Вы находитесь на странице: 1из 9

KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BERBASIS KOMUNITAS (PRBBK) DI DESA WONOLELO KECAMATAN PLERET


KABUPATEN BANTUL

Fuad Galuh Prihananto


fg_prihananto@mail.ugm.ac.id

Lutfi Muta’ali
lutfimutaali@yahoo.com

Abstract
Activities of Community Based Disaster Risk Reduction (CBDRR) with Community Based
Disaster Preparadness (CBDP) method seen as an appropriate method to increase the capacity of
communities to manage disaster risks that exist in their area. This study aims to conduct a study on
the capacity of the Community Based Disaster Risk Reduction (CBDRR) in the Wonolelo Village,
Pleret, Bantul Disctrict.The method used in this research is descriptive quantitative and qualitative,
collecting data using using questionnaires and supported by in-depth interviews, observation,
document study.The results showed that the level of the community in a capacity to implement the
program for Community Based Disaster Risk Reduction (CBDRR) in the village of Wonolelo is
high by 68%, the constraints in implementing the CBDR) to the community in the village of
Wonolelo include : regulatory and policy aspects of disaster management, cultural aspect, political
aspect, and the aspect of education, and strategies to increase community capacity in village level
of Wonolelo in disaster risk reduction is to incorporate DRR activity into village RPJM.

Keywords : Community Capacity, Hazard, Cammunity-based Disaster Risk Reduction


(CBDRR)

Abstrak
Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK) dengan metode
CBDP (Community Based Disaster Preparadness) dipandang sebagai metode yang sesuai untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mengelola risiko bencana yang ada di wilayahnya
sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap kapasitas masyarakat dalam upaya
pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK) di Desa Wonoleleo Kecamatan Pleret
Kabupaten Bantul. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan
kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan di dukung dengan
wawancara mendalam, obsevasi, studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan masyarakat dalam upaya melaksanakan program Pengurangan Risiko Bencana
Berbasis Komunitas (PRBBK) di Desa Wonolelo dengan ancaman utama tanah longsor adalah
tinggi sebesar 68%, kendala dalam melaksanakan program PRBBK kepada masyarakat di Desa
Wonolelo meliputi aspek regulasi dan kebijakan penanggulangan bencana, budaya, politis, dan
edukasi, sedangkan strategi terhadap peningkatan tingkat kapasitas masyarakat di Desa Wonolelo
dalam upaya mengurangi risiko bencana adalah dengan memasukkan kegiatan PRB ke dalam RPJM
desa.

Kata kunci : Kapasitas Masyarakat, Ancaman, Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas
(PRBBK)
PENDAHULUAN dapat terjadi karena fenomena alam seperti
Tsunami, letusan gunung berapi, gempa bumi,
Bencana (disaster) merupakan kekeringan, penyakit pada tanaman atau
fenomena yang terjadi karena komponen- hewan peliharaan, dan seterusnya, 2) bencana
komponen pemicu (trigger), ancaman dapat terjadi karena perbuatan manusia
(hazard), dan kerentanan (vulnerability) terhadap lingkungannya, seperti banjir, tanah
bekerja bersama secara sistematis, sehingga longsor, wabah penyebab virus, dan seterusnya,
menyebabkan terjadinya risiko (risk) pada dan 3) bencana dapat terjadi akibat tindakan
komunitas. Bencana terjadi apabila komunitas manusia atau hubungannya terhadap
mempunyai tingkat kemampuan yang lebih lingkungan sosialnya, seperti konflik agama,
rendah dibanding dengan tingkat ancaman kerusuhan politik yang kacau balau, dan
yang mungkin terjadi padanya. Ancaman konflik suku bangsa (Susanto, 2006: 2-3).
menjadi bencana apabila komunitas rentan, Pengesahan Undang-undang No 24
atau memiliki kapasitas lebih rendah dari tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
tingkat bahaya tersebut, atau bahkan menjadi oleh Pemerintah RI tanggal 26 April 2007
salah satu sumber ancaman tersebut. Tentu telah membawa dimensi baru dalam
sebaiknya tidak dipisah-pisahkan pengelolaan bencana di Indonesia. Paradigma
keberadaannya, sehingga bencana itu terjadi yang dahulu lebih bersifat responsif dalam
dan upaya-upaya peredaman risiko itu menangani bencana sekarang diubah menjadi
dilakukan. suatu kegiatan yang bersifat preventif,
Menurut Nikelsen (2009:21), bencana sehingga bencana dapat dicegah atau
dapat dikurangi apabila masyarakat dan diminimalkan (mitigasi) sehingga risikonya
sistem sosial yang lebih tinggi yang bekerja dapat dikurangi. Undang-undang tentang
padanya tidak mempunyai kapasitas untuk penanggulangan bencana tersebut juga
mengelola ancaman yang terjadi padanya. mensyaratkan penanggulangan bencana harus
Ancaman, pemicu dan kerentanan, masing- dilakukan secara terdesentralisasi dengan
masing tidak hanya bersifat tunggal, tetapi melibatkan partisipasi masyarakat yang
dapat hadir secara jamak, baik seri maupun seluas-luasnya baik mulai sejak tahap awal
paralel, sehingga disebut bencana kompleks. program (identifikasi, analisis, penerapan
Hal yang sama juga terjadi pada konflik. rencana kerja, monitor dan evaluasi) sampai
Konflik antar komunitas maupun unit sosial ke tahap akhir dimana program akan
di atasnya terjadi apabila secara langsung diserahterimakan sepenuhnya kepada
maupun tidak langsung ada upaya saling masyarakat lokal.
mengambil aset-aset atau mengganggu proses Berbicara tentang bencana pada
mengakses aset penghidupan tersebut di atas. dasarnya membicarakan lima (5) hal
Pengambilan aset maupun gangguan atas sekaligus, yaitu penyebab bencana dan
akses penghidupan dapat dipicu oleh kerentanan (faktor alam dan manusia),
permasalahan lingkungan. Aktivitas dampak bencana (kerusakan lingkungan,
komunitas maupun unit sosial di atasnya yang korban dan kerugian), peran pemerintah
memunculkan permasalahan lingkungan akan (termasuk kebijakan penanggulangan
menjadi ancaman bagi pihak lain apabila aset- bencana), peran masyarakat (sebagai korban,
aset penghidupannya dan akses faktor penyebab atau penyelamat) dan yang
penghidupannya terganggu. Bencana dalam terakhir berbicara tentang pengaruh dan
kenyataan keseharian dapat menyebabkan: tindakan stakeholders terkait dengan ancaman
1. Berubahnya pola-pola kehidupan dari bahaya dan bencana tersebut.
kondisi normal; Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana
2. Merugikan harta, benda dan jiwa manusia; Berbasis Komunitas (PRBBK) dengan
3. Merusak struktur sosial komunitas; metode CBDP (Community Based Disaster
4. Memunculkan lonjakan kebutuhan Preparadness) dipandang sebagai metode
pribadi/komunitas. yang sesuai untuk meningkatkan kapasitas
Menurut Badan Meteorologi masyarakat dalam mengelola risiko bencana
Klimatologi dan Geofisika, penyebab yang ada di wilayahnya sendiri. Tujuan dari
terjadinya bencana dapat disebabkan oleh tiga kegiatan penerapan CBDP ini antara lain
faktor. Faktor tersebut yaitu : 1) bencana
sebagai berikut; 1) Mengurangi kerentanan kondisi sosial budaya masyarakat pedesaan
masyarakat terhadap kondisi lingkungan yang nampak hidup nyaman dengan ancaman.
sekitar, 2) Meningkatkan kapasitas dan Penulis ingin mengetahui bagaimana
kemampuan komunitas masyarakat dalam kapasitas masyarakat di Desa Wonolelo Pleret
mengatasi dan mengurangi risiko bencana Bantul dalam upaya untuk mengurangi risiko
yang ada di sekitar mereka, 3) Mengurangi bencana. Pengkajian kapasitas masyarakat ini
dan meminimalkan kerugian apabila suatu sangat penting untuk meminimalisasi risiko
saat terjadi bencana. Untuk tujuan dalam bencana.
Penanganan Bencana yang Berbasis
Komunitas (CBDP), sebuah komunitas dapat METODE PENELITIAN
ditentukan sebagai group yang memiliki Metode yang digunakan dalam
kesamaan dalam satu atau lebih kebersamaan penelitian ini adalah metode survei dengan
seperti hidup pada lingkungan yang sama, pengolahan data deskriptif kuantitatif dan
menghadapi paparan risiko bencana yang sama, kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di Desa
atau sedang mengalami pengaruh dari sebuah Wonolelo, Kecamatan Pleret, Kabupaten
bencana yang sama. Masalah yang sama, Bantul. Pemilihan daerah penelitian ini karena
kepedulian dan harapan yang berhubungan Desa Wonolelo berada pada zona patahan
dengan risiko bencana dapat juga dibagikan. antara perbukitan Gunung Sewu dengan
Secara geologis Desa Wonolelo berada pada Dataran Graben Bantul yang dapat memicu
zona patahan antara perbukitan Gunung Sewu terjadinya berbagai jenis bencana. Lokasi ini
dengan Dataran Graben Bantul. Hal ini tidak lepas dari kondisi kerentanan wilayah
menjadikan Desa Wonolelo sebagian berada dan masyarakat dengan berbagai jenis
pada area perbukitan dan sebagian lainnya ancaman yang akan dapat mempengaruhi
pada dataran landai. Desa Wonolelo juga bertambahnya dampak apabila terjadi
terletak pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bencana.
Pesing. Populasi dari penelitian ini adalah
Keadaan Desa Wonolelo juga tidak penduduk usia antara 17-55 tahun yang
lepas dari kondisi kerentanan yang akan dapat berada di lingkungan yang paling rentan
mempengaruhi bertambahnya dampak apabila terkena bencana prioritas utama, yaitu
terjadi bencana. Beberapa kondisi rentan bencana tanah longsor yang terjadi di 5
diantaranya adalah; jumlah penduduk rentan Dukuh, antara lain Dukuh Cegokan, Dukuh
yaitu lansia, keluarga miskin, balita, ibu Bojong, Dukuh Purworejo, Dukuh
hamil, anak usia sekolah yang mengalami Kedungrejo, dan Dukuh Ploso.
pertumbuhan yang dinamis berbanding Teknik pengumpulan data dalam
jumlah penduduk total. Keadaan rentan penelitian ini dilakukan dengan cara
lainnya adalah lahan terbangun pada daerah wawancara, penyebaran dan pengisian
rawan, adanya home industri, tambang, lahan Kuesioner, observasi, studi dokumentasi.
pertanian / perkebunan, serta ternak warga. Pada penelitian ini, untuk menjawab tujuan
Pada penelitian ini, penulis tertarik penelitian tentang tingkat kapasitas, penulis
untuk melakukan kajian terhadap kapasitas menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu
masyarakat dalam upaya pengurangan risiko dengan kuesioner, sedangkan untuk
bencana berbasis komunitas. Kapasitas mengetahui tujuan penelitian mengenai kendala
masyarakat dalam upaya pengurangan risiko dan strategi dengan pendekatan kualitatif
bencana terdiri dari kapasitas terhadap melalui wawancara, observasi, studi
kerentanan dan kapasitas terhadap ancaman. dokumentasi. Data kuantitatif (hasil
Kapasitas masyarakat terhadap ancaman kuesioner), dilakukan analisa data dengan
meliputi mitigasi beserta pencegahannya, mengolah data menggunakan metode scoring.
sedangkan kapasitas masyarakat terhadap
kerentanan meliputi kesiapan dan bertahan HASIL DAN PEMBAHASAN
hidup. Lokasi penelitian ini adalah di Desa
Karakteristik Rumah Tangga
Wonolelo Pleret Bantul yang mempunyai
Hasil penjaringan sampel di lapangan
berbagai jenis ancaman (multi hazard) dengan
menunjukkan bahwa karakteristik masyarakat
relatif beragam. Karakteristik ini dapat kegiatan penannggulangan bencana,
dibedakan berdasarkan faktor – faktor sosial keterlibatan dalam forum atau tim siaga
budaya yang berhubungan dengan kapasitas bencana, dan pengaruh ketokohan sehingga
masyarakat dalam Penanggulangan bencana. dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam
Faktor-faktor tersebut diantaranya : usia, jenis kehidupan. Pola dan sikap inilah yang dapat
kelamin, tingkat pendidikan, pengetahuan dan mengantarkan warga untuk sehari – harinya
persepsi responden tentang bencana. siap siaga menghadapi bencana. Atas dasar
pengetahuan yang diperolehnya, warga
Tingkat Kemampuan Masyarakat dalam berusaha untuk memperisapkan diri apabila

Upaya Melaksanakan Program terjadi bencana.


Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Tingkat kesiapan yang tinggi
Komunitas (PRBBK) di Desa Wonolelo menunjukkan kemampuan masyarakat yang
Pleret Bantul telah memahami akan risiko bencana,
1. Kapasitas terhadap mitigasi sehingga telah mampu mempersiapkan diri

Berdasarkan dari hasil penelitian yang bilamana terjadi bencana. Kemampuan untuk
dilakukan di Desa Wonolelo dapat diketahui mempersiapkan diri ini sangat penting karena
bahwa tingkat mitigasi warga Desa Wonolelo bagian dari tindakan preventif atau
termasuk tingkat tinggi yaitu 68% , pencegahan sebelum bencana terhadap
sebagaimana tampak pada tabel 4.1 di atas, keadaan risiko yang parah atau besar sesaat
sementara tingkat rendah 14,7% dan tingkat maupun setelah bencana.
sedang 17,3%. 3. Kapasitas terhadap bertahan hidup
Kemampuan mitigasi pada kelima Berdasarkan dari hasil penelitian yang
dusun pada persentase di atas 60%. Hal ini dilakukan di desa Wonolelo dapat diketahui
menunjukkan kemampuan warga untuk bahwa tingkat bertahan hidup warga wonolelo
melakukan usaha – usaha mengurangi termasuk tingkat tinggi, sebagaimana hasil
dampak akibat ancaman dan karenanya juga olahahan pada tabel yang menunjukkan
mengurangi tingkat risiko bencana. Usaha – kelima dusun memiliki nilai lebih dari 60%.
usaha mitigasi bisa terdiri dari usaha fisik Secara keseluruhan nilai kapasitas
seperti penataan rumah yang rapi berbasis terhadap bertahan hidup adalah tinggi
PRB, dan usaha – usaha non fisik antara lain mencapai persentase 73,3%. Sebagaimana hal
pelatihan, membentuk organisasi relawan, yang dapat dilihat dari kemampuan bertahan
kesadaran masyarakat, program keamanan hidup warga dalam menghadapi bencana
pangan dan perlindungan masalah – masalah adalah melalui upaya penyelamatan diri,
lingkungan. Mitigasi secara individu yang ketersediaan transportasi yang dimiliki, serta
dilakukan berupa akses dan penyebaran pengenalan lingkungan dan adaptasi terhadap
informasi, mengikuti kegiatan berkaitan lingkungan yang rawan bencana. Selain pada
dengan penanggulangan bencana, penataan saat bencana juga dengan memperhatikan
rumah berspektif PRB, persediaan kebutuhan kondisi masyarakat yang menjadi korban
darurat, penyimpanan surat berharga, pasca bencana.
pengetahuan mengenai jalur evakuasi. 4. Penilaian tingkat Kapasitas
2. Kapasitas terhadap Kesiapan Tingkat kemampuan masyarakat dalam
Kesiapan dalam menghadapi bencana upaya melaksanakan PRBBK dengan
merupakan kegiatan yang berhubungan ancaman longsor di desa Wonolelo
dengan kerentanan masyarakat. Berdasarkan Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul ini
dari hasil penelitian yang dilakukan di desa adalah terwujudnya kemampuan masyarakat
Wonolelo dapat diketahui bahwa tingkat di dalam mengenali dan memahami potensi
kesiapan warga wonolelo termasuk tingkat wilayah mereka, ancaman bencana yang ada,
tinggi, hal ini terlihat dari tingkat persentase kerentanan dan kapasitas terkait ancaman
di masing – masing dusun yang melebihi 50% bencana tertentu, serta menganalisis risiko
dan secara keseluruhan mencapai 68%, bencana yang dihadapi. Kapasitas masyarakat
sebagaimana tampak pada tabel 4.2 di atas. dalam program pengurangan risiko bencana
Kesiapan secara individu diperoleh berbasis komunitas ini diukur dari akumulasi
karena mengikuti kegiatan kemasyarakatn,
nilai indikator mitigasi, kesiapan dan bertahan Berdasarkan sebaran tingkat kapasitas
hidup. tinggi berada di sisi bagian selatan wilayah desa
atau semakin ke selatan tingkat kapasitas
Tabel 1 Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Wonolelo cenderung tinggi dikarenakan sebagian besar
Tingkat Nama Dusun kegiatan desa dilaksanakan di pusat
Kapasitas
masyarakat Bojong Cegokan Kedungrerjo Ploso Purworejo Total pemerintahan desa dalam hal ini balai desa
rendah 13.3% 13.3% .0% .0% 6.7% 6.7% yang masuk di Dusun Purworejo dan
sedang 13.3% 20.0% 40.0% 33.3% 20.0% 25.3% termasuk dusun yang berada sisi selatan desa.
tinggi 73.3% 66.7% 60.0% 66.7% 73.3% 68.0%
100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Ada keenngganan untuk mengikuti berbagai
Sumber : Hasil penelitian yang diolah, 2013 kegiatan yang dilaksanakan di Balai Desa
bagi warga yang berada di dusun bagian utara
sebagaimana diungkapkan oleh beberapa
responden yang berasal dari Dusun yang
berada di sisi utara desa, yaitu Dusun
Kedungrejo dan Dusun Cegokan dengan
alasan jarak dan waktu tempuh. Pada
penilaian tingkat kapasitas di atas, dapat
diamati pula terdapat 2 (dua) dusun yang
hanya menunjukkan kapasitas sedang dan
tinggi, tidak ditemukan nilai kapasitas rendah,
yaitu di Dusun Kedungrejo dan Dusun Ploso.
Sebagaimana disampaikan oleh A.
Furqon selaku ketua Forum PRB Desa
Wonolelo dalam wawancara, di Desa Wonolelo
Gambar 1 Diagram batang tingkat kapasitas
masyarakat Desa Wonolelo
telah dilaksanakan berbagai kegiatan
peningkatan kapasitas masyarakat, diantaranya
:
1. Kajian dan Pemetaan Risiko Bencana
2. Penyusunan Dokumen Kebencanaan (RPB,
RAK, Renkon)
3. Edukasi atau pendidikan Kebencanaan
kepada kelompok rentan (anak, perempuan
dan petani)
4. Sosialisasi kebencanaan melalui berbagai
event kegiatan (keagamaan / pengajian,
peringatan hari nasional, seni budaya)
5. Integrasi antar kegiatan pembangunan
melalui Musrenbangdes.
6. Pembentukan tim relawan pada setiap
dusun
Berikut petikan wawancaranya :
“Berbagai kegiatan peningkatan kapasitas
tersebut diharapkan dapat membangun
kesadaran masyarakat untuk lebih
memahami kondisi lingkungan desa yang
rawan bencana, sehingga dapat
mempersiapkan diri bilamana bencana
datang”

Beberapa kejadian bencana longsor


yang pernah melanda telah menguji
kemampuan relawan dan anggota Forum PRB
Gambar 2 Peta Tingkat Kapasitas Masyarakat Desa Desa Wonolelo untuk dapat bersinergi
Wonolelo
bersama warga melakukan upaya penanganan ketoprak, karawitan, maupun lainnya, perlu
bencana segera sesaat setalah kejadian. adanya pengembangan.
Jaringan yang dimiliki Forum PRB di tingkat Kultur budaya Desa Wonolelo dibangun
Kabupaten mampu dengan cepat berdasarkan banyaknya pondok pesantren dan
menghubungkan antar isntansi yang ada di kegiatan keagamaan. Tokoh agama sangat
Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini BPBD berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.
(Badan Peanggulangan Bencana Daerah) dan Maka budaya mengenai siaga bencana dapat
Dinsos (Dinas Sosial) serta berbagai elemen dibangun melalui kegiatan berbasis
yang lain seperti Forum PRB Kabupaten keagamaan. Hal ini diungkapkan oleh pak A.
Bantul, jaringan relawan sesar Opak. Farid selaku ketua Diklat FPRB Desa
Wonolelo. Kesadaran warga akan kondisi
Kendala dalam Melaksanakan Program lingkungan dan ancaman bencana merupakan
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis bagian dari budaya yang dibangun di Desa
Komunitas (PRBBK) di Desa Wonolelo Wonolelo, sehingga cita – cita hidup nyaman
Pleret Bantul dengan ancaman tercapai.
1. Regulasi Dan Kebijakan 3. Politis
Penanggulangan Bencana Salah satu tantangan yang dirasakan
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 pada waktu pelaksanaan program Desa
Tahun 2008 pasal 6 ayat (5) disebutkan Tangguh di desa Wonolelo adalah adalah
mengenai kewajiban pemerintah dan irisan waktu dengan proses Pemilukada
pemerintah daerah untuk membuat rencana Bantul 2010. Dalam beberapa moment, tim
penanggulangan bencana (RPB) yang berlaku Desa Tangguh “terjebak” dalam acara
selama 5 (lima) tahun. Sementara dalam pasal kampanye calon kepala daerah yang
8 ayat (7), disebutkan mengenai kewajiban berkompetisi, sehingga dalam komunikasi-
membuat Rencana Aksi Komunitas (RAK) komunikasi ke warga masyarakat maupun
pengurangan risiko bencana untuk waktu 3 tokoh desa, Program Desa Tangguh selalu
(tiga) tahun. Ketika pola ini diterapkan untuk menekankan bahwa program ini adalah
komunitas, ada 3 (tiga) permasalahan yang “Teman Semua Orang”.
harus dipecahkan terlebih dahulu, yakni: Muatan politis dalam kegiatan yang
a. Rumusan RPB untuk desa berbasis masyarakat sangat sering dirasakan
b. Harmoni pola hubungan antara RPB dan oleh warga. Muatan politis yang dimaksud
RAK PRB tidak hanya untuk kepentingan partai politik,
c. Masalah RPB dan RAK PRB, kaitannya namun kadang untuk golongan tertentu. Hal
dengan kedudukan RPJM dan RKP ini sesuai kutipan wawancara dengan Khulil
d. Masalah cantolan kelembagaan Forum Khasanah (mbak Ulil) selaku tokoh
PRB Desa (masalah dari Peraturan yang penggerak perempuan dan anggota FPRB
hanya mengatur kelembagaan pusat desa Wonolelo. Kecurigaan warga akan muatan
(BNPB), Provinsi dan Kabupaten/Kota politis ini mempengaruhi keikutsertaan warga
(BPBD), kaitannya dengan kelembagaan dalam pertemuan ataupun kegiatan
desa. pemberdayaan masyarakat. Apalagi untuk
e. Masalah timeline RPB yang tidak selaras kaum perempuan lebih sering tidak
dengan timeline RPJM Desa mendapatkan ijin dari suaminya.
2. Budaya 4. Edukasi
Ada beberapa tantangan yang dihadapi Dalam pelaksanaan edukasi masyarakat
dalam program desa tangguh di desa di desa Wonoleleo, Tim Program menemukan
Wonolelo ini dari aspek seni budaya, antara tantangan dan hambatan lapangan. Beberapa
lain: salah satu tantangan yang dirasakan hambatan yang ditemukan antara lain:
adalah pengembangan seni budaya edukasi, a. Memahamkan masyarakat akan hal-hal
non hadroh. Salah satu aspek kesenian yang yang bersifat konseptual (regulasi,
telah terbukti berpotensi dikembangkan konsep PRB) ternyata bukan hal yang
adalah hadroh. Hanya saja, untuk beberapa mudah. Dalam proses memahamkan ini
cabang kesenian tradisional yang lain seperti selalu bergesekan dengan keinginan
masyarakat untuk segera memperoleh
hal-hal yang bersifat praktis, seperti dana beberapa keuntungan strategis dengan adanya
hibah 100 juta rupiah, dll; amanat ini, yakni:
b. Komitmen untuk melakukan transfer of a. Amanat RPJM Desa ini menjadi landasan
knowledge dari para warga yang telah yuridis untuk lahirnya Peraturan Desa
teredukasi dalam program. Memang, Wonolelo tentang Rencana
Deklarasi untuk masyarakat tangguh telah Penanggulangan Desa Wonolelo Tahun
ditandatangani, tetapi bagaimana 2008 – 2012.
mengawal komitmen inilah yang menjadi b. Substansi Peraturan Desa Wonolelo
titik masalah yang harus selalu dikawal tentang Rencana Penanggulangan Desa
oleh pemerintah, masyarakat, dan semua Wonolelo Tahun 2008 – 2012 ini dijadikan
elemen penyelenggara program. landasan yuridis untuk penyusunan RPJM
Desa periode selanjutnya.
Strategi Peningkatan Tingkat Kapasitas Dampak yang terlihat adalah Revisi RPJM
Masyarakat di Desa Wonolelo Pleret dalam Desa Wonolelo, yang memuat perencanaan
Upaya Mengurangi Risiko Bencana kegiatan PRB dalam RPJM Desa. Masuknya
Strategi dalam rangka peningkatan kegiatan PRB semakin meningkatkan
tingkat kapasitas masyarakat di dea Wonolelo kapasitas masyarakat yang dilakukan secara
dalam upaya mengurangi risiko bencana bertahap dan terstruktur serta mendapat
adalah dengan memasukkan PRB ke dalam perhatian penuh dari perangkat desa. Kegiatan
RPJM desa. Sebagai sebuah alat perencanaan yang sudah masuk dalam RPJM Desa
pembangunan resmi pemerintah, RPJM Desa hendaknya dikawal dan diawasi sepenuhnya
ini dapat dipandang sebagai media strategis agar dapat dilaksanakan dengan optimal dan
untuk mengintegrasikan pengurangan risiko diikuti oleh masyarakat secara menyeluruh
bencana ke dalam perencanaan pemerintah serta mendapat dukungan dari pemerintahan
desa selama 5 (lima) tahun. Perencanaan yang lebih tinggi baik Kecamatan, Kabupaten,
pembangunan inilah yang menghasilkan Propinsi maupun Pusat. Mengingat kegiatan
output langsung berupa program dan penanggulangan bencana adalah antisipasi
anggaran publik. terhadap besarnya kerusakan dan kerugian
Ada 2 (dua) strategi untuk memasukkan maupun korban.
substansi kebencanaan ke dalam Sistem
Perencanaan Pembangunan Desa, yakni: KESIMPULAN DAN SARAN
a. Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Kesimpulan
Bencana ke dalam berbagai sektor 1. Tingkat kemampuan masyarakat dalam
pembangunan, bertujuan agar setiap upaya melaksanakan program Pengurangan
program pembangunan dilaksanakan atas Risiko Bencana Berbasis Komunitas
dasar pengurangan risiko bencana; (PRBBK) di Desa Wonolelo Pleret Bantul
b. Penentuan program-program peredaman berdasarkan 5 dusun terpilih (Kedungrejo,
ancaman, pengurangan kerentanan, dan Cegokan, Ploso, Purworejo dan Bojong)
peningkatan kapasitas dalam perencanaan diukur dari indikator mitigasi, kesiapan
pembangunan pedesaan. dan bertahan hidup dengan hasil tingkat
Dasar memasukkan substansi mitigasi warga wonolelo termasuk tingkat
kebencanaan ini adalah Peraturan Desa tinggi dengan nilai persentase di atas 60%
tentang Rencana Penanggulangan Bencana pada setiap dusun. Tingkat kesiapan warga
Desa. Dalam program desa tangguh di desa wonolelo termasuk tingkat tinggi dengan
Wonolelo diperoleh pengalaman berharga nilai persentase di atas 50% pada setiap
yaitu dalam dokumen RPJM Desa Wonolelo dusun. Tingkat bertahan hidup warga
Tahun 2008 – 2012 belum ada unsur wonolelo termasuk tingkat tinggi dengan
kebencanaan didalamnya, sehingga dilakukan nilai persentase di atas 60% pada setiap
revisi RPJM Desa berdasarkan atas Perdes RPB dusun. Secara keseluruhan tingkat
yang memuat beberapa rencana kegiatan kapasitas Desa Wonolelo adalah tinggi
penanggulangan bencana, salah satunya dengan persentase 68%, tingkat kapasitas
tentang adanya perdes kebencanaan. Ada sedang 25,3% dan kapasitas rendah 6,7%.
Tingkat kapasitas berhubungan dengan
faktor usia, jenis kelamin, tingkat tingkat kerentanan elemen risiko dan
pendidikan serta pengetahuan dan persepsi kapasitas masyarakat lokal dalam
masyarakat terhadap bencana. menghadapi bencana.
2. Kendala dalam melaksanakan program
Pengurangan Risiko Bencana Berbasis
Komunitas (PRBBK) kepada masyarakat DAFTAR PUSTAKA
di Desa Wonolelo Pleret Bantul meliputi Arief Mustofa Nur. 2009. Bencana Geologi
aspek regulasi dan kebijakan Dan Manajemen Pengelolaannya.
penanggulangan bencana yang berdampak Modul Pelatihan. Balai Informasi dan
pada perencanaan penanggulangan Konservasi Kebumian
bencana tingkat desa, budaya desa yang Karangsambung LIPI.
dipengaruhi oleh tokoh masyarakat serta Arikunto, Suharsimi,2002, Prosedur
kesadaran akan lingkungan, politisisasi Penelitian,Rineka Cipta, Jakarta
yang menyebabkan kekhawatiran adanya Barnard,I.Chester,1992, Organisasi dan
muatan golongan / kepentingan tertentu, Manajemen Struktur, Perilaku dan
dan edukasi untuk membangun kefahaman Proses,Gramedia, Jakarta
tentang bencana dan kemauan Cambel, JP,1989, Riset Dalam Efektivitas
menyebarluaskan pengetahuan. Organisasi, terjemahan Sahat
3. Strategi terhadap peningkatan tingkat Simamora, Erlangga, Jakarta
kapasitas masyarakat di Desa Wonolelo Chitraporn Vanaspongse, et al. Alih bahasa
Pleret Bantul dalam upaya mengurangi oleh Astri Arini Waluyo. 2007.
risiko bencana adalah dengan memasukkan Pedoman Pelatihan: Pengurangan
PRB ke dalam RPJM desa. Sebagai sebuah Risiko Bencana yang Dimotori oleh
alat perencanaan pembangunan resmi Anak-anak di Sekolah dan Komunitas.
pemerintah, RPJM Desa ini dapat dipandang Save The Children Swedia, Bangkok.
sebagai media strategis untuk Cordaid, IIRR,2007, Membangun Ketahanan
mengintegrasikan pengurangan risiko Masyarakat. Buku Panduan Pelatihan
bencana ke dalam perencanaan pemerintah Mengenai Pengurangan Resiko
desa selama 5 (lima) tahun. Perencanaan Bencana Oleh Masyarakat. Dicetak di
pembangunan inilah yang menghasilkan Filipina
output langsung berupa program dan Farhi Zayinul,2011, Tingkat Kerentanan dan
anggaran publik. Indeks Kesiapsiagaan Masyarakat
terhadap Bencana Tanah Longsor di
Kecamatan BatarKawung Kab.
Saran
1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Brebes.
peningkatan tingkat kapasitas masyarakat Imelda Abarquez dan Zubair Murshed. 2004.
di Desa Wonolelo Pleret Bantul dalam Community Based Disaster
upaya mengurangi risiko bencana adalah Management Field Practitioner’s
dengan memasukkan PRB ke dalam RPJM Handbook. Pathumthani, Thailand:
desa. Sehingga hal ini dapat dijadikan Asian Disaster Preparadness Center
sebagai referensi untuk diterapkan di (ADPC).
tempat lain sebagai usaha untuk Jaswadi,2010, Tingkat Kerentanan dan
mengurangi risiko bencana (PRB). Kapasitas Masyarakat dalam
2. Kendala yang dihadapi pada setiap daerah Menghadapi Risiko Banjir di
bisa jadi akan berbeda – beda, melalui Kecamatan PasarKliwon Kota
hasil penelitian ini dapat dijadikan Surakarta.
pertimbangan dalam pelaksanaan program Jones,o.Charles,1996, Pengantar Kebijakan
di daerah lain dengan mengkaji terlebih Publik, PT. Raja Grafindo Persada,
dahulu kendala yang mungkin akan dihadapi Jakarta
maupun faktor yang akan mempengaruhi. Kementerian Negara Perencanaan
3. Untuk melengkapi penelitian ini perlu Pembangunan Nasional/ Bappenas dan
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai Badan Koordinasi Nasional
Penanganan Bencana. 2006. Rencana
Aksi Nasional (RAN) Pengurangan
Risiko Bencana 2006 – 2009. Jakarta:
Perum Percetakan Negara RI.
WS. Maria Yasinta,2010, Tingkat Kerentanan
dan Kapasitas Masyarakat Lokal
Terhadap Bencana Tanah Longsor Di
Kecamatan Koka. Kab. KulonProgo.
Yani Eni Hilda,2011, Kapasitas Perempuan
Dalam Menghadapi Bencana Gempa
Bumi.
YP2SU.2011. Laporan Akhir Program Desa
Tangguh. Yogyakarta: Yayasan Peningkatan
dan Pengembangan Sumberdaya Ummat

Вам также может понравиться