Вы находитесь на странице: 1из 35

Note: Pengumpulan LI harikamis, jam 21.

00 (lengkap)

SGD 1 LBM 2

STEP 1

- Hipestesi: Penurunan kepekaan secara abnormal terhadap rangsangan


- Reflex patologi: Suatu aksi yg aktif dan spontan yg ditimbulkan Karena stimulus yg abnormal
- Reflex fisiologi: suatu aksi yg aktif dan spontan yg ditimbulkan Karena stimulus yg normal

STEP 2

1. Otot2 apa saja yg berfungsi untuk berjalan, kedua lengan, mata!


2. Koordinasi system lokomosi dgn system gerak?
3. Fisiologi dari perjalanan sensorik?
4. Apa penyebab dari pelemahan otot?
5. Apa saja derajat kontraksi otot?
6. Contoh reflex patologi dan fisiologi?
7. Apa saja pemeriksaan sensorik yg dpat dilakukan dalam scenario?
8. Bagaimana patofisiologi dari scenario? (bahassemua)
9. Apa diagnosis banding dari scenario?
10. Perbedaan gangguan LMN dan UMN?
11. Apa hubungan riwayat demam dgn kelumpuhan?
12. Pemeriksaan penunjang dalam scenario?

STEP 3

1. Otot2 apa saja yg berfungsi untuk berjalan, kedua lengan, mata!


EKSTREMITAS Superior
 BAHU

OTOT FUNGSI GAMBAR


m. pectoralis major  Bagian atas = flexi dan
endorotasi terhadap
articulation humeri
 Bagian bawah =
adduks dan
endorotasi
 Penting untuk
mendorong,
melempar, dan
memukul

m. pectoralis minor  Gelang bahu = depresi


 Thorax = mengangkat
sternum dan costa-
costa bagian atas
(membantu inspirasi)

M. seratus anterior  Pars superior=


mengangkat scapula
 Pars media = depresi
scapula
 Pars inferior =
bersama-sama dengan
m.trapezius, depresi
scapula dan rotasi
angulus inferior ke
luar agar lengan dapat
diangkat lebih tinggi
daripada horizontal
M. subclavius  Gelang bahu= depresi,
antagonis terhadap
traksi clavicula ke arah
lateral

OTOT PUNGGUNG
OTOT FUNGSI GAMBAR
M. trapezius Pars decendens = elevasi
scapula
Pars tranversa = adduksi
scapula
Pars ascendans = depresi
scapula

m. latissimus dorsi Terhadap sendi bahu =


adduksi, rotasi medial,
retroversi
Terhadap gelang bahu =
menarik scapula dan lengan
ke medial dank e bawah

m. levator scapula Elevasi scapula dan rotasi


cavitas glenoidal ke bawah
m. rhomboideus mayor Adduksi, elevasi, dan rotasi
kebawah scapula

m. rhomboideus minor Adduksi, elevasi,dan rotasi


ke bawah scapula

OTOT BAHU
OTOT FUNGSI GAMBAR
M. DELTOIDEUS Bagian anterior = membantu
flexi dan endorotasi
Bagian tengah = abduksi (
abductor utama humerus)
Bagian posterior =
membantu retrofleksi
exorotasi
M. SUBSCAPULARIS Endorotasi lengan

M. SUPRASPINATA Abduksi lengan atas,


memegang caput humeri
dalam cavitas glenoidalis

M. INFRASPINATA Exorotasi lengan atas

M. TERES MAYOR Adduksi, endorotasi,


retrofleksi lengan atas
M. TERES MINOR Exorotasi lengan atas

LOGE FLEXOR (KOMPARTEMEN ANTERIOR


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. CHORACOBRACHIALIS Membantu flexi dan
adduksi lengan atas

M.BISEPS BRACHII Flexi lengan bawah

M.BRACHIALIS Flexi lengan bawah

LOGE EKSTENSOR (KOMPARTEMEN POSTERIOR


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. TRICEPS BRACHII Ekstensi lengan bawah

M. ANCONEUS Membantu ekstensi lengan


bawah

EKTREMITAS INFERIOR

OTOT DAERAH ILIUM


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. ILIACUS Fleksi dan endorotasi pada
articulation coxae
M. PSOAS MAYOR Articulation coxae= flexi,
adduksi, endorotasi
collumna vertebralis= jika
collumna ertebralis
dipertahankan dalam posisi
lurus, kontraksi m.psoas akan
mengakibatkan flexi terhadap
paha

M. PSOAS MINOR Articulation coxae = flexi,


adduksi, endorotaso
collumna vertebralis
dipertahankan dalam posisi
lurus, kontraksi m.psoas akan
mengakibatkan fleksi
terhadap paha.

OTOT GLUTEA
OTOT FUNGSI GAMBAR
M. GLUTEUS MAXIMUS Ekstensi dan eksorotasi
articuatio coxae

M. GLUTEUS MEDIUS Abduksi kuat tungkai atas


pada articuatio coxae

M. GLUTEUS MINIMUS Abduksi kuat tungkai atas


pada articuatio coxae

M. OBTURATORIUS Rotasi lateral tungkai atas


INTERNUS pada articulation coxae,
ekstensi paha, abduksi paha
M. OBTORATORIUS Rotasi lateral tungkai atas
EKSTERNUS pada articulation coxae (
eksorotasi paha)

M. GEMELUS SUPERIOR Rotasi lateral tungkai atas


pada articulation coxae,

M. GEMELLUS INFERIOR Rotasi lateral tungkai atas


pada articulation coxae,

M. QUADRATUS FEMORIS Rotasi lateral tungkai atas


pada articulation coxae,
M.PIRIFORMIS Rotasi lateral tungkai atas
pada articulation coxae
(eksorotasi paha), ekstensi
paha, abduksi paha

M.TENSOR FACIA LATAE Stabilisasi lutut ekstensi

LOGE EKSTENSOR TUNGKAI ATAS


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. SARTORIUS Fleksi art.coxae sedikit
eksorotasi, sedikit eksorotasi
pada art. Genue, fleksi
tungkai bawah,endorotasi
tibia bila lutut daam keadaan
fleksi
M. RRECTUS FEMORIS Fleksi paha, ekstensi tungkai
atas

MM. VASTI Ekstensi tungkai bawah

LOGE ADDUKTOR TUNGKAI ATAS


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. GRACILIS Adduksi tungkai atas pada
art. Coxae dan fleksi tungkai
bawah pada art. Genue
M. PECTINEUS Fleksi dan addusi tungkai
pada art. Coxae

M. ADDUKTOR LONGUS Adduksi tungkai atas pada


art. Coxae dan membantu
rotasi lateral
M. ADDUKTOR BREVIS Adduksi tungkai atas pada
art. Coxae dan membantu
rotasi lateral

M. ADDUKTOR MAGNUS Bagian adductor= adduksi


tungkai atas art. Coxae dan
juga membantu rotasi lateral
Bagian hamstring =n ekstensi
tungkai atas pada art.coxae

LOGE FLEKSOR TUNGKAI ATAS


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. BISEP FEMORIS Fleksi dan rotasi lateral
tungkai bawah pada art.
Genue. Caput longum
mengekstensikan tungkai
atas pada art. Coxae

M. SEMITENDINSUS Fleksi dan rotadi medial


tungkai bawah pada sendi
lutut. Otot ini juga
mengekstensikan tungkai
atas pada art.coxae

M. SEMI MEMBRANOSUS Fleksi dan rotasi medial


tungkai bawah pada sendi
lutut. Otot ini juga
mengekstensikan tungkai
atas pada art.coxae.

OTOT TUNGKAI BAWAH


LOGE FLEXOR TUNGKAI BAWAH
OTOT FUNGSI GAMBAR
M. GASTROCNEMIUS Plantar fleksi kaki pada sendi
pergelangan kaki dan art,
genue
M. PLANTARIS Plantar fleksi kaki pada sendi
pergelangan kaki dan art,
genue

M. SOLEUS Fleksi plantar sendi


pergelangan kaki supinasi
sendi talotorsalis

Loge peroneus tungkai bawah


OTOT FUNGSI GAMBAR
M. PERONEUS (FIBULARIS) Fleksi plantar sendi
LONGUS pergelangan kaki, pronasi
sendi talotarsalis

M. PERONEUS (FIBULARIS) Fleksi plantar sendi


BREVIS pergelangan kaki, pronasi
sendi talotarsalis

2. Koordinasi system lokomosi dgn system gerak?


System lokomotif
- Tulang
- Saraf
- Otot
- Sendi
Syarat lokomotif yaitu saraf dan otot
3. Fisiologi dari perjalanan sensorik?
a. Gerak involuntary olehlengkungreflek
Mekanisme:
Rangsangan diterima oleh reseptor sensorik
Masuk ke medulla spinalis melalui neuron aferenkornu posterior  [adasebagian yang ke
pusatkesadaran] kornu anterior  neuron eferenefektor
Gerak Voluntary
Kebanyakan gerak volenter diawali oleh kortek serebri.
Kortek serebri/korteks motoric dibagi menjadi 3 area yang masing masing memiliki perwakilan
topografisnya sendiri pada kelompok-kelompok otot dan fungsi motoric spesifik:
 Korteks motoric primer
 Area premotorik
 Area motoric suplementer (pelengkap)
A. Korteks motoric primer
Terletak pada lipatan pertama bagian frontal lobus anterior sampai ke sulcus sentralis
B. Korteks premotorik
Sinyal-sinyal saraf yang dibentuk di area premotorik menyebabkan pola pergerakan yang
kompleks dari pada pola khusus yang terbentuk didalam korteks motoric primer. Contohnya,
pola tersebut mengatur posisi bahu dan lengan sehingga tangan terarah secara benar untuk
menjalankan tugas spesifik.
C. Korteks motoric suplementer
Terletak di fissure longitudinalis tetapi meluas beberapa cm ke frontalis superior, umumnya
fungsi area ini berkaitan dengan area premotorik untuk menghasilkan gerakan atau sikap tubuh
yang luas, contohnya sebagai pendukung gerakan motoric halus pada lengan dan tangan oleh
area premotorik dan korteks motoric primer.
Dalam pengaturan gerak volunteer terdapat system pyramidal dan ekstra piramidal
PIRAMIDAL TRACT
Korteks MS melaluitrakturkortikospinalis
Korikospinal tract ada yang lateral (menyilang) dan ventral
Extrapyramidal tract
Korteks motoric  MS melalui jalur selain traktus kortikospinalis ex. Ganglia Basalis, Nucleus
Ruberdsb.
Sistem Ekstrapyramidal terdiri dari beberapa lintasan:
 Sistem Ekstra pyramidal Lintasan 1
Dari area 4 dan 6melalui olive inferior dilanjutkan ke ventrolateral thalamus [system feedback]
 Sistem Ekstra pyramidal Lintasan 2
Area 4s dan area 6substansi anigramens encephalonglobus palidusventrolateral
thalamus inhibisi korteks piramidalis dan korteks ekstra piramidalis
 Sistem Ekstra pyramidal LIntasan 3
Area 4s dan 8 nucleus kaudatusglobus palidus dan nucleus venterolateral thalamus
korteks pyramidal dan ekstra pyramidal untuk inhibisi
SUmber:
Principles of Anatomy and Physiology; 14th edition; Gerard J Tortora
Guyton and Hall; Buku Ajar FisiologiKedokteran; edisi 12
Peran system ekstra pyramidal untuk regulasi dan integrasi gerakan sekutu sebagai komponen
tonik dari gerakan volunteer.
4. Apa penyebab dari kelemahan otot?
Konduksi neuromuscularnya terganggu. Jumlah reseptor asetilkolin normal menjadi menurun
yang diyakini terjadi akibat cedera autoimun antibody terhadap protein reseptor asetilkolin
telah ditemukan dalam serum banyak penderita. Penentuan bahwa hal ini akibat kerusakan
reseptor primer atau sekunder yang disebabkan oleh agen primer yang tidak diketahui.

Gangguan pada myelin saraf motoric ( demielinasi polineuropati akut), penyebab tersering
karena virus yang merusak system saraf dimulai dari myelin.
Sylvia Anderson Price dan Lorraine McCarty Wilson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
penyakit. Edisi 6 Volume 2. Jakarta: penerbit Buku Kedokteran EGC
Macam2 hipestesi: berdasarkan saraf sensorik
- Hipestesi akustik: pendengaran berkurang
- Hipestesi gustatorik: pengecapan berkurang
- Hipestesi hiposmi: penciuman berkurang
- Hipestesi taktil: berkurangnya sensasi perabahan

5. Apa saja derajat kontraksi otot?


0-5
0: tdk kontraksi sama sekali (plegi)
1: kotraksi gerak (kontraksilemah)
2: bisa bergeser
3: bisa mengangkat tapi jatuh
4: bisa mengangkat tapi jatuh jk diberi beban
5: normal
1-4: Paresis
6. Contoh reflex patologi dan fisiologi?
REFLEK PATOLOGIS
1. Reflek Hoffman-tromer  jari tengah klien diekstensikan, ujungnya digores, (+) bila ada
gerakan fleksi pada jari lainnya
2. Reflek Jaw  kerusakan korkospinalis bilateral, eferen, dan aferennya nervous trigenius.
Dengan mengertuk dagu klien pada posisi mulut terbuka, (+) bila mulut terkatup
3. Reflek regresi  kerusakan traktus pirimidalis bilateral/ otak bilateral.
4. Reflek glabella  mengetuk dahi diantara kedua mat, (+) bila membuat kedua mata klien
tertutup
5. Reflek Snout  mengutuk pertengahan bibir atas, (+) bila mulutnya terkucur saliva
6. Reflek Sucking  menaruh jari pada bibir klien (+) bila klien menghisap jari tersebut
7. Reflek grasp  taruh jari pada tangan klien (+) bila klien memegangnya
8. Reflek palmomental  gores telapak tangan didaerah distal (+) bila otot dagu kontraksi
9. Reflek rosolimo  ketuk telapak kaki depan (+) bila jari kaki ventrofleksi
10. Reflek mendel Bechterew mengetuk daerah dorsal kaki-kaki sebelah depan (+) bila jari
kaki ventrofleksI

REFLEK FISIOLOGIS

1. Reflek kornea  dengan cara menyentuhkan kapas pada limbus, (+) bila mengedip (N IV &
VII)
2. Reflek faring  faring digores dengan spatel (+) bila ada reaksi muntahan ( N IX & X)
3. Reflek Abdominal  menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilicu, (-) pada orang
tua, wanita multi para, obesitas (+) bila terdapat reaksi otot
4. Reflek kremaster  menggoreskan paha bagian dalam bawah, (+) bila skrotum sisi yang
sama naik/ kontriksi ( L 1-2)
5. Reflek anal  menggoreskan kulit anal (+) bila ada kontraksi spincter ani ( S 3-4-5)
6. Reflek Bulbo Cavernosus  tekan gland penis tiba-tiba jari yang lain masukkan ke dalam
anus (+) bila kontraksi spincter ani ( S3-4 / saraf spinal)
7. Reflek bisep ( C5-6)
8. Reflek Trisep ( C5-6-7)
9. Reflek Brachioradialis ( C5-6)
10. Reflek Pattela ( L 2-3-4)
11. REflek tendon Achiles ( L5-S2)
12. Reflek Moro  reflek memeluk pada bayi saat dikejutkan dengan tangan
13. Reflek Babinski  goreskan ujung reflek hammer pada lateral telapak kaki mengarah ke jari,
(+) bila pada bayi normal sedangkan pada orang dewasa ( jari kaki meregang/ adduksi
ekstensi)
14. Reflek sucking  reflek menghisap pada bayi
15. Reflek grasping  reflek memegang pada bayi
16. Rooting reflek  bayi menoleh saat tangan ditempelkan ke sisi pipi.

7. Apa saja pemeriksaan sensorik yg dpat dilakukan dalam scenario?


PEMERIKSAAN SENSORIK DAN INTENSITAS NYERI
Lokalisasi lesi dalam sistem saraf :
1. Lesi kortikal / Lobus parietal:
- Streognosis,
- Grafestesia,
- Sensasi posisi,
- Lokalisasi titik / inattention.
2. Lesi Sub kortikal (Kapsula Interna, GangliaBasalis, thalamus)
- Gangguan tusuk jarum,
- Gangguan Raba.
3.Lesi pada batang otak :
- Penurunan sensasi nyeri
- Penurunan sensasi suhu,
- Refleks kornea.
4.Lesi pada Medulla Spinalis :
-Gangguan sensasi nyeri tusuk jarum,
-Gangguan Rasa getar.
a. Lesi Transversal total.
Hyperestesi pada bagian atas dan hilang pada bagian bawah.
b. Separuh dari medulla spinalis,
Hilangnya posisi sendi dan getaran pada sisi yang sama dengan lesi dan hilangnya rasa nyeri dan
suhu pada sisi yang berlawanan .
c. Medulla spinalis sentral.
Hilangnya sensasi rasa sakit dan suhu pada tingkat lesi.
d. Columna posterior
Hilangnya posisi sendi dan getaran dengan modalitas nyeri dan suhu yang masih utuh,
e. Sindrom spinalis anterior,
Hilangnya rasa nyeri dan suhu dibawah tingkat lesi, dengan posisi sendi dan getaran yg masih
normal.
 Penyebab umum dari adanya Lesi :
 Lesi Saraf tunggal : (N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis).
Neuropati akibat saraf terjepit.
 Lesi Multipel Saraf Tunggal :
Vaskulitis , Neuropati yg lebih difus.
 Lesi Saraf perifer : DM, Defisiensi Vit. B1, GBS.
 Lesi pada Med. Spinalis :
Trauma, Kompresi medulla spinalis oleh tumor.
 Lesi pada batang otak :
 Stroke pada batang otak.
 Gangguan thalamus dan kortikal:
 Stroke, trauma, tumor otak.
PEMERIKSAAN SENSORIK :
 Diseluruh bagian tes sensorik, pasien perlu kita ajari terlebih dahulu mengenai tes yg akan
dilakukan. Kemudian lakukan tes tersebut. Akhirnya cek apakah pasien telah mengerti dan
melakukan tes tersebut dengan semestinya. Untuk semua tes, mulailah dari daerah yang
mengalami gangguan sensorik ke daerah yang normal.
 LENGAN :
Terdapat 4 nervus yang sering terganggu di lengan, yaitu : N. Medianus, N. Ulnaris, N. Radialis,
N. Aksilaris.
§ TUNGKAI :
Defisit sensorik pada seseorang lebih sering terlihat pada nervus-nervus berikut :
§ nervus kutaneus lateralis, (paha bag. Dpn dan samping).
§ nervus peroneus communis (betis depan, samping, dan sebagian belakang)
 Nervus femoralis (paha depan bagian medial sampai ke tungkai bawah.
 Nervus ischiadicus (paha belakang bag. Tengah sampai ke tungkai bawah).
 TES SENSORIK PRIMER :
 RABA HALUS:
Gunakan sepotong kapas, beberapa orang lebih menyukai menggunakan ujung jari. Sentuhkan
kapas tersebut diatas kulit.
Cobalah untuk mengulangi rangsangannya.
Peragakan – dengan kedua mata pasien terbuka, tunjukkan padanya bahwa anda akan meraba
kulitnya. Mintalah pasien mangatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan.
TES – perintahkan pasien untuk menutup matanya, lakukan tes pada daerah kulit yang
bermasalah.
• TES NYERI:
Roda bergerigi atau rader sering digunakan Dr. Wartenberg, bisa juga dengan menggunakan
peniti atau jarum tajam dan tumpul.
• Peragakan – Tunjukkan kepada pasien apa yg anda kerjakan, Jelaskan bahwa anda ingin agar
pasien memberitahukan apakah jarum yang dirasakan tajam atau tumpul. Sentuh area yang
terganggu dengan jarum dan kemudian sentuh dengan jarum tumpul pada area yg sehat.
• TES – mintalah pasien menutup kedua matanya kemudian beri rangsangan tajam dan tumpul
secara acak, dan perhatikan respon pasien.
• Dermatom – Pada lesi radiks saraf, timbul area penurunan sensasi yang terbatas pada
distribusi segmental. Area kulit yang dipersarafi oleh radiks spesifik dinamai dermatom.
• Baal - Sering pasien mengeluh area baal. Pasien harus diinstruksikan untuk melukiskan area ini
dengan satu jari tangan. Kemudian pemeriksa harus menempatkan peniti di pusat area baal
merangsang ke arah luar sampai pasien memperhatikan rasa nyeri, dengan cara ini batas
kehilangan sensorik dapat ditentukan.
• TES SENSASI SUHU:
Isi tabung dengan air hangat dan dingin.
Peragakan – “ saya mau anda mengatakan sesuatu jika saya sentuh anda dengan tabung yang
panas atau dingin. Sentuhkan secara acak tabung air panas dan dingin pada tangan, kaki atau
daerah kulit yang terganggu.
• TES PROPRIOSEPSI (Indera posisi)
Propriosepsi harus dites pada jari tangan dan kaki bilateral dengan memegang sisi lateral
phalanx distal, sementara bagian proksimal phalanx dipertahankan tetap. Mula-mula tes ini
dijelaskan kepada pasien dengan matanya terbuka pemeriksa memperlihtakan apa artinya
“keatas” dan “kebawah”. Kemudian pasien menutup mata & pemeriksa menggerakkan
phalanxnya keatas dan kebawah. Pasien hrs menjawab apakah sendinya ke atas atau ke bawah.
• SENSASI RASA GETAR :
Gunakan garpu tala 128 Hz. Garpu tala dengan frequensi yg lebih tinggi (256 atau 512 Hz) tidak
adekuat.
Peragakan – Pastikan pasien mengerti bahwa dia akan merasakan getaran, dengan memukulkan
garpu tala dan meletakkannya diatas sternum atau dagu.
TES –mintalah pasien menutup matanya, tempatkan garpu tala pada tonjolan tulang, tanyakan
pasien dapat merasakan getaran tersebut.
Letakkan pada sendi metatarsal falangeal, malleolus medialis, tuberositas tibialis, spina iliaka
anterior superior, di lengan dan pada ujung jari, masing-masing sendi interfalangeal,
pergelangan tangan, siku dan bahu. Bila sensasi bagian distal normal, tes tidak perlu dilakukan
pada bagian proksimal
• PEMERIKSAAN SENSORIK SEKUNDER :
• Streognosis :
Identifikasi taktil obyek dinamai sebagai streognosis. Banyak jenis obyek yang lazim dapat
digunakan seperti uang logam, penjepit kertas, kunci atau kancing baju. Obyek yg tidak diakrabi
harus dihindari. Ketidak mampuan mengenal suatu obyek dinamai astereognois atau agnosia
taktil.
• Grafestesia :
Ketidakmampuan mengenal angka atau huruf yang dituliskan pada kulit dinamai grafestesia.
Angka sekitar 1 cm tingginya digambarkan pada bantalan jari tangan dengan menggunakan
pensil.
Kehilangan kemampuan membedakan angka atau huruf dikenal sebagai grafenestesia.
• Diskriminasi dua titik :
Kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujungdisebut
diskriminasi dua titik. Berbagai daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua
titik pada tingkat derajat pemisahan ber-variasi. Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dpt
dibedakan pd ujung jari tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes dpt
menggunakan kompas, jepitan rambut.
• Sensory inattention.
Mintalah pasien untuk mengatakan kepada anda bagian mana yang anda sentuh (baik dengan
kapas ataupun dengan jarum). Sentuhlah pada bagian kanan dan kemudian pada bagian kirinya.
Jika pasien dpt membedakan masing-masing secara terpisah, kemudian sentuhkan kedua bagian
pada saat yg sama.
Pengertian Nyeri :
• Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya
diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
• Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Fisiologi Nyeri :
• Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut
juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada
juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
INTENSITAS NYERI :
• Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu,
pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang
yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan
tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
Pengukuran intensitas nyeri :
1. Skala Intensitas nyeri Deskriptif

2. Skala Intensitas Nyeri Numerik:

3. Skala nyeri Analog visual :

4. Pengukuran Nyeri Wong Baker :


5. Verbal Descriptive Scale ( VDS)
— Pengukuran derajat nyeri dengan tujuh skala, yaitu nilai :
1 = Tidak nyeri
2 = Nyeri sangat ringan
3 = Nyeri ringan
4 = Nyeri tidak begitu berat
5 = Nyeri cukup berat
6 = Nyeri berat
7 = Nyeri hampir tak tertahankan
— Skala Lima Tingkat
merupakan parameter pengukuran derajat nyeri dengan memakai 5 skala, yaitu derajat :
0 = Tidak nyeri, tidak ada rasa nyeri pada waktu istirahat dan aktivitas
1 = Minimal, istirahat tidak ada nyeri, perasaan nyeri timbul sewaktu bekerja lama, berat dan
pada penekanan kuat terasa sakit
2 = Ringan, rasa sakit terus menerus atau kadang-kadang timbul, tetapi masih dapat diabaikan
/tidak menganggu. LGS normal, pada peneka nan kuat terasa sakit, fleksi dan ekstensi sakit.
3 = Sedang, keluhan seperti pada derajat 2, ditambah keluhan tersebut menganggu aktivi tas dn
LGS terganggu.
4 = Berat, nyeri menyulitkan lansia hampir tak tertahankan dan gerakan fleksi/ekstensi hampir
tidak ada/tidak mampu.
1. Fuller Geraint. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2008
2. Weiner L. Howard et al. Buku Saku Neurologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2001

8. Bagaimana patofisiologi dari scenario? (bahas semua)


Semua otot yang ada ditubuh kita diaktifkan oleh rangsangan syaraf yang berjalan
sepanjang batang syaraf dari otak dan urat syaraf tulang belakang . Bila rangsangan
saraf mencapai persimpangan neuromuscular , titik dari sambungan serabut saraf
berakhir pada serabut otot , zat yang dihasilkan disebut Acetylcholine (AcH) , dimana
reseptor pada membrane otot yang diserang serta menghasilkan kontraksi otot .
Pasien dengan MG akan membuat blocking antibody , dimana akan menumpuk pada
membrane otot reseptor dan mencegah masuknya molekul AcH . Hasil yang didapatkan
akan melemahkan otot dan terkadang terjadi apa yang dinamakan “ Frank Paralysis “.
Karakteristik klinis
Ocular MG dikategorikan sebagai kelemahan dan kelelahan yang tersembunyi dan
membahayakan yang dapat terjadi pada satu atau kedua kelopak mata atau otot bola
mata . Jika meliputi kelopak mata yang jatuh biasanya dikenal sebagai ptosis ; yang
mengenai otot extraocular maka pasien akan melihat dobel pada arah otot yang lemah
Dalam hal ini mungkin akan melihat baik kesemua arah kecuali keatas , dimana salah
satu otot elevatornya lemah . Untuk mengkompensasi kelemahan tersebut penderita
dapat memiringkan kepalanya atau memutar wajahnya kearah otot yang lebih kuat .
Sebagai contoh penderita akan memiringkan kepalanya kebelakang ,meskipun matanya
relative melihat kearah bawah yang diakibatkan dari kelemahan otot elevator .
Kekuatan otot mata pada MG setara dengan menelan , berbicara serta kekuatan
kaki yang mungkin normal atau sedikit berpengaruh ketika penderita beristirahat ,
tetapi biasanya kelemahan tersebut dapat dihilangkan dengan latihan .
Dalam hal ini tanyakan ke penderita untuk melihat keatas selama 60 detik , dengan
demikian tes ketahanan otot vertical mata dan kelopak atas dilakukan secara bergantian
, penderita mungkin akan mengalani perubahan kelemahan dari normal ke extreme
dengan diplopia yang mencolok atau ptosis .
Meskipun gerakan mata keatas dilakukan diawal ,otot extraocular tidak akan
mengikuti . Kelemahan dari gerakan mata pada horizontal pun biasanya sama . Pada
dasarnya banyak contoh dari tidak berfungsinya otot gerak mata yang mungkin
berkembang tetapi dihambat oleh kelumpuhan otot atau ketidakmampuan mata untuk
berkembang , kadang pada kondisi medis lain seperi stroke , tumors , thyroid , infeksi
dan multiple sclerosis .

Tanda meliputi :
 kelemahan otot wajah termasuk kelopak mata yg menggantung
 penglihatan ganda
 kesulitan bernafas , berbicara & mengunyah
 kelemahan pada otot tangan & kaki
 kelelahan yg disebabkan karena factor emosional

Gejala yang umum yang terlihat pada pasien dengan Myasthenia gravis adalah :
* Diplopia( penglihatan ganda )
* Ptosis ( kelopak mata yang menggantung )
* dan mata yang tidak dapat menutup rapat
Gejala ini timbul karena lemahnya otot yang mengontrol bola mata dan pergerakan kelopak
mata, sensitif terhadap cahaya
Sumber :Robbins kumar. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Karena reseptor antibody menempel pada reseptor ACH tdk terjadinya kontraksi pada otot
9. Apa diagnosis banding dari scenario?

1. TROMBOSIS ARTERI BASILER

Sebuah proses yang progresif dari gejala atau serangan iskemik transient di daerah vertebrobasilar
terlihat pada pasien dengan oklusi aterosklerosis. Sebanyak 50% dari pasien mengalami serangan
iskemik transient atau waxing dan waning kursus selama beberapa hari untuk minggu sebelum oklusi.
Gejala yang paling umum adalah sebagai berikut :
· Motorik defisit seperti hemiparesis atau tetraparesis dan paresis wajah - 40-67% kasus
· Dysarthria dan pidato penurunan - 30-63% kasus
· Vertigo, mual, dan muntah - 54-73% kasus
· Sakit kepala - 40-42% kasus
· Visual gangguan - 21-33% kasus
· Diubah kesadaran - 17-33% kasus

Dalam beberapa kasus, kejang terjadi bersama dengan hemiparesis (pemberita hemiparesis)
mungkin menjadi satu-satunya petunjuk diagnostik.

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, pasien mungkin hadir dengan vertigo terisolasi atau pusing,
tanpa gejala neurologis lainnya. Adanya faktor risiko vaskular, sakit kepala, dan ketidakmampuan untuk
berjalan mungkin mengarah pada insufisiensi vertebrobasilar. Tanda-tanda neurologis terkait disfungsi
batang otak juga mendukung diagnosis insufisiensi vertebrobasilar.
Berdasarkan geja temporal yang muncul, trombosis arteri basilar dapat bermanifestasi dalam
setidaknya ini 3 cara yang berbeda, sebagai berikut:
· Defisit motorik yang parah dan gejala bulbar dengan gangguan kesadaran
· Tentu saja bertahap atau sebagai kombinasi dari gejala yang diuraikan di atas yang berakhir dengan
gejala bulbar, gangguan kesadaran, atau keduanya
· Gejala prodromal yang mungkin termasuk kehilangan penglihatan, diplopia, dysarthria, vertigo,
hemiparesis, parestesia, ketidakseimbangan, dan kejang-seperti gerakan (gejala-gejala ini dapat
mendahului trombosis arteri basilar monophasic oleh beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan)
· Tingkat abnormal dari tanda-tanda kesadaran dan motorik, seperti hemiparesis atau quadriparesis
(biasanya asimetris), terlihat pada lebih dari 70% dari pasien.
Tanda-tanda bulbar dan pseudobulbar adalah temuan yang paling umum dalam satu seri, dilaporkan
mempengaruhi 74% dari pasien.
Kelainan pupil, tanda-tanda oculomotor, dan manifestasi pseudobulbar (yaitu, kelemahan wajah,
disfonia, dysarthria, disfagia) terlihat di lebih dari 40% dari pasien.
Hal ini disebabkan oleh infark dari Pontis secara sekunder terhadap penyakit oklusi dari segmen
proksimal dan tengah arteri basilar, sehingga quadriplegia. Karena tegmentum dari pons terhindar,
pasien memiliki tingkat kesadaran yang menurun, gerakan mata vertikal, dan berkedip.
Koma dikaitkan dengan kelainan oculomotor dan quadriplegia juga menunjukkan oklusi arteri basilar
proksimal dan penyakit oklusi midbasilar dengan iskemia pontine. Ini adalah manifestasi dari batang
otak atas dan iskemia diencephalic disebabkan oleh oklusi dari arteri basilar rostral, biasanya oleh
embolus. Pasien hadir dengan perubahan tingkat kesadaran. Mereka mungkin mengalami gejala visual
seperti halusinasi dan / atau kebutaan. Kelumpuhan nervus Ketiga dan kelainan pupil juga sering.
Kelainan motorik meliputi gerakan atau sikap yang tidak normal.

2. MYELOPATI SERVIKAL

Myelopati servikal adalah kondisi berbahaya dari medula spinalis, yang jika dibiarkan berkembang
bisa menyebabkan kelumpuhan permanen dan bahkan kematian. Ada banyak penyebab myelopati
servikal, apa pun yang mengganggu aliran normal impuls saraf melalui tulang belakang dapat
menyebabkan myelopathy klinis. Beberapa penyebab adalah trauma, proses virus, gangguan inflamasi
atau autoimun, tumor, atau proses degeneratif termasuk spondylosis dan herniasi intervertebralis.
Namun, Myelopati servikal biasanya disebabkan oleh apa yang dikenal sebagai spondilosis myelopati
atau trauma.
Myelopati servikal adalah berbahaya, karena saraf dikompresi sehingga medula spinalis terasa sakit
dan sulit bagi pasien untuk mengatakan kapan gejala dimulai. Gejala myelopati servikal terjadi perlahan-
lahan, sebagai akibat dari stenosis kanal tulang belakang. Ini adalah degenerasi lambat tulang belakang
yang disebut spondylosis, yang menyebabkan penyempitan kanal tulang belakang.
Myelopati servikal dimulai dengan kompresi medula spinalis di tulang belakang leher. Edema mulai
terjadi di sekitar medula spinalis sebagai upaya untuk melindungi dirinya sendiri. Edema ini muncul
dengan warna putih dalam gambaran MRI.
Awal gejala myelopati serviks:
· perasaan berat di kaki
· Tidak dapat berjalan dengan langkah cepat
· Gangguan keseimbangan terlebih saat berjalan dengan mata tertutup
· Penurunan dalam keterampilan motorik halus (seperti tulisan tangan atau mengancingkan kemeja)
· Perasaan mati rasa, kesemutan, atau rasa terbakar yang dirasakan seperti nyeri di lengan dan / atau
kaki
· saat membungkuk kepala mereka mundur atau jauh ke depan (dikenal sebagai fenomena Lermitte).
· Inkontinensia urin atau gangguan seksual.
Sedangkan pada Pemeriksaan Fisik yang dilakukan dapat terjadi :
· meningkatnya ketegangan di otot kaki
· hiperrefkelsia terutama bila dilakukan refleks lutut dan pergelangan kaki
· Ekstensi paksa pergelangan kaki dapat menyebabkan kaki untuk naik dan turun dengan cepat (clonus)
· Merangsang telapak kaki dapat menyebabkan jempol kaki untuk naik (Babinski refleks) bukannya
turun (refleks normal)
· Menjentikkan jari tengah dapat menyebabkan ibu jari dan jari telunjuk untuk fleksibel (refleks
Hoffman)
· Gangguan Koordinasi yang dapat dibuktikan dengan kesulitan berjalan dan menempatkan satu kaki di
depan yang lain.

Diagnosis biasanya dibuat berdasarkan riwayat pasien dan pemeriksaan radiografi dan studi
yang mengkonfirmasi stenosis servikal kritis dengan kompresi sumsum tulang belakang. Pasca-
myelography computed tomography (CT-myelo) atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat
digunakan untuk memperoleh gambar resolusi tinggi dari kanal tulang belakang servikal dan sumsum
tulang belakang. Kehadiran signifikan dari kanal tulang belakang dengan tekanan pada medula spinalis di
lokasi yang tepat untuk menjelaskan gejala pasien umumnya cukup untuk membuat diagnosis dari
myelopati spondylotic servikal.

10. Perbedaangangguan LMN dan UMN?


UMN LMN
DISTRIBUSI KELEMAHAN/ KELUMPUHAN OTOT
 Ekstremitas superior  Distribusi
= abductor, eksternal segmental yang
rotator and ekstensor tipikal
 Ektremitas inferior =  Lokasi lesi
fleksor, internal dapat diketahui
rotator and dari informasi
dorsifleksor distribusi
 akibatnya “ spastic kelemahan/
posture” ( tangan dan kelumpuhan
pergelangan tangan otot.
fleksi, kaki ekstensi )
 lesi diatas pyramidal
decussation = efek
pada sisi kontralateral
 lesi dibawah
pyramidal descution =
efek pada sisi
ipsilateral
 otot midline/ aksial =
tidak terefek
melainkan lesi
bilateral, karena
menerima inervasi
dual dari hemisfera
kiri dan kanan otak (
laring, leher, wajah
atas, mastikasi, lidah)

TONUS OTOT DAN MUSCLE WASTING


 Lesi kronik :  Tiada resistensi
spasticity, “clasp terhadap
knife” pada regangan pasif
regangan pasif.  Otot menjadi
Resistensi flaccid pada 2-3
meningkat pada minggu setelah
kelajuan regangan onset penyakit
 Lesi akut :
flaccidity dan
hypotonia
 Bisa tidak terjadi
sembarang atrofi
karena masih
terdapat LMN,
tetapi pada jangka
lama bisa terjaddi
atrofi karena otot
tidak digunakan
REFLEK
 Lesi kronis =  Tiada deep
hiperfleksik pada deep tendon reflek (
tendon reflek ( reflek bagian eferen
arc masih ada), juga reflex arc
terjadi Babinski sign berkurang)
klonus  Reflex
 Lesi akut = tiada atau abnormal tidak
lemahnya deep tendon pernah ada
reflek
Fasciculation ( tanda-tanda dinervasi)
 Tidak ada  Ada
Ex. Stroke dan Parkinson Ex. GBS dan MG
11. Apa hubungan riwayat demam dgn kelumpuhan?
MANIFESTASI KLINIS
Demam yang terjadi pada anak dapat mengakibatkan pengaruh pada organ dan fungsi tubuh
pada anak, gejala yang bisa terjadi pada anak dengan demam adalah :
 peningkatan denyut jantung, curah jantung
 malaise, perasaan tidak enak, kurang nafsu makan, tidak bisa tidur dan gelisah, kejang.
 Pengeluaran panas melalui paru dan kulit berupa napas cepat dan berkeringat banyak
 Bila panas mendadak sangat tinggi biasanya disertai menggigil dan biru di sekitar bibir, telapak
tangan dan kaki terutama daerah kuku.
 Kebutuhan cairan dan elektrolit meningkat sehingga anak beresiko terjadi kekurangan cairan
(dehidrasi) dan elektrolit.
 Pada anak tertentu dan penyakit infeksi tertentu panas badan disertai dengan sakit kepala yang
berat, nyeri perut dan muntah.
 Pada anak dengan riwayat alergi kulit biasanya panas badan memicu timbulnya dermatitis atau
bercak dan bintil merah pada kulit.
 Kerusakan jaringan biasanya terjadi bila suhu lebih tinggi dari 41,1oC. Jaringan yang paling
mudah terkena ialah susunan saraf pusat (otak) dan otot. Kerusakan otak bersifat menetap dan
bila batang otak rusak, termostat hipotalamus dapat terganggu dan dapat terjadi panas sentral
yang tidak bisa diatasi dengan obat penurun panas (antipiretik) berupa koma, kejang,
kelumpuhan dan udem otak.
Terdapat perbedaan tingginya demam antara bayi kecil dan anak disebabkan karena
kemampuan meningkatkan set-point, dimana bayi berumur kurang dari 3 bulan jarang suhu
tubuh sampai lebih dari 40oC. Bayi berumur kurang dari 2 bulan lebih sering menunjukkan
demam minimal atau tidak demam sama sekali pada saat menderita infeksi.

12. Pemeriksaanpenunjangdalam scenario?


Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- LED; umumnya normal atau sedikit meningkat
- Leukosit; umumnya dalam batas normal
- Hemoglobin; normal
2. Pemeriksaan cairan Serebrospinal
Kadang-kadang ditemukan protein yang meninggi tetapi jumlah sel masih dalam batas normal
(disosiasi sitoalbuminik).
3. EKG
- Gelombang T yang mendatar atau terbalik
- Peninggian kompleks QRS
- Deviasi sumbu ke kiri
- Penurunan segmen ST
- Memanjangnya interval QT
- Kelainan ini dapat terjadi pada keadaan tekanan darah normal dan tidak ada hubungannya
dengan derajat kelumpuhan.
4. EMG
Gangguan konduksi serta perubahan pola kontraksi otot.
Terapi
Dikarenakan etiologi yang belum jelas, sehingga pengobatan biasanya bersifat simptomatis dan
suportif.
a. Terapi Suportif (Umum)
- Monitor respirasi, bila perlu lakukan trakeostomi
- Pasang NGT
- Monitor EKG
- Fisioterapi aktif menjelang masa penyembuhan untuk mengembalikan fungsi alat gerak,
menjaga fleksibilitas otot, berjalan dan keseimbangan
- Fisioterapi pasif setelah terjadi masa penyembuhan untuk memulihkan kekuatan otot.
b. Terapi Simptomatis (Khusus)
- Plasmaphoresis
Pertukaran plasma yang ditujukan untuk membuang antibodi yang rusak. Tindakan ini dipercaya
dapat membebaskan plasma darah dari antibodi yang rusak yang menyerang sistem saraf tepi.
- Imunoglobulin intravena
Immunoglobulin donor mengandung antibodi yang sehat. Dosis tinggi dapat mengurangi jumlah
antibodi yang sudah rusak.
- Kortikosteroid
Belum terbukti manfaatnya. Interferonβ pernah dilaporkan pada beberapa kasus tetapi efisiensi
dan efikasinya belum teruji secara klinis.

Вам также может понравиться

  • 2 - Management of Geriatric Anesthesia On Emergency Surgery - En.id
    2 - Management of Geriatric Anesthesia On Emergency Surgery - En.id
    Документ6 страниц
    2 - Management of Geriatric Anesthesia On Emergency Surgery - En.id
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 2 LBM 1
    SGD 2 LBM 1
    Документ8 страниц
    SGD 2 LBM 1
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Patient Safety Culture in Primary and Home Care Services - En.id
    Patient Safety Culture in Primary and Home Care Services - En.id
    Документ7 страниц
    Patient Safety Culture in Primary and Home Care Services - En.id
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Terjemahan Jurnl Raihan
    Terjemahan Jurnl Raihan
    Документ9 страниц
    Terjemahan Jurnl Raihan
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 2 LBM 1 Verina
    SGD 2 LBM 1 Verina
    Документ12 страниц
    SGD 2 LBM 1 Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Li LBM 1
    Li LBM 1
    Документ5 страниц
    Li LBM 1
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Anggaran Wirausaha Aziz
    Anggaran Wirausaha Aziz
    Документ1 страница
    Anggaran Wirausaha Aziz
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Jounal Edi - 2.en - Id
    Jounal Edi - 2.en - Id
    Документ8 страниц
    Jounal Edi - 2.en - Id
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Surat Izin
    Surat Izin
    Документ3 страницы
    Surat Izin
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Li LBM 1
    Li LBM 1
    Документ5 страниц
    Li LBM 1
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Akulturasi Agama Dalam Ritual Sedekah Laut Di Cirebon Dan Cilacap
    Akulturasi Agama Dalam Ritual Sedekah Laut Di Cirebon Dan Cilacap
    Документ8 страниц
    Akulturasi Agama Dalam Ritual Sedekah Laut Di Cirebon Dan Cilacap
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 2 LBM 1 Verina
    SGD 2 LBM 1 Verina
    Документ12 страниц
    SGD 2 LBM 1 Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • KWN Makalah
    KWN Makalah
    Документ9 страниц
    KWN Makalah
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LBM 3 Modul MARS SGD 2 Verina
    LBM 3 Modul MARS SGD 2 Verina
    Документ16 страниц
    LBM 3 Modul MARS SGD 2 Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Manajemen Sanitasi RS
    Manajemen Sanitasi RS
    Документ4 страницы
    Manajemen Sanitasi RS
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LBM 2 SGD Verina
    LBM 2 SGD Verina
    Документ20 страниц
    LBM 2 SGD Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    Документ16 страниц
    LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 2 LBM 1
    SGD 2 LBM 1
    Документ8 страниц
    SGD 2 LBM 1
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD LBM 1 KGD Verina
    SGD LBM 1 KGD Verina
    Документ19 страниц
    SGD LBM 1 KGD Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD LBM 4 Reproduksi
    SGD LBM 4 Reproduksi
    Документ20 страниц
    SGD LBM 4 Reproduksi
    Verina Gian Daniswari
    100% (1)
  • LBM 6
    LBM 6
    Документ6 страниц
    LBM 6
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • Step 1 SGD 2 2016
    Step 1 SGD 2 2016
    Документ23 страницы
    Step 1 SGD 2 2016
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    Документ16 страниц
    LBM 5 Repro SGD 3 Verinagian
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 6 - LBM 1 SKN
    SGD 6 - LBM 1 SKN
    Документ10 страниц
    SGD 6 - LBM 1 SKN
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LBM 3 Mata SGD 16 Verina
    LBM 3 Mata SGD 16 Verina
    Документ52 страницы
    LBM 3 Mata SGD 16 Verina
    Verina Gian Daniswari
    100% (1)
  • SGD 1 Verina Gian
    SGD 1 Verina Gian
    Документ15 страниц
    SGD 1 Verina Gian
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 16 MATA LBM 2 Verina
    SGD 16 MATA LBM 2 Verina
    Документ25 страниц
    SGD 16 MATA LBM 2 Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • SGD 17 LBM 2
    SGD 17 LBM 2
    Документ6 страниц
    SGD 17 LBM 2
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • L I Mata LBM 1 Verina
    L I Mata LBM 1 Verina
    Документ28 страниц
    L I Mata LBM 1 Verina
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет
  • LAPORAN SURVEI DAN PENYULUHAN SGD 6
    LAPORAN SURVEI DAN PENYULUHAN SGD 6
    Документ13 страниц
    LAPORAN SURVEI DAN PENYULUHAN SGD 6
    Verina Gian Daniswari
    Оценок пока нет