Вы находитесь на странице: 1из 17

METODE DETEKSI DINI KANKER SERVIKS

DENGAN TES IVA

I GEDE JEMMY REHARJO


201801213

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2019

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Deteksi dini merupakan upaya untuk mengetahui sedini mungkin
adanya suatu penyakit di dalam tubuh seseorang. Dengan melakukan deteksi
secara dini terhadap adanya suatu penyakit atau tidak, maka seorang pasien
dapat melakukan upaya-upaya preventive sedini mungkin.
Berbagai metode deteksi dini kanker serviks telah dikenal dan
diaplikasikan, dimulai sejak tahun 1960-an dengan pemeriksaan Paps. Selain
itu dikembangkan metode visual dengan ginescope, atau servikografi,
kolposkopi. Hingga penerapan metode yang dianggap murah yaitu dengan tes
IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat. Deteksi dini DNA HPV juga
ditujukan untuk mendeteksi adanya HPV tipe onkogenik, pada hasil yang
positif, dan memprediksi seorang perempuan menjadi berisiko tinggi terkena
kanker serviks (Depkes, 2017).
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
serviks/mulut rahim, di mana pada keadaan ini terdapat sekelompok sel-sel
jaringan yang tumbuh secara terus–menerus dan tidak terbatas, tidak
terkoordinasi dan tidak berguna bagi tubuh sehingga jaringan di sekitarnya
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Sarwono, 1996). Sampai saat
ini, kanker serviks merupakan jenis kanker yang terbanyak diderita dan
masih menduduki peringkat pertama dibanding jenis kanker lainnya.
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan saat ini ada sekitar 200 ribu
kasus setiap tahunnya. Peningkatan tersebut disebabkan oleh kurang
pengetahuan atau ketidakmengertian masyarakat tentang tanda-tanda awal
dari kanker serviks serta keuntungan dari deteksi dini, sehingga sebagian
besar klien baru menyadari dan memeriksakan diri setelah kanker sudah
stadium tinggi. Penderita kanker mulut rahim di Indonesia ternyata jumlahnya
sangat banyak.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu tes IVA?
2. Bagaimana cara melakukan tes IVA?
3. Apa itu Pap Net?
4. Bagaimana cara melakukan Pap Net?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu tes IVA
2. Mengetahui cara melakukan tes IVA
3. Mengetahui apa itu Pap Net
4. Mengetahui cara melakukan Pap Net

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Tes IVA


A. Pengertian Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter/bidan/paramedis dengan
mengamati leher rahim yang telah diberiasam asetat/asam cuka 3-5%
secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang.
Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami dysplasia sebagai
salah satu metode deteksi dini kanker mulut rahim (Depkes, 2018).
Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925)
dengan cara memulas leher rahim dengan kapas yang telah dicelupkan
dalam asam asetat 3-5%. Pemberian asam asetat akan mempengaruhi
epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan
ekstrasekuler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan
menarik cairan intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antar
sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika permukaan epitel
mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi
dipantulkan keluar sehingga permokaan epitel abnormal akan berwarna
putih, yang disebut juga epitel putih (acetowhite) (Depkes, 2017) .
Praktek yang dianjurkan untuk fasilitas Pemeriksaan IVA, sebagai
suatu pemeriksaan deteksi dini alternatif, karena memiliki beberapa
manfaat jika dibandingkan dengan uji yang telah ada. Keadaan ini lebih
memungkinkan dilakukan di negara berkembang, seperti Indonesia
(FK.UI, 2016). Begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks,
sepatutnya sebagai tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita
ikut serta dalam menurunkan angka kejadian kanker serviks dengan
metode yang sederhana yaitu IVA tes.

4
B. Siapa yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau prakanker dianjurkan bagi semua wanita
berusia 30-45 tahun. Kanker rahim menempati angka tertinggi diantara
kanker lain wanita, sehingga tes harus dilakukan pada usia dimana lesi
pra-kanker lebih mudah terdateksi, biasanya 10-20 tahun lebih awal.
Sejumlah faktor risiko berhubungan dengan perkembangan kanker serviks
sebagai berikut:
1. Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia <20
tahun)
2. Memiliki banyak pasangan seksual
3. Riwayat pernah mengalami Infeksi Menular Seksual (IMS)
4. Ibu atau saudara perempuan yang memiliki riwayat kanker serviks
5. Hasil Papsmear sebelumnya yang tidak normal
6. Wanita perokok
7. Wanita yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh dan
(HIV/AIDS).
8. Menggunakan korticosteroid secara kronis (misalnya pengobatan asma
atau lupus) beresiko lebih tinggi terjadinya kanker leher rahim jika
mereka memiliki HPV (Rubin 2016).
Permempuan yang mempuanyai faktor resiko adalah kelompok yang
paling penting untuk mendapat pelayanan tes dan pengobatan difasilitas
dengan sarana terbatas. Bahkan, dengan mengfokuskan pada pelayanan tes
dan pengobatan untuk perempuan berusia antara 30 sampai 45 tahun atau
meiliki faktor resiko seperti resiko tinggi IMS akan dapat meningkatkan
nilai prediktif positif dari IVA. Selain itu, karena angka penyakit lebih
tinggi pada kelompok usia tersebut. Lebih besar kemungkinan untuk
mendeteksi lesi prakanker, sehingga meningkatkan efektifitas biaya dari
program penguji dan mengurangi kemungkinan pengobatan yang tak
perlu.

5
C. Kapan Harus Menjalani Tes IVA
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja, termasuk saat siklus
menstruasi, saat kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran.
Tes IVA dapat dilakukan pada wanita yang dicurigai atau diketahui
menderita IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes,
termasuk ketika harus konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing tes
akan diberikan beberapa instruksi baik yang sederhana untuk ibu
(misalnya, kunjungan ulang ibu untuk tes IVA setiap tahun secara berkala
atau 3-5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas
seperti kapan dan dimana pengobatan diberikan, risiko potensial atau
manfaat pengobatan dan kapan perlu merujuk untuk tes tambahan atau
pengobatan yang lebih lanjut.
D. Kelebihan Tes IVA
Tes IVA dengan sumber daya sederhana dibandingkan dengan jenis
penapisan lain (Depkes, 2016) karena:
1. Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan.
2. Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes yang lain yang digunakan
untuk penapisan kanker leher rahim.
3. Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan
di semua jenjang sistem kesehatan,
4. Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaannya (pengobatan atau rujukan).
5. Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah
didapat dan tersedia.
6. Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan
yang tidak bersifat invasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi
berbagai lesi prakanker.

6
E. Penilaian Klien
Pengujian/tes untuk kanker leher rahim biasanya dilakukan sebagai
bagian dari program penapisan kesehatan reproduksi missal atau
pelayanan kesehatan primer, seperti kunjungan prenatal atau
postpartum/nifas pemakaian awal atau lanjutan KB, asuhan paska
keguguran, kontap atau asesmen IMS. Oleh karena itu, riwayat singkat dan
pemeriksaan terbatas yang dijelaskan harus disajikan dalam konteks
pelayanan kesehatan reproduksi yang sedang diberikan.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1. Riwayat menstruasi
2. Pola perdarahan (misalnya paska coitus atau mens tak teratur)
3. Paritas
4. Usia pertama kali berhubungan seksual
5. Penggunaan alat kontrasepsi
F. Peralatan dan Bahan
1. Peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan IVA adalah peralatan
yang biasa tersedia di klinik atau di poli KIA seperti berikut:
a. Meja periksa gynekologi dan kursi
b. Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan
leher rahim
c. Spekulum graves bivalved (cocor bebek)
d. Nampan atau wadah
2. Bahan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan IVA. Bahan-
bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah. Antara lain :
a. Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan
keputihan dari serviks (leher rahim) dan untuk mengoleskan asam
asetat ke leher rahim
b. Sarung tangan periksa harus baru
c. Spatula kayu digunakan untuk mendorong dinding lateral dari
vagina jika menonjol melalui bilah spekulum.

7
G. Tindakan Umum Tes IVA
Untuk melakukan tes IVA petugas mengoleskan larutan asam asetat
pada servik, larutan tersebut menunjukan perubahan pada sel-sel yang
menutupi servik (sel-sel epitel) dengan menghasilkan reaksi “acelowhite”
pertama-tama petugas melakukan menggunakan spekulum untuk
memeriksa servik, lalu servik dibersihkan untuk menghilangkan cairan
keputihan (discarge) kemudian asam asetat di oleskan seara merata pada
servik. Setelah minimal 1 menit, servik dan seluruh SSK diperiksa untuk
melihat apakah terjadi perubahan asetowhite hasil tes (positif atau negatif)
harus dibahas bersama ibu dan pengobatan harus diberikan setelah
konseling, jika diperluan dan bersedia.
H. Klasifikasi Hasil Tes IVA
Temuan asesmen harus dicatat sesuai kategori yang telah baku
sebagaimana terangkum dalam tabel
Klasifikasi IVA Temuan Klinis
Hasil tes positif Ditemukan Plak putih/bercak putih yang tebal
atau epitel asetowhite.
Hasil tes negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah
jambu, ektropion, polip, servisitis, inflamasi, kista
Kanker nabotian.
IVA radang Massa mirip kembang kol atau kulkus.
Serviks dengan radang (servisitis), atau
kelainan jinak lainnya (polip serviks).

Penilaian klien dan tes IVA


1. Bila area bercak putih yang berada jauh dari zona tranformasi bukan
merupakan tanda dari IVA positif.
2. Area bercak putih halus atau puat tanpa batas jelas, bukan merupakan
tanda IVA positif.
3. Bercak bergaris seperti bercak putih bukan merupakan tanda IVA
positif.

8
4. Bercak putih terbentuk garis yang terlihat pada batas garis endoservik
biasanya bukan tanda pada IVA positif.
5. Titik-titik yang berwarna pucat yang diarea endoservik, merupakan
epitel yang kolumnar yang berbentuk anggur yang terpulas asam asetat
hal ini merupakan keadaan yang normal.
6. Bercak putih berbatas tegas, terlihat menebal di banding dengan
sekitarnya seperti leukoplakia, terdapat pada zona transisional,
menjorok kearah endoservik merupakan tanda dari IVA positif.

I. Petunjuk Langkah Asesmen Tes IVA


1. Persiapan :
a. Sebelum melakukan tes IVA, diskusikan tindakan dengan ibu klien
dengan ara menjelaskan mengapa tes tersebut dianjurkan dan apa
yang akan terjadi pada saat pemeriksaan, diskusikan juga mengenai
sifat temuan yang paling mungkin dan tindak lanjut atau
pengobatan yang mungkin diperlukan.
b. Pastikan semua peralatan dan bahan yang diperlukan tersedia,
termasuk spekulum steril atau yang relah di DTT, kapas lidi dalam
wadah bersih, botol berisi larutan asam asetat dan sumber cahaya
yang memadai, tes sumber cahaya untuk memastikan apakah masih
berfungsi.
c. Bawa ibu ke ruang pemeriksaan, minta dia untuk BAK jika belum
dilakukan, jika tangannya kurang bersih, minta ibu membersihkan
dan membilas daerah kemaluan sampai bersih, minta ibu untuk
melepas pakaian (termasuk pakaian dalam) sehingga dapat
dilakukan pemeriksaan panggul dan tes IVA.
d. Bantu ibu untuk memposisikan dirinya diatas meja ginekologi,
tutup badan ibu dengan kain, nyalakan lampu/senter dan arahkan
ke vagina ibu.
e. Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan
kain bersih dan kering atau dianginkan lakukan palpasi pada perut.
f. Pakai sarung tangan steril.

9
g. Atur peralatan dan bahan pada nampan yang telah di DTT
2. Tindakan :
a. Periksa kemaluan bagian luar, kemudian periksa mulut uretra
apakah ada keputihan, lakukan palpasi skenes and bartholins
glands, katakan pada ibu bahwa spekulum akan dimasukkan dan
ibu mungkin merasakan beberapa tekanan.
b. Dengan hati-hati masukan spekulum sepenuhnya atau sampai
terasa ada penolakan kemudian perlahan-lahan membuka
bilah/cocor untuk melihat servik, atur spekulum sehingga seluruh
servik dapat terlihat, hal tersebut mungkin sulit pada kasus-kasus
dimana servik berukuran besar atau sangat anterior atau posterior,
mungki perlu menggunakan kapas lidi, spatula, atau alat lain untuk
mendorong servik dengan lembut ke atas atau kebawah agar dapat
dilihat.
c. Bila servik dapat dilihat seluruhnya, kunci cocor spekulum dalam
posisi terbuka sehingga akan tetap ditempat saat melihat servik,
dengan melakukan hal tersebut provider paling tidak mempunyai
satu tangan yang bebas
Catatan : selama proses tindakan, mungkin perlu terus menerus
menyesuaikan baik sudut pandang pada serviks atau sumber cahaya
agar dapat melihat serviks dengan baik.
d. Jika menggunakan sarung tangan luar, rendam kedua tangan ke
dalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepas sarung tangan dengan
sisi dalam berada di luar. Jika ingin membuat sarung tangan,
buang sarung tangan ke dalam wadah tahan bocor atau kantung
olastik. Jika sarung tangan bedah akan di gunakan kembali,
dekontaminasi dengan merendam kedalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
e. Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas.
f. Amati servisk dan periksa apakah ada infeksi (cervicitis) sepereti
cairan putih keruh (mucopus); ektopik (ectropion); tumor yang

10
terlihat atau kista Nabothian, nanah atau lesi “stawberry” (infeksi
trichomonas).
g. Gunakan kapas lidi untuk membersihkan cairan yang keluar, darah
atau mukosa dari serviks. Buang kapas lidi kedalam wadah tahan
bocor atau kantung plastik.
h. Identifikasi cervikal os dan SSK dan area sekitarnya.
i. Basahkan kapas lidi ke dalam larutan asam asetat kemudian
oleskan pada serviks. Bila perlu, gunakan kapas lidi bersih untuk
mengulang pengolesan asam asetat sampai serviks benar-benar
telah dioleska asam secara merata. Buang kapas lidi yang telah
dipakai.
j. Setelah serviks telah dioleskan dengan larutan asamasetat, tunggu
minimal 1 menit agar dapat diserap dan sampai muncul reaksi
acetowhite.
k. Periksa SSK dengan teliti. Lihat apakah serviks mudah berdarah.
Cari apakah ada plak putih yang menebal atau reaksi acetowhite.
“SSK harus benar-benar terlihat untuk dapat menentukan apakah
serviks normal atau abnormal”.
l. Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap serviks dengan
kapas lidi bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris
yang terjadi pada saat pemeriksaan dan yang mengganggu
pandangan. Buang kapas lidi yang telah dipakai.
m. Bila pemeriksaan visual pada serviks telah selesai, gunakan kapas
lidi yang baru untuk menghilangkan asam asetat yang tersisa pada
serviks dan vagina. Buang kapas lidi yang telah dipakai.
n. Lepaskan speculum secara halus. Jika hasil tes IVA negatif,
letakkan speculum kedalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi. Jika hasil tes IVA positif dan, setelah
konseling, pasien menginginkan pengobatan segera, letakkan
speculum pada nampan atau wadah agar dapat digunakan pada saat
krioterapi.

11
o. Lakukan pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rectovaginal (jika
perlu). Periksa kelembutan gerakan serviks; ukuran, bentuk dan
posisi uterus; kehamilan atau abnormalitas dan pembesaran uterus
atau kepekaan (tenderness) adneksa.
3. Langkah-langkah Pasca Tes IVA :
a. Bersihkan lampu dengan lap yang dibasahi larutan klorin0,5% atau
alkohol untuk menghindari kontaminasi silang antar pasien.
b. Celupkan kedua sarung tangan yang masih dipakai ke dalam
larutan klorin 0,5%. Lepas sarung tangan, buang kedalam wadah
tahan bocor atau kantung plastik. Jika telah melakukan
pemeriksaan rektovaginal, sarung tangan harus dibuang. Jika
sarung tangan bedah akan dipakai ulang, rendam sarung tangan
bedah dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi.
c. Cuci tangan secara merata dengan sabun dan air kemudian
keringkan dengan kain bersih dan kering atau dianginkan.
d. Jika hasil tes IVA negatif, minta ibu untuk mundur dan bantu ibu
untuk duduk. Minta ibu agar berpakaian.
e. Catat hasil tes IVA dan temuan-temuan lain seperti bukti adanya
infeksi (cervicitis); ekstropion; tumor yang tampak kasar; atau kista
Nabothian, ulkus atau “strawberry serviks”. Jika terjadi perubahan
acetowhite yang merupakan ciri dari serviks yang berpenyakit,
catatlah pemeriksaan serviks sebagai abnormal. Gambarkan sebuah
“peta” serviks dan area yang berpenyakit pada formulir catatan.
f. Diskusikan hasil tes IVA dan pemeriksaan panggul bersama si ibu.
Jika hasil tes IVA negatif, katakan kapan ibu harus kembali untuk
melakukan tes IVA berikutnya.
g. Jika hasil tes IVA positif atau diduga ada kanker, katakan pada si
ibu langkah selanjutnya yang dianjurkan. Jika pengobatan dapat
segera diberikan, diskusikan kemungkinan tersebut bersamanya.
Jika perlu rujukan untuk tes atau pengobatan lebih lanjut, aturlah

12
proses rujukan dan berikan formulir dan petunjuk yang diperlukan
oleh ibu sebelum meninggalkan klinik. Jika mungkin membuat
janji, ini adalah waktu yang tepat.
Catatan : mengaitkan pengobatan dengan tes dapat berbeda-beda pada
tiap program atau klinik yang terkait dengan beberapa faktor seperti
alur klien, sarana yang tersedia, tenaga/petugas dan waktu. Beberapa
skema alternatif untuk pengaturan hubungan yang penting ini
dijelaskan dalam Gambar 4-4.
2. Metode Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Pap Net
A. Pengertian Pap Net
Pada dasarnya pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan slide
tes pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara
komputerisasi. Slide hasil tes pap yang mengandung sel abnormal
dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi. Pap net adalah alat yang lebih
canggih dari pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi sel-sel abnormal
jauh lebih dini.
Menurut dr. Baby ivonne susan dari laboratorium klinik utama johar,
Jakarta’’ pap smear dan pap net sebenarnya sama, hanya pemeriksaanya
saja yang berbeda. Pada pap net pemeriksaanya lewat bantuan komputer
canggih sehingga dapat mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel pra
kanker walau dalam jumlah yang sangat sedikit sekalipun. Bahkan hanya
dengan 5 sel pun bisa terdeteksi’’. Selain itu karena memakai komputer,
sel-sel yang mencurigakan itu bisa keluar dilayar monitor sekaligus dapat
diperbesar. Sehingga patolog tinggal melihat layar monitor. Dengan
demikian kesalahan-kesalahan bisa ditekan hingga hampir nol bahkan
tidak ada.
B. Cara Kerja Pap Net
Cara pemeriksaan pap-net sama dengan pap smear diambil apusan
cairan vagina, cairan servik akan ditaruh dikaca objek selanjutnya
dilakukan scanning untuk memilih 128 sel yang paling mencurigakan, sel
yang dicurigai akan masuk dalam layar komputer, sehingga si patolog

13
dapat memperbesarnya. Pap net mempunyai 3 komputer yang
pembesarannya berbeda-beda: pembesaran 50, 200 dan 400 kali. Pap net
akan memeriksa seluruh sel-sel dan memberikan koordinat-koordinat
lokasi dari sel-sel yang mencurigakan. Kemudian penemuannya akan diuji
ulang oleh patolog dan mengidentifikasi sel-sel tersebut dengan
memfokuskan konsentrasi pada koordinat yang ditunjuk sehingga
memudahkan patolog untuk menelitinya.
Selain itu dengan pap net bisa diseteksi jika terjadi radang atau
infeksi beberapa infeksi yang bisa ditangkap dan dilihat dilayar komputer
antara lain virus HPV, jamur candida, trikomonas, vaginosis bakteria,
virus herpes. Bahkan pada wanita-wanita yang ;perlu hormon juga akan
kelihatan di layar komputer.
C. Waktu Paling Tepat Pemeriksaan Pap Net
Pemeriksaan pap net tak berbeda dengan pemeriksaan pap smear,
dilakukan bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan sex. Sebab
hampir tak pernah terjadi kanker serviks pada wanita yang belum pernah
melakukan hubungan sexsual. Sebelum datang melakukan pap net
sebaiknya saat sedang tidak haid sebab kalau sedang haid darahnya terus
keluar, sehingga tidak bisa mengambil cairan serviksnya. Pap net
sebaiknya dilakukan jika setelah haid dan sudah bersih, dua hari setelah
menstruasipun tidak masalah.
Syarat lainnya, sebaiknya tidak dilakukan hubungan sexs malam
sebelum dilakukan pemeriksaan. Sebab, dikhawatirkan sel-sel dimulut
rahim ikut lepas. Selain itu juga tidak boleh memakai obat pencuci vagina
karena ditakutkan sel-sel yang ada dalam mulut rahim tercuci dan bila ada
keputihan sebaiknya diobati terlebih dahulu baru dilakukan pemeriksaan
pap net.
D. Kelebihan Pap Net
Kelebihan Pap Net adalah dapat memeriksa banyak preparat,
waktu skrining lebih cepat, tidak ada faktor kelelahan, dan akurasi
lebih tinggi, alat ini dapat mengidentifikasi sel-sel abnormal atau sel-sel

14
prakanker walaupun jumlahnya masih sedikit sekali. Bahkan jika jumlah
selnya hanya 5 pun keberadaannya sudah bisa terdeteksi. Umumnya,
pembesaran komputer yang digunakan mencapai 50, 200 dan 400 kali.
Namun, alat ini tidak mempengaruhi negatif palsu yang disebabkan
oleh salah pengambilan.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Deteksi dini merupakan upaya untuk mengetahui sedini mungkin
adanya suatu penyakit didalam tubuh seseorang. Dengan melakukan deteksi
secara dini terhadap adanya suatu penyakit atau tidak, maka seorang pasien
dapat melakukan upaya-upaya preventive sedini mungkin.
Pemeriksaan Inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter/bidan/paramedis dengan mengamati
leher rahim yang telah diberiasam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo
dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang.
Sedangkan pemeriksaan Pap Net adalah pemeriksaan berdasarkan
pemeriksaan slide tes pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal
dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil tes pap yang mengandung sel
abnormal dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi. Pap net adalah alat yang
lebih canggih dari pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi sel-sel abnormal
jauh lebih dini.
B. Saran
Begitu banyaknya angka kejadian kanker serviks, sepatutnya sebagai
tenaga kesehatan terdepan dalam kesehatan wanita ikut serta dalam
menurunkan angka kejadian kanker serviks. Bidan memberikan penkes
kepada masyarakat untuk melakukan upaya deteksi penyakit sedini mungkin
apabila memiliki beberapa tanda atau gejala penyakit. Jangan sampai
masyarakat merasa takut ataupun malu untuk memeriksakan kondisinya
apabila memiliki tanda ataupun gejala penyakit yang membahayakan
keselamatan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Bapelkes Manado. 2016. Lokakarya Penanggulangan Kanker Terpadu


Paripurna.
Derek Llewyn-Jones. 2017. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Buku Acuan Pencegahan
Kanker Leher Rahmi dan Kanker Payudara. Direktorat Jendral PP dan PL.
Elizabeth Tara, MD, Panduan Lengkap Pencegahan dan Pengendalian Kanker
Pada Wanita, Jakarta: Ladang Pustaka dan Inti Media.
Emilia, dkk. Ed. 2016. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Rasjidi, 2018. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Yogyakarta:
Mitra Cendikia Press.

17

Вам также может понравиться