Вы находитесь на странице: 1из 13

NAMA : RIZKA HASANAH / 27

NPP : 23.0467
KELAS : H1 KEBIJAKAN PEMERINTAHAN
DOSEN : DR. JAMES ROBERT PUALILLIN,M.SI

RESUME BUKU PENGANTAR EKOLOGI PEMERINTAHAN

1. LATAR BELAKANG DAN TUJUAN


Pemerintahan merupakan sebuah sistem yang dinamis dimana perubahan lingkungan
terjadi dengan sangat cepat dan sulit diprediksi,maka dari itu perlu suatu ilmu yang
mempelajari interaksi komponen pembentuk sistem pemerintahan dengan lingkungannya
baik dalam segi internal maupun eksternalnya.
Pada hakekatnya permasalahan lingkungan hidup merupakan permasalahan ekologi.
Berkembangnya lingkungan secara dinamis dan sulit diprediksi menimbulkan pemikiran
dimana perlu adanya ilmu yang mengatur tentang hubungan timbal balik antara makhluk
hidup dengan lingkungannya termasuk cara beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Alexander Von Humbolt mengembangkan pemikiran ekologi dalam bidang sosial dengan
berasumsi bahwa pemerintahan merupakan organisme hidup (living organism) yang lahir,
hidup, berkembang, dan kemungkian kemudian akan mati atau digantikan dengan sistem
lainnya. Berdasarkan asusmsi titulah maka dikembangkan kajian ilmu tentang ekologi
pemerintahan.

2. ASAL-USUL DAN SUDUT PANDANG KAJIAN EKOLOGI PEMERINTAHAN


Kajian ekologi pemerintahan dapat digunakan untuk menggambarkan,
menjelaskan,mem-verifikasi gejala dan peristiwa yang berkaitan dengan hubungan timbal
balik antara pemerintah dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa hal penting yang mengenai
kajian ekologi yaitu :
a. Memandang objek sebagai sebuah ekosistem;
Cara pandang ini dilihat sebagai sebuah ekositem yang memiliki sebuah lingkungan
strategis tersendiri serta berinteraksi dengan lingkungannya
b. Penggunaan paradigma antroposentrik;
Menggunakan cara pandang inimaka pemerintah akan menjadi pusat perhatian dan
faktor utama dari kegiatan berbangsa dan bernegara
c. Penggunaan pendekatan holistik;
Pendekatan holistik merupakan cara pandang dimana kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah dan memikirkan dampaknya secara menyeluruh
d. Adanya mekanisme yang berfungsi memelihara sistem dalam keadaan seimbang
dinamis;
Reaksi yang berlebihan dari kelompok sasaran kebijakan pemerintah yang tidak
diperhitungkan dengan cermat, dapat menyebabkan rusaknya sistem pemerintahan
dan tumbangnya pemerintahan. Reformasi di indonesia tahun 1997 merupakan
contoh konkret munculnya ketidakseimbangan sistem pemerintahan yang
mengakibatkan jatuhnya rezim orde baru.
Kajian tentang ekologi politik sangat dekat dengan ekologi pemerintahan, menurut
Robbins banyak sekali pemahaman para ahli mengenai defenisi ekologi politik. Ada yang
memberi tekanan pada ekonomi politik,lembaga-lembaga politik tergantung sudut pandang
yang digunakan.Salah satu defenisi ekologi politik menurut para ahli yaitu menurut
Greenberg & Park (1994) “ A synthesis of “political economy, with its insistence on the need
to link the distribution of power with productive activity and ecological analysis,with its
broader vision of bioenvironmental relationship”
Ruang lingkup kajian ekologi pemerintahan meliputi :
1. Dialektika antara pegawai pemerintah dengan pemerintah,subsistem pemerintahan
dengan sistem pemerintahan,masyarakat dengan penyelenggara pemerintahan
2. Distribusi kewenangan dikaitkan dengan analisis ekologi
3. Studi saling ketergantungan antara unit-unit pemerintahan dengan lingkungannya
4. Mempelajari keberadaan dan pengaruh “pemerintahan bayangan” terhadap entitas
pemerintahan yang formal
Dengan memahami kondisi suatu masyarakat,bangsa,dan negara kita dapat menyusu
dan mengembangkan susatu sistem administrasi negara yang cocok dengan kondisi
masyarakat,bangsa,dan negara yang bersangkutan. Kajian ekologi pemerintahan
dikategorikan sebagai sebuah pendekatan (approach). Ada enam pendekatan dalam
mempelajari administrasi publik, yakni :
1. Behavioural approach
2. System approach
3. Ecological approach
4. Structural approach
5. Functional approach
6. Public choice approach
7. Contingency approach

3. MEMAHAMI PEMERINTAHAN SEBAGAI SEBUAH SISTEM

Konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem, dimana sistem ekologi terbentuk
karena adanya hubugan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkunganny dan suatu
tempat dimana makhuk hidup mupun tak hidup saling berinteraksi disebut ekosistem.
Masing-masing komponen yang ada memiliki fungsinya masing-masing, selama komponen
tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik maka ekosistem tersebut berada dalam suatu
keseimbangan.
Pemerintah sebagai sebuah sistem harus memiliki keseimbangan agar dapat bekerja
secara optimal. Demi tercapainya sebuah keseimbangan dalam sistem pemerintahan semua
anggota harus paham mengenai teori sistem dan bekerja secara sistemik. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan mekanisme umpan balik dengan menyediakan kotak
saran,membuka jejaring sosial utuk memeroleh informasi yang aktual dan akurat maupun
umpan ke depan.
Sistem dalam basic level di kategorikan dalam 2 bagian :
1. Sistem tertutup dimana sistem tersebut yang secara efektif terisolasi dari pengaruh
yang datang dari luar sistem
2. Sistem terbuka adalah dimana sebuah sistem yang melakukan pertukaran berbagai
hal dengan lingkungannya.
sistem bukan hanya sekedar jumlah dari bagian-bagian tetapi sistem merupakan suatu
kupulan dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan dan terbangun sebuah sinergi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
3.1 Sistem Dilihat Secara Hierarkis

Sutherland mengemukakan bahwa ada empat tipe utama struktur hierarki yaitu sebagai
berikut :
a. Tipe pertama yakni dominasi struktural dimana dalam sebuah sistem terdapat
sistem yang memiliki kedudukan tinggi dan rendah, dimana sistem tertinggi
memiliki kewenangan tertinggi. contoh : pembentukan daerah otonom oleh
pemerintah pusat

b. Tipe kedua yaitu komponen-komponen yang tidak dapat di asumsikan secra penuh
dihambat oleh unit-unit yang lebih tinggi. Tipe ini terdapat pada negara
persemakmuran dimana negara-negara yang masih berdaulat penuh membangun
hubungan bilateral maupun multilateral yang bersepakat untuk menangani masalah
urusan bersama atau karena kesamaan sejarah . contoh : ASEAN
c. Tipe ketiga yakni satu kompoen pada tingkatan tinggi dikembangkan dari
komponen yang lebih rendah. Contoh : Negara Federal (USA)
d. Tipe keempat yakni sesuatu yang mempunyai sifat kuhusus yakni pergantian
sebuah hierarki pada tingkat tertinggi secara sederhana dimana beberapa negara
membuat kesepakatan dalam bidang politik dan ekonomi dimana pimpinan
sekretariatnya dijabat secara bergiliran dari masing-masing negara. Contoh :
European Union (EU) dalam menggunakan mata uang bersama
Ada tiga prinsip dasar yang perlu dipahami dalam melihat pemerintahan sebagai sebuah
sistem :
1. Hubungan antara suprasistem,sistem,subsistem,su-subsistem diatur melalui
berbagai asas yang disepakati dan dipahami
2. Sistem yang berada dalam susunan yang lebih rendah harus tunduk kepada sistem
yang berada dalam susunan yang paling tinggi
3. Sususnan sistem yang lebih besar dan tinggi berkewajiban melindungi dan
memberdayakan sistem yang lebih rendah dan lebih kecil

3.2 Sistem Secara Fungsional

Selain secara hierarkis, sistem dapat pula dilihat secara fungsional. Komponen-
komponen sistem dilihat secara fungsional meliputi :

a. Masukan (input)
b. Proses (process)
c. Keluaran (output)
d. Nilai guna (outcome)
e. Dampak (impact)
f. Manfaat (benefit)
g. Umpan balik (feedback)
h. Umpan ke depan (feedforward)
i. Lingkungan (environment)
3.2.1 KOMPONEN SISTEM SECARA UMUM
3.2.1.1 Masukan
Idealnya sistem yang baik dijalankan oleh orang-orang yang berkualitas dan
memiliki kemampuan dalam menguasai sistem. Dalam hal ini komponen sistem
secara umum yang dimaksud berupa 6M , yaitu :
1. Man (orang yang berada dibelakang sistem)
2. Money (anggaran yang diperlukan)
3. Material (bahan untuk menggerakkan sistem;alat tulis kantor)
4. Maethod (metode,cara,prosedur,mekanisme dan peraturan yang mengatur
sistem)
5. Machine (alat utama dalam menggerakkan sistem berupa mesin-mesin besar)
6. Minute (target waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan sistem)
3.2.1.2 Proses
Proses merupakan aktivitas mengubah komponen input menjadi output. Dalam
hal ini komponen kedua inilah yang disebut komponen paling rumit dan unik,
karena proses yang sudah terjadi hari ini tidak akan sama dengan proses yang akan
terjadi nanti. Contohnya adalah penyusunan RAPBN/RAPBD tahun ini berbeda
dengan RAPBN/RAPBD ditahun depan.
3.2.1.3 Output
Komponen ketiga ini merupakan produk yang dihasilkan dari proses. Wujud
keluaranya berupa barang dan/jasa maupun bangunan fisik. Namun pada pendekatn
sistem yang baru hasil dari proses tidak hanya berhenti pada output saja meainkan
berlanjut pada nilai guna. Misalkan sebuah sekolah tidak hanya menargetkan
siswanya lulus 100% melainkan menargetkan siswanya banyak diterima
diperguruan tinggi terkenal.
3.2.1.4 Outcome
Komponen ini berupa nilai manfaat dari keluaran sebuah sistem bagi sistem
lainnya. Pada komponen ini lebih menekankan pada kualitasnya.
3.2.1.5 Dampak
Agar sebuah sistem dapat dinyatakan bekerja dengan baik, maka besaran
dampak yang memungkinkan untuk terjadi baik itu dampak langsung maupun tidak
langsung-dampak positif maupun negtif- harus diperhitungkan.
3.2.1.6 Manfaat
Komponen manfaat dari sistem berupa nilai tambah langsung maupun tidak
langsung yang diperoleh karena bekerjanya sistem. Dalam hal ini bentuk keluaran
baik secara kualitas maupun kuantitas dapat digunakan oleh anggota sistem atau
oleh sistem lainnya yang terkait.
3.2.1.7 Umpan balik
Komponen ini arahnya lebih kepada internal sistem. Umpan balik merupakan
mekanisme memberikan masukan balik bagi setiap komponen sistem sehingga
terciptanya suatu keseimbangan dan eksistensi sistem dapat terjaga. Mekanisme ini
dapat dilakukan dengan cara survai,polling,kotak saran,maupun kritik di jejaring
sosial.
3.2.1.8 Umpan ke depan
Komponen umpan ke depan atau feedforward berupa masukan dari sistem
yang lebih kecil dan rendh kepada sistem yang lebih besar dan tinggi susunannya.
Komponen ini lebih megarah keluar sistem,terutama memberi masukan bagi sistem
lainnya.
3.2.1.9 Lingkungan
Lingkungan ini berupa lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari
sebuah sistem.

3.2.2 KOMPONEN SISTEM PEMERINTAHAN


3.2.2.1 Masukan
Dalam sistem pemerintahan komponen masukan ini dapat dibedakan menjadi
dua macam,yakni yang terukur(tangible) berupa uang dan yang tidak terukur
(intangible) berupa susasan kerja,budaya organisasi,isi kebijakan dsb.
3.2.2.2 Proses
Proses dalam sistem pemerintahan berupa proses pembuatan
kebijakan,perizinan,penyediaan pelayanan dasar,fasilitas umum,ketentraman,dan
ketertiban.
3.2.2.3 Output
Komponen keluaran(output) dari sistem pemerintahan berupa barang dan jasa
publik. Wujudnya dapat berupa layanan kesehatan,pendidikan,jalan
umum,jembatan,pelabuhan laut, serta berupa barang yang dibentuk memang untuk
melayani kepentingan publik.
3.2.2.4 Outcome
Nilai guna pada sistem pemerintahan dapat berupa nilai manfaat dari
kebijakan publik yang dibuat oleh pemerintah maupun penyediaan barang-barang
publik.
3.2.2.5 Dampak
Agar sebuah sistem dapat dinyatakan bekerja dengan baik, maka besaran
dampak yang memungkinkan untuk terjadi baik itu dampak langsung maupun tidak
langsung-dampak positif maupun negtif- harus diperhitungkan antara lain berupa
terpenuhinya kebutuhan dasar,sehingga tercipta kestabilan niai tukar rupiah,tikngkat
kejahatan menurun,dll.
3.2.2.6 Manfaat
Komponen manfaat dari sistem berupa keuntungan langsung maupun tidak
langsung yang diperoleh karena bekerjanya sistem misalnya pertumbuhan
ekonomi,kestabilan politik,keamanan,dll.
3.2.2.7 Umpan balik
Mekanisme ini dapat dilakukan dengan cara survai,polling,kotak
saran,maupun kritik di jejaring sosial berupa pikiran pembaca yang dimuat dalam
surat kabar,demonstrasi oleh masyarakat,diskusi-diskusi dalam rapat dinas dsb.
3.2.2.8 Umpan ke depan
Komponen umpan ke depan atau feedforward berupa masukan dari sistem
yang lebih kecil dan rendh kepada sistem yang lebih besar dan tinggi susunannya.
Komponen ini lebih megarah keluar sistem,terutama memberi masukan bagi sistem
lainnya. Misalnya dari pemerintah desa,kabupaten/kota,provinsi kepada pemerintah
pusat yang dilakukan secara berjenjang mengenai pelaksanaan kebijakan publik.
3.2.2.9 Lingkungan
Lingkungan ini berupa lingkungan internal dan lingkungan eksternal dari
sebuah sistem.
Sebuah sistem mempunyai batas yang dinamakan ”boundary system”, batas ini
merupakan sebuah batas yang dapat bersifat maya yakni hanya ada adalam konsep berpikir
dan dapat pula bersifat nyata. Batas nyatanya berupa batas wilayah administrasi
pemerintahan,tugu batas negara, antarprovinsi, antarkabupaten/kota, dan antardesa.
Sedangakan batas maya berupa adanya nilai-nilai bersama yang dipahami dan ditaati oleh
anggota sistem yang bersangkutan.

4. LINGKUNGAN INTERNAL SISTEM PEMERINTAHAN


Lingkungan internal berpengaruh secara timbal balik terhadap sistem pemerintahan
yaitu sebagai berikut :

1) Visi dan Misi Organisasi


2) Budaya Organisasi
3) Organisasi/Pemerintahan Bayangan
4) Hubungan pemerintah dengan subsistemnya dan sub-subsistemnya

4.1 Visi dan Misi Organisasi

Visi menggambarkan garis besar keinginan suatu organisasi dalam kurun waktu
tertentu yang dibentuk lebih spesifik dan menggambarkan kesuksesan atau keunggulan yang
diinginkan dalam waktu tertentu. Dalam upaya terciptanya kinerja organisasi yang prima
dibutuhkan keterkaitan yang runtut antara 6 variabel, yaitu : a) Visi b)Misi c)Tujuan
d)Strategi e)Kebijakan f)Program. Visi dan misi organisasi dalam konteks ekologi
dipengaruhi dimensi waktu,dimensi ruang,dan konteks.

Dimensi waktu. Salah satu ciri visi dan misi yang baik adalah terikat pada waktu. Dapat
dinyatakan secara eksplisit maupun secara implisit. Visi dan misi organisasi yang telah
tercapai akan ditinggalkan dan digantikan dengan visi dan misi yang baru yang lebih
menantang.

Dimensi Ruang. Dimensi ini menggambarkan bahwa visi dan misi organisasi pemerintah
berlaku untuk wilayah administratif tertentu. Misalkan ada visi dan misi organisasi
pemerintah nasional dan adapula visi dan misi organisasi pemerintah subnasional. Dimana
visi dan misi organisasi dalam ruang yang lebih besar harus menjadi rujukan bagi organisasi
dibawahnya (disebut pendekan atas kebawah top down approach). Sedangkan Dimana visi
dan misi organisasi dalam ruang yang lebih rendah menjadi bahan pertimbangan bagi
organisasi yang lebih tinggi (disebut pendekatan bawah ke atas bottom up approach).

Dimensi Konteks. Dalam dimensi ini sebuah visi dan misi organisasi dibedakan baik dalam
konteks perencanaan pembangunan,konteks keunggulan wilayah, dalam visi dan misi
pemerintahan,pencalonan kepala daerah maupun kepala daerah yang sudah terpilih dan lain
sebagainya.

4.2 Budaya Organisasi


Secara ekologis budaya organissi mempunyai hubungan timbal balik dengan sistem
pemerintahan. Dimana penjelasan mengenai hal ini mengenai latar belakang
pendidikan,pengalaman serta hasil olah pikirnya. Secara sederhana kata “pemeritah” merujuk
kepada badan atau orang atau isa disebut sebagai organisasi tertinggi dalam suatu negara
yang diberi tugas memerintah untuk mencapai tujuan negara. Menurut Jones Budaya
organisasi merupakan nilai dan norma yang telah dipahami berama yang diunakan untuk
mengendalikan interaksi anggota organisasi yang satu dengan lainnya.
Schein memberikan sepuluh kategori yang dapat diasosiakan dengan budaya yaitu :

1) Perilaku yang dapat diobservasi pada saat pejabat pemerintah berinteraksi antara lain
dalam penggunaan bahasa nasional maupun bahasa daerah.
2) Norma-norma kelompok.
3) Organisasi pemerintahan tidak semuanya memiliki nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang
coba ingin dicapai,sehingga banyak pegawainya yang bekerja secara naluriah,bekerja
karena perintah peraturan atau atasan.
4) Filosofi formal yang berisi garis-garis kebijakan dan prinsip ideologis
5) Dalam setiap organisasi pemerintahan harus mempunyai “aturan main” , baik dalam
konotasi positif maupun negatif.
6) Iklim organisasi berkaitan dengan tata letak ruang, sirkulasi pegawai, atau bahkan
kantin untuk makan siang yanh representatif.
7) Keahlian.
8) Paradigma kebiasaan berpikir, model/mental.
9) “Makna yang disebar-luaskan” maksudnya adalah berbagai pesan moral yng
disampaikan secara terus menerus akan menjadi komitmrn bersama.
10) Konsep lambang-lambang terintegrasi.

4.3 Organisasi/Pemerintah Bayangan


Dalam setiap organisasi formal akan selalu diikuti adanya organisasi informal. Posisi
pemerintahan bayangan dalam ekologi pemerintahan ditempatkan pada faktor internal ataupn
faktor eksternal,tergantung komposisi dan peran yang dimainkan oleh pemerintah bayangan
tersebut. Apabila komposisinya diisi oleh orang-orang dalam pemerintahan resmi yang
mencari jalan terobosan yang cenderung melanggr aturan, maka pemerintah bayangan ini
dikelompokkan kedala faktor internal. Sebaliknya jika komposisi dan pernnya diisi oleh
orang luar maka dapat dikategorikan sebagi faktor eksternal.
Pemerintah byangan sering sekali dikaitkan dengan jarigan mafia karena punya
tujuan yang sama yakni mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, dengan modal sekecil-
kecilnya tanpa terjerat oleh hukum.Pemerintah bayangan inilah yang menentukan siapa yang
direkomendasikan menjadi meneteri dan perusahaan manakah yang akan menggarap proyek
raksasa. Dalam kebijakan pengelolaan anggaran negara, dalam hal untuk menambah
anggaran suatu kegiatan, kementerian/lembaga tingkat nasional harus berbicara dengan
komisi-komisi di DPR-RI,bukan dengan Ketua BAPPENAS atau Menteri Keuangan, padahal
pada saat yang sama DPR-RI mempunyai fungsi pengawasan,termasuk pengawasan
penggunaan APBN. Bagaimana mungkin mengawasi dengan baik apabila “wasit ikut dalam
permainan”.
4.4 Hubungan Pemerintah dengan Subsistem dan Sub-subsistemnya
Dilihat secara hierarkis sistem pemerintahan Indonesia terdiri dari suprasistem
(pemerintahan nasional), sistem (pemerintah provinsi), subsistem (pemerintah kabupaten /
kota) , dan sub-subsistem(pemerintahan desa). Hubungan pemerintahan nasional dengan
pemerintahan subasional tergantung pada tiga hal, yakni: 1)bentuk negara; 2)sistem politik;
serta 3)sistem pemerintahannya.
Menurut Made Suwandhi, hubungan antara pemerintahan nasional dengan
pemerintahan subnasional dapat dilihat dari tujuh elemen dasar yang membangun entitas
pemerintahan daerah sekaligus menjadi fokus hubungan antara pemerintahan nasional dengan
pemerintahan subnasional. Ketujuh elemen dasar tersebut adalah :
a) Kewenangan atau urusan pemerintahan
Urusan pemerintahan meliputi kewenangan untuk mengatur dan kewenangan untuk
mengurus dan melaksanakan yang terdiri atas :
- Kewenangan yang mengatur mutlak urusan pemerintah (kewenangan yang
mengatur jika kewenangan tersebut secara eksplisit ditetapkan oleh suatu undang-
undang)
- Kewenangan mengatur yang bersifat konkuren (pemerintah daerah memiliki
kewenangan mengatur jika dan selama pemerintah belum menggunakan
wewenang tersebut baik melalui undang-undang,pp,kepres dan peraturan lainnya.
- Kewenangan mengatur bersifat kerangka ( pemerintah pusat mengatur secara
umum pengaturan urusan pemerintahan dan pemerintah daerah mengaturnya lebih
lanjut dalam peraturan daerah maupun peraturan kepala daerah)
- Kewenangan mengatur yang bersifat pararel (pemerintah dan pemerintahan daerah
berwenang untuk mengatur urusan-urusan pemerintahan tertentu seara bersamaan.
b) Kelembagaan
c) Personil
d) Keuangan Daerah
e) Mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban
f) Hubungan Intervensi antara pemerintah dengan pemerintahan daerah
g) Hubungan Wilayah kerja
Hubungan antara pemerintah nasional dengan pemerintah subnasioanl sebagai sebuah
sistem dalam konteks ekologi pemerintahan dimaksudkan sebagai mekanisme homeostatis.
Tujuannya adalah agar sistem pemeritahan tetap dapat bergerak secara dinamis,tetapi dalam
koridor keseimbangan. Apabila mekanisme homeostatis ini tidak berfungsi, ada kemungkinan
sistem tersebut akan rusak.
5. LINGKUNGAN EKSTERNAL SISTEM PEMERINTAHAN
Lingkungan eksternal berpengaruh secara timbal balik terhadap sistem pemerintahan
yaitu sebagai berikut :
1) Ideologi dan Politik;
2) Ekonomi;
3) Sosial Budaya;
4) Agama;
5) Pertahanan dan Keamanan;
6) Teknologi Informatika dan Komunikasi.
5.1 Ideologi dan Politik
Dalam awal terbentuknya pemerintahan , faktor yang terpenting adalah adanya
ideologi dan politik , karena kedua hal tersebut yang akan menentukan bentuk negara,sistem
politik,serta hubungan antara negara dan pemerintah dengan rakyatnya. Salah satu contoh
pentingnya Ideologi suatu bangsa adalah bubarnya Uni Soviet sebagai pertanda kalahnya
ideologi sosisalisme. Selain itu untuk memperkuat posisi menghadapi persaingan diberbagai
bidang, negara-negara di Eropa Barat membentuk Uni Eropa. Munculnya kekuatan ekonomi
baru yakni China juga menunjukkan eksistensi perkembangan ideologi yang sangat pesat.
China menganut politik jalan tengah dengan mengawinkan antara sosialisme dan kapitalisme
liberal dalam bentuk ideologi martket sosialism,diikuti dengan sistem ekonomi socialist
market economy yang cebderung menggunakan sistem pemerintahan yang sentralistik.
5.2 Ekonomi
Pada sistem pemerintahan yang berideologi sosialisme, kegiatan ekonomi bangsa
dikendalikan oleh pemerintah. Pada sektor swasta relatif terbatas. Birokrasi negara
memegang peran penting dalam mengatur jalannya ekonomi bangsa. Model ini memiliki
keunggulan apabila dikendalikan oleh pimpinan pemerintahan yang jujur dan memiliki
integritas jika sebaliknya akan menyebabkan pemerintahan yang otoriter dan berpotensi besar
untuk korupsi.
5.3 Sosial dan Budaya
Sistem pemerintahan daerah a dan sistem pemerintahan daerah b sedikit banyak
memiliki budaya pemerintahan yang berbeda. Mulai dari cara berpakaian,cara
berbahasa,maupun cara menjalankan pemerintahan. Pandangan Nasabitt dalam menghadapi
era globalisasi langkah strategis yang perlu dilakukan adalah dengan membangkitkan kekuata
budaya lokal untuk dapat berkiprah dikancah global. Faktor sosial dan budaya perlu
diperhatikan oleh para aktor penyelenggara pemerintahan. Sebab pabila salah memahami
kondisi sosial budaya masyarakat dimana mereka bekerja melayani publik,justru akan timbul
masalah.
5.4 Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebgai bangsa yang religius. Konstitusi menjamin
kemerdekaan setiap penduduk untuk beribadat menurut agama atau kepercayaannya. Ada
agama tertentu yang sangat kental pada tata kelola pemerintahan,ada pula yang sekedar
formalitas.
5.5 Pertahanan dan Keamanan
Salah satu fungsi utama pemerintah negara adalah menjaga kedaulatan bangsa
terhadap serangan musuh dari luar dan menjaga keamanan. Maka dari itu memang sudah
seharusnya secara mutlak urusan pertahanan dan keamanan dikuasai oleh pemerintah pusat.
Pembentukan daerah otonom baru, pemilihan Ibukota pusat pemerintahan, ataupun
pengembangan wilayah perbatasan negara memperhitungkan aspek pertahanan. Dan dalam
mewujudkan hal tersebut dibutuhkan sebuah mekanisme koordinasi yang tertampung dalam
Forum Komunikasi Pimpinan Daerah(Forkompida) yang menggambar pentingnya faktor
pertahanan dalam proses pemerintahan.
5.6 Teknologi Informatika dan Komunikasi
Revolusi teknologi informatika dan komunikasi telah mendorong lahirnya
pemerintahan yang terbuka dengan ciri utama penggunaan teknologi informatika dan
komunikasi untuk menjalankan sebagian kegiatan pemerintahan, sehingga terbangun
e-goverment (e-govt). Obama berpandangan bahwa dengan paradigma pemerintahan yang
terbuka akan memperkuat demokrasi,mendorong efisiensi, dan efektivitas pemerintahan.

6. LINGKUNGAN FISIK DAN NONFISIK


6.1 Lingkungan Fisik
a. Letak Geografis
Indonesa merupakan negara kepulauan terbesar didunia. Sebagai negara kepulauan
terbesar Indonesia memiliki kekuatan maupun kelemahan yang berbeda dengan negara
daratan, sehingga perlu dikelola dengan cara-cara yang spesifik. Karakteristik geografis
Indonesia memang berbeda dengan negara daratan pada umumnya, maka perlu para
peneyelenggara pemerintahannya perlu memahami dalam menjalankan tata kelolanya.
Selama ini bangsa Indonesia lupa memelihara beranda depan rumah, sehingga terbengkalai
dan mudah dimasuki orang lain.
Dilihat dari letak geografisnya, Indonesia berada pada posisi yang sangat strategis yaitu
berada di antara dua benua (Asia dan Australia) serta berada dipersimpangan lalu lintas laut
skala internasional antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letak yang strategis
tersebut seharusnya menjadi peluang bagi bangsa Indonesia menjadi sebuah negara
terkemuka didunia. Apalagi menurut Son Daiamar(2010) 90% perdagangan internasional
diangkut melalui laut. Dan dari jmlah tersebut, 40% nya diangkut melewati wilayah
Indonesia. Banyak paradoks yang terjadi akibat salah urus negara karena sebagian
penyelenggara negaranya masih merupakan bagian dari “rent-seeking government”.
b. Bentuk dan Kondisi Geografis
Pola penerapan kebijakan di Indonesia adalah dengan “one-fit for all” yang serba
seragam. Padahal melihat bentuk negara Indonesia, tentunya pengelolaan wilayah daerah
pedalaman maupun kepulauan berbeda dengan mengelola daerah perkotaan dataupun daratan.
Hal ini terjadi karena para penyelenggara negara kurang paham mngenai ekologi
pemerintahan, karena dengan ekologi yang berbeda maka diperlukan pola dan model
pemeritahan yang berbeda pula.
6.2 Lingkungan Non Fisik
Lingkungan non fisik berupa filosofi,norma, tata nilai yang secara nyata memberi warna
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara,
berpemerintahan, sudah ada filosofi yang disepakati bersama yakni Pancasila. Indonesia
dihuni ole banyak sekali suku bangsa dengan kebudayaan msing-masing. Bersatunya suku
bangsa yang bervariasi tersebut tidak lepas dari jasa Kerajaan Majapahit yang dalam masa
kejayaannya menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil melalu cara persuasif. Model pendekatan
ini juga diteruskan oleh Soekarno, sehingga dia dapat diterima oleh seluruh rakyat Indonesia
sampai ke pelosok negeri.
Desentralisasi asimetris merupakan salah satu jawabannya asalkan arah perubahannya
terprogram dan terkendali, sebab desentralisasi asimetris yang sangat luas dinegara unitaris
hanya tinggal selangkah menuju bentuk negara federasi. Pada negara federal, sumber
kekuasaanya justru datang dari bawah yakni negara bagin atau provinsi yag semula
merupakan sebuah negara merdeka yang berdaulat yang kemudian secara sukarela maupun
dipaksa bergabung menjadi bagian dari sebuah negara bagian dengan sistem pemerintahan
federal. Pada negara unitaris, sumber kekuasaan datang dari pemerintaan nasional yang
kemudian ditransfer kepada entitas pemerintahan subnasional.
Agar sebuah entitas subnasional dapat memperoleh atau memiliki desentralisasi asimetris
secara adil, pemerintah nasional perlu membuat parameter yang disepakati bersama.
Parameter tersebut antara lain mencakup kekhasan geografi, demografi, sejarah, politik,
ekologi,kebudayaan, yang memungkinkan sebuah entitas subnasional dikelola secara berbeda
dibandingkan entitas subnasional lainnya

7. MENYELENGGARAKAN PEMERINTAHAN BERWAWASAN EKOLOGIS


7.1 Perubahan Paradigm Mengenai Ekologi
Bencana alam yang terjadi di dunia ini disebabkan oleh alam (nature disaster)
maupun ulah manusia (manmade disaster). Pemerintah sebagai lembaga tinggi negara harus
mampu menjadi pelopor pelestarian dan keseimbangan lingkungan hidup. Banyak buku yang
berkembang sekitar tahun 1990-an menjelaskan mengenai perlunya menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Dalam buku tersebut dijelaskan secara rinci mengenai permasalahan-
permasalahan lingkungan yang terjadi di antaranya tentang kelangkaan air, ancaman terumbu
karang, kebijakan energi alternatif, maningkatnya pemanasan global.
Ungkapan yang mengatakan “ bumi yang kita gunakan bukan milik kita, melainkan
pinjaman dari anak cucu yang harus dikembalikan dengan utuh dan lestari”, sejalan
dengan pemikiran Senge,dkk. Senge, dkk. Mengemukakan empat elemen nilai pemegang
saham yang mempengaruhi perubahan lingkungan yang perlu diperhatikan dalam menatap
masa depan, yaitu :
1) Innovation and respositioning
2) Grow Path ang Trajectory
3) Cost and Risk Reduction
4) Reputatio and Legitimacy
7.2 Membangun Kecerdasan Ekologis
Kesadaran ekologis harus dimiliki oleh para politisi dan pejabat pemerintahan yang
akan membuat dan melaksanakan kebijakan publik. Kesadaran tersebut juga harus dimiliki
oleh para penegak hukum, mulai dari polisi, jaksa, dan terutama hakim, agar para penghancur
bumi yang hanya mengejar keuntungan sesaat dapat dihukum berat sehingga menimbulkan
efek jera. Selain itu, kesadaran ekologis juga harus dimiliki oleh para pebisnis, karena
merekalah yang bekerja mengubah sumber daya alam menjadi produk-produk industri yang
mendatangkan keuntungan. Banyak perilaku jahat yang menghancurkan bumi mendapat
dukungan dari politisi busuk, birokrasi bandit, serta penegak hukum yang korup. Berkaitan
dengan hal tersebut, pada tahun 1996, Woolard, mantan presiden perusahaan kimia Dupont
mengemukakan tiga prinsip di dalam mengelola lingkungan (the three principles of
environmental management), yaitu sebagai berikut :
1) The first principle, companies should play a major role in cleaning up the
environment;
Prinsip ini menjelaskan bahwa pemerintah memiliki kemampuan untuk membuat
aturan dan masyarakat tidak dapat menduga apa yang dikerjakan selanjutnya. Maka
dari itu berbagai perusahaan perlu bekerja secara sungguh-sungguh untuk
menciptakan masyarakat ekonomi yang melindungi lingkungan.
2) The second principle, the bussiness sector should respect the opinions of the
environmental sector;
Dalam prinsip kedua ini pada sektor bisnis menegaskan pelunya perusahaan
memperhatikan pelestarian lingkungan sekaligus membuka peluang bisnis.
3) The third principle, the development of “greenfields” (greenbelts) and
“brownfields” (wastelans).
Dalam pembangunan pabrik, perkantoran, ataupun kompleks permukiman harus
menaruh perhatian terhadap limbah yang dihasilkan agar tidak mencemari
lingkungan.
7.3 Menyelenggarakan “Green Goverment”
Dalam menjalankan peran pemerintah sebagai penjaga kelestarian wilayah, perlu
dibangun sebuah paradigma bari bagi para penyelenggara negara dan penyelenggara
pemerintahan subnasional, yakni paradigma pemerintahan pro-lingkngan hidup atau “green
goverment”. “Pemerintahan hijau” merupakan lembaga-lembaga pemerintahan pada tingkat
nasional maupun subnasional yang bekerja untuk membangun masyarakat yang
berkelanjutan. Titik tekannya pada bekerja secara langsung, dan memberi contoh konkret –
bukan hanya membuat kebijakan dan berbicara. Karena dengan kebijakan yang konsisten dan
contoh nyata, masyarakat luas akan mendukung kebijakan yang dibuat oleh pemerintah.
Dalam konteks peyelengggaraan pemerintahan secara lebih meluas, sudah saatnya
mulai memasukkan kesadaran ekologis dalam dunia pemerintahan dalam bentuk:
1. Memperluas dan memperdalam materi kuliah ekoloi pemerintahan yang telah
diberikan pada pendidikan sarjana maupun pascasarjana.
2. Memasukkan materi ekologi pemerintahan dalam program-prigram pendidikan dan
pelatihan untuk pejabata pemerintahan pada semua tingkatan
3. Membuat model pembagian urusan pemerintahan yang lebih berorientasi ekologis
menuju bentuk pemerintahan hijau.
4. Menyusun organisasi pemerintah, ditingkat nasional maupun daerah yang lebih
perduli pada dimensi ekologis,
5. Mengalokasikan dana negara yang lebih besar untuk kegiatan-kegiatan yang
mendorong terbentuknya “green goverment”.
Dalam pembagian urusan pemerintahan, PP Nomor 38 Tahun 2007 menggunakan
model cafetaria, bentuknya pemerintah pusat menyediakan seperangkat urusan
pemerintahanyang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Masing-masing daerah dapat
mengambil urusan pemerintahan sesuka hatinya, karena tidak ada kriteria yang jelas untuk
memilihnya. Akibatnya sebagian daerah mengambil semua urusan pilihan tanpa
memperhitungkan resikonya, yakni organisasinya menjadi besar dn anggaran untuk belanja
publik menjadi sedikit karena terpakai untuk belanja aparatur (gaji,tunjangan,biaya
operasional,honorarium,dlsbg).
Dalam hal ini perlu dilakukan penataan ulang organisasi pemerintah daerah dengan
tetap menggunakan prinsip structure follow function secara sungguh-sungguh. Artinya PP
yang mengatur tentang pedoman organisasi pemerintah daerah perlu membuka peluang agar
masing-masing daerah dapat menyusun organisasi sesuai karakteristik unggulan daerahnya.
Daerah yang memiliki visi unggulan di bidang pertanian dimungkinkan membuat organisasi
dinas pertanian yang berbeda dan lebih besar dengan daerah lainnya. Kedalaman struktur
organisasi disini dimaksudkan dilihat dari nomenklatur, titelatur maupun jumlah dan jenjang
susunan organisasinya.
Apabila konsep penataan ulang organisasi pemerintahan daerah yang didasarkan pada
ekologi pemerintahan digunakan, akan tercipta susunan organisasi pemerintahan yang
beraneka ragam, tetapi fungsional bagi daerah bersangkutan. Hal ini seklaigus sebagai bentuk
hilir dari desentralisasi asimetris, yang memberi kesempatan bagi daerah untuk menjalankan
otonomi daerah seluas-luasnya, sesuai kebutuhan dan keinginan masyarakat setempat dalam
ikata Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Вам также может понравиться