Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN TEORI
1. 1. Tinjauan Medis
1.1.1. Definisi Diabetes Melitus
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2010). Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2010).
Diabetes mellitus didefinisikan sebagai serangkaian gangguan atau sindroma dimana
tubuh tidak mampu mengatur secara tepat pengolahan atau metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein (Mc Wright, 2011)
Diabetes mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik berbagai kelainan metabolic
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata,
ginjal, saraf dan pembuluh darah. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana
kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat (Elies, 2010).
1.1.2 Etiologi
Diabetes Mellitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel –sel
beta pulau langerhans. Jenis juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi
herediter terhadap perkembangan anti bodi yang merusak sel-sel beta atau degenerasi
sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh degenasi sel-sel beta
akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini jelas disebabkan oleh
degenarasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat pada orang yang rentan dan
obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini karena diperlukan insulin dalam
jumlah besar untuk pengolahan metabolisme pada orang kegemukan dibandingkan
orang normal.
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
faktor yang banyak berperan antara lain:
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes. Ini
terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut di informasikan pada
gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.
1
2. Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis
menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini akan berisiko
pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
3. Gaya hidup stre
Stres kronis cnderung membuat mencari makanan yang cepat saji yang kaya
pengewet, lemak dan gula Makanan in berpengaruh besar terhadap kerja
pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan
kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas
mudah rusak hingga berdampak pada pemerunan insulin
4. Pola makan yang salah
Kurang gizi atau kelebihan berat sama sama meningkatkan risiko terkena
diabetes. Malnutrisi dapat merusak pakreas, sedangkat obesitas meningkatkan
gangguan kerja atau resisten insulin. Pola makan yang tidak teratur dan
cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan kerja pankreas.
5. Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pancreas mengalami hipertropi yang akan
berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.Hipertropi pancreas
disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada penderita
obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak
6. Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pankreas
1.1.3 Klasifikasi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
2
asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin
endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
3. Diabetes karena malnutrisi
Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutrisi, biasanya pada penduduk yang
miskin. Diabetes ini dapat ditegakkan bila ada 3 gejala dari gejala yang
mungkin yaitu :
a) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari
80% berat badan ideal
b) Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan
c) Usia antara 15-40 tahun
d) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat badan
e) Nyeri perut berulang
4. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau penyakit
tertentu, misalnya penyakit pankreas (pankreatitis, neoplasma,
trauma/panreatectomy), endokrinopati (akromegali, cushing’s syndrome,
pheochromacytoma, hypertyroidism), obat-obatan atau zat kimia
(glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin, nicotinic acid), penyakit infeksi
seperti kongineta rubella, infeksi cytomegalovirus, serta syndrome genetic
diabetes seperti Down Syndrome.
5. Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa kehamilan,
dapat didiagnosa menggunakan tus toleran glukosa, terjadi pada kira-kira 24
minggu kehamilan. Individu dengan DM gestasional 25% akan berkembang
menjadi DM.
3
1.1.4 Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM
umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang
luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan
luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Tanda dan
Gejala DM antara lain :
1. Sering kencing
Adanya hiperglikemia menyebabkan sebagian glukosa dikeluarkan oleh ginjal
bersama urin karena keterbatasan kemampuan filtrasi ginjal dan kemampuan
reabsorpsi dari tubulus ginjal. Untuk mempermudah pengeluaran glukosa
maka diperlukan banyak air, sehingga frekuensi kencing meningkat
2. Meningkatnya rasa haus (polidipsia)
Banyaknya miksi menyebabkan tubuh kekurangan cairan (dehidrasi), hal ini
merangsang pusat haus yang mengakibatkan peningkatan rasa haus
3. Meningkatnya rasa lapar (polipagia)
Meningkatnya katabolisme, pemecahan glikogen untuk energi menyebabkan
cadangan energi berkurang, keadaan ini menstimulasi rasa lapar
4. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan disebabkan karena banyaknya kehilangan cairan,
glikogen dan cadangan triglisakarida serta massa otot
5. Kelainan pada mata, penglihatan kabur
Pada kondisi kronis, keadaan hiperglikemia menyebabkan aliran darah
melambat, sirkulasi ke vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang
merusak retina serta kekeruhan pada lensa
6. Kulit gatal, infeksi kulit, gatal disekitar penis dan vagina
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit
sehingga menjadi gatal, jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
7. Ketonuria
Ketika glukosa tidak lagi digunakan untu energi, maka digunakan asam lemak
untuk energi, asam lemak untuk dipecah menjadi keton yang kemudian berada
pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal
8. Kelemahan dan keletihan
Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan sel, kehilangan potassium
menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih
9. Terkadang tanpa gejala
Pada keadaan tertent, tubuh sudah dapat beradaptasi dengan peningkatan
glukosa darah
4
1.1.5 Kriteria DM
Menurut Asosiasi Diabetes Amerika (ADA) tahun 1997 untuk menentukan diagnosa
dan kriteria DM, memenuhi 2 diantara 3 kriteria sebagai berikut :
1. Adanya tanda dan gejala DM ditambah kadar gula acak lebih atau sama
dengan 200 mg/dl.
2. Gula darah puasa Fasting Blood Sugar (FBS) lebih besar atau sama dengan
126 mg/dl (puasa sekurangnya 8 jam).
3. Hasil Glukose Toleran Test (GTT) lebih besar atau sama dengan 200 mg/dl, 2
jam sesudah beban.
mg/dl
Mg/dl
5
1.1.6 Patofisiologi
Kegagalan produksi
Peningkatan
glukosa ein
Katabolisme
Peningkatan glikosa
kronis
aterosklerosis
Gangguan
fungsi imun
Hipertensi, peningkatan
kadar LDL
Infeksi,
Gangguan
penyembuhan luka
Suplai darah
turun
Kerusakan
integrutas
Gangguan kulit
perfusi jaringan
Gangguan
rasa
Nyeri akut
nyaman
6
1.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi untuk DM antara lain :
a.) Usia lebih 40 tahun
b.) Obesitas
c.) Hipertensi
d.) Riwayat kelurga DM
e.) Riwayat kelahiran dengan BB lebih dari 4 kg
f.) Riwayat DM pada kehamilan
g.) Dislipidemia
2. Dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu- waktu, kadar
glukosa darah puasa.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO )
1.1.8 Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara laian :
1. Motivasi
Pasien diberitahu bahwa penyakit DM tidak dapat disembuhjan , tapi
kadar gula darah dapat diturunkan, jadi harus ada kerja sama dengan
pasien
2. Diit
a) Tujuan Diit
Mengakibatkan pertumbuhan yang normal
Mengarahkan BB normal
Mempertahankan GD normal
Mencegah / menunda komplikasi
b) Pedoman Diit
Jumlah
Relatif body wheight (RBW)
RBW : BB / TB – 100 x 100%
Klasifikasi :
- Kurus ( under weight ) < 70 %
- Un Over nutrisi < 80 %
- Normal 90- 110 %
- Gemuk (over wheight) 110-120 %
- Obesitas >120 %
Pedoman pemberian kalori
- Kurus : BB x 40-60 kal
7
- Normal : BB x 30 kal
- Gemuk : BB x 20 kal
- Obesitas: BB x 10-15 kal
Jadwal
Jadwal pemberian 3 jam dengan cara bergantian antara snak dengan
makanan.
Jenis
Jenis bahan makanan yang boleh diberikan adalah golongan B yaitu
apel, pisang kopok, pepaya, kedondong, tomat.
3. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam
sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore
Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen
Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.
Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
4. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya:
leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
5. Insulin
Indikasi penggunaan insulin :
DM tipe I
DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
DM kehamilan
DM dan gangguan faal hati yang berat
DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)
DM dan TBC paru akut
DM dan koma lain pada DM
DM operasi
8
DM patah tulang
DM dan underweight
DM dan penyakit Graves
1.1.9 Komplikasi
1. Akut
Ketoasidosis diabetik
Hipoglikemi
Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar
Hiperglikemi pada pagi hari antara jam 5-9 pagi yang disebabkan
peningkatan sikardian kadar glukosa pada pagi hari.
2. Komplikasi jangka panjang
Gula darah puasa : hasil lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
Gula darah 2 jam pp : 200 mg/dl
Gula darah sewaktu : lebih dari 200 mg/dl
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/dl setelah beban glukosa 75 gr.
9
2.1 Konsep Asuhan Keperawatan
2.1.1 Pengkajian
10
3. Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi dan tekanan darah: takikardi (terjadi kekurangan energi sel
sehingga jantung melakukan kompensasi untuk meningkatkan pengiriman),
hipertensi (karena peningkatan viskositas darah oleh glukosa sehingga terjadi
peningkatan tekanan pada dinding pembuluh darah dan risiko terbentunya
plak pada pembuluh. Kondisi ini terjadi pada fase diabetes milletus yang
sudah lama atau penderita yang memang mempunyai bakat
hipertensi).Frekuensi pernafasan: takhipnea (pada kondisi ketoasidosis).Suhu
tubuh: demam (pada penderita dengan komplikasi infeksi pada uka atau pada
jaringan lain), hipotermia (pada penderita yang tidak mengalami infeksi atau
penurunan metabolic akibat menurunnya masukkan nutrisi secara drastis.
Berat badan melalui penampilan atau pengukuran: kurus ramping (pada
diabetes milletus fase lanjutan dan lama tidak mengalami terapi). gemuk
padat, gendut (pada fase awal penyakit atau penderita lanjutan dengan
pengobatan yang rutin dan pola makan yang masih tidak terkontrol).
4. Kulit
Warna: perubahan-perubahan pada melanin, kerotenemia (pada penderita
yang mengalami peningkatan trauma mekanik yang berakibat luka sehingga
menimbulkan ganggren. Tampak warna kehitam-hitaman disekitar luka.
Daerah yang sering terkena adalah ekstermitas bawah).Kelembaban: lembab
(pada penderita yang tidak mengalami diuresis osmosis dan tidak mengalami
dehidrasi), kering (pada pasien yang mengalami diuresis osmosis dan
dehidrasi).Suhu: dingin (pada penderita yang tidak mengalami infeksi dan
menurunnya masukan nutrisi), hangat (mengalami infeksi atau kondisi intake
nutrisi normal sesuai aturan diet).Tekstur: halus (cadangan lemak dan
glikogen belum banyak di bongkar), kasar (terjadi pembongkaran lemak,
protein, glikogen otot untuk produksi energi).Turgor: menurun pada dehidrasi.
5. Kuku
Warna: pucat, sianosis (penurunan perfusi pada kondisi ketoasidosis atau
komplikasi infeksi saluran pernafasan)
6. Rambut
Kuantitas: tipis (banyak yang rontok karena kekurangan nutrisi dan buruknya
sirkulasi), lebat.Penyebaran: jarang atau alopesia total.Tekstur: halus atau
kasar.
7. Mata dan kepala
Kepala
11
Rambut:termasukkuantitas,penyebaran dan tekstur antara lain: kasar
dan halus.Kulit kepala: termasuk benjolan atau lesi, antara lain: kista
pilar dan psoriasis (yang rentan terjadi pada penderita dibetes milletus
karena penurunan antibody).
Tulang tengkorak: termasuk ukuran dan kontur.
Wajah: termasuk simetris dan ekspresi wajah, antara lain: paralisis
wajah (pada penderita dengan komplikasi stroke) dan emosi.
Mata
Yang perlu dikaji yaitu lapang pandang dan uji ketajaman pandang
dari masing-masing mata (ketajaman menghilang.
1. Inspeksi
Posisi dan kesejajaran mata: mungkin muncul eksoftalmus,
strabismus.Alis mata: dermatitis, seborea (penderita sangat
berisiko tumbuhnya mikroorganisme dan jamur pada kulit).
2. Kelopak mata
Aparatus akrimalis: mungkin ada pembengkakan sakus
lakrimalis.
Sklera dan konjungtiva: sclera mungkin ikterik. Konjungtiva
anemis pada penderita yang sulit tidur karena banyak kencing
pada malam hari).Kornea, iris dan lensa: opaksitas atau katarak
(penderita diabetes milletus sangat berisiko pada kekruhan
lensa mata).Pupil: miosis, midriosis atau anisokor.
Telinga
Daun telinga dilakukan ispeksi: masih simetris antara kanan dan
kiri.Lubang hidung dan gendang telinga.Lubang telinga: produksi
serumen tidak sampai mengganggu diameter lubang.Gendang telinga:
kalau tidak tertutup serumen berwarna putih keabuan, dan masih dapat
bervibrasi dengan baik apa bila tidak mengalami infeksi
sekunder.Pendengaran Pengkajianketajaman pendengaran terhadap
bisikan atau tes garputala dapat mengalami penurunan.
Hidung
Jarang terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
sekunder seperti influenza
Mulut dan faring
a. Inspeksi
Bibir: sianosis, pucat (apabila mengalami asidosis atau penurunanan
perfusi jaringan pada stadium lanjut).Mukosa oral: kering (dalam
12
kondisi dehidrasi akaibat diuresisi osmosis).Gusi perlu diamati kalau
ada gingivitis karena penderita memang rentan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme).Langit-langit mulut: mungkin terdapat bercak
keputihan karena pasien mengalami penurunan kemampuan personal
hygiene akibat kelemahan fisik).Lidah mungkin berwarna keputihan dan
berbau akibat penurunan oral hygiene. Faring mungkin terlihat
kemeraharn akibat proses peradangan (faringitis).
Leher
Pada inspeksi jarang tampak distensi jugularis, pembesaran kelenjar
limfe leher dapat muncul apabila ada infeksi sistemik
Toraks dan paru-paru
a. Inspeksi frekuensi: irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain:
tekipnea, hipernea, dan pernafasan Chyne Stoke (pada kondisi
ketoasidosis)
b. Amati bentuk dada: normal atau dada tong.
c. Dengarkan pernafasan pasien.Stridor pada obstruksi jalan
nafas.Mengi (apabila penderita sekaligus mempunyai riwayat astma atau
brokhitis kronik).
Dada
a. Dada posterior
1. Inspeksi antara lain: deformitas, atau asimetris dan retruksi inspirasi
abdomen.
2. Palpasi antara lain: adanya nyeri tekan atau tidak.
3. Perkusi antara lain: pekak terjadi bila cairan atau jaringan padat
menggantikan bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi pada
penderita dengan penyakit lain seperti effuse pleura, tumor atau pasca
penyembuhan TBC).
4. Auskultasi antara lain: bunyi nafas vasikuler, bronko vesikuler (dalam
kondisi nomal)
Dada anterior
1. Inspeksi antara lain: deformitas atau asimetris
2. Palpasi antara lain: adanya nyeri tekan, ekspansi pernafasan
3. Perkusi antara lain: pada penderita normal area paru terdengar
sonor.
4. Auskultasi bunyi nafas vaskuler, bronkovasikuler (dalam kondisi
tanpa penyerta penyakit lain)asimetris.
13
Aksila
a. Inspeksi terhadap kemerahan, infeksi dan pigmentasi
b. Palpasi kelenjar aksila sentralis apaka linfodenopati.
Sistem kardiovaskuler
Adanya riwayat hipertensi, infark miokard akut, takikardi, tekanan darah
yang cenderung meningkat, disritmia, nadi yang menurun, rasa
kesemutan dan kebas pada ekstremitas merupakan tanda gejala dari
penderita diabetes melitus.
Abdomen
a. Inspeksi
Pada kulit apakah ada strie dan simteris adanya pembesaran organ
(pada penderita dengan penyerta penyakit sirosis hepatic atau
hepatomegali dan splenomegali).
b. Auskultasi
Auskultasi bising usus apakah terjadi penurunan atau peningkatan
motilitas
c. Perkusi
Perkusi abdomen terhadap proporsi dan pola tympani serta kepekaan.
d. Palpasi
Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan/massa.
Ginjal
Palpasi ginjal apakah ada nyeri tekan sudut kosta vertebral.
Sistem muskuloskeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat anda memeriksa berbagai
kondisi tubuh. Amati kemudahan dan rentang gesekan kondisi jaringan
sekitar, setiap deformitas muskuloskeletal, termasuk kurvatura abnormal
dari tulang belakang. Sering mengalami penurunan kekuatan
muskeloskeletal dibuktikan dengan skor kekuatan otot yang menurun dari
angka 5.
Sistem neurosensori
Penderita diabetes melitus biasanya merasakan gejala seperti:
a. Pusing.
b. Sakit kepala.
c. Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
d. Gangguan penglihatan.
14
2.1.3 Diagnosa Keperawatan
NANDA
Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan
(International Association fot the Study of Pain); awitan yang tiba tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau diprediksi
15
instrumen nyeri (mis., McGill Pain
Questionnaire, Brief Pain Inventory)
Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi asuhan)
Mengekspresikan perilaku (mis,
gelisah, merengek, menangis,
waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada parameter fisiologis
(mis., tekanan darah, frekuensi
jantung, frekuensi pernapasan
saturasi oksigen, dan end- tidal
karbon dioksida (CO2)
Perubahan posisi untuk menghindari
nyeri
Perubahan selera makan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
NOC
16
160505 Menggunakan analgesik yang di rekomendasikan
NIC
Manajemen Nyeri
Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapatditerima oleh pasien
17
kepercayaan pasien mengenai Ajarkan prinsip-prinsip
nyeri manajemen nyeri
Perhatikan pengaruh budaya Pertmbangkan tipe dan sumber
terhadap respon nyeri nyeri ketika memilih strategi
Tentukan akibat dari pengalaman penurunn nyeri
nyeri terhadap kualitashidup Dorong pasien untuk memonitor
pasien (misalnya, tidur, nafsu nyeri dan menangani nyerinya
makan, pengertian, perasaan , dengan tepat
hubungan peforma kerja, dan Ajarkan penggunaan teknik
tanggung jawab peran) nonfarmakologi (seperti, biofeed
Gali bersama pasien faktor-faktor back. TENS, hypnosis, relaksasi,
yang dapat menurunkan atau bimbingan antisipasif, terapi
memperberat nyeri music, terapi bermain,, terapi
Evalasi pengalaman nyeri aktifitas, akupressur, aplikasi
dimasalaluyang meliputi riwayat panas/dingin dan pijatan, sebelum
nyeri kronik individu atau , sesudah dan jika memungkinkan
keluarga atau nyeri yang , ketika melakukan aktifitas yang
menyebabkan menimbulkan nyeri, sebelum
disability/ketidakmampuan/kecac nyeri terjadi atau meningkat dan
atan, dengan tepat bersamaan dengan tindakan
Evaluasi bersama pasien dan tim penurunan rasa nyeri lainnya)
kesehatan lain mengenai Gali penggunaan metode
efektivitas tindakan pengontrolan farmakologi yang di pakai pasien
nyer yang pernah di lakukan saat ini untuk menurunkan nyeri
sebelumnya Ajarkan metodefarmakologi
Bantu keluarga dalam mencari untuk menurunkan nyeri
dan menyediakan dukungan Dorong pasien menggunakan
Gunakan metode penilaian yang obat-oobatan penurun nyeri yang
sesuai dengan tahapan adekuat
perkembangan yang Kolaborasi dengan pasien, orang
memungkinkan untuk terdekat dan tim kesehatan
meonitoring perubahan nyeri yang lainnya untuk memilih dan
akan dapat membantu mengimplementasikan tindakan
mengidentifikasi faktor pencetus penurunan nyeri nonfarmakologi
actual dan potensial (missal, sesuai kebutuhan
catatan perkembangan dan catatan Beriakn individu penurun nyeri
18
harian) yang optimal dengan peresepan
Tentukan kebutuhan frekuensi analgesic
untuk melakukan pengkajian Implementasikan penggunaan
ketidaknyamanan pasien dan pasien – -terkontrol analgesic
mengimplementasikan rencana (PCA), jika sesuai
monitor Gunakan tindakan pengontrol
Berikan informasi mengenai nyeri nyeri sebelum nyeri bertambah
, seperti penyebab nyeri, berapa berat
lama nyeri akan dirasakan , dan Berikan obat sebelum melakukan
antisipasi dari ketidak-nyamanan aktivitas untuk meningkatkan
akibat prosedur partisipasi, namun (lakukan)
Kendalikan faktor lingkungan evaluasi (mengenai) bahaya dari
yang dapat mempengaaruhi sedasi
respon pasien terhadap Pastikan pemberian analgesic dan
ketidaknyamanan (misalnya, atau strategi nonfarmakologi
suhu, ruangan , pencaahayaan, sebelum dilakukan prosedur yang
suara bising) menimbulkan nyeri
Informasikan tim kesehatan lain Periksa tingkat ketidak nyamanan
atau anggota keluarga mengenai bersama pasien , catat perubahan
strategi nonfarmakologi yang pada catatan medis pasien ,
sedang di gunakan untuk informasikan petugas kesehatan
mendorong pendekatan preventif lain yang merawat pasien
terkait dengan manajemen nyeri Evaluasi keefektifan dan dari
Gunakan pendekata multi disiplin tindakan pengontol nyeri yang di
untu manajemen nyeri , jika pakai selama pengkajian nyeri
sesuai dilakukan
Pertimbangkan untuk merujuk Mulai dan modifikasi tindakan
pasien keluarga dan orang pengontrolan nyeri berdasarkan
terdekat pada kelompok respon pasien
pendukung dan sumber-sumber Dukung istirahaat atau tidur yang
lainnya sesuai kebutuhan adekuat untuk membantu
Berikan informasi yang akurat penurunan nyeri
untuk meningkatkan pengetahun Dorong pasien untuk
dn respon keluarga terhadap mendiskusikan pengalaman
pengalaman nyeri nyerinya sesuai kebutuhan
Libatkan keluarga dalam Beri tahu dokter jika tindakan
19
modalitas penurunan nyeri, jika tidak berhasil dan jika keluhan
memungkinkan pasien saat ini berubah signifikan
Monitor kepuasan pasien terhadap dari pengalaman nyer sebelum
manajeman nyeri dalam interval nya
yang spesifik
Definisi : merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan, budaya, dan/sosial.
Merasa dingin
Merasa kurang senang dengan
situasi
Merasa hangat
Merasa lapar
Merasa tidak nyaman
Merintih
Takut
20
NOC
NIC
21
hangat di lingkungan yang baru yang tidak perlu
Pertimbangan penempatan pasien Sesuaikan pencahayaan untuk
di kamar dengan beberapat tempat memenuhu kebutuhan kegiatan
tidur individu
Sediakan kamar terpisah jika Fasilitasi tindakan kebersihan
terdapat prevalensi dan kebutuhan untuk menjaga kenyamanan
pasien untuk mendapatkan individu
ketenangan dan istirahat Posisikan pasien untuk
Cepat bertindak jika terdapat memfasilitasi kenyamanan
panggilan bel individu
Hindari gangguan yang tidak Monitor kulit terutama daerah
perlu dan berikan waktu untuk tonjolan tubuh terhadap adanya
istirahat tanda-tanda tekanan atau iritasi
Ciptakan lingkungan yang aman Hindari mengekspos kulit atau
dan mendukung selaput lendir pada zat iritan
Sediakan lingkungan yang aman Berikan sumber edukasi yang
dan bersih relefan dan berguna mengenai
Berikan pilihan sedapat mungkin manajemen penyakit dan cedera
untuk dapat melakukan kegiatan pada pasien dan keluarga jika
dan kunjungn sosial sesuai
22
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/252108877/LP-Diabetes-Mellitus
http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/diabetes-mellitus-
a.html#.WwVufTkxXIU
Brunner and Suddarth. 2010 . Keperawatan Medikal Bedah, Edisi : 8, Vol : 2. Jakarta
: EGC
Arjatmo. 2010. Buku Ajar Penyakit Dalam. Ed. 3. Jakarta : Penerbit FKUI
Elies. 2011, Buku Gangguan Sistem Endokrin, Info POM, 12 (2), 01-03
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcome
Classification (NOC) Edisi : 5. Jakarta : Elsevier Inc
23