Вы находитесь на странице: 1из 12

PERTEMUAN KE -2

SAMPEL REPRESENTATIF
Sampel representatif (representative sample) adalah sampel yang
karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki oleh populasi. Satu satunya cara
untuk mengetahui apakah suatu sampel bersifat representatif adalah dengan
melakukan audit lebih lanjut atas populasi secara keseluruhan. Akan tetapi, auditor
dapat meningkatkan kemungkinan sampel dianggap representatif dengan
menggunakannya secara cermat ketika merancang proses sampling, pemilihan sampel,
dan evaluasi sampel. Hasil sampel dapat menjadi nonrepresentatif akibat kesalahan
nonsampling atau kesalahan sampling. Risiko dari dua jenis kesalahan yang terjadi
tersebut disebut sebagai risiko nonsampling dan risiko sampling.
Risiko nonsampling (nonsampling risk) adalah risiko bahwa pengujian audit
tidak menemukan pengecualian yang ada dalam sampel. Dua penyebab resiko
nonsampling adalah kegagalan auditor untuk mengenali pengecualian dan prosedur
audit yang tidak sesuai atau tidak efektif.
Risiko sampling (sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai
kesimpulanyang salah karna sampel populasi yang tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat pengujian lebih sedikit dari
populasi secara keseluruhan. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian, auditor menerima populasi yang salah karena sampel tidak cukup
mewakili populasi. Auditor memiliki du acara untuk mengendalikan risiko
sampling:
 Menyesuaikan ukuran sampel
 Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi.

Tahap Pemilihan Sampel


Agar diperoleh sampel yang representatif peneliti perlu menggunakan prosedur
pemilihansampel yang sistematis. Tahapannya adalah sebagai berikut :
 Mengidentifikasi populasi target
 Memilih kerangka pemilihan sampel
 Menentukan metode pemilihan sampel
 Merencanakan prosedur penentuan unit sampel
 Menentukan ukuran sampel
 Menentukan unit sampel
Metode Pengambilan Sampel (teknik Sampling)
Teknik sampling terbagi atas:
Probability sampling
Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Terdapat empat cara mengambil
sampel dengan metode ini yaitu:
 Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi itu.
 Proportionate Stratified Random Sampling. Suatu populasi yang
dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu dikelompokan
dalam beberapasub-populasi, sehingga tiap kelompok akan memiliki
anggota sampel yang relatif homogeny.
 Disproportionate Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan
untuk menentukan sampel jika populasi berstrata tetapi kurang proposional.
 Cluster Sampling(Area Sampling). Teknik ini digunakan menentukan
sampelbila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya
pendudukdari suatu negara.

Nonprobability Sampling
Dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang
yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Terdapat enam jenis
metode dengan nonprobability sampling yaitu :
 Sampling Sistematis. Teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan
darianggota populasi yang telah diberi nomor urut.
 Sampling kouta. Teknik mennetukan sampel dari populasi yang
mempunyaiciri-ciri tertentu smapai jumlah yang diinginkan.
 Sampling insidentaladalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan,yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti digunakansebagai sampel.
 Sampling purposiveadalah teknik penentuan sampel dnegan
pertimbangantertentu. Misalnya penelitian mengenai kurs mata uang
sehingga yang dipilihadalah orang yang ahli dalam ekonomi khususnya
mengenai transaksi valutaasing.
 Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila semua
anggoatpopulasi digunakan sebagai sampel karena jumlah populasi reatif
kecil.
 Snowball Sampling. Cara ini adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil n a m u n k e m u d i a n s a m p e l d i a j a k u n t u k
m e m i l i h responden lain untuk dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya
hingga jumlahsampel menjadi banyak.

SAMPLING STATISTIK VS SAMPLING NONSTATISTIK DAN


PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK DAN NONPROBABILISTIK
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua kategori utama : sampling
statistik dan
sampling nonstatistik. Kategori tersebut srerupa karena keduanya melibatkan tiga
tahap :
1. Perencanaan sampel
2. Pemilihan sampael dan melakukan pengujian
3. Pengevaluasian hasil
Tujuan dari perencanaan sampel adalah memastikan bahwa pengujian audit
dilakukan
dengan cara yang memberikan risiko sampling yang diinginkan dan meminimalkan
kemungkinan kesalahan nonsampling. Pemilihan sampel melibatkan keputusan
bagaimana
sampel dipilih dari populasi. Auditor baru dapat melksanakan pengujian audit hanya
setelah
item sampel dipilih. Pengevaluasian hasil adalah penarikan kesimpulan berdasarkan
pengujian audit.
Tindakan Langkah
Memutuskan bahwa ukuran sampel sebanyak100 akan diperlukan · Perencanaan
sampel
Memutuskan 100item mana yang akan diplih populasi
Melaksanakan prosedur audit untuk masing masing dari 100 item dan menentukan
bahwa ada tiga
pengecualian
Pemilihansampel pelaksaanaan pengujian
Mencapai kesimpulan mengenai tingkat pengecualian yang mungkin dalam total
populasi jika tingkat pengecualian sampel sama dengan 3 persen ·

Pengevaluasian hasil
Sampling statistik (statistical sampling) berbeda darisampling nonstatistik
dalam hal
bahwa, dengan menerapkan aturan matematika, auditor dapat mengkuantifikasi
(mengukur)risiko sampling dalam merencanakan sampel (langkah 1) dan dalam
mengevaluasi hasil (langkah 3)
Dalam sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) auditir tidak
mengkuantifikasikan sampling.ebaiknya, auditor memilih item sampel yang diyakini
akan
memberikan informasi yang paling bermanfaat, dalamsituasi tertentu, dan mencapai
kesimpulan mengenai populasi atas dasar pertimbangan. Karena alasan tersebut
penggunaan
sampling nonstatistik sering kali disebut dengan sampling pertimbangan (jidgemental
sapling)
Baik pemilihan sampel probabilistik maupun nonprabobalistik berada pada
langkah 2.
Apabila menggunakan pemilihan sampel probabilistik (probabiistic sampel selection)
auditor
memlih cara acak item item sehingga setiap item populasi memiliki item probabilitas
yang
sama untuk dimasukkan dalam sampel. Proses ini memerlukan ketelitian yang sangat
tinggi
dan menggunaan salah satu dari beberapa metode yang telah dibahas secara singkat.
Dalam
pemilihan sampel nonprobabilistik (nonprobabilistik sample selection), auditor
memilih item
sampel dengan menggunakan pertimbangan yang profsional dan bukan metode
probabilistik.
Auditir dapat menggunakan salah satu dari beberapa metode pemilihan sampel
nonprobabilistik.
Standar auditing memungkinkan auditor untuk menggunakan baik metode
sampling
statistik maupun nonstatistik. Akan tetapi, jauh lebih lebih penting bahwa kedua
metode itu
deterapkan dengan hati-hati. Semua langkah dalam proses harus diikuti dengan hati-
hati. Jika
sampling statistik digunakan, sampel harus bersifat probabilistik dan metode evaluasi
statistik
yang tepat harus dingunakan dengan sampel untuk melakukan perhitungan risiko
sampling.
Auditor juga dapat melakukan evaluasi nonstatistik apabila menggunakan pemilihan
probabilistik, tetapi jarang dapat diterima mengevaluasi sampel nonprobabilistik
dengan
menggunakan metode statistik
Ada tiga jenis metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan
sampling
audit nonstatistik . ketiga metode itu bersifat nonprobabilistik. Sementara itu, ada
empat jenis
metode pemilihan sampel yang sering kali dikaitkan dengan sampling audit statistik,
yang
semuanya bersifat probabilistik.
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik (pertimbangan) termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampel terarah
2. Pemilihan sampel blok
3. Pemilihan sampe sembarangan
Metode pemilihan sampel probabilistik termasuk berikut ini :
1. Pemilihan sampelacak sederhana
2. Pemilihan sampel sistematis
3. Pemilihan sampel probabilitas yang proporsional dengan ukuran
4. Pemilihan sampel yang bertahap
Metode Seleksi Non Probabilitas
Metode pemilihan sampel nonprobabilistik adalah metode yang tidak memenuhi
persyaratan teknis bagi pemilihan sampel probabilistic. Karena metode tersebut tidak
didasarkan pada probabilitas matematika, keterwakilan sampel mungkin sulit
ditemukan.
Pemilihan sampel sembarangan (haphazard sample selection) adalah pemilihan
item atau pos tanpa bias yang disengaja oleh auditor. Dalam kasus semacam itu,
auditor memilih item populasi tanpa memandang ukurannya, sumber, atau
karakteristik lainnya yang membedakan.
Kekurangan pemilihan sampel sembarangan yang paling serius adalah sulitnya
menjaga agar tetap tidak bias dalam melakukan pemilihan. Karena pelatihan auditor
dan bias yang tidak sengaja, item populasi tertentu akan lebih besar kemungkinannya
untuk dimasukkan dalam sampel ketimbang yang lainnya.
Dalam pemilihan sampel blok (block sample selection, auditor memilih pos pertama
dalam suatu blok, dan sisanya dipilih secara berurutan.
Biasanya penggunaan sampel blok hanya dapat diterima jika jumlah blok yang
digunakan masuk akal. Jika hanya segelintir blok yang digunakan, probabilitas
memperoleh sampel nonrepresentatif sangatlah besar, dengan mempertimbangkan
kemungkinan perputaran karyawan, perubahan sistem akuntansi, dan sifat musiman
dari sejumlah bisnis.
Sampling blok juga dapat digunakan untuk melengkapi sampel lainnya apabila ada
kemungkinan salah saji yang tinggi selama periode tertentu.
Walaupun pemilihan sampel sembarangan dan blok tampak kurang logis ketimbang
pemilihan sampel terarah, pemilihan tersebut sering kali bermanfaat dalam situasi di
mana biaya metode pemilihan sampel yang lebih kompleks melebihi manfaat yang
diperoleh dari menggunakan pendekatan tersebut.

METODE PEMILIHAN SAMPEL PROBABILISTIK


Sampel statistik mengharuskan sampel probabilistik mengukur risiko sampling.
Untuk sampel probabilistik, auditortidakmenggunakan pertimbangan mengenai item
atau po sampel mana yang akan dipilih, keculi dalam memilih mana dari epat metode
pemilihan yang akan digunakan.
Dalam sampel acak (random sample)sederhana, setiap kombinasi dari item
populasi yang mngkin memiliki kesempatan untuk dimasukkan dalam sampel..auditor
menggunakan sampling random atau acak sederhana untuk populasi sampel apabila
tidak ada kebutuhan untuk menekankan satu atau lebih item populasi.
Tabel angka acak. Jika auditor memperolehsampel angka acak sederhana,
mereka harus menggunakan metode yang memastikanbahwa semua item dalam
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Angka acakadalah serangkaian
dari digit yang memiliki probabilitas yang sama untuk muncul selama jangka panjang
dan tidak memiliki pola yang dapat diidentifikasi. Sebuah tabel angka acak (random
number table) memiliki digit acak dalam bentuk tabel dengan baris dan kolom yang
telah diberikan nomor. Auditor memilih sampel acak dengan pertama membentuk
korespondensi antara nomer dokumen klien yang akan dipilih dan digit pada tabel
angka acak.
Angka acak yang dihasilkan komputer. Sebagian besar sampel yang digunakan
auditor dihasislkan oleh komputer dengan menggunakan salah satu dari tiga jenis
program : spreadsheet elektronik, generator angka acak, dan perangkat lunak audit
yang tergenarilisasi. Program komputer menawarkan beberapa keunggulan :
penghematan waktu, berkurangnya kemungkinan kesalahan auditor dalam memilih
angka, dan dokumentasi otomatis. Karena sebagian besar auditir memiliki akses ke
komputerdan ke spreadsheet elektronik atau program generator angka acak, mereka
biasanya lebih suka menggunakan angka acak yang dihasilkan komputer ketimbang
metode pemilihan probabilistik lainnya.
Dalam pemilihan sampel sistematis (sistematic sample selection), yang juga
disebut sampling sistematis, auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih
item item yang akan dijadikan sampel berdasarkan ukuran interval tersebut.interval
ditentukan dengan membagi ukuran populasi dengan ukuran sampel yang diinginkan.
Keunggulan dari pemilihan sistematis adalah lebih mudah digunakan. Dalam sebagian
besar populasi, sampel sistematis dapat diambil dengan cepat dan pendekatannya
secara otomatis akan menempatkan nomor lain dalam urutan, yang membuatnya lebih
mudah dalam mengembangkan dokumentasi yang sesuai.
Dalam banyak situasi audit, jauh lebih menguntungkan memilih sampel yang
menekankan item item populasi dengan jumlah tercatat yang lebih besar. Ada dua
cara untuk memperoleh sampel semacam itu :
1. Mengambil sampel dimana probabilitas pemilihan setiap item populasi
individual bersifat proporsional dengan jumlah tercatatnya. Metode ini disebut
sebagai sampling dengan probabilita yang proporsional dengan ukuran (pps),
dan dievaluasi dengan menggunakan sampling nonstatistik atau sampling
statistik unit moneter.
2. Membagi populasi kedalam subpopulasi, biasanya menurut ukuran dolar, dan
mengambil sampel yang lebih besar dari subpopulasi itu dengan ukuran yang
lebih besar. Hal ini disebut sebagai sampling bertahap, dan dievaluasi dengan
menggunakan sampling nonstatistik ataupun sampling statistik variabel.

Metode penerapan uji petik atribut dalam audit

Metode penerapan uji petik atribut dalam audit terbagi dalam 3 kelompok yaitu :

 Perencanaan Sampel
o Nyatakan tujuan dari pengujian audit
o Definisikan atribut dan kondisi deviasi. Atribut dari kepentingan dan
kondisi deviasi berasal langsung dari program audit.
o Definisikan populasi, mengambil sampel secara acak dari keseluruhan
populasi dan menggenerelalisasi hasilnya untuk seluruh populasi
o Definiskan unit uji petik.
o Tentukan pengandalan berlebih yang dapat diterima.
o Tentukan tingkat deviasi yang dapat ditoleransi.
o Estimasikan tingkat deviasi populasi yang diharapkan.
o Tentukan ukuran sampel awal. Ukuran sampel dipengaruhi oleh empat
faktor yaitu:ukuran populasi, tingkat deviasi yang dapat ditoleransi,
resiko pengandalan berlebih pada pengendalian intern yang dapat
diterima, dan tingkat deviasi populasi yang diharapkan.
 Pemilihan Sampel dan Pelaksanaan Pengujian
o Pilih sampel, unsur-unsur tertentu dalam populasi yang akan diikutkan
sebagai sampel
o Laksanakan prosedur audit, memeriksa setiap unsur di dalam sampel
untuk mendapatkan catatan deviasi yang ditemukan.
 Evaluasi Hasil
o Generalisasikan hasil dari sampel untuk populasi.
o Analisa deviasi
o Putuskan akseptabilitas dari populasi tersebut.

DISTRIBUSI SAMPLING

Merupakan suatu frekuensi distribusi dari hasil-hasil atas suatu seluruh


sampel yang mungkin dari suatu ukuran tertentu yang dapat diperoleh dari
populasi yang berisi beberapa parameter spesifik.
Estimasi atribut didasarkan pada distribusi binomial, yaitu distribusi dari
seluruh sampel yang mungkin dimana unsur-unsur populasi masing-masing
memiliki satu atau dua pernyataan yang mungkin.
Auditor tidak mengetahui nilai rata-rata (mean) salah saji dalam
populasi, distribusi jumlah salah saji, atau nilai yang di audit. Karakteristik
populasi tersebut harus diestimasi dari sampel yang merupakan tujuan dari
pengajuan audit.
Untuk setiap sampel, auditor menghitung nilai rata-rata item dalam sampel
sebagai berikut;
∑𝑥
𝑋̅ = 𝑗𝑛
Setelah menghitung nilai rata-rata item sampel, auditor memplotnya ke dalam
distribusi frekuensi.
Auditor mendasarkan pengujian statistiknya pada distribusi sampling. Distribusi
sampling adalah distribusi frekuensi hasil semua sampel berukuran khusus yang
dapat diperoleh dari populasi yang memiliki beberapa karakteristik tertentu.
Distribusi sampling ini memungkinkan auditor untuk membuat laporan
probabilitas mengenai kemungkinan terwakilnya setiap sampel dalam distribusi.
Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, dimana setiap sampel
dalam populasi memiliki satu dari dua nilai yang mungkin atau deviasi
pengendalian.

Dalam ISA 530.5 yang terdapat pada buku Theodorous M. Tuanakotta Menuliskan
bahwa tujuan lSAs, istilah berikut mempunyai makna seperti dijelaskan berikut:

a) Auditsampling (sampling)-Penerapan prosedur audit dengan item di bawah 100%


dari populasi yang mempunyai relevansi audit, sedemikian rupa sehingga semua
sampling units mempunyai peluang untuk dipilih, agar auditor dengan dasar
yang layak dapat menarik kesimpulan mengenai seluruh populasi.
b) Population-Seluruh perangkat data (entire set of data) dari mana sampel dipilih
dan yang menjadi perhatian auditor dalam menarik kesimpulan.
c) Sampling risk-Risiko bahwa kesimpulan auditor atas dasar sampel (yang
diperiksanya) berbeda dari kesimpulan auditor jika seluruh populasi diperiksa
dengan prosedur audit yang sama.
d) Sampling risk dapat mengarah pada dua jenis kesimpulan yang salah.
i. Dalam hal pengujian pengendalian (test of controls), pengendalian
lebih efektif dari yang sebenarnya, atau dalam (contoh di) alinea
mengenai Relevant Extracts from [SAS case of a test of details,
bahwa salah saji material (seolah-olah) tidak ada, padahal
sesungguhnya ada. Kepedulian auditor terutama adalah pada jenis
kesimpulan yang salah seperti ini, karena berdampak terhadap
efektifauditnya dan lebih mungkin mengarah kepada pemberian
pendapat audit yang tidak tepat.

ii. Dalam hal pengujian pengendalian, pengendalian kurang efektif dari


yang sebenarnya, atau dalam contoh uji rincian (test of details),
bahwa salah saji material (seolaholah) ada, padahal sesungguhnya
tidak ada. ]enis kesimpulan yang salah seperti ini berdampak
terhadap efisiensi audit yang lazimnya mengarah kepada pekerjaan
tambahan untuk memastikan bahwa kesimpulan pertama memang
keliru.

e) Non-sampling risk-Risiko auditor menarik kesimpulan yang salah karena hal-hal


di luar sampling risk.
f) AnomaIy-Salah saji (misstatement) atau penyimpangan (deviation) yang dapat
ditunjukkan tidak mewakili salah saji atau penyimpangan dalam populasi.
g) Sampling unit-Masing-masing item dalam suatu populasi.
Statistical sampling-Pendekatan terhadap sampling yang mempunyai ciri-ciri:
i. random selection (pemilihan secara acak) dari sample items; dan
ii. penggunaan probability theory (teori probabilitas) dalam
mengevaluasi hasil pengujian sampel (sample results), termasuk
pengukuran risiko sampling (sampling risk).
h) Pendekatan terhadap sampling yang mempunyai ciri-ciri (i) dan (ii) merupakan
pendekatan nonstatistik (non-statistical sampling).

i. Stratification-Proses memilah-milah populasi ke dalam beberapa sub-


populations, yang masing-masingnya merupakan kelompok sampling
units yang mempunyai ciri sama (ciri ini bisa berupa monetary value
atau nilai dalam bentuk satuan uang misalnya rupiah). i. Tolerable
misstatement-Suatu jumlah satuan uang (monetary amount) yang
ditetapkan auditor sebagai acuan dalam memperoleh tingkat
penurunan risiko yang tepat (appropriate level of risk reduction) di
mana monetary amount tersebut tidak dilampaui oleh salah saji
sebenarnya (actual misstatement) dalam populasi.
ii. Tolerable rate of deviation-Suatu tingkat penyimpangan (rate of
deviation) dari prosedur pengendalian internal yang ditetapkan
auditor sebagai acuan dalam memperoleh tingkat penurunan risiko
yang tepat (appropriate level of risk reduction) di mana rate of
deviation tersebut tidak dilampaui oleh tingkat penyimpangan yang
sebenarnya (actual rate of deviation) dalam population.

Attribute Sampling

Uji pengendalian memberikan bukti bahwa pengendalian berfungsi secara efektif


selama periode yang diuji yang ditetapkan, seperti satu tahun (dalam tahun berjalan).
Karena pengendalian atas transaksi (transactional controls) berfungsi atau tidak
berfungsi, auditor perlu menguji hal ini. Dalam pengendalian yang tidak andal,
auditor berpeluang menemukan penyimpangan (deviation). Sample sizes untuk uji
pengendalian umumnya sedikit karena didasarkan atas temuan mengenai
ada/tidaknya penyimpangan (exceptions). ]ika uji pengendalian ini lebih dari sekadar
menguji ada/tidaknya penyimpangan, sample sizes yang diperlukan bisa lebih besar.

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai keandalan pengendalian.

1. Apakah prosedur yang ditetapkan justru “dipotong-kompas” oleh manajemen,


misalnya dalam hal management override?
2. Apakah ada unsur penanganan secara manual dalam pengendalian, yang rentan
terhadap terjadinya kesalahan?
3. Apakah ada lingkungan pengendalian yang lemah?
4. Apakah pengendalian IT umum (general IT controls) lemah?
5. Apakah pemantauan pengendalian internal yang berjalan, lemah?
6. Apakah ada perubahan pegawai dalam tahun berjalan, yang secara signifikan
berdampak terhadap penerapan pengendalian?
7. Apakah sedikitnya staf yang terlibat dalam operasi pengendalian membuat
pemisahan tugas, tidak praktis?
8. Apakah perubahan situasi mendorong perlunya perubahan dalam beroperasinya
pengendalian?

Вам также может понравиться