Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keluarga Berencana menurut WHO adalah tindakan yang membantu

individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur

interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam

hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga

(Hartanto, 2004).

Program KB Nasional merupakan salah satu program sosial dasar yang

mendapatkan perhatian dan komitmen dari pemerintah sebagai bagian dari

pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM). Karakteristik pembangunan

antara lain dilaksanakan melalui pengendalian pertumbuhan penduduk, KB

dan dengan cara pengembangan kualitas penduduk melalui perwujudan

keluarga kecil berkualitas (BKKBN, 2009).

Paradigma program Keluarga Berencana Nasional telah berubah

visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)

menjadi visi baru yang dicanangkan sejak tahun 2007 yaitu Semua Keluarga

Ikut KB. Dalam paradigma baru ini misinya adalah mewujudkan keluarga

kecil bahagia dan sejahtera. Mewujudkan misi Keluarga Kecil Bahagia dan

Sejahtera, BKKBN merecanakan lima strategi dasar yang berkaitan dengan :

penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, penataan kembali program KB,

penguatan sumber daya manusia, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan

1
2

keluarga, dan peningkatan pembiayaan program KB di semua tingkat

(BKKBN, 2009).

Secara Nasional, penggunaan alat kontrasepsi cenderung pada alat

kontrasepsi bersifat jangka pendek. Metode kontrasepsi yang paling banyak

dipakai adalah suntikan (49,93%), PIL (26,3 %), Implant (9,63%), IUD

(6,81%), Kondom (5,4%), MOW (1,64%), dan MOP (0,16 %). Sementara itu,

jumlah peserta KB pria terhadap total pasangan usia subur (PUS) berdasarkan

hasil SDKI 2007 baru mencapai 2,5 persen (BKKBN, 2015)

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

tahun 2016 menunjukkan bahwa metode kontraspepsi yang paling banyak

digunakan adalah suntikan (62,41%), Kondom (3,81%), Pil (13,32%), IUD

(7,32%), Implant (29,83%), Mow (4,04%) dan MOP (0,03%). Sedangkan

jumlah akseptor aktif untuk kabupaten Manggarai Timur adalah Suntik

(46,95%), PIL (25,14%) , IUD (13,79%), Implant (11% ), MOW (2,54%),

Kondom (0,58%), MOP (0%) (Dinkes Manggarai Timur, 2016)

Data akseptor KB aktif Tahun 2016 untuk Puskesmas Tilir : Suntik

(57,13%), IUD (17,67%), PIL (11,53%), Implant (9,35%), MOW (3,3%),

Kondom (1,02%), MOP (0%) sedangkan, jumlah akseptor aktif Puskesmas

Pembantu Benteng Raja adalah Suntik (42,36%), IUD (29,17%), PIL

(13,89%), MOW (9,02%), Implant (5,56%), MOP (0%).

Pemilihan alat kontrasepsi umumnya merupakan suatu keputusan yang

dilandaskan pada berbagai pertimbangan dari akseptor serta berkaitan dengan

pilihan pribadi, metode yang disediakan atau ditawarkan petugas kesehatan.


3

Kecocokan metode dan pengetahuan akseptor untuk memilih metode

kontrasepsi rasional merupakan suatu pola pemakaian kontrasepsi yang

disesuaikan dengan kurun reproduksi sehat. Secara umum reproduksi sehat

bertujuan agar setiap pasangan usia subur mengatur kehamilan yang

dikehendakinya. Berada pada kondisi kesehatan sedang prima dan

kematangan jiwa sudah ada. Pilihan kontrasepsi rasional tersebut pada

dasarnya adalah merupakan pilihan klien secara sukarela (tanpa ada unsur

paksaan dari orang lain). Namun pemilihan kontrasepsi secara rasional

tersebut masih belum tersosialisasi dengan baik (BKKBN, 2010).

Salah satu efek samping metode KB suntik adalah adanya penambahan

berat badan,penyebab penambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi

karena bertambahnya lemak dalam tubuh, dan bukan karena ekstensi cairan

tubuh. Hipotesa para ahli adalah DMPA (Depo Medroxi Progesteron Asetat),

merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipottalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya, hal ini sering di

keluhkan oleh akseptor suntik KB DMPA (Hartanto, 2004). Hal ini sejalan

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Murniawati Sri Endang (2013)

dengan judul “Hubungan lama pemakaian KB suntik depoprogestin dengan

peningkatan berat badan di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang”. Dari

penelitian ini dapat di simpulkan bahwa adanya hubungan antara pemakaian

kontrasepsi suntik depo progestin dengan peningkatan berat badan. Efek

samping suatu kontrasepsi merupakan suatu faktor yang perlu di

pertimbangkan dalam menentukan keputusan terhadap kelangsungan


4

pemakain metode kontrasepsi. Maka perlu diupayakan perlindungan dari efek

samping sekaligus kelestariannya (Hartanto, 2004).

Peningkatan berat badan tidak hanya disebabkan karena kandungan

hormon progesteron dalam DMPA tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi,

faktor-faktor tersebut adalah: herediter, bangsa atau suku, gangguan emosi,

fisiologi, gangguan hormon, aktifitas fisik (Wijayanti, 2006). Penyebab

peningkatan berat badan, kemungkinan disebabkan karena faktor hormon

progesteron yang mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak, sehingga lemak di bawah kulit bertambah dan menurunkan aktifitas

fisik menyebabkan berat badan bertambah (Prawirohardjo,2009).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

bulan September 2017 di Pustu Benteng Raja terhadap 20 responden akseptor

KB suntik menunjukkan bahwa ada 16 (80%) orang telah menggunkan KB

suntik selama 2-3 tahun mengalami peningkatan berat badan secara signifikan

5 – 8 Kg, dan 4 (20%) orang telah menggunakan KB suntik selama 4 bulan

mengalami peningkatan berat badan 2 kg.

Berdasarkan masalah di atas maka peneliti tertarik untuk memilih

judul: “Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik Depoprogestin dengan

Peningkatan Berat Badan pada Akseptor KB suntik depoprogestin di Pustu

Benteng Raja Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2018”.


5

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan lama pemakaian KB

suntik depoprosgetin dengan peningkatan berat badan pada Akseptor KB

suntik depoprogestin di Desa Benteng Raja Kabupaten Manggarai Timur

Tahun 2017?”.

C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan lama pemakaian KB suntik depoprogestin

dengan peningkatan berat badan pada akseptor KB suntik depoprogestin di

Pustu Benteng Kabupaten Manggarai Timur tahun 2018.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi penggunaan KB suntik

depoprogestin di Pustu Benteng Raja Kabupaten Manggarai Timur

tahun 2018

b. Untuk mengetahui hubungan lama pemakaian KB suntik

depoprogestin dengan peningkatan berat badan pada akseptor KB

suntik depoprogestin di Pustu Benteng Raja Kabupaten Manggarai

Timur tahun 2018.

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis

Dari penelitian di harapkan dapat dijadikan sumber informasi untuk

menambah wawasan tentang KB suntik depoprogestin.


6

2. Manfaat praktis

a. Bagi STIKES Santu Paulus Ruteng.

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sumber

pustaka bagi pembaca di perpuastakaan STIKES St. Paulus Ruteng.

b. Bagi Bidan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang

kenaikan berat badan akseptor KB Suntik sehingga dapat di gunakan

sebagai pertimbangan dalam memberikan konseling, menjadi

tambahan pustaka tentang peningkatan berat badan pada akseptor KB

suntik depoprogestin.

c. Bagi peneliti

Dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan yang luas tentang

“Hubungan Lama Pemakaian KB Suntik depoprogestin Dengan

Peningkatan Berat Badan Pada Akseptor KB Suntik Depoprogestin”.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan tulisan ini dapat dijadikan referensi atau informasi dan

bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya di bidang yang

sama dengan metode yang berbeda.


7

E. Originalitas Penelitian
Tabel 1.1 Originalitas Penelitian

No Peneliti Judul Desain penelitian Populasi dan sampel Hasil Perbedaan


1. Murniawati Hubungan lama pemakaian Korelasi dan cross Akseptor aktif KB suntik 3 bulan sebanyak 102 Ada hubungan antara Penelitian ini terletak pada
Sri Endang W KB suntik depoprogestin sectional orang di Kecamatan Pedurungan kota Semarang lama pemakaian KB metode penelitian, tempat
dengan peningkatan berat dan teknik pengumpulan sampel dengan suntik depoprogestin dan waktu penelitian.
badan di Kecamatan meggunakan teknik purposive sampling jumlah dengan peningkatan
Pedurungan Kota Semarang sampel dalam penelitian ini adalah 32 berat badan
(2013) responden

2. Dhania Hubungan lama pemakaian Analitik Semua akseptor KB suntik DMPA di Ada hubungan antara Penelitian ini terletak pada
Pratiwi, KB suntik depoprogestin observasional Puskesmas Lapai dan teknik pengumpulan lama pemakaian KB metode penelitian, tempat
Syahredi, dengan peningkatan berat dengan pendekatan sampel dengan menggunakan purposive suntik depoprogestin dan waktu penelitian.
Erkadius. badan di puskesmas Lapai Cross sectional sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini dengan peningkatan
Kota Padang (2013). adalah 40 responden. berat badan

3. Ester Hutagao Hubungan lama pemakaian Analitik Semua akseptor KB suntik DMPA di puskesmas Ada hubungan antara Penelitian ini terletak pada
KB suntik depo progestin observasional Ranomut Menado dan teknik pengumpulan lama pemakaian KB metode penelitian, tempat
dengan peningkatan berat dengan rancangan sampel dengan menggunakan purposive suntik depoprogestin dan waktu penelitian.
badan di puskesmas Cross sectional sampling, jumlah sampel dalam penelitian ini dengan peningkatan
Ranomut Menado (2016). adalah 42 responden. berat badan

Вам также может понравиться