Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB 1

PENDHAULUAN
1.1 Latar Belakang
Tombak atau lembing adalah senjata yang banyak ditemukan di seluruh
peradaban dunia, terutama karena kemudahan pembuatannya dan biaya
pembuatannya yang murah. Tombak adalah senjata untuk berburu dan berperang,
bagiannya terdiri dari tongkat sebagai pegangan dan mata atau kepala tombak
yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain. Bersamaan dengan kapak
tombak adalah perkakas pertama yang dibuat manusia dan sejalan dengan
perkembangan peradaban mata tombak dan kapak yang semula berupa tulang atau
batu yang dihaluskan diganti menjadi logam yang lebih kuat dan tahan lama.
Pelempar tombak memungkinkan pemburu zaman batu melemparkan tombak
ringan dengan kecepatan yang lebih besar daripada yang bisa diperoleh dengan
tangan.
Dalam pelemparan tombak, maka akan terjadi gesekan antara spearhead
dan udara disepanjang lintasan pelmparan tersebut dengan adanya ini maka akan
mempengaruhi coefficient draf dan coefficient lift. Membuat lemparan horizontal
dari posisi berdiri melibatkan banyak otot dan persendian.
Untuk memperkirakan kinerja, saya telah mengurangi tindakan melempar ke
empat parameter fisik, gaya horizontal, torsi pergelangan tangan, massa tangan,
dan radius tangan dari gyration. Gaya horizontal diasumsikan menjadi fungsi
hanya dari posisi horizontal tangan. Dan apa saja ketergantungan gaya pada
kecepatan rotasi persendian adalah diabaikan.
Dengan adanya permasalahan dapat dianalisa melalui sifat aerodinamik
benda, ang mempelajari aliran udara di sekitar suatu objek. Dengan ilmu
aerodinamika ini bisa mempelajari penghitungan besar tekanan, yang terjadi.
Pada kesempatan ini, penulis, melakukan analisis pada sebuah spearhead
untuk mengetahui coefficient drad dan coefficient lift pada benda tersebut, serta
bentuk yang terjadi pada aliran benda tersebut dan countour yang terjadi sselama
dialiri fluida tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengetahui coefficient drag (cd) yang terjadi dan drag force (Fd)
2. Mengetahui coefficient lift yang terjadi dan lift force (FL)
3. Mengetahui garis aliran yang terjadi pada spesimen yang diuji
4. Mengetahui countour permukaan benda yang dialiri fluida uji.

1.3 Manfaat Peneltian


1. Mendapatkan nilai koefisien drag dan drag force pada pengujian spesimen
2. Mendapatkan nilai koefisien lift dan lift force pada pengujian spesimen
3. Mendapatkan garis aliran yang terjadi selama masa percobaan yang
dilakukan pada spesimen uji
4. Mendapatkan countour permukaan spesimen seehingga penekanan-penakan
yang terjadi dapat diketahui.

2
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Spearhead
Tombak (spear) bagiannya terdiri dari tongkat sebagai pegangan dan mata
atau kepala tombak yang tajam dan kadang diperkeras dengan bahan lain.
Bersamaan dengan kapak tombak adalah perkakas pertama yang dibuat manusia
dan sejalan dengan perkembangan peradaban mata tombak dan kapak yang
semula berupa tulang atau batu yang dihaluskan diganti menjadi logam yang lebih
kuat dan tahan lama.Merupakan senjata yang biasa digunakan dengan cara
dilempar.
Pada kesempatan ini saya akan melakuakn analisis dengan menggunakan
mata tombak (spearhead) dengan keaaadan ukuran dan dengan menggunakan
material stainless steel. Dan dengan kecepatan lemparan 50 Km/Jam Seperti pada
gambar 2.1 dibawah.

Gambar 2.1 Spesimen Uji [1]

2.2 Koefisien Drag (Cd)


Koefisien drag (Cd) adalah bilangan yang menunjukkan besar
kecilnya tahanan fluida yang diterima oleh suatu benda. Harga koefisien drag
yang kecil menunjukkan hambatan fluida yang diterima benda saat berjalan
adalah kecil, dan begitu juga sebaliknya. nilai Cd sangat bergantung pada bentuk
dari suatu geometri. berikut adalah bebagai variasi nilai adalah.

3
Gambar 2.2 Bentuk Geometri terhadap koef. Drag [2]

Dari gambar di atas, tidak ada nilai Cd = 1. Sebuah sama dengan 1 akan
diperoleh dalam kasus di mana semua cairan mendekati objek dibawa untuk
beristirahat, membangun tekanan stagnasi di atas permukaan depan secara
keseluruhan. Sehingga dengan rumus berikut dapat diketahui coeff. Drag.

dimana:
Fd = gaya drag (definisi komponen gaya dalam arah kecepatan aliran)
p(rho)= massa jenis fluida
v = kecepatan relatif dari objek untuk cairan dan
A = acuan daerah aliran

2.3 Koefisien Lift


Gaya Lift atau biasa disebut gaya angkat adalah gaya yang
mengangkat suatu bendakeatas yang terjadi karena tekanan dibawah benda lebih
besar daripada tekanan diatasbenda. Gaya angkat ini sebagian besar ditimbulkan
pada sayap pesawat terbang dan biasanya digunakan untuk melawan gaya

4
gravitasi bumi yang masih menarik pesawat tersebut ke arah bawah. Gaya angkat
yang dalam hal ini dikhususkan pada gaya angkat sayap dapat timbul jika suatu
sayap pesawat terbang bergerak di dalam suatu fluida yang dalam hal ini udara.
Udara yang mengalir melalui bagian atas sayap bergerak lebih cepat daripada
udara yang mengalir di bagian bawah sayap. Hal ini menyebabkan tekanan yang
terjadi pada bagian atas sayap lebih rendah daripada tekanan yang terjadi di
bagian bawah.

Keterangan :
FL = Gaya angkat (N)
CL = Koefisien gaya lift
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)
V = Kecepatan aliran fluida (m/s)
A = Luas permukaan benda (m2)

Koefisien lift adalah sebuah fungsi dari parameter tak berdimensi yang
menunjukkan besarnya gaya lift yang bekerja pada suatu benda yang dialiri oleh
fluida. koefisien lift sangat dipengaruhi oleh bentuk benda. Koefisien lift dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:
CL = Koefisien Lift
V = Kecepatan fluida (m/s)
A = Luas permukaan benda (m2)
FL = Gaya lift (N)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m3)

Koefisien gaya angkat maksimum adalah harga CLmax tertinggi yang


dihasilkan oleh sayap pada posisi angle of attack maksimum. Jika angle of
attack maksimum dilewati, maka akan terjadi kehilangan koefisien gaya angkat
yang berarti sayap mengalami kehilangan gaya angkat yang disebut stall. Harga

5
CLmax merupakan faktor penting dari kinerja airfoil, karena menentukan
besarnya kecepatan stall pesawat. Kecepatan stall adalah kecepatan yang dicapai
pada posisi CLmax . Pada saat terbang straight dan level (terbang lurus dan
datar), lift (L) sama dengan berat pesawat, sehingga :

CLmax =
L = W = 0.5 ρ V2 S CL

2.4 Software ANSYS dan SOLIDWORKS


ANSYS merupakan software berbasis finite element analysis (FEA).
Penggunaan ANSYS mencakup simulasi struktur, panas, dinamika fluida, akustik,
dan elektromagnetik. ANSYS merupakan computer aided engineering(CAE) yang
dikembangkan oleh ANSYS, Inc. Perusahaan tersebut telah mengembangkan
banyak produk CAE. Dari banyak produk komersial yang mereka kembangkan,
ANSYS, Inc. mungkin hanya memiliki dua produk yang paling terkenal yakni
ANSYS Mechanical & ANSYS Multiphysics. ANSYS Mechanical, ANSYS
Multiphysics, dan produk non komersial ANSYS yang saat ini digunakan di dunia
pendidikan berisi perlengkapan analisis pre-processing, solver, dan post-
processing dalam satu tampilan.

Gambar 2.3 Analisis Sistem yang terdapat di ANSYS [3]

SOLIDWORKS adalah salah satu CAD software yang dibuat oleh


DASSAULT SYSTEMES digunakan untuk merancang part permesinan atau
susunan part permesinan yang berupa assembling dengan tampilan 3D untuk

6
merepresentasikan part sebelum real part nya dibuat atau tampilan 2D (drawing )
untuk gambar proses permesinan. Di Indonesia sendiri terdapat banyak
perusahaan manufaktur yang mengimplementasikan perangkat lunak solidworks.
Keunggulan solidworks dari software CAD lain adalah mampu menyediakan
sketsa 2D yang dapat diupgrade menjadi bentuk 3D. Selain itu pemakaiannya pun
mudah karena memang dirancang khusus untuk mendesai benda sederhana
maupun yang rumit sekali pun. Inilah yang membuat solidworks menjadi populer
dan menggeser ketenaran software CAD lainnya. Solidworks dipakai banyak
orang untuk membantu desain benda atau bangunan sederhana hingga yang
kompleks. Solidworks banyak digunakan untuk merancang roda gigi, mesin
mobil, casing ponsel dan lain-lain. Fitur yang tersedia dalam solidworks lebih
easy-to-use dibanding dengan aplikasi CAD lainnya. Analisi kekuatan desain juga
dapat dilakukan secara sederhana dengan solidworks. Dan yang paling penting,
Anda dapat membuat desain animasi menggunakan fitur yang telah disediakan
solidworks.

Gambar 2.4 Tampilan SOLIDWORKS 2015

7
BAB 3
PEMODELAN
3.1 Analitik
Berdardasarkan hitungan melalui software maka didapatkan Fd sebesar
0,004 N maka koefisien drag dan koefisien lift. akan didapat. Disini penulis
meberikan kondisi batas bahwa spearhead diasumsikan didalam sebuah ruangan
dengan batas ruangan tersebut berupa dinding, kemudian spearhead dialiri udara
dengan kecepatan 60 Km/jam. Dan melalui software ANSYS didapatkan juga
proyeksi area sebesar 4,44x10-5 m2 Sehingga dengan menggunakan persamaan :

Maka dengan kondisi


V = 60 Km/Jam = 16,6 m/s
Fd = 0,004 N
ρudara = 1,225 kg/m3
Area Proyeksi = 4,44x10-5 m2
sehingga Cd :
2 𝑥 0,004
= 0,59
1,225. 16,62 . 4,44 𝑥 10−5

Dan untuk koefisien lift


Dari software ANSYS maka akan didapat Fl untuk drag lift sebesar

Maka dengan kondisi


V = 60 Km/Jam = 16,6 m/s
Fl = 6,34 x 10-5 N

8
ρudara = 1,225 kg/m3
Area Proyeksi = 4,44x10-5 m2
sehingga Cl dapat dicari dengan menggunakan

Cl
Maka
6,34 𝑥 10−5
= 0,00797
0,5.1,225. 16,62 . 4,44 𝑥 10−5

Inlet

wall

Gambar 3.1 Batas Kondisi

3.2 CFD (Computational Fluid Dynamics)


Dengan menggunakan metode CFD dan dibantu dengan software
ANSYS Fluent, maka kita dapat menentukan koefisen drag dan lift secara
komputational. Computational fluid dynamics yang biasa disingkat CFD
merupakan sebuah cabang ilmu mekanika fluida di mana menggunakan metode
angka dan algoritma untuk memecahkan masalah aliran fluida. Dengan bantuan
komputer, perhitungan yang dibutuhkan untuk menyimulasi hubungan antara
fluida dengan permukaan benda padat dapat diketahui. Dan dengan memasukkan
batasan-batasan yang diperlukan agar medapatkan koefisien drag dan koefisien
lift yang sesuai dengan spesimen kita.

9
Dengan adanya CFD kita dapat melakukan, pemodelan geometri
dibagian geometri, serta dengan melakukan meshing pada bagian spesimen dan
menetukan bagian mana yang akan dianalisis. Pada bagian ini penulis
menggunakan enclosure yang berguna sebagai pemberian batasan antara objek
yang dianalisis dan bagian dinding pembatas. Setelah itu kita dapat memberikan
set up pada spesimen yang ingin dianalisis. Kondisi yang diberikan adalah berupa
model viscous k epsiplon sehingga aliran yang diberikan adalah turbulen, karena
kondisi yang diberikan adalah udara sebagai fluidanya, yang menyebabkan
Bilangan Reynold disekitar benda uji menjadi tinggi.

Kemudian disini velocity inlet yang diberikan agar udara masuk kedalam
enclosure sebesasr 60 Km/Jam. Dan memiliki pressure outlet bernilai 0 karena
pada outlet benda di asumsikan ke udara terbuka. Dengan pemberian metode
solusi berupa coupled solution, karena disini kita menggunakan tekanan dan
kecepatan sebagai variable pengujian pada spesimen. Kemudian penulis
melakukan proses initialize awal sebagai awalan analisis, yang memungkina
bahwa spesimen uji apakah akan menghasikan bentuk konvergen atau tidak.
Sehingga kita dapat melakukan run calculation ,disini penulis menggunakan
iterasi perhitungan sebanyak 100 iterasi, iterasi ini berguna agar persamaan nilai
kita menghasilkan nilai yang akurasi dan semakin konvergen. Maka akan
didapatkan koefisien drag dan koefisien lift spesimen tersebut.

Gambar 3.2 Initialize awal

10
Berikut langkah- langkah yang dilakukan di proses CFD, sehingga dapat
menghasilkan koefisien drag dan koefisien lift.

Gambar 3.3 Iterasi yang dilakukan

Gambar 3.4 Hasil koefisien Drag

Gambar 3.5 Hasil koefisien lift

3.3 Kondisi Batas dan Komputational Model


A. Kondisi Batas
Kondisi batas yang digunakan utnuk proses analisis ini berupa sebagai
berikut :
 Memiliki batas berupa dinding
 Kecepatan udara Inlet sebesar 60 Km/Jam
 Tidak memiliki pressure outlet karena langsung ke udara terbuka
 Menggunakan pemodelan viscous k epsilon karena berhuungan langsung
terhadap algoritma tekanan dan velocity, dan memberikan aliran turbulen
 Berdasarkan software ANSYS, didapatkan area proyeksi sebesar 4,44 x 10-5
 Nilai rho udara sebesar 1,225 Kg/m3
 Menggunakan ANSYS fluent
 Menggunakan iterasi sebagai perhitungan pengujian.
 Menggunakan Skema Coupled, karena menggunkana tekanan dan kecepatan

11
B. Komputasional Metode
Metode yang digunakan untuk menganalisis spearhead ini menggunakan
CFD dengan bantuan software ANSYS.

Gambar 3.6 Jumlah Cell

Aliran yang digunakan menggunakan model Viscous k epsiplon sehingga


aliran yang diberikan adalah turbulen, karena kondisi yang diberikan adalah udara
sebagai fluidanya, yang menyebabkan Bilangan Reynold disekitar benda uji
menjadi tinggi.

Gambar 3.7 Metode Komputasi

12
Gambar 3.7 Metode Komputasi

13
BAB 4
HASIL DAN ANALISA

Berdasarkan hasil simulasi spearhead terhadap variasi kecepatana melalui


a) 60 km/jam, b) 30 Km/Jam, c) 100 Km/Jam, maka didaptakan hasil coefisien
drag, coefisien lift, garis alir serta countour pada spesimen uji sebagai berikut.

a. 60 Km/Jam

Gambar 4.1 Hasil variasi 60 Km/Jam

14
b. 30 Km/Jam

Gambar 4.2 Hasil Variasi 30 Km/Jam

15
c. 100 Km/Jam

Gambar 4.3 Hasil Variasi 100 Km/Jam

16
Serta berikut adalah hasil countour dan streamline dari hasil analisis
spearhead yang dilakukan.

Gambar 4.4 countour dan streamline

17
BAB 5

KESIMPULAN

Berdasarkan dari analisis yang dilakukan dan dengan variasi kecepatan,


maka didapatkan kesimpulan bahwa pada kecepatan 30 Km/Jam koefisien drag
sebesar 0,42 dan koefisien lift sebesar 0,006, untuk kecepatan 100 Km/Jam
koefisien drag sebesar 0,37 dan koefisien lift sebesar 0,008 dan untuk kecepatan
60 Km/Jam maka koefisien drag sebesar 0,59 dan koefisien lift sebesar 0,007.

18

Вам также может понравиться