Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstract
The program grabs adiwiyata program is part of the of environmental education school based on
school , that is oriented toward the effort to enhance the knowledge environment in a bid to settle
the existing environmental problems more complex .This study descriptive nature of the decrees
issued based on the qualitative , the technique of the collection of data deal is the objective of the
interview and the tracing documents .The results of the study show that the program grabs
adiwiyata school got a when he is a part the national program for rural but has experienced a fall in
when the program was delegated to schools as a program mandiri has been somewhat successful.
The decline caused by various for , : environmental awareness not woke up , application of the
system certification bustle and teachers with activities the fulfillment of standard teaching hours ,
the curriculum does not support , initiative leaders , and support human resources and the
funds .To in overcome it projected can be built back when empower local knowledge
minangkabau based on two the concept , namely budi is a basis of value understanding its natural
environment while the concept of self-esteem as the base work ethic hard for achievement and
progress in all sectors in life .
Abstrak
Program Adiwiyata adalah program pendidikan lingkungan berbasis sekolah, yang berorientasi
pada upaya peningkatan pengetahuan lingkungan dalam upaya mengatasi masalah lingkungan
yang makin kompleks. Kajian ini bersifat deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data adalah
wawancara dan penelusuran dokumen. Hasil kajian menunjukkan bahwa Program Sekolah
Adiwiyata mendapat sambutan ketika ia menjadi bagian program nasional tetapi mengalami
penurunan ketika program tersebut diserahkan kepada sekolah sebagai program mandiri.
Penurunan tersebut diakibatkan oleh berbagai sebab, yaitu: kesadaran lingkungan belum terbangun,
penerapan sistem sertifikasi dan kesibukan guru-guru dengan kegiatan pemenuhan standar jam
mengajar, kurikulum yang tidak mendukung, kepeloporan pimpinan, dan dukungan sumber daya
manusia dan dana. Untuk mengatasi persoalan tersebut diproyeksikan dapat dibangun kembali
apabila memberdayakan kearifan lokal Minangkabau yang berbasis pada dua konsep, yakni “budi”
dan “harga diri”. Konsep “budi” merupakan basis nilai pemahaman alam lingkungan sedangkan
konsep “harga diri” sebagai basis etos kerja keras untuk meraih prestasi dan kemajuan di seluruh
sektor kehidupan.
218 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
dalam dunia pendidikan. Sejak tahun ciri khas pola pendidikan karakter
2016, dikenal istilah “Penguatan versi Sumatera Barat yang bersumber
Pendidikan Karakter” (PPK) dengan dari nilai-nilai karakter yang populer
berbagai program inovasi dan kreasi dalam ajaran Islam dan nilai-nilai
yang berorientasi pada penanaman budaya Minangkabau yang telah lama
nilai-nilai karakter (Kemedikbud, tumbuh-berkembang di tengah-tengah
2016: 15). masyarakat (Kosim, 2011). Walaupun
Dalam Rencana Pengelolaan demikian, masyarakat Sumatera Barat
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) memiliki karakter yang khas, yang
Sumatera Barat 2016-2021, misi ke-3 dibentuk oleh sistem budaya
adalah mewujudkan sumberdaya Minangkabau, yang dalam praktiknya
manusia yang cerdas, sehat, beriman, dapat menjadi faktor penghambat (bila
berkarakter dan berkualitas tinggi. Di salah menerapkannya) dan menjadi
samping itu, hal tersebut dipertajam faktor pendorong (apabila cerdas
pada strategi sasaran ke-2 dalam memberdayakannya) bagi
RPJMD, yaitu melaksanakan pembangunan di Sumatera Barat
pendidikan karakter bagi anak-anak (Hasanuddin, 2013)
usia sekolah pada semua jenjang Penurunan kualitas pelaksanaan
pendidikan untuk memperkuat nilai- Adiwiyata di Sumatera Barat
nilai moral, akhlak yang mulia diindikasikan merupakan akibat dari
(RPJMD 2016-2021 Sumatera Barat). makin lunturnya nilai-nilai budaya
Budaya sangat erat hubunganya atau kearifan lokal Minangkabau pada
dengan karakter masyarakat suatu komunitas sekolah. Nilai-nilai budaya
daerah. Untuk kasus Sumatera Barat, tersebut berkait dengan konsep “harga
pendidikan karakter mestilah bertolak diri” dan “budi” yang di satu sisi
dari nilai-nilai Pancasila dan ABS- menjadi faktor pendorong berupa etos
SBK (Adat Basandi Syara’, Syara’ untuk meraih prestasi dan kemajuan
Basandi Kitabullah). ABS-SBK itu (terutama dalam meraih pernghargaan
sendiri terdiri dari nilai-nilai agama Adiwiyata), sementara di sisi lain
(baca: Islam) dan budaya menjadi pendukung moral bagi bentuk
(Minangkabau). Nilai-nilai ABS-SBK dan capaian prestasi yang mungkin
merupakan pengembangan sekaligus dan patut diraih. itu kemana diduga
220 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Program Kementerian seluruh kegiatan harus dilakukan
Lingkungan Hidup ini dikembangkan secara terencana dan terus menerus
dalam rangka mendorong terciptanya secara komprehensif. Untuk mencapai
pengetahuan dan kesadaran warga tujuan program Adiwiyata, ada 4
sekolah dalam upaya pelestarian (empat) kompoenen program yang
lingkungan hidup. Dengan program ini menjadi satu kesatuan utuh dalam
diharapkan setiap warga sekolah ikut mencapai sekolah Adiwiyata.
terlibat aktif dalam kegiatan positif Keempat komponen tersebut adalah:
membangun lingkungan yang sehat (1) Kebijakan Berwawasan
untuk menghindari dampak Lingkungan (2) Pelaksanaan
lingkungan yang negatif. Kurikulum Berbasis Lingkungan (3)
Tujuan Program Adiwiyata Kegiatan Lingkungan Berbasis
adalah menciptakan kondisi yang baik Partisipatif dan (4) Pengelolaan Sarana
bagi sekolah untuk menjadi tempat Pendukung Ramah Lingkungan.
pembelajaran dan penyadaran warga Dalam implementasi, program
sekolah, sehingga dikemudian hari Sekolah Adiwiyata tersebut
warga sekolah tersebut dapat turut dikembangkan secara bertahap dari
bertanggungjawab dalam upaya program nasional menuju program
penyelamatan lingkungan di Indonesia. provinsi dan program mandiri.
Program Adiwiyata berdasarkan
kepada norma-norma kebersamaan, Perkembangan Program Adiwiyata
keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan Pengembangan program
kelestarian fungsi lingkungan hidup Adiwiyata di Sumatera Barat
dan sumber daya lam. dicanangkan pada tahun 2008, dan
Prinsip Program Adiwiyata ditindaklanjuti dengan Surat Edaran
partisipatif dan berkelanjutan. Gubernur Sumatera Barat dengan
Partisipatif diartikan sebuah komunitas Nomor: 667/197/PKIL/BPDL-2012
sekolah terlibat dalam manajemen tanggal 14 Maret 2012 yang ditujukan
lingkungan yang meliputi keseluruhan kepada Bupati/Walikota se-Sumatera
proses perencanaan, pelaksanaan dan Barat. Surat edaran
evaluasi sesuai tanggung jawab. tersebutmendukung pengembangan
Berkelanjutan diartikan sebagai program Adiwiyata di Provinsi
60
50
40
30
20
10
0
2015 2016 2015 2016 2015 2016
Dari grafik di atas, dapat dilihat (meningkat 18,86% dari tahun 2015
perkembangan prediket Adiwiyata di yang hanya 43 sekolah). Namun,
Sumatera Barat. Pada tahun 2016 pencapaian sekolah yang berprediket
penghargaan Adiwiyata yang paling Adiwiyata Nasional hanya 18 sekolah
banyak diperoleh sekolah di Sumatera (menurun secara signifikan sebesar -
Barat adalah penghargaan Adiwiyata 47,05% jika dibandingkan tahun 2015
Provinsi yakni mencapai 53 sekolah yang berjumlah sebanyak 34 sekolah).
222 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Untuk perolehan penghargaan manusia, serta kurangnya pembinaan
Adiwiyata Mandiri relatif sedikit, dari instansi teknis terkait.
yakni 9 sekolah (turun 10% dari tahun Salah satu komponen dan
2015 yang berjumlah 10 standard Adiwiyata adalah
sekolah)(Bapedalda, 2016). Indikator ketersediaan sarana dan prasarana
penurunan adalah pencapaian poin ramah lingkungan. Peningkatan sarana
penilaian tidak memenuhi dan prasarana pendukung ramah
persayaratan, baik fisik maupun lingkungan dapat berupa green house,
administrasi. Persyaratan fisik berupa laoratorium tanaman dan bank sampah.
media sarana dan prasarana Dari observasi pada sekolah yang telah
pembelajaran kurang beragam serta berprediket Adiwiyata Nasional
tidak terpenuhi persyaratan menuju Adiwiyata Mandiri ditemukan
administrasi (Laporan Adiwiyata adanya sarana dan prasarana
Bapedalda, 2016). pendukung berupa green house dan
Factor penyebab penurunan atau bank sampah telah berubah fungsi
pencapaian prediket Adiwiyata menjadi ruang kelas (lokal). Hal itu
diperoleh dari wawancara. Hasil mengindikasikan skala prioritas yang
wawancara dengan warga sekolah meminggirkan program Adiwiyata
menunjukkan bahwa partisipasi warga dibanding kebutuhan ruang kelas.
sekolah menurun karena untuk Sarana prasarana ramah lingkungan
menjalankan program akan menyita yang telah berubah fungsi
waktu dan menambah kesibukan mengindikasikan lemahnya kebijakan
mereka selain kesibukan dalam kepala sekolah dalam mendukung
pemenuhan jam mengajar untuk program Adiwiyata serta kurangnya
sertifikasi. Menjalankan program komitmen seluruh warga sekolah
Adiwiyata juga tidak dapat menambah (kepala sekolah, guru, anak didik,
angka kredit fungsional mereka. Di komite dan petugas administrasi)
samping itu, masalah lainnya adalah dalam melaksanakan program
keterbatasan dana operasional untuk Adiwiyata secara serius dan
pemenuhan sarana dan prasarana berkelanjutan.
penunjang, keterbatasan sumber daya Salah satu kunci keberhasilan
program Adiwiyata adanya
224 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
Apabila konsep “harga diri” Alam Tekambang Jadi Guru.
menekankan pada keharusan bersaing Maknanya, alam lingkungan
terus menerus, maka konsep “budi” adalah guru yang sesungguhnya,
menekankan pentingnya kemampuan karena melalui alam diperoleh
menimbang dengan rasa (rasa atau hikmah dan iktibar. Melalui
perasaan) dan pareso (periksa atau fenomena dan keteraturan alam,
rasio). Dinamika harmoni adalah Budaya Minangkabau memahami
keseimbangan implementasi kedua tanda-tanda alam; seperti dalam
konsep tersebut. Dinamika harmoni patuah berikut.
akan terganggu keseimbangan apabila Cewang di langik tando ka paneh,
salah satu konsep mengalami gabak di ulu tando ka ujan
kemunduran, konsep harga diri yang ‘Cerah di langit tanda akan panas,
mengekspresikan sikap egalitarian dan awan hitam di hulu tanda akan
merupakan pengerak bagi seseorang hujan’.
untuk bersaing mulai tergerus maka Melalui pemahaman atas alam
nilai-nilai egalitarian itu sendiri sudah juga, Orang Minangkabau
mulai luntur. menjadi arif dan bijaksana dalam
Berdasarkan identifikasi faktor memperlakukan alam,
berpengaruh terhadap penurunan sebagaimana diungkapkan:
pencapaian prediket Sekolah karuah aie di muaro, janiahkan
Adiwiyata di atas, ada tiga faktor yang ka ulu ‘keruh air di muara,
utama, yakni: kesadaran lingkungan jernihkan ke hulu’
yang belum terbangun, orientasi hati-hati nan di ateh, nan di
material dan pragmatis dalam dunia bawak kok maimpok
pendidikan, dan kepeloporan pimpinan. hati-hati di daratan, galodo kok
Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan datang dari lauik
sebagai berikut. ‘hati-hati yang di atas, yang di
a. Kesadaran lingkungan. bawah jangan-jangan akan
Budaya Minangkabau memiliki menimpa’
kearifan lokal lingkungan yang ‘hati-hati yang di darata, galodo
mumpuni. Filosofi budaya jangan-jangan datang dari laut’
Minangkabu yang utama adalah
226 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
• Pemimpin mesti kuat seperti dalam falsafah “lahir batin seukuran,
pohon beringin, sebagai tempat isi kulit umpama lahir, sekata lahir
berlindung, panutan, tahan dengan batin, sesuai mulut dengan
kritik, mau menerima saran, hati” (Siddiq). Kedua, memiliki ilmu
dan tidak menggurui pengetahuan, baik yang didapatkan
• Penghormatan diberikan melalui pembelajaran langsung dari
kepada kualitas pemimpin, masyarakat dan alam (dikenal dengan
bukan pada kedudukannya; istilah Cadiak) maupun pengetahuan
raja alim raja disembah, raja yang bersumber dari pembelajaran
lalim raja disanggah. formal (dikenal dengan istilah
• Kedudukan seorang pemimpin Pandai).
hanyalah didahulukan Ketiga, memiliki sifat sabar,
selangkah, ditinggikan yakin, dan lunak-lembut, karena
seranting, karena itu, lunak-lembut dalam perkataan menjadi
diingatkan agar hati-hati yang kunci bagi setiap hati manusia. Sebab,
di atas, yang di bawah akan keberhasilan seorang pemimpin dalam
menimpa. adat Minangkabau bukan hanya
• Masyarakat Minangkabau bergantung pada perumusan program-
menolak “kultus individu” dan program pemerintahan, akan tetapi
pola “patron klien”. harus berakar kuat pada realitas dan
sesuai dengan kemampuan rakyat
Kepemimpinan ini membutuhkan untuk menjalaninya.Keempat, seorang
karakter yang kuat seperti pohon pemimpin harus mampu menjadi
beringin, sebagai tempat berlindung, tauladan yang baik dan memotivasi
panutan, tahan kritik, mau menerima bawahan dengan membangun dan
saran (Hasanuddin, 2014). Seorang membangkitkan etos bersaing untuk
pemimpin Minangkabau harus maju dan memperoleh prestasi dan
memiliki: pertama atribut prestise, seperti dinyatakan dalam
kepemimpinan yang egaliter dan ungkapan: nak kayo kuaik mancari,
kekeluargaan. Seorang pemimpin nak cadiak rajin baraja, nak mulie
diyakini iktikad baiknya terhadap pahaluih budi‘Jika hendak kay kuatlah
rakyat sebagaimana yang terukir berusaha, jika hendak pandai rajinlah
228 Jurnal Pembangunan Nagari Volume 2 Nomor 2 Edisi Desember 2017 : 217 - 229
kembali, (2) Kurikulum pendidikan Kebudayaan Minangkabau,
Universitas Andalas, Padang.
lingkungan perlu dijadikan sebagai
Hasanuddin. 2017. Wacana Etnik
mata pelajaran khusus di sekolah yang dalam Multikulturalisme
diakui oleh pemerintah (dalam hal ini Indonesia: Dinamika Adaptif
Diaspora Minangkabau di Bali.
Kementerian Pendidikan dan Padang. Penerbit: Erka
jajarannya ke bawah) atau kurikulum Kosim, Muhammad. 2011.
tersebut diintegrasikan ke dalam mata “Pendidikan Karakter Versi
Sumatera Barat”. Haluan: 9
pelajaran yang relevan, sehingga dapat Desember 2011
mengakomodasi kebutuhan guru-guru Kosim, Muhammad. 2012.
terhadap pemenuhan KUM dan “Pembelajaran Pendidikan
Karakter Berbasis Agama”,
standar jam mengajar, (3) Perlu Makalah dalam Workshop
dilakukan pemberdayaan dan Pendidikan Karakter Tingkat
SMA, tanggal 3 Mei di Rocky
revitalisasi nilai-nilai budaya dan Hotel Padang.
kearifan local Minangkabau dalam Nasroen, M. 1971. Dasar-dasar
pengembangan Program Adiwiyata Filsafat Adat Minangkabau.
Jakarta: Bulan Bintang.
tersebut di Sumatera Barat, (4) Perlu Navis, A. A. 1984. Alam Terkembang
regulasi untuk memayungi secara Jadi Guru, Adat dan
Kebudayaan Minangkabau.
hokum semua program dan kegiatan Jakarta: Grafitipers.
yang direkomendasikan di atas agar Saleh, Abdul Aziz. 1996. Pendekatan
Sosio Kultural dalam
dapat diimplementasikan secara efektif. Pembangunan di Sumatera
Barat. Genta Andalas.
DAFTAR PUSTAKA J.03.Th.I, p 14-21.
Tim Adiwiyata Tingkat Nasional,
Bapedalda SB, 2016. Laporan (2011), Panduan Adiwiyata
Adiwiyata, Bapedalda Provinsi Sekolah Peduli dan Berbudaya
Sumatera Barat Lingkungan, Jakarta:
Hasanuddin. 2013. Adat dan Syarak, Kerjasama Kementerian
Sumber Inspirasi dan Rujukan Lingkungan Hidup dengan
Nilai Dialektika Minangkabau. Kementerian Pendidikan dan
Pusat Studi dan Informasi Kebudayaan