Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
RITA FEBRIANTI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
ABSTRAK
RITA FEBRIANTI. Pengaruh Ion Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ pada Penjerapan Kromium
Trivalen oleh Zeolit Lampung. Dibimbing oleh ETI ROHAETI dan BETTY MARITA
SOEBRATA.
Industri penyamakan kulit menghasilkan limbah yang mengandung kromium trivalen
(Cr3+). Logam berat ini teroksidasi menjadi kromium heksavalen yang bersifat toksik.
Salah satu upaya untuk mengurangi limbah kromium ialah mengendapkannya dengan
basa seperti NaOH. Akan tetapi, cara ini hanya efektif saat konsentrasinya tinggi,
sehingga untuk limbah kromium berkadar rendah harus digunakan cara lain seperti
penjerapan oleh zeolit. Kemampuan zeolit menjerap kromium dipengaruhi oleh kation-
kation lain yang ada di dalam limbah. Dalam penelitian ini, pengaruh ion-ion Na+, K+,
Mg2+, dan Ca2+ pada penjerapan Cr3+ oleh zeolit lampung dipelajari dengan metode
penjerapan tumpak (batch). Tahapan analisisnya meliputi penjerapan larutan tunggal
(Cr3+, Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+) dan larutan campuran (Cr3+/Na+, Cr3+/K+, Cr3+/Mg2+, dan
Cr3+/Ca2+). Diperoleh bahwa urutan selektivitas penjerapan zeolit lampung terhadap
larutan kation tunggal ialah Cr3+>K+>Na+>Ca2+>Mg2+, dengan nilai kapasitas jerapan
maksimum berturut-turut sebesar 10.67, 2.96, 2.63, 2.09, dan 0.41 mg/g. Dalam larutan
campuran, urutan ion yang memengaruhi penjerapan kromium adalah
Mg2+>K+>Ca2+>Na+. Hal ini ditunjukkan oleh berkurangnya nilai kapasitas jerapan
maksimum terhadap Cr3+ menjadi sebesar 8.50, 8.96, 9.06 dan 9.07 mg/g berturut-turut
untuk larutan campuran Cr3+/Mg2+, Cr3+/K+, Cr3+/Ca2+ dan Cr3+/Na+. Zeolit lampung lebih
selektif terhadap ion trivalen dibandingkan ion monovalen dan divalen. Faktor ukuran ion
lebih memengaruhi selektivitas dibandingkan dengan faktor muatan ion. Campuran
larutan kromium dengan larutan Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ dapat menurunkan kapasitas
jerapan maksimum kromium.
ABSTRACT
RITA FEBRIANTI. Effect of Na+, K+, Mg2+, and Ca2+ Ions to Chromium Trivalent
Adsorption by Lampung’s Zeolite. Supervised by ETI ROHAETI and BETTY MARITA
SOEBRATA.
Tanning industries produce waste containing chromium trivalent (Cr3+). This heavy
metal can be oxidized to chromium hexavalent which is toxic. One of the efforts to
reduce chromium waste is by precipitating it with base, such as NaOH. However, this
way is only effective at high concentration, and for low concentration of chromium, is
needed other way such as adsorption with zeolite. Adsorption capacity of zeolite towards
Cr3+ was influenced by the existence of other metal ions such as Na+, K+, Mg2+, and Ca2+.
In this research, the effect of Na+, K+, Mg2+, and Ca2+ ions to Cr3+ adsorption on
lampung’s zeolite were studied with batch adsorption. The analysis included single
solution (Cr3+, Na+, K+, Mg2+, and Ca2+) and mixture solution adsorption (Cr3+/Na+,
Cr3+/K+, Cr3+/Mg2+, and Cr3+/Ca2+). It was found that lampung’s zeolite towards single
solutions selectivities was Cr3+>K+>Na+>Ca2+>Mg2+, with maximum adsorption
capacities of 10.67, 2.96, 2.63, 2.09, and 0.41 mg/g, respectively. In mixture solutions,
the order of ions influencing Cr3+ adsorption was Mg2+>K+>Ca2+>Na+. It was shown by
decreasing maximum adsorption capacity values of Cr3+ to 8.50, 8.96, 9.06 and 9.07 mg/g
for Cr3+/Mg2+, Cr3+/K+, Cr3+/Ca2+ and Cr3+/Na+, respectively. Lampung’s zeolite was more
selective to the trivalent ion than divalent and the monovalent ion. Zeolite selectivity
more influenced by ion size factor rather than ion charge factor. Metal ions mixture of
Na+, K+, Mg2+, and Ca2+ will reduce chromium maximum adsorption capacity.
PENGARUH ION Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ PADA
PENJERAPAN KROMIUM TRIVALEN OLEH
ZEOLIT LAMPUNG
RITA FEBRIANTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul: Pengaruh Ion Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+ pada Penjerapan Kromium Trivalen
oleh Zeolit Lampung
Nama : Rita Febrianti
NIM : G44203003
Menyetujui,
Mengetahui:
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Rita Febrianti
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Subang tanggal 18 Februari 1985 dari ayah Thoyib Hadiwijaya
dan ibu Mia Mulyati. Penulis merupakan putri pertama dari empat bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 01 Ciasem dan pada tahun yang sama
lulus dari seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis
memilih Program Studi Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia
Analitik Layanan ITP, Kimia Lingkungan Program Kimia, Kimia Dasar TPB,
Elektroanalitik dan Teknik Pemisahan, Kimia Fisik Program Biokimia, dan Pemeliharaan
dan Pengoperasian Alat program Diploma Analisis Kimia. Pada tahun 2006, penulis
melaksanakan praktik lapangan di Balai Penelitian Tanaman Padi Sukamandi.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL......................................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................................viii
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA
Zeolit..................................................................................................................................... 1
Jerapan .................................................................................................................................. 2
Kromium............................................................................................................................... 2
Analisis Kromium, Natrium, Kalium, Magnesium, dan Kalsium ........................................ 2
LAMPIRAN............................................................................................................................... 13
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
3+
kapasitas jerapan Cr
(2000), koefisien korelasi (r) dari suatu
4.00
(mg/g)
metode uji minimum 0.990. Dalam penelitian
ini, koefisien korelasinya sebesar 0.992, maka 3.50
metode uji yang digunakan dapat diterima. 18 20 22 24 26 28 30
Oksidator yang digunakan untuk waktu penjerapan Cr (jam)
3+
rongga zeolit lebih besar jika dibandingkan -0.500.00 100.00 200.00 300.00 400.00
dengan ukuran jari-jari ion yang lebih kecil.
-1.00
-1.50
K a p a s i ta s je r a p a n
2.00
Gambar 8 Hubungan konsentrasi magnesium
1.00
0.00 dengan kapasitas jerapan.
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00
Perbedaan kapasitas jerapan maksimum
Konsentrasi natrium (mg/l) magnesium yang diperoleh disebabkan oleh
perbedaan waktu kontak, ukuran butir zeolit,
Gambar 6 Hubungan konsentrasi natrium dan konsentrasi larutan yang digunakan. Hal
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
dengan kapasitas jerapan.
Tabel 3 Perbandingan hasil penelitian
Penjerapan Kalium Tunggal
Kapasitas jerapan maksimum kalium Parameter Penelitian Ginting &
tunggal ialah sebesar 2.96 mg/g (Gambar 7). ini Chai 2006
Data selengkapnya disajikan pada Lampiran Waktu kontak (jam) 24 1.5
9. Kapasitas jerapan kalium juga lebih kecil Ukuran butir (mesh) 20-40 20-30
dibandingkan dengan kromium, karena ukuran Konsentrasi (mg/l) 100-500 70-120
ion Cr3+ (0.64Å) lebih kecil dibandingkan
Semakin singkat waktu kontak, semakin
K a p a sita s je r a p a n (m g /g
banyak ion yang belum terjerap ke dalam
2.50
rongga zeolit. Menurut Ginting & Chai 2.00
(2006), zeolit Lampung mampu menurunkan 1.50
konsentrasi ion Mg2+ terutama pada 10 menit 1.00
pertama dan kedua setelah dikocok. Setelah 0.50
0.00
itu, penurunannya berjalan lambat. Hal ini 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00
membuktikan bahwa waktu kontak zeolit Konsentrasi kalsium (mg/l)
dengan larutan memengaruhi penjerapannya.
Semakin kecil ukuran butiran zeolit, semakin
besar kapasitas jerapannya (Atkins 1999). Gambar 9 Hubungan konsentrasi kalsium
Ukuran butir yang lebih kecil menghasilkan dengan kapasitas jerapan.
luas permukaan yang lebih besar sehingga
memungkinkan terjadi jerapan lebih banyak. Berdasarkan Gambar 9, kapasitas jerapan
Konsentrasi larutan yang digunakan kalsium meningkat sampai konsentrasi 300
berpengaruh pada proses difusi dan transfer mg/l sebelum desorpsi. Desorpsi kalsium
massa dari larutan ke permukaan zeolit. terjadi karena perbedaan konsentrasi antara
Semakin pekat larutan yang digunakan, maka zat terlarut pada permukaan zeolit dan zat
proses difusi transfer massa berjalan lebih terlarut dalam larutan. Jika konsentrasi ion
lambat (Notodarmojo 2004). dalam zeolit berubah, maka akan terjadi
perubahan kesetimbangan antara adsorpsi dan
Gambar 8 menunjukkan terjadinya desorpsi ion. Apabila konsentrasi ion dalam
penurunan kapasitas jerapan. Hal ini diduga larutan berkurang, maka ion yang ada di
disebabkan oleh galat pada pengukuran permukaan zeolit akan berdifusi untuk lepas
menggunakan SSA. Pengukuran dengan SSA ke dalam larutan sehingga terjadi desorpsi.
dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan
(Khopkar 1990). Penyimpangan dapat terjadi Penjerapan Campuran (Cr3+/Na+)
jika konsentrasi terlalu pekat atau terlalu
encer. Nilai konsentrasi terlalu encer Kapasitas jerapan kromium dan natrium
menyebabkan atom-atom yang masih dalam dari larutan campuran (Cr3+/Na+) berturut-
keadaan dasar mempunyai kecenderungan turut sebesar 9.07 mg/g dan 4.85 mg/g
untuk menyerap energi yang dipancarkan oleh (Gambar 10). Data selengkapnya disajikan
atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan pada Lampiran 12.
dasar. Akibat kelemahan ini, hubungan antara Kromium
K a p a s ita s jera p a n (m g /g )
12.00
tunggal
konsentrasi dan intensitas yang terbaca 10.00
kromium
menjadi tidak linear dan intensitasnya menjadi 8.00 (Cr3+/Na+)
lebih rendah daripada yang sesungguhnya. 6.00 natrium
Sementara itu, pada daerah konsentrasi yang 4.00
tunggal
Natrium
terlalu pekat terjadi interaksi antara molekul- 2.00 (Cr3+/Na+)
molekul zat penyerap yang berdekatan. 0.00
Molekul zat penyerap yang berdekatan akan 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00
mengganggu serapan radiasi oleh suatu Konsentrasi larutan (mg/l)
molekul.
Gambar 10 Hubungan konsentrasi larutan
kromium dan natrium dengan
Penjerapan Kalsium Tunggal
kapasitas jerapan.
Kapasitas jerapan kalsium tunggal ialah Gambar 10 menunjukkan adanya
sebesar 2.09 mg/g (Gambar 9). Data kompetisi antara ion Na+ dan Cr3+. Ion Na+
selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. menurunkan kapasitas jerapan Cr3+ sebesar
Menurut Atastina et al. (1999) kapasitas 15.02% dari 10.7 ke 9.07 mg/g. Sebaliknya
jerapan maksimum zeolit terhadap ion Ca2+ kapasitas jerapan ion Na+ naik dari 2.6316
sebesar 3.61 mg/g. mg/g pada larutan tunggal menjadi 4.85 mg/g
pada larutan campuran. Meskipun demikian,
kapasitas jerapan zeolit terhadap Cr3+ masih
jauh lebih besar daripada terhadap Na+. Hal
ini dikarenakan ion Cr3+ berukuran lebih kecil
(r=0.64Å) dibandingkan dengan ion Na+ (Cr3+/Mg2+) berturut-turut sebesar 8.50 dan
(r=1.02Å) (Patnaik 2003). 2.82 mg/g (Gambar 12). Data selengkapnya
Kapasitas jerapan zeolit dipengaruhi oleh disajikan pada Lampiran 14.
selektivitas pertukaran zeolit. Selektivitas 12.00 Kromium
pertukaran tergantung pada struktur dan 10.00
tunggal
K a p a sit a s j e r a p a n ( m g /g )
ukuran rongga zeolit, jenis ion yang Kromium
8.00 (Cr3+/Mg2+)
dipertukarkan, mobilitas ion yang
6.00 Magnesium
dipertukarkan, dan pengaruh difusi ion ke tunggal
dalam larutan. 4.00
Magnesium
Ming & Mumpton 1989 diacu dalam 2.00 (Cr3+/Mg2+)
Aningrum 2006 melaporkan bahwa sifat fisika 0.00
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00
dan kimia zeolit jenis klinoptilolit memiliki -2.00
nisbah Si/Al 4.3-5.3. Nisbah Si dan Al dari Konsentrasi larutan (mg/l)
10.00
Kapasitas jerapan maksimum kromium
Kromium
8.00
(Cr3+/K+) dan kalsium dalam larutan campuran
6.00 (Cr3+/Ca2+) berturut-turut sebesar 9.06 dan
Kalium
4.00
tunggal 2.77 mg/g (Gambar 13). Data selengkapnya
2.00
Kalium
disajikan pada Lampiran 15.
0.00 (Cr3+/K+) Kromium
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 12.00
K a p a sita s je r a p a n
tunggal
Konsentrasi larutan (mg/l)
10.00 Kromium
8.00 (Cr3+/Ca2+)
(m g /g )
Barros MASD, Zola AS, Augusto AP, Sousa Hendayana S, Kadarohmah A, Sumarna AA,
AEF, Tavares CRG. 2002. Supriatna A. 1994. Kimia Analitik
Equilibrium and dynamics ion exchange Instrumen. Semarang: IKIP Press.
studies of Cr3+ on zeolites NaA and NaX.
Maringa 24:1619-1625. Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Saptorahardjo A, penerjemah;
Barros MASD, Zola AS, Augusto AP, Sousa Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Basic
AEF, Tavares CRG. 2003. Binary ion Concepts of Analytical Chemistry
exchange of metal ions in Y and X
zeolites.Braz. J Chem. Eng 20:1-14. Kusumawati T. 2006. Jerapan kromium
limbah penyamakan kulit oleh zeolit
Basset J, Denney RC, Jeffery GH, Mendham Cikembar dengan metode lapik tetap.
J. 1994. Quantitative Inorganic Analysis. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
Ed ke-4. Jakarta: EGC. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Clesceri IS, Arnold EG, Andrew DE. 2005.
Standard Methods for The Examination of Martha F. 2004. Penetapan Limit Deteksi dan
Water and Wastewater. Ed ke-21. Limit Respons Linear serta Pengaruh
Washington DC: Apha Awwa Wes. Oksidasi terhadap Pengukuran Kromium
dengan Spektrofotometri Sinar Tampak
Cotton FA, Wilkinson G. 1989. Kimia [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
Anorganik Dasar. Suharto S, penerjemah; dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Pertanian Bogor.
Inorganic Chemistry
Mumpton FA. 1978. Natural Zeolites: A New
Day RA, Underwood AL. 1999. Quantitative Industrial Mineral Commodity. New
Analytical Chemistry. Ed ke-4. Jakarta: York: Pergamon.
Erlangga.
Muta’alim 2002. Standardisasi zeolit alam
[EPA] Environmental Protection Agency. sebagai komoditas dalam rangka
1998. Toxicological Review Of menjamin mutu untuk keperluan industri.
Hexavalent Chromium (CAS No. 18540- J Zeolit Indones. 1:17-22.
29-9). Washington DC: US Pr.
Noroozifar M, Khorasani MM. 2003. Specific L, Pudjaatmaka AH, penerjemah. Jakarta:
extraction of chromium as Kalman Media Pusaka. Terjemahan dari:
tetrabutylammonium-chromate and Qualitative Inorganic Analysis.
spectrophotometric determination by
diphenylcarbazide: speciation of Wijayanti E. 2005. Ekstraksi kromium
chromium in effluents streams. Anal heksavalen sebagai tetrabutilamonium-
Sci 19:705-708. kromat dan pengukuran secara
spektrofotometri sinar tampak [skripsi].
Notodarmojo S. 2004. Pencemaran Tanah dan Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu
Air Tanah. Bandung: ITB Pr. Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Ortega LM, Rlebrum, Noel IM. 2005.
[Application of nanofiltration in the Yang RT. 2003. Adsorbents Fundamentals
recovery of chromium(III) from tannery and Applications. Washington: US Pr.
effluents] Separation and Purification
Technol 44:45-52 Zamroni H, Thamzil L. 2002. Penggunaan
zeolit dalam bidang industri dan
Patnaik P. 2003. Handbook of Inorganic lingkungan. J Zeolit Indones.1:23-30.
Chemistry. New York: McGraw-Hill.
Zeolit
1. Penggilingan
Preparasi Zeolit 2. Pengayakan (20–40 mesh)
Kapasitas Kapasitas
jerapan Kapasitas jerapan Kapasitas
jerapan jerapan
Waktu optimum
penjerapan
Lampiran 2 Alat-alat ukur pada penentuan konsentrasi ion Cr3+, Na+, K+, Mg2+, dan Ca2+
Spektrofotometer serapan atom merk Perkin Elmer 1100B untuk pengukuran Mg2+dan Ca2+.
Fotometer nyala merk Corning 405 untuk pengukuran Na+ dan K+.
A. Pemanasan 200 °C
No Bobot zeolit awal Bobot zeolit setelah A-B Kadar air (%)
(g) (A) dikeringkan (g) (B)
1 2.0055 1.9214 0.0841 4.19
2 2.0024 1.9198 0.0826 4.13
Rerata 4.16
Contoh perhitungan :
Kadar air pada saat zeolit dipanaskan dalam tanur 200 °C selama 4jam
Kadar air = (A – B)/A × 100%
= (2.0055 – 1.9214)/ 2.0055 × 100%
= 4.19%
Keterangan : Kadar air = (A – B)/A × 100%
A = bobot sampel awal
B = bobot sampel setelah dikeringkan
B. Pemanasan 400 °C
No Bobot zeolit awal Bobot zeolit setelah A-B Kadar air (%)
(g) (A) dikeringkan (g) (B)
1 2.0070 1.9409 0.0661 3.29
2 2.0098 1.9418 0.0680 3.38
Rerata 3.34
Lampiran 4 Kapasitas jerapan Cr3+pada pemanasan suhu 200 °C dan 400 °C
Contoh perhitungan :
Kapasitas jerapan Cr3+ (100 mg/l) pada saat zeolit dipanaskan dalam tanur 200°C selama 4 jam
V ( C o− C )
Kapasitas jerapan =
m
= 50 ml (90.0225-1.2856)/ 1000 mg/l
2.0011 gram
= 2.2172 mg/g
= 2.22 mg/g
Lampiran 5 Kurva standar kromium
Standar % T A
0.30 89.0 0.05
0.50 80.0 0.10
1.00 58.0 0.24
1.50 48.2 0.32
2.00 41.6 0.38
2.50 32.4 0.49
0.6
0.5 y = 0,1941x + 0,0096
absorbans
r= 99.27%
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00
Konsentrasi standar kromium (mg/l)
Lampiran 6 Penentuan waktu optimum penjerapan Cr3+
Contoh perhitungan :
Penentuan waktu optimum Cr3+ pada panjang gelombang 540 nm jam ke-18 ulangan 1
Kurva standar y = 0.1941x + 0.0096 ; r = 99.27%
0.3507 = 0.1941x + 0.0096
0.1946x = 0.3411
x = 1.75734 mg/l × fp
= 1.75734 mg/l × 10
= 17.5734 mg/l
= 17.57 mg/l.
Lampiran 7 Penjerapan Cr3+ berbagai konsentrasi