. Bedah endoskopi
1) Setelah dibuat diagnosis striktura urethra ditentukan lokasi dan panjang striktura
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat sachse adalah striktura
urethra anterior atau posterior yang masih ada lumen walaupun kecil dan panjang
tidak lebih 2 cm serta tidak fistel kateter dipasang selama 2 hari pasca tindakan.
2) Setelah penderita dipulangkan, penderita harus kontrol tiap minggu sampai 1
bulan kemudian.Tiap bulan sampai 6 bulan dan tiap 6 bulan seumur hidup.Pada
waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmer kalau Q maksimal <10
dilakukan bauginasi.
g. Uretroplasti
1) Indikasi untuk uretroplasti adalah dengan setriktur urethra panjang lebih 2 cm
atau dengan fistel urethrokutan atau penderita residif striktur pasca urethratomi
sachse
8
2) Operasi urethroplasti ini bermacam – macam , pada umunya setelah daerah
striktur diexsisi, urethra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan
dengan free graf atau pedikel graf yaitu dibuat tambung urethra baru dari kulit
preputium atau kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.
h. Otis uretrotomi
1) Tindakan otis uretrotomi di kerjakan pada striktura urethra anterior terutama
bagian distal dari pendulan urethra dan fossa manicularis.
2) Otis uretrotomi ini juga dilakukan pada wanita dengan striktura urethra
8. Prognosis
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga klien harus sering menjalani pemeriksaan
secara teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan
observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (Purnomo BB.,
Seto S, 2003)
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
1) Nama
2) Alamat
3) Umur
4) Jenis Kelamin
5) Berat Badan
6) Agama
7) Pekerjaan
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien merasakan pancaran urine melemah, sering kencing, dan sedikit urine yang
keluar. Klien mengeluh nyeri saat berkemih.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien striktur uretra keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgensi,
disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas sehabis miksi, hesistensi,
intermitency, dan waktu miksi memanjang dan akirnya menjadi retensio urine.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan, misalnya ISK
(Infeksi Saluran Kencing) yang berulang. Klien belum pernah operasi dan klien
memiliki riwayat penyakit hipertensi.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita
penyakit striktur urethra Kakek klien menderita DM dan hipertensi.
5) Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi.
6) Riwayat Penggunaan Obat
10
Obat yang sudah dikonsumsi selama ini, obat apa yang sudah diminum sebelum
masuk rumah sakit adalah obat pusing yang biasa dibeli di warung.
2. Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breathing)
Kaji bentuk hidung, pergerakan cuping hidung pada waktu bernafas, kesimetrisan
gerakan dada pada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas dan gangguan pernafasan
yang timbul. Apakah bersih atau ada ronchi, serta frekuensi nafas.
b. B2 (blood)
c. B3 (brain)
Kaji fungsi serebral, fungsi saraf cranial, fungsi sensori serta fungsi refleks.
d. B4 (bladder)
e. B5 (bowel)
Kaji apakah ada nyeri tekan abdomen, apakah ada kram abdomen, apakah ada mual
dan muntah, anoreksia, dan penurunan berat badan.
f. B6 (bone)
Kaji derajat Range of Motion dari pergerakan sendi mulai dari kepala sampai anggota
gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang dilaporkan klien waktu bergerak, dan
toleransi klien waktu bergerak.Kaji keadaan kulitnya, rambut dan kuku, pemeriksaan
kulit meliputi : tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan.
B. Analisa Data
11
DS: Klien mengeluh dapat Sumbatan saluran Retensi Urine (0023)
kencing tetapi kencingnya perkemihan
sedikit dan pancarannya
lemah.
DO: Terasa distensi pada
kandung kemih saat
dipalpasi.
DS: Klien mengeluh nyeri Agen cidera biologis Nyeri Akut (00132)
saat berkemih.
P : Obstruksi pada
kandung kemih karena
infeksi
Q: Nyeri seperti tertekan
benda tumpul
R: Suprapubik, perineal
dan panggul
S: Skala 6
T: Nyeri hilang timbul
DO: Wajah klien tampak
meringis saat berkemih
DS: klien mengatakan Resiko Infeksi (00004)
suhu badan meningkat.
DO: muncul keringat
dingin, akral hangat, Suhu
: 37,5°C.
DS: Klien mengeluh Infeksi saluran kemih Gangguan Eliminasi Urine
sering kencing dengan (00016)
jumlah urine sedikit.
DO: intake dan output
tidak seimbang
C. Diagnosa Keperawatan
12
1. Retensi urine berhubungan dengan Sumbatan saluran perkemihan
3. Resiko infeksi
D. Intervensi
13
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis
NOC NIC
Tujuan : Managemen nyeri (1400)
O : Observasi adanya petunjuk nonverbal
setelah dilakukan tindakan keperawatan
mengenai ketidaknyamanan terutama pada
selama 3 x 24 jam nyeri akut dapat teratasi.
mereka yang tidak dapat berkomunikasi
Kriteria hasil : secara efektif
N : Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
Kontrol nyeri (1605)
yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
frekuensi, kualitas, factor pencetus
(160502)
E : Ajarkan metode farmakologis untuk
b. Menggambarkan faktor penyebab
menurunkan nyeri
(160501)
C : Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat
c. Menggunakan tindakan pencegahan
dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan
(160503)
mengimplementasikan tindakan penurunan
d.
nyeri nonfarmakologi, sesuai kebutuhan
14
c. Kolonisasi kultur urin dari skala berat
menjadi ringan atau tidak ada (070324)
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas uretra yang disebabkan oleh
jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian mengerut menyebabkan jaringan
lumen uretra mengecil. Striktur uretra adalah suatu kondisi penyempitan lumen
uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang kecil sampai tidak dapat mengeluarkan urine keluar dari tubuh.
(Muttaqin.A, 2011)
B. Saran
Penulis menyarankan agar pembacara tetap menjaga pola hidup sehat dan berolahraga
dapat mengurangi resiko terjangkit penyakit. Semoga asuhakn keperawatan strictur
uretra ini dapat bermanfaaat.
16
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh Dewi Baririet. 2011. Nursing Care Plan : Striktur Uretra. Malang : Medical
Surgical Department PSIK FIKES UMM.
Pearce, Evelyn C. (2000). Anatomi dan Fisiolog untuk Paramedis Edisi Baru. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Purnomo BB., Seto S. Striktur Urethra. Dalam: Dasar-Dasar Urologi. Edisi Kedua.
Pene Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII,
Volume 2, Jakarta, EGC, 2002
17