Вы находитесь на странице: 1из 6

Nofrina Maulani

PLANET
Selain pada Matahari, sebagian material tata surya terkonsentrasi ke dalam planet-planet.
Sembilan planet termasuk bumi telah diketahui, lima planet diketahui lebih awal, yaitu: Merkurius,
Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, dan tiga planet diketahui setelah teleskop ditemukan, yaitu:
Uranus, Neptunus, dan Pluto. Perbedaan yang menyolok dengan Matahari adalah planet-planet
jauh lebih kecil, lebih dingin, dan padat atau cair, tidak mempunyai cahaya sendiri, tampak
memancarkan cahaya karena memantulkan cahaya Matahari.
Dua planet yang paling dekat ke Matahari yaitu Merkurius dan Venus disebut planet inferior, dan
planet-planet dengan orbit diluar orbit bumi disebut planet superior. Empat planet bagian dalam
yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars disebut planet dalam. Planet Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus, dan Pluto disebut planet luar. Empat planet besar yaitu Jupiter, Saturnus, Uranus,
Neptunus disebut planet jovian, dan yang lainnya disebut planet terrestial.
Massa planet ditentukan melalui pengukuran percepatan gravitasinya yang bekerja pada objek
benda lain. Empat metode yang digunakan untuk menentukan massa planet adalah: observasi
percepatan gravitasi planet pada salah satu satelitnya, observasi perturbasi terhadap gerakan planet
lainnya, observasi perturbasi terhadap gerakan asteroid yang dekat dengannya, dan observasi
melalui pelacak (probe) ruang angkasa. Massa planet-planet dalam suku relatif terhadap massa
bumi, berkisar dari 0,05 (untuk Merkurius) sampai dengan 318 (untuk Jupiter). Massa Jupiter lebih
besar dari massa total planet-planet lainnya. Diameter planet berkisar dari 4880 km (untuk
Merkurius) sampai dengan 143.000 km (untuk Jupiter). Kebanyakan planet-planet, tidak semua,
dikelilingi gas sebagai atmosfernya.
Planet Semi Major Aksentrisitas Inklinasi
(10-6 km) (SA)
Merkurius 57,9 0,39 0,206 7o.004
Venus 108,2 0,72 0,007 3 o.23’
Bumi 149,6 1,00 0,017 0 o.00’
Mars 227,9 1,52 0,093 1 o.51’
Jupiter 778 5,20 0,048 1 o.18’
Saturnus 1427 9,54 0,056 2 o.29’
Uranus 2870 19,18 0,047 0 o.46’
Neptunus 4497 30,06 0,009 1 o.46’
Pluto 5912 39,52 0,249 17 o.10’
Tabel 1.1 Elemen orbit planet

Semua plenet berevolusi terhadap Matahari dengan arah yang sama, dari barat ke timur,
berlawanan arah jarum jam apabila diamati dari utara. Jarak rata-ratanya dari Matahari berkisar
0,39 SA atau 58 juta km (untuk Merkurius) sampai dengan 39,46 SA atau 5900 juta km (untuk
Pluto). Periode revolusi orbitnya berkisar dari 88 hari (untuk Merkurius) sampai dengan 24 tahun
(untuk Pluto), dan kecepatan orbitnya 48 km/detik (untuk Merkurius) sampai dengan 5 km/detik
(untuk Pluto). Orbit planet-planet hampir melingkar, semuanya mempunyai eksentrisitas kurang
dari 0,1 (kecuali Pluto 0,25 dan Merkurius 0,21). Bidang orbit planet-planet tersebut hampir pada
bidang yang sama. Pluto memiliki inklinasi paling besar yaitu 17o dan Merkurius memiliki
inklinasinya 7o terhadap bidang orbit pada Bumi.
Pada saat berevolusi terhadap matahari, semua planet berotasi pada sumbunya. Planet Jovian
berotasi lebih cepat, Jupiter berotasi paling cepat, periodanya 9 jam 50 menit. Sedangkan Venus
berotasi paling lambat periodanya 243 hari, dengan arah dari timur ke barat, berlawanan dengan
arah rotasi planet yang lainnya. Jupiter dan Saturnus memiliki bentuk yang memampat, karena
rotasinya yang cepat.
Planet Diameter Perioda Revolusi Perioda Rotasi
(103 km) (Bumi=1)
Merkurius 4.878 0,39 88 hari 58, 6 hari
Venus 12.112 0,95 225 hari 243 hari
Bumi 12.756 1,00 365 hari 1 hari
Mars 6.800 0,53 687 hari 24’37’’
Jupiter 143.000 11,2 11,86 tahun 9’50’’-9’55’’
Saturnus 121.000 9,49 29,46 tahun 10’14’’-10’38’’
Uranus 47.000 3,69 84 tahun 14’
Neptunus 45.000 3,50 164,8 tahun 18'
Pluto <6.000 <0,47 248, 5 tahun 6,4 hari
Tabel 1.2 Diameter dan Perioda Planet
Secara fisis planet-planet dapat diklasifikasikan ke dalam planet terestial dan planet Jovian.
Klasifikasi ini sangat erat kaitannya terhadap sifat Bumi. Planet Terestial mempunyai sifat
kebumian (kecuali Merkurius), dan juga memiliki densitas yang tinggi, atmosfernya tipis, berotasi
lambat, dan memiliki sedikit satelit (bahkan tidak ada seperti Merkurius dan Venus). Sedangkan
planet Jovian memiliki densitas yang lebih rendah, atmosfernya tebal, berotasi cepat, dan memiliki
banyak satelit. Komposisi kimia planet Terestial lebih didominasi batuan yang sedikit Hidrogen
dan juga pejal. Sebaliknya planet Jovian banyak mengandung Hidrogen dan Helium, dalam wujud
gas dan es yang melingkupinya. Atmosfernya yang tebal, mengakibatkan permukaan padatnya
tidak dapat terlihat.
Objek Densitas Gravitasi Albedo Laju Rev. Temperatur Kec.
langit (gr/cc) (x Bumi) (km/detik) (oC) Lepas
(km/detik)
Matahari 1,41 27,9 - - 5.500 618
Merkurius 5,43 0,38 0,056 47,89 -173 s/d 427 4
Venus 5,24 0,91 0,72 35,03 427 10
Bumi 5,52 1 0,4 29,79 -23 s/d 27 11
s
Mars 3,94 0,39 0,16 24,13 -100 /d -30 5
Jupiter 1,33 2,54 0,7 13,06 -163 s/d -123 60
Saturnus 0,7 1,07 0,75 9,64 -178 36
Uranus 1,3 0,9 0,9 6,81 -215 21
Neptunus 1,76 1,14 0,82 5,43 -217 23
Pluto 2,1 0,06 0,145 4,74 -233 1
Tabel 1.3 Sifat fisis planet
Konfigurasi planet
Berdasarkan posisi orbitnya, planet dibagi menjadi dua kelompok yaitu planet superior dan planet
inferior. Planet Superior merupakan planet-planet yang orbitnya di luar orbit Bumi.

J2

V2

J3 V3 S
J1
V1 E

J5
J4
Gambar 1.1 Konfigurasi Planet

Posisi planet superior pada meredian pengamat saat tampak tengah malam dikatakan oposisi
(konfigurasi SEJ1). Jelas bahwa planet inferior tidak pernah oposisi. Sudut yang dibentuk antara
vektor radius geosentris planet dengan vektor radius geosentris Matahari, disebut dengan elongasi.
Planet inferior mempunyai elongasi nol saat konjungsi, dan elongasinya maksimum saat vektor
radius geosentrisnya menyinggung orbitnya (konfigurasi SEV2). Elongasi planet superior
bervariasi dari nol (konfigurasi SEJ3) sampai 180o (konfigurasi SEJ1). Saat elongasi planet superior
90o disebut kuadratur (konfigurasi SEJ2 dan SEJ5). Kuadratur ini menunjukkan arah timur dan
barat. Kutub ekliptika pada gambar adalah keluar bidang gambar, sehingga J5 dan J2 menyatakan
arah timur dan arah barat.
Besaran penting lainnya pada konfigurasi planet adalah sudut phase, yakni sudut yang dibentuk
oleh Matahari, Planet, dan Bumi. Untuk planet inferior sudut phase mempunyai harga dari 0o
sampai dengan 180o. Sudut phase V2 seperti pada gambar adalah 90o. Untuk planet superior sudut
phasenya antara 0o sampai suatu harga maksimum yang bergantung pada jarak planet tersebut dari
Matahari.
Perioda Sinodis
Konsep penting dalam fenomena geosentris adalah perioda sinodik suatu objek langit, yaitu
interval waktu yang diperlukan sehingga membentuk konfigurasi yang sama dari objek tersebut,
matahari dan bumi. Perioda sinodik suatu objek langit ini dinyatakan dalam S. Misalkan T1 dan T2
menyatakan perioda siderik revolusi planet P1 dan P2 terhadap matahari, yaitu waktu yang
diperlukan planet untuk satu kali revolusi dengan latar belakang bintang. Latar belakang bintang
adalah tetap, tampak bergerak karena rotasi bumi, maka satu perioda siderik vektor radius
heliosentris menyapu 360o.
Diasumsikan planet bergerak melingkar. Untuk orbit yang melingkar ini, vektor radius akan
menyapu sudut yang sama pada waktu yang sama, atau mempunyai kecepatan sudut 𝜔 yang
konstan. Kita menyatakan kecepatan sudut dari planet P1 dan planet P2 dengan 𝜔1 dan 𝜔2 . Maka:
360°
𝜔1 =
𝑇1
360°
𝜔2 =
𝑇2
Untuk planet yang lebih dekat ke matahari, perioda revolusinya lebih kecil daripada planet yang
lebih jauh dari matahari.
T1< T2 dan 𝜔1>𝜔2
Pada gambar diatas memperlihatkan bahwa konfigurasi SP1P2, menyatakan posisi matahari dan
dua planet P1 dan P2. Selama interval waktu S1, vektor radius P1 telah kelebihan berputar 360o dari
vektor radius P2. Tetapi SP1 bertambah dari SP2 sebesar (𝜔1 − 𝜔2 )o tiap hari, sehingga ia berlebih
360o selama waktu S.

P’2
P2
P’1

P1

J1
S

Gambar 1.2 Perioda Sinodis


Jadi berlaku hubungan
𝑆𝑥(𝜔1 − 𝜔2 ) = 360°
360° 360°
𝑆𝑥 ( − ) = 360°
𝑇1 𝑇2
1 1 1
( − )=
𝑇1 𝑇2 𝑆
Untuk planet inferior, T1: perioda siderik planet, dan T2: perioda siderik bumi.
Untuk planet superior, T1: perioda siderik bumi, dan T2: perioda siderik planet.

Mengukur jarak planet


Untuk planet inferior
Elongasi maksimum planet inferior terjadi saat EV, yaitu vektor radius geosentris planet tersebut,
tegak lurus dengan SV, yaitu vektor radius heliosentrisnya.

E
Gambar 1.3 Pengukuran Jarak Planet Inferior

𝑆𝑉
Sin (SEVmaks) = 𝑆𝐸

Untuk planet superior:


Saat matahari dan bumi berada di titik S dan E, posisi planet P dalam keadaan oposisi, elongasinya
180o. Setelah t hari, vektor radius bumi SE1 telah bergerak mendahului vektor radius planet,
elongasinya bertambah 180o, daei oposisi sebesar sudut SE1P1. Dalam t hari, sudut SE1P1 akan
bertambah dari 0o saat oposisi, sampai nilai 𝜃 yang diungkapkan dengan persamaan:

E1 P1

P
E

Gambar 1.2 Perioda Sinodis

𝜃 = (𝜔𝐸 − 𝜔𝑃 )𝑡
1 1
𝜃 = 360 ( − )𝑡
𝑇𝐸 𝑇𝑃
𝑡
𝜃 = 360
𝑆

T dan S keduanya diketahui, sudut E1SP1 dapat dihitung. Maka sudut E1P1S1 dapat dicari melalui
hubungan: <E1P1S =180O - <SE1P1 - <E1SP1

Kemudian dari rumus trigonometri bidang:

sin(𝑃1 𝐸1 𝑆) sin(𝐸1 𝑃1 𝑆)
=
𝑆𝑃1 𝑆𝐸1

𝑆𝐸1 sin(𝐸1 𝑃1 𝑆)
=
𝑆𝑃1 sin(𝑃1 𝐸1 𝑆)

𝑆𝐸1
merupakan jarak planet P ke matahari dalam satuan jarak bumi ke matahari.
𝑆𝑃1

Вам также может понравиться