Вы находитесь на странице: 1из 38

BAB III MIKOSIS PROFUNDA

3.1. Definisi
Mikosis Profunda adalah beberapa penyakit yang disebabkan
oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan
kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.
Mikosis profunda biasanya terlihat dalam klinik sebagai penyakit
kronik dan residif. Manifestasi klinis morfologik dapat berupa tumor,
infiltrasi, peradangan vegetative, fistel, ulkus,sinus, tersendiri maupun
bersamaan.Pemeriksaan dalam mikosis profunda antara lain sediaan
langsung KOH, biakan jamur, pemeriksaan histopatologik, dan
pemeriksaan imunologik, termasuk tes kulit, maupun serologik,dan
pemeriksaan imunologik lainnya.
Indensi mikosis profunda sangat jarang sehingga jarang
dibicarakan oleh masarakat luas namun tidak boleh diabaikan karena
jamur ini langsung masuk melalui luka atau menyebar dari
permukaan kulit atau lewat udara dan menyerang alat – alat dalam
(misalnya: paru-paru, otak, dll.
Ditinjau dari jenis infeksinya Ada dua macam infeksi yaitu :
Infeksi sistemik primer dan infeksi oportunis.

1. Infeksi Sistemik Primer : Misalnya infeksi yang disebabkan oleh


jamur Nocardiosis, Kriptokokosis, Histoplasmosis,
Koksidioidomikosis, Blastomikosis
2. Infeksi Oportunis : Misalnya infeksi yang disebabkan oleh jamur
Kandidiasis, Aspergilosis.

Ditinjau dari penyakit jamur subkutan yang dijumpai di Indonesia


maka mikosis profunda dibagi atas :

1. Misetoma
2. Sporotrikosis

[Type text] Page 19


3. Kromomikosis
4. Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis

3.2. Jenis-jenis Mikosis Profunda


Mikosis profunda terbagi atas beberapa kelompok , yaitu :
3.2.1. Misetoma
a. Definisi
Mycetoma merupakan suatu infeksi kronik sufuratif yang
mengenai kulit, jaringan subkutan dan tulang dengan gejala berupa
pembengkakan, kelainan bentuk (deformitas) dan abses dengan
lubang-lubang fistel yang mengeluarkan nanah berisi butir/granul
jamur penyebab. Trias gejala ini merupakan ciri khas Mycetoma.
Mycetoma ini disebut juga dengan Madura foot, maduromikosis.
b. Sejarah
Madura foot dilaporkan pertama kali oleh John Gill di Madras,
India pada tahun 1842. Kemudian Van Dyke Carter pada tahun 1860
menyebut penyakit ini Mycetoma karena setelah diketahui penyebab
tumor ini adalah jamur. Sejarah yang terperinci mengenai Mycetoma
ini terdapat dalam buku: “Mycetoma the fungus desease of India”.
c. Penyebaran Geografik

Mycetoma banyak ditemukan di daerah tropik dan subtropik


terutama dari Afrika dan Amerika Tengah, termasuk Indonesia,
sebagian lagi di perbatasan gurun pasir yang luas. Tetapi kasus ini
jarang dilaporkan.Mycetoma merupakan penyakit yang sangat
endemik terutama di daerah yang dikelilingi oleh padang pasir Sahara
dan Arabian juga di Sudan dan Meksiko.

d. Penyebab
Mycetoma disebabkan oleh berbagai macam jamur seperti
Actinomyces dan jamur saprofit di tanah atau di atas tumbuh-
tumbuhan. Masing-masing spesies Actinomyces dan jamur secara
lengkap dapat dilihat pada tabel berikut

[Type text] Page 20


Tabel 1. Etiologi Mycetoma

Spesies Penyebaran geografi


Warna

Eumycetoma
Leptosphaeria senegalensis Hitam
Madurella grisea Afrika
Afrika, Amerika Tengah Hitam
M. mycetomasis dan Selatan

Neotestudina rosatii Seluruh unia


Hitam
Pseudallescheria boydii Afrika
Putih
Pyrenochaeta romeroi
Seluruh unia
Putih
Acremonium sp
Afrika elatan
Hitam
Aspergilus nidulans
Afrika
Putih
Afrika
Putih

Actinomycetoma
Seluruh dunia Putih/ kuning
Actinomadura madurae
Actinomadura pelletieri Afrika Merah
Nocardia asteroides Seluruh dunia Putih/ kuning
Nocardia brasiliensis Amerika tengah Putih/ kuning
Streptomyces somaliensis Afrika utara Kuning/ coklat

Pada daerah tropik dan subtropik umumnya penyebabnya adalah


Madurella mycetomatis, Actinomadura madurae, A. pelletieri, dan
Streptomyces somaliensis. Organisme ini terdapat pada daerah yang
dikelilingi oleh padang pasir dari Afrika sampai Asia dan menyebar luas
sampai ke bagian tenggara Eropa. Sedangkan di daerah pegunungan
Amerika latin yang dominan adalah Nocardia brasiliensis bila
dibandingkan dengan M. grisea yang menjadi penyebab dari infeksi.

[Type text] Page 21


Mycetoma lebih sering terdapat pada laki-laki berumur 20 dan 50
tahun dibandingkan wanita. Tetapi kasus pada anak-anak jarang
dilaporkan. Umumnya pasien datang dari pedalaman dan kasus ini
jarang terdapat di daerah perkotaan. Faktor utama dalam menyebabkan
infeksi adalah trauma. Organisme sering masuk pada waktu injury pada
tempat luka atau setelah terjadinya kontaminasi dari luka.

Organisme ini bisa berasal dari tanah atau organisme yang tumbuh
pada duri yang menusuk kulit dan tertanam langsung kedalam jaringan
subkutan. Hal ini yang menyebabkan Mycetoma sering terdapat pada
kaki yang tidak menggunakan alas kaki.

e. Morfologi
Hifa-hifa jamur ini membentuk gumpalan yang disebut butir-butir
jamur/granula yang merupakan koloni jamur tersebut di dalam jaringan
atau abses. Butir-butir jamur tersebut dapat berwarna putih, kekuning-
kuningan, tengguli hitam atau berwarna lain, tergantung pada spesies
jamur penyebabnya.

Bila butir jamur ini terdiri atas hifa-hifa yang halus (lebarnya
kurang dari 1 mikron), maka penyakitnya disebut Mycetoma
actinomycotik. Bila terdiri atas hifa-hifa yang kasar (lebarnya lebih dari 1
mikron) maka penyakitnya disebut Mycetoma maduromikotik.

Pada agar Saboround biasa dan pada suhu kamar jamur tersebut
membentuk koloni.

[Type text] Page 22


Gambar 6: Actinomyces yang diisolasi dari biopsi jaringan
tubuh manusia.

f. Patologi dan Gambaran Klinik


Mycetoma merupakan sebuah penyakit infeksi kronik sufuratif
dari jaringan subkutan dan tulang. Lesi biasanya disebabkan oleh
trauma kecil dan yang secara terus menerus dapat bertahan selama
berbulan atau bertahun-tahun.

Gambaran klinik dari kelainan ini mempunyai bentuk yang sama


tanpa memperhatikan type dari organisme penyebab. Eumycetoma
tumbuh secara lambat dan destruksinya menyeluruh bila dibandingkan
dengan Actinomycetoma. Penyebaran ke organ dalam dan jarang
melibatkan limp nodes regional, hanya tidak lebih dari 2-5% dari kasus.

Pada kebanyakan kasus tanda/gejala yang pertama terlihat


adalah berupa pembengkakan sub kutan yang kecil, keras, yang tidak
menimbulkan rasa sakit. Nodul ini biasanya ditutupi oleh selapis kulit
yang tipis yang bewarna vilolet sampai kemerah-merahan. Sebuah
nodul yang kecil bisa bergabung menjadi besar dan mempunyai
frekuensi untuk menjadi nodul yang multilobar.

Untuk selanjutnya nodul di atas permukaan menjadi lunak,


hancur, menjadi ulser sebagian kehilangan perlekatan. Lesi yang di

[Type text] Page 23


permukaan ini mempunyai pinggir yang tidak teratur dan kadang-
kadang dapat menyebar ke otot dan tulang. Lesi menjadi
berpigmentasi/warnanya berubah dan dapat meninggalkan jaringan
parut di kulit yang sering ditutupi dengan kerak tetapi dapat juga
membentuk saluran sinus yang mengeluarkan pus/nanah yang berisi
butir-butir jamur. Karakteristiknya adalah adanya butir–butir/granul
jamur.

Gambar 7 : penderita Actinomycetoma

Mycetoma banyak terdapat pada kaki (Mycetoma pedis), kadang-


kadang terdapat pada tungkai, tangan, bahu atau bagian tubuh yang
lain.

Actinomyces merupakan flora normal pada mulut dan mukosa faring


serta laring tetapi dapat menjadi patogen dengan 4 simtomatis, yaitu
1). Actinomycetoma Servikofasial : merupakan infeksi primer pada
mulut dan gusi (“Lumpy Kaw” )
2). Actinomycetoma Torakal: merupakan infeksi primer dari perut, hati
ke pleura, jantung, otak.
3). Actinomycetoma Abdominal : merupakan infeksi sekunder , mirip
apendisitis akut, bisa ke hati , tulang punggung dan traktus
genatalia.
4). Actinomycetoma Dermal : merupakan infeksi sekunder yang
membentuk seperti tumor di bawah kulit .

[Type text] Page 24


g. Pemeriksaan Essensial dan Interprestasinya
1. Pemeriksaan GROSS
Diagnosis dari Mycetoma ditegakan dengan identifikasi butir-
butir/granul jamur, tetapi mempunyai kelemahan yaitu butir-butir ini
hanya bisa dilihat dengan menggunakan jarum untuk mengambil
sediaannya (pus) atau dengan aspirasi dari abses. Jika tidak ada pus
maka dapat dibuat celah dari lesi untuk mengambil fragmen kecil dari
jaringan (biopsi jaringan). Jika hal ini memungkinkan maka akan
ditemukan sekitar 20-30 butir yang bisa langsung diamati dan
selanjutnya dibersihkan dengan saline sebelum dikultur.

Dari pemeriksaan Gross ini akan diketahui etiologi dan diagnosis


dari infeksi ini seperti pada tabel diatas. Butir-butir hitam menandakan
infeksi jamur, sedangkan butir-butir putih menendakan infeksi Nocardia,
sedangkan butir-butir putih yang berukuran sebesar kepala peniti
menandakan infeksi jamur yang lain atau Actinomycotic. Butir-butir
merah kecil spesifik untuk Actinomadura pelleteiri, tetapi butir putih
kekuning-kuningan bisa Actinomycotic atau jamur.

2. Pemeriksaan Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik secara langsung akan dapat
menentukan diagnosis dari Mycetoma dan sekaligus dapat diketahui
organisme penyebabnya apakah jamur atau actinomycetes.

Actinomycotik terdiri dari butir-butir dengan filamen yang sangat


halus (diameter <1mikro meter), sedangkan jamur terdiri dari butir-butir
dengan hifa yang pendek (diameter 2-4 mikro meter). Hal ini bisa
diketahui secara langsung pada pemeriksaan mikroskopi dengan
melarutkan butir-butir tersebut ke dalam Potassium hidroksida tetapi
umumnya dapat dengan mudah diamati dengan pewarnaan di bagian
histologi.

[Type text] Page 25


3. Kultur
Umumnya identifikasi agen penyebab dari Mycetoma bisa
disimpulkan setelah diketahui karateristik morfologis dari butir-butir
tersebut. Hal ini penting untuk mengisolasi organisme di dalam kultur.
Butir-butir yang didapat dari sekresi atau biopsi jaringan bisa
diinokulasikan ke dalam plate agar yang biasa digunakan adalah
medium agar Saborouds dan diinkubasikan pada suhu 250C – 300C.
Medium agar Saborouds yang digunakan bisa tanpa antibiotik tetapi
dengan menggunakan Actidione (cycloheximide) untuk mengisolasi
actinomycetes. Sedangkan dengan menggunakan antibiotik tetapi tidak
menggunakan Cycloheximide untuk mengisolasi agen jamur.

Selain itu sebagai media alternatif untuk isolasi actimycetes


dapat digunakan Brain–Heart Infusion atau agar darah. Kultur bisa
bertahan sampai 6 minggu sebelum dibuang. Umumnya Actinomycetes
pertumbuhannya lebih lambat bila dibandingkan dengan jamur.

h. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan berdasarkan pemeriksaan di atas,
bahan klinis yang diperiksa adalah nanah dan jaringan biopsi. Nanah
diambil dengan mengeluarkan secara langsung dari fistel atau dari
aspirasi abses. Butir-butir jamur di dalam sediaan langsung dengan
larutan KOH 10% tampak sebagai gumpalan hifa yang bewarna putih,
kekuningan atau berwarna lain tergantung pada jamur penyebabnya.
Granula ini biasanya halus berukuran 1-2 mikro meter.

Pada sediaan histopatologis dapat ditemukan granul/butir


dengan berbagai ukuran. Butir dari Mycetoma Maduromikotik terdiri
atas hifa yang lebarnya 2-4 mikron dan butir dari Mycetoma
actinomycotik terdiri atas hifa-hifa yang halus dan lebarnya < 1 mikron.
Sedangkan untuk membedakan Nocardia asteroides dan
N. brasiliensis dari penyebab lainnya, sediaan pus dapat dipulas dengan
pulasan Ziel Neelsen.

[Type text] Page 26


i. Differensial Diagnosis
Pada kebanyakan kasus dalam menegakan diagnosis Mycetoma
pedis tidak ada masalah, tetapi akan mengalami kesulitan bila sudah
mengenai tempat lain dari tubuh. Gambaran karateristik dari Mycetoma
adanya pembengkakan yangn berisi butir-butir/granul dari actinomycotic
atau dari filamen jamur. Hal inilah yang membedakan Mycetoma dari
Chromoblastomycosis, tuberkulosis kulit, syfilis, lesi dari penyakit lepra,
Botryomycosis dan keadaan-keadaan lainnya.

j. Pengobatan
Infeksi Actinomycetoma kasus baru akan memberi respon baik
terhadap pengobatan Obat pilihan yang digunakan Streptomycin
Sulphate (1000 mg/hari) diberikan intramuskular. Pengobatan bisa juga
dikombinasikan dengan Co-trimoxazol (960 mg untuk 2 hari) untuk
kasus yang disebabkan oleh S. somaliensis, A. pelletieri dan
N. brasiliensis. Kombinasi yang lain adalah Co-trimoxazol dan Amikacin,
bisa juga Streptomycin dikombinasikan dengan Dapsone lain atau Co-
trimoxazol.

Jika tidak ada perubahan setelah 3 minggu pengobatan dapat


diberikan Streptomycin dan Rifamficin atau Streptomycin dan
Sulphadoxin-pyrimethamine. Pengobatan harus diberikan secara terus
menerus selama berbulan-bulan atau bertahun.

Di samping itu pengobatan untuk Mycetoma maduromikotik


adalah secara bedah, dengan melakukan ekstirpasi jaringan yang ada
kelainan atau amputasi bagian tubuh. Ketokonazol dan Intrakonazol
dilaporkan dapat menyembuhkan beberapa kasus Mycetoma
maduromikotik yang disebabkan oleh Monosporium apiospermum.

k. Prognosis
Prognosis Mycetoma actinomycotic lebih baik daripada
Mycetoma maduromikotik.

[Type text] Page 27


l. Epidemiologi
Mycetoma tidak menular. Infeksi hanya terjadi melalui tusukan
duri atau ranting yang mengandung jamur penyebab. Oleh karena itu
penyakit ini banyak ditemukan pada petani atau pekerja perkebunan
yang sering mendapat luka tusuk oleh duri atau ranting.

3.2.2.Sporotrikosis

a. Definisi

Sporotrikosis adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh


Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah
bening. Kulit dan jaringan subkutis diatas nodus bening sering melunak
dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Sporotrikosis

b. Sejarah

Pada tahun 1898 Schenck melaporkan penyakit Sporotrichosis

dan berhasil mengisolasi jamur penyebabnya, yang kemudian di sebut

Sporotrichum schenckii.

c. Penyebab

Sporotrichosis disebabkan oleh Sporotrichum schenkii atau

Sprothrix schenckii. Jamur ini terdapat di tanah dan tumbuh-tumbuhan

yang sudah lapuk.

d. Distribusi Geografik

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Kasus yang terbanyak dilaporkan ialah dari Afrika Selatan. Pada tahun

1942 dengan sebanyak kurang lebih 3000 pekerja tambang emas

terserang Sporotrichosis dalam jangka waktu dua tahun.

[Type text] Page 28


e. Morfologi dan Identifikasi

Organisme ini jarang terdapat dalam nanah dan jaringan pada

infeksi manusia; jamur ini tampak sebagai sel-sel bertunas yang Gram

positif, berbentuk bulat kecil sampai berbentuk cerutu. Pada biakan dalan

suhu kamar dengan agar Sabouraud, dalam 3-5 hari berbentuk koloni-

koloni dari coklat sampai hitam, melipat menyerupai kulit. (Pembentukan

pigmen dari berbagai strain S. schenckii bervariasi. Konidia sederhana

berbentuk ovoid terdapat berkelompok pada ujung konidiofor yang

ramping yang panjang (menyerupai bunga aster, lihat gambar 4-2), serta

sepanjang pinggir hifa yang tipis. Biakan pada suhu 37 o C menghasilkan

sel-sel bertunas berbentuk sferis sampai ovoid.

Gambar 8. S. schenckii

[Type text] Page 29


Gambar 9. Sporotrichum schenkii pada biopsi jaringan tubuh manusia.

e. Patologi dan Gelaja Klinis

Sporotrichosis suatu infeksi granulomatosa menahun, yang masuk

ke dalam kulit melalui trauma. Infeksi ini sering menyebar secara khas

sepanjang aliran getah bening regional.

Pada umumnya infeksi terjadi karena jamur masuk ke dalam

jaringan subkutis melalui luka pada kulit oleh duri atau kayu lapuk. Infeksi

dapat juga melalui inhalasi spora.

Kelainan terutama mengenai kulit, jaringan subkutis dan saluran

getah bening, jarang mengenai selaput lendir, alat dalam atau tulang.

Ada beberapa macam gambaran klinis yaitu:

1. Sporotrichosis kulit, yang mengenai kulit dan melebar dengan

permukaan tidak rata atau besisik. Kelainan ini hanya terjadi pada

tempat trauma dan tidak terjadi penyebaran ke pembuluh getah

bening.

[Type text] Page 30


Gambar 10. Sporotrichosis kulit

2. Sporotrichosis limfatika lokalisata, yang pada tempat trauma

timbul lesi primer. Lesi kecil ini menjadi tonjolan kecil yang keras.

Tonjolan tersebut akhirnya menjadi abses yang lunak dan pecah,

menembus kulit dan membentuk Sporotrichosis chanel.

Penyebaran terjadi melalui saluran getah bening, kemudian

meradang dan teraba sebagai tali yang keras. Kelenjar di

sepanjang saluran getah bening yang membengkak dan meradang,

dapat melunak dan akhirnya pecah menjadi ulkus.

3. Sporotrichosis pulmonum, yang terjadi karena inhalasi spora

yang menimbulkan infiltrat di paru. Gejala yang timbul menyerupai

penyakit infeksi paru oleh sebab lain.

4. Sporotrichosis deseminata, jarang terjadi, jika terjadi dari lesi

primer menyebar luas ke kulit atau selaput lendir. Pada kulit timbul

nodula yang multiple, subkutan diberbagai tubuh yang menandakan

penyebaran secara hematogen. Bila nodula itu pecah atau dipotong

untuk pemeriksaan laboratorium, maka akan timbul ulkus yang

tidak bisa sembuh dan menahun. Klinis penderita Sporotrichosis

[Type text] Page 31


diseminata menunjukkan sakit berat disertai suhu badan yang

tinggi, dalam waktu beberapa bulan penderita akan meninggal

dalam keadaan umum yang buruk.

5. Sporotrichosis selaput lendir, bentuk primer terjadi sebagai

akibat menelan makanan yang mengandung sporanya, sedangkan

bentuk sekunder terjadi sebagai hasil penyebaran. Predileksi:

selaput lendir mulut dengan gejala stomatitis atau hidung dengan

gejala rhinitis dan pharynx dengan gejala pharingitis. Juga disertai

pembesaran kelenjar limfa regioner dan akhirnya dapat terjadi

cicatrix yang lembek.

6. Sporotrichosis tulang, jarang terjadi, apabila terjadi tanpa adanya

kelainan kulit. Di samping itu tulang persendian dan tendonnya

dapat terkena.

Gambar 11. Penderita Sporotrichosis kulit

f. Tes Diagnosis

Diagnosia dibuat dengan memeriksa tanah, aspirasi abses,

jaringan ulkus, sputum dan bahan klinis lain. Jamur sangat sukar

ditemukan dalam sediaan langsung. Dengan pulasan Hematoksilin Eosin

[Type text] Page 32


(HE) jamur sulit ditemukan dalam jaringan. Dengan pulasan Gram,

Periodic Acid Schiff (PAS) atau Gomori Methenamine Silver Stain

(GMS), jamur mudah dilihat. Biakan nanah atau bahan klinis lainnya

pada medium Sabouraud pada suhu kamar membentuk koloni filamen

yang mula-mula berwarna putih, kemudian abu-abu dan selanjutnya

kadang berwarna kecoklatan dengan susunan konidia yang khas

menyerupai bunga. Koloni ragi dibentuk dalam biakan pada suhu 37 o C.

Percobaan binatang dilakukan dengan menyuntikan suspensi

nanah atau bahan lainnya ke dalam peritoneum tikus atau pada mencit

jantan. Dalam waktu 1-2 minggu timbul orkitis. Dalam jaringan testis

binatang ini jamur dapat diteumukan dalam jumlah besar sebagai

blastospora bulat atau lojong seperti lisong. Untuk membantu diagnosis,

dapat dilakukan dengan pemeriksaan serologi.

Pemeriksaan serologi dengan cara aglutinasi suspensi sel ragi

atau partikel-partikel lateks yang diliputi oleh antigen timbul dalam titer

tinggi pada serum penderita yang terinfeksi, tetapi hal ini tidak diagnostik.

g. Diagnosa pembanding

Diagnosa pembanding dilakukan dengan cara menyuntikan fraksi

polisakarida dari jamur atau media cair yang mengandung jamur secara

intrakutan. Hasil tes positif apabila setelah 24 – 28 jam pada bekas

suntikan timbul eritema dan indurasi yang bergaris tengah 5 mm atau

lebih.

h. Pengobatan

[Type text] Page 33


Pada sebagian besar kasus, infeksi sembuh sendiri walaupun

menahun. Kalium Iodida dapat diberikan melalui mulut dengan dosis 3 x

10 tetes/hari dan ditingkatkan tiap hari satu tetes hingga dosis yang

masih diterima. Dosis tertinggi diberikan hingga lesi sembuh. Untuk

penyakit yang lebih lanjut, misalnya Sporotrichosis diseminata maka

dapat diberikan amfoterisin B secara intravena atau bersama

pengobatan seperti tersebut di atas. Ketokonazol melalui mulut juga

dapat digunakan untuk pengobatan penyakit ini.

i. Epidemiologi

S. schenckii tersebar luas di alam pada tumbuh-tumbuhan

(khususnya lumut sfagnum di AS), duri, sisa-sisa kayu, dalam tanah dan

pada hewan yang terinfeksi. Sebagaian besar kasus terjadi pada tukang

kebun, pekerja pembibitan tanaman, buruh pertambangan dan lain-lain,

yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan tanaman dan kayu.

Pencegahan trauma pada pekerja-pekerja ini bermanfaat, karena

organisme ini harus masuk secara pasif dalam subkutan agar dapat

menyebabkan penyakit.

3.2.3. Rhinosporidiosis

a. Sejarah

Penyakit Rhinosporidiosis pertama kali dilaporkan dari India dan

Srilangka.

b. Penyebab

[Type text] Page 34


Penyebabnya ialah Rhinosporidium seeberi yang hingga sekarang

belum berhasil dibiak. Jamur ini diduga hidup dalam air juga pernah

dilaporkan adanya kasus pada hewan kuda, keledai dan sapi.

c. Distribusi Geografik

Penyakit ini banyak terdapat di India dan Srilangka. Juga

ditemukan di beberapa daerah lain di dunia, antara lain Indonesia.

d. Morfologi

Kedudukan Rhinosporidium seeberi dalam taksonomi belum dapat

ditentukan karena belum berhasil dibiakkan. Jamur tampak sebagai

sporangium dalam berbagai stadium di jaringan. Sporangium muda

belum berisi spora. Sporangium matang berukuran 100-300 mikron,

berdinding tebal dan berisi spora yang sama besar.

Gambar 12 Rhinosporidium seeberi pada biopsi jaringan.

e. Patologi dan Gejala Klinik

Diduga penyakit ini didapat melaui trauma. Kelainan pada

penderita berbentuk polip yang bertangkai dan mudah berdarah.

Polip terdapat pada selaput lendir mata, hidung, faring, telinga dan

lainnya, Rincian gejalanya adalah sebagai berikut:

[Type text] Page 35


1. Pada Hidung

Pada hidung gejala berupa suatu tumor/polip yang bertangkai

dan tergantung seperti belalai dari rongga hidung. Gejala dimulai

dengan rasa gatal dihidung, tanpa rasa nyeri, kemudian hidung

mengeluarkan cairan mukoid, kadang-kadang bernanah. Selanjutnya

tumbuh tumor dari mukosa hidung yang bertangkai (pedunculated),

tidak nyeri, permukaan berbenjol-benjol seperti kembang kol dan

bertitik-titik putih, lama-lama keluar dari lubang seperti belalai.

Permukaannya mudah berdarah bila terkena trauma. Titik-titik putih

tersebut ternyata adalah sporangia jamurnya. Pertumbuhan ini

berjalan sangat lambat (bertahun-tahun) dengan keadaan umum

penderita tetap baik tidak ada demam dan tidak ada penurunan berat

badan.

2. Pada Larynx-Pharynx

Penyakit tumbuh seperti tumor yang papilomatous atau

sebagai polip yang juga bertangkai dan dapat menyebabkan

disphagi atau dyspneu. Pada umumnya prognosa buruk, karena

penderita cepat meninggal bila saluran pernapasan atau saluran

pencernaan tertutup sama sekali. Bentuk ini kebanyakan berasal dari

rongga hidung yang tumbuh keluar, tetapi tumbuh kedalam.

3. Pada Mata: conjuntiva/palpebra

Mengakibatkan kelopak mata tidak dapat menutup secara

sempurna. Bila menjadi besar, timbul gejala fotofobia, lakrimasi,

serta infeksi konjunctival (mata merah karena pelebaran pembuluh

[Type text] Page 36


darah karena tertekan tumor tadi). Bila saccus lacrimalis yang

terkena dapat menimbulkan hiperlakminasi karena penyumbatan

ductus lakrimalis.

Gambar 13. Rhinosporidiosis pada mata

4. Pada Genetalia

Pada pria tampak pertumbuhan di orifisium urethre, seperti

kembang kol yang mudah berdarah, Pada wanita sulit dibedakan

dengan penyakit kelamin lainnya, oleh karena adanya pertumbuhan

yang disebut codylomata dan mudah berdarah.

5. Pada Rectum

Berbentuk seperti polip yang juga mudah berdarah. Kadang-

kadang sebagai hemorrhoid, karena pertumbuhan pada dinding

pembuluh darah rektum.

6. Pada Telinga

Juga dalam bentuk polip, baru akan menimbulkan gejala bila

tumbuh membesar dan menekan membran tympani serta tulang-

[Type text] Page 37


tulang pendengaran. Hal ini terjadi bila polip tumbuh ke dalam. Polip

tersebut juga dapat tumbuh ke arah luar dengan bertangkai.

7. Pada Kulit

Kelainan pada kulit dimulai dengan papilomata yang kecil-

kecil yang bisa terjadi di berbagai bagian tubuh. Bila menjadi besar,

sipatnya menjadi tumor myxomatous. Gejalanya biasanya

disebabkan karena beratnya tumor yang bergantungan pada

tubuhnya.

Semua bentuk penyakit tersebut di atas umumnya menahun

(bisa sampai 30 tahun), keadaan umum baik, kecuali bila menjangkiti

larynx-pharynx. Jamurnya sendiri ternyata mempunyai sifat/lingkaran

hidup yang khas dalam tubuh: Sporanya (sporangiospora) berbentuk

bundar lonjong, ukuran  6  dengan dinding tebal (dari chitine) dan

mempunyai inti yang diduga mengandung karyosom. Spora akan

tumbuh membesar dan bila telah mencapai 60  inti mulai

membelah, didalamnya mengandung 4 buah kromosom.

Pembelahan inti disertai dengan pembesaran sporanya.

Masing-masing belahan inti dikelilingi oleh sitoplasma. Pembelahan

inti dan pembesaran spora berjalan terus. Bila spora tadi telah

mencapai ukuran  100 , dibentuklah dibagian dalamnya suatu

dinding yang tebal terdiri dari selulosa, kecuali satu bagian kecil yang

tidak ditutupi selulosa dan disebut porus. Pada saat ini jumlah inti

yang diliputi sitoplasma  4000  dan disebut sporangiospora,

sedangkan spora yang membesar tadi disebut sporangium. Bila

[Type text] Page 38


sudah matang, sporangium akan bersisi  16.000 sporangiospora

dan akan pecah, sporangiospora keluar melalui porus dan

mengadakan invasi ke jaringan sekitarnya, untuk selanjutnya

masing-masing spora akan mengikuti lingkaran hidup seperti tadi.

f. Diagnosis

Bahan pemeriksaan berupa sekret hidung/mata, potongan

tumor, kulit atau condylomata, kemudian dilakukan: pemeriksaan

langsung mikroskopik dalam sediaan basah (air atau KOH) akan

terlihat sporangium dalam berbagai stadium. Sporangium muda

berisi sporangiospora sedikit, yang matang penuh dengan spora ada

pula yang porusnya telah terbuka dan sporanya sedang keluar atau

ditemukan sporangium yang kosong dengan porus terbuka (sudah

mengadakan invasi). Bila menggunakan oli imerasi terlihat struktur

masing-masing sporangiospora dengan sperula.

f. Pengobatan

Pengobatan dilakukan dengan pembedahan untuk mengangkat

polip dan jaringan tumor di bawah kulit.

g. Epidemiologi

Ada teori baru yang mengatakan bahwa penyakit ini sebenarnya

penyakit ikan dan manusia merupakan hospes insidentil. Persentasi

tertinggi terdapat pada anak-anak dan orang dewasa muda. Selain itu

penyakit ini bersifat endemis, gejala dan prognosa penyakitnya

tergantung dari lokalisasi penyakit, terutama pada orang yang

pekerjaannya berhubungan dengan air.

[Type text] Page 39


3.2.4.Kromomikosis

a. Penyebab
Kromomikosis atau Kromoblastomikosis atau dermatitis
verukosa adalah penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam
jamur berwarna (Dermatiaceae) yang pada umumnya dianggap
sebagai saprofit, bahkan kadang-kadang dapat berperan sebagai
kontaminan. Penyakit ini banyak dijumpai di benua Asia dan Eropa.
Sejak beberapa tahun lalu dilaporkan kasus Kromomikosis di
Indonesia. Jenis Dermatiaceae yang sering kali menyebabkan
penyakit ini adalah : Homodendrum dermatitidis, homodendrum
compactum, Homodendrum pedrosoi, phialaphora verrucosa.

Gambar 14 : Jamur H, dermatitidis dalam biopsi jaringan


c. Gejala klinis

Pada umumnya menjangkiti kulit di bagian yang tidak tertutup


pakaian, paling banyak pada tangan, kaki dan tungkai, selalu
unilateral, dimulai dengan pembentukan nodula/popula pada tempat
trauma. Mula-mula tidak nyeri, kemudian terjadi ulserasi yang
sifatnya bisa menahun ( lebih dari 15 tahun) dan bersifat granulasi.
Kadang-kadang terdapat pada muka, leher, bahu dan lipatan
gluteral. Penyakit ditandai dengan pembentukan nodus verukosa
kutan yang perlahan-lahan sehingga akhirnya membentuk vegetasi
papilomatosa yang besar. Pertumbuhan ini dapat menjadi ulkus atau
tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat

[Type text] Page 40


lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, leher, dada,
dan bokong.

Gambar 15. Kromomikosis

d. Epidemiologi

Sumber penyakit berasal dari alam dan terjadi infeksi melalui


trauma.Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum
pernah dilaporkanterjadi pada binatang. Diseminasi dapat terjadi
melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan penyebaran melalui
saluran getah bening. Penyebaran melalui darah dengan
terserangnya susunan saraf sentral pernah dilaporkan.
Pengobatannya sulit. Terapi sinar X pernah dilakukan dengan hasil
yang berbeda-beda. Kadang-kadang dapat diperlukan amputasi.
Pada kasus lain reseksi leso mikotik disusul dengan skin graft
memberi hasil yang cukup baik.

e. Pengobatan

Obat-obatan biasanya memberikan hasil yang kurang


memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama. Hasil
pengobatan yang baik dicapai dengan kombinasi amfoterisin B dan5-
fluorositosin. Itrakonazol pada akhir-akhir ini memberikan harapan

[Type text] Page 41


baru pada penyakit ini terutama bila penyebabnya adalah Cl
adosporium carrionii.

3.2.4.Zigomikosis, Fikomikosis, Mukormikosis

a. Penyebab

Penyakit jamur ini terdiri atas berbagai infeksi yang disebabkan


oleh bermacam-macam jamur pula yang taksonominya dan peranannya
masih didiskusikan.Zygomycetes meliputi banyak genera yaitu:Mucor,
Rhizopus, Absidia,Mortierella, dan Cunning-hamella. Penyebabnya
adalah jamur yang pada dasarnya oportunistik, maka pada orang sehat
jarang ditemukan Fikomikosis subkutan.

b. Gejala Klinis & Diagnosis

Kelainan timbul di jaringan subkutan antara lain: di dada, perut,


atau lengan ke atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan
membesar setelah sekian waktu. Nodus itu konsistennya keras kadang
dapat terjadi infeksi sekunder.Penderita pada umumnya tidak demam
dan tidak disertai pembesaran kelenjar getah bening regional.Diagnosis
ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologik dan biakan.
JAmur agak khas hifa lebar 6-50 µm seperti pita, tidak bersepta, dan
coenocytic.

c. Pengobatan

Sebagai terapi fikomikosis subkutan dapat diberikan larutan jenuh


kalium Iodida.Mulai dari 10-15 tetes 3 kali sehari dan perlahan-lahan
dinaikkan sampai timbul gejalaintoksikasi, penderita mual dan muntah.
Kemudian dosis diturunkan 1-2 tetes dandipertahankan terus menerus
sampai tumor menghilang. Itrakonazol berhasil mengatasifikomikosis
subkutan dengan baik. Prognosis bentuk klinis ini umumnya baik

[Type text] Page 42


3.2.5. Nokardiosis
a. Penyebab

Nokardiadis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh Nocardia


sp. Nocardia spesies terdapat dialam bebas,di tanah sebagai
saprofit.Penyakit terjadi karena inhalasi jamur(terhirup).infeksi ini lebih
sering terjadi pada laki – laki dari pada perempuan .manusia jarang
terkena Nocardia sp. kecuali pada individu yang
irnnunokomporis.terdapat dua bentuk nokardiosis yaitu nokardiosis
sistemik dan nokardiosis misetoma.

b. Sejarah
Nokardiosis pada manusia pertama kali dilaporkan oleh Eppinger
(tahun 1890).Pada tahun 1895 Blanchard menggolongkan penyakit ini
dalam genus Nocardia.
Nokardiosis sistemik
a. Penyebab Nokardiosis sistemik
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Nocardia asteroides,
infeksi terjadi melalui inhalasi. Kelainan primer terjadi pada paru –
paru menyebar melalui darah dapat menginfeksi ginjal dan otak
b. Distribusi Geografik

Nokardiosis ialah penyakit kosmopolit .Di Indonesia telah


dilaporkaan penderita nokardiosis paru diantaranya disebabkan oleh
N. Brasiliensis

c. Morfologi

Nocardia berukuran diameter < I mikron,bersifat Gram positif


Nocardia asteroides, N. Brasiliensis bersifat tahan asam sebagian
.Koloni Nocardia bersfat aerob.

[Type text] Page 43


Gambar 16. N. Brasiliensis

d. Patologi dan Gejala Klinis

Infeksi terjadi dengan inhalasi jamur,kelainan primer terdapat dalam


paru dan menyerupai penyakit paru lain .Dengan penyebaran
hematogen,jamur dapat ke alat alat lain terutama ke otak dan ginjal.
Faktor predisposisi ialah keadaan umum yang baik termasuk gangguan
sistem imun.

Gambar 17. Penderita Nokardiosis

e. Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan pemeriksaan sputum, biopsi dan


bahan klinik lainnya. Pada pemeriksaan langsung dengan pulasan Gram
atau tahan asam N. asteroides atau N. Brasiliensis tampak sebagai hifa
halus bercabang dan tahan asam pada pulasan gram bersifat Gram
positip.

[Type text] Page 44


Pada pembiakan, jamur ini tumbuh lambat pada media jamur atau
nutrient agar berwarna putih atau kuning dan secara aerob.pembiakan
memerlukan waktu hingga 3 minggu. Koloni berbentuk Glabrous,
irreguler atau granuler .

f. Pengobatan

Obat pilihan untuk nokardiosis ialah sulfonamid atau trimetropin –


sulfometoksazol. sulfonamide diberikan 3 – 6 g/hari selama 6 – 12
bulan.Bila suudah menyebar ke otak, bisa diberikan sulfonamid karena
obat ini mampu menembus cairan otak dan bertahan dalam konsentrasi
tinggi.bila pasien alergi terhadap sulfonamid maka bisa diberian
ampisilin,klidamisin,eritromisin atau minosiklin.Obt lain yang juga bisa
diberikan ialah kloramfenicol dan tetrasiklin.

g. Epidemiologi

penyakit jamur ini belum diketahui .Faktor penyulit untuk menentukan


diagosis adalah sifat Nocardia yang tahan asam sebagian hingga mudah
dibuat diagnosis sebagai kuman tuberculosis.Kasalahan yang timbul
tidak banyak mempengaruhi hasil pengobatan karena obat anti
tuberkolusis juga menyembuhkan noardiosis.

3.2.6. kriptokokosis

a. Penyebab

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Cryptococcus


neoformans . Jamur ini hidup ditanah yang mengandung kotoran burung
merpati, menyebabkan penyakit Meningitis. Infeksi terjadi jika spora
masuk melalui inhalasi ke paru –paru, jamur berkembang biak dalam
alveoli dan dapat menimbulkan penyakit pada paru-paru jika faktor
predisposisi mendukung. Sering kali gejala infeksi paru tidak diperhatikan
karena ringan, tetapi jika telah masuk ke otak dan timbul gejala yang

[Type text] Page 45


menonjol barulah dilakukan pemeriksaan terhadap kriptokokosis.

Gambar 18. Cryptococcus neoformans yang diisolasi dari cairan otak

b. Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, LCS, darah, Urin, kotoran


burung merpati. Pemeriksaan langsung dilakukan dengan menggunakan
KHO tinta cina untuk melihat adanya kapsul pada spora yang berbentuk
oval. Pembiakan pada media Sabaroud agar tampak koloni berwarna
krem, konsistensi mucoid (berlendir).

Gambar 19. Kriptokkokis pada paru-paru

[Type text] Page 46


3.2.7. Histoplasmosis

a. Penyebab

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Histoplasma


capsulatum yang bersifat dimorfik dan menyebabkan penyakit
histoplasmosis. Infeksi terjadi jika spora masuk melalui inhalasi pada
paru-paru dan menimbulkan peradarangan setempat, diikuti dengan
pembesaran kelenjar limfe regional. Dengan foto Rontgen tampak
gambaran menyerupai tuberculosis paru. Jika infeksi dibiarkan maka
akan menimbulkan penyakit yang lebih parah lagi menyebar ke seluruh
organ dalam dan dapat menimbulkan kematian.

Gambar 20. Histoplasma capsulatum

b. Gambaran klinis
Manifestasi penyakit ini dapat tidak bergejala, positif dengan uji kulit
histoplasmin sampai penyakit paru yang fatal. Masa inkubasi sekitar
14 hari dengan gambaran klinis kadang menyerupai tuberculosis.
Gambaran klinis histoplasmosis paru dibagi atas2,3:
a) Histoplasmosis asimtomatik, dapat dijumpai sekitar 90% penduduk
terinfeksi H. capsulatum pada daerah endemik, tidak ada gejala,
tes histoplasmin positif.
b) Histoplasmosis paru akut, seringkali terjadi pada orang yang
berkunjung ke daerah endemic. Gejala klinis tidak khas, bila spora
yang terhirup cuku banyak, dapat menimbulkan sesak napas,

[Type text] Page 47


sianosis, sakit dada, ruam, eritema multiforme, dan sakit pleura.
Stadium akut ini berakhir dalam 3 minggu dengan penyembuhan
sempurna.
c) Histoplasmosis paru kronik, dijumpai pada orang dewasa dengan
riwayat penyakit paru kronik, misalnya TB paru, dapat juga pada
penderita diabetes mellitus. Foto toraks menunjukkan gambaran
kaverne pada kedua lobus atas paru, sering disangka TB paru.
d) Histoplasmosis diseminata, timbul pada pasien yang disertai
dengan gangguan imun. Secara klinis sering didapati demam
tinggi yang tidak spesifik, hepatosplenomegali, limfadenopati,
pansitopenia dan lesi di mukosa dapat terjadi berupa lesi ulseratif
di mulut, lidah, dan orofaring. Pada foto toraks, gambaran dapat
normal atau didapati infiltrat difus.2

c. Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum , darah, LCS, urin dan


bahan biopsi. Pemeriksaan langsung dari bahan yang berasal dari
jaringan maka akan tampak spora yang berbentu bulat / oval (yeast)

[Type text] Page 48


Gambar 21. Histoplasma capsulatum pada biopsi jaringan

b. Pembiakan

Bahan pemeriksaan ditanam pada media Saboraud agar akan tumbuh


koloni :

- Koloni Yeast jika diinkubasi pada suhu 37˚ C

- Koloni Mold jika diinkubasi pada suhu ruang.

Jika dilakukan pemeriksaan mikroskopik maka pada koloni yeast tampak


spora yang berbentuk oval.Dan pada koloni mold jika dilakukan
pemeriksaan mikroskopik maka tampak hifa- hifa dan makrokonidia.

3.2.8. Kandidiasis
Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida , Candida
yang paling patogen adalah Candida albicans dan paling sering
ditemukan . Genus ini hidup sebagai saprofit dan merupakan flora
normal kulit dan selaput mukosa, saluran pencernaan, vagina dialam
ditemukan pada air , tanah.Infeksi terjadi melalui kontak, tertelan,dan
lesi/ traumatik Jamur ini berbentuk dimorfik yaitu berbentuk hifa /
speudohifa ditemukan pada penyakit atau bentuk patogen dan berbentuk
ragi / yeast merupakan bentuk istirahat sebagai saprofit. Kandida berada
pada jaringan yang mati dan melakukan invasi kebawah permukaan kulit
atau mukosa yang luka, terjadinya invasi ke jaringan bawah kulit

[Type text] Page 49


dipengaruhi oleh faktor virulensi, kolonisasi pada kulit serta terjadinya
penurunan daya tahan tubuh. Faktor virulensi berperan dalam terjadinya
adhesi candida pada endotel dan epitel, sekresi enzim memudahkan
invasi jaringan dan kemampuan mengatasi imunitas inang, candida
mampu membentuk pseudohifa dan enzim proteinase aspartat untuk
menembus sel jaringan inang.Terdapat beberapa bentuk gambaran klinik
yaitu:

Gambar 22. Jamur Candida albicans

1) Gambaran Klinis

Kandida dapat hidup sebagai organisme komensal di mulut, saluran


cerna dan vagina, tapi pada keadaan tertentu dapat menjadi pathogen
dan menyebabkan kandidosis. Infeksi jamur ini banyak terjadi secara
endogen dari traktus gastrointestinal atau kulit yang menyebar melalui
pembuluh darah, walaupun infeksi eksogen dapat juga terjadi melalui
inhalasi spora tapi tidak lazim. Pasien dengan kandidosis biasanya juga
memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh. Sistem imun yang terutama
berperan adalah sel polimorfonuklear (PMN).2,3
Manifestasi klinis kandidosis paru bisa berupa:2
1.) Jamur hidup sebagai saprofit di saluran napas, misalnya pada
penyakit paru kronik

[Type text] Page 50


2) Kandidosis primer, timbul karena aspirasi jamur dari rongga mulut.
Manifestasi berupa pneumonia atau dapat menyebar ke berbagai
organ.
3) Infeksi sistemik yang melibatkan berbagai organ
4) Kadang berupa misetoma
5) Kandidosis bronkopulmoner alergi
6) Diagnosa kandidiasis dengan melakukan pemeriksaan pada bahan
pemeriksaan berasal yang dari swab vagina, sputum, LCS, sekret
mata, mukosa mulut. Pemeriksaan langsung dengan pulasan gram
dan KOH 10 %. Secara mikroskopik tampak spora yang berbentuk
oval, pada pulasan gram bersifat gram positip. Ditemukan
blastospora, klamidospora, pseudohifa.

Gambar 23. Kandidiasis pada mulut

Dengan pembiakan pada media Sabaroud agar koloni tampak krem


konsistensi smooth Bau seperti ragi

[Type text] Page 51


Gambar 24. Candida albicans pada media agar Sabaraoud

3.2.9.Aspergilosis

Merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur Aspergillus. Jamur


ini terdapat dialam bebas, sehingga sporanya sering diisolasi dari udara.
Aspergilus termasuk jamur kontaminan. Species yang sering dianggap
penyebab penyakit adalah : A. Fumigatus, A. niger, A. flavus. Cara
infeksi tergantung lokasi yang diinfeksi ada beberapa bentuk yaitu
Aspergilosis kulit, Aspergilosis sinus, Aspergilosis paru, Aspergilosis
sistemik

Gambar 25. Aspergilllus sp

[Type text] Page 52


a. Gambaran Klinis

Aspergiloma biasanya terjadi pada pasien yang sudah mempunyai


kelainan anatomis paru, misal ada kavitas karena TB paru,
bronkiektasis, abses paru, tumor paru. Jamur tidak menembus sampai
ke parenkim paru. Secara klinis, hemoptysis (batuk darah) merupakan
gejala utama yang dapat massif sehingga mengancam jiwa. Selain
batuk darah, dapat dijumpai gejala penyakit dasarnya. Secara
radiologis, tampak kelompok hifa dan spora jamur memberikan
bayangan radioopak, sedangkan rongga kavitas radiolusen, sering
disebut fungus ball.2,4
a) Aspergillosis Invasif
Aspergillosis pneumonia merupakan penyakit infeksi jamur paru
yang banyak dijumpai pada pasien yang mempunyai kelainan sel
neutrofil. Jamur menimbulkan nekrosis dan infark multipel, jamur juga
menyerbu pembuluh darah yang dapat menimbulkan abses di otak,
hati, kulit, dll. Karena yang diserang pembuluh darah, bisa
menyebabkan hemoptisis ringan atau perdarahan paru yang fatal.
Pemeriksaan radiologi berupa high resolution CT scan memberikan
gambaran nodul kecil di dasar pleura dengan “halo sign” yaitu area
yang atenuasinya lemah mengelilingi lesi noduler tersebut. Temuan
lainnya berupa rongga dari lesi noduler tersebut berupa radiolusen
seperti bulan sabit yang menggambarkan jaringan paru yang infark.2,4
b) Aspergillosis Kronik Nekrotizing
Penyakit ini merupakan bentuk antara aspergiloma dan
aspergillosis invasif. Jamur tumbuh dan berkembang dalam rongga
udara yang tidak normal pada paru yang juga tidak normal. Infeksi
menyebar secara perlahan, menembus dan menghancurkan daerah
paru yang berdekatan, dijumpai lesi berongga pada lobus atas paru
menyerupai gambaran tuberculosis yang berlanjut membentuk
aspergiloma, atau awalnya aspergiloma kemudian menjadi invasive
secara lokal. Gejala yang timbul berupa sesak napas, batuk kronik,

[Type text] Page 53


berdahak, berat badan menurun, keringat malam, demam, dan batuk
darah intermitten.2

b. Diagnosa

Bahan pemeriksaan berasal dari sputum, sekret hidung, nanah,


kerokan kulit, kerokan kuku, biopsi jaringan dll. Pemeriksaan langsung
dari bahan pemeriksaan ditemukan hifa bersekat, bercabang dengan
atau tanpa spora, ditemukan bangunan aspergilus vesikel, sterigmata

c. Pembiakan

Pada media Sabaroud agar dapat tumbuh cepat pada suhu ruang
membentuk koloni mold yang granuler, berserabut dengan beberapa
warna sebagai salah satu ciri identifikasi. Aspergilus fumigatus koloni
berwarna hijau, Aspergilus niger koloni berwarna hitam dan Aspergilus
flavus koloni berwarna putih atau kuning.

Gambar 26. Aspergilllus sp pada media biakan

[Type text] Page 54


[Type text] Page 55
[Type text] Page 56

Вам также может понравиться