Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara
aktif
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi )
pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Program imunisasi dikatakan berhasil
jika cakupan target imunisasi mencapai target UCI (Universal Child Imunization) yakni
86% balita telah diimunisasi
2. Imunisasi DPT
a. Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis
c. Cara pemberian dan dosis :
Pemberian dengan cara intramuskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4
minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat
dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Tempat Penyuntikan : anak berusia di bawah satu tahun lokasinya adalah di paha,
sedangkan untuk anak yang lebih besar lokasi penyuntikannya di lengan atas.
3. Imunisasi Polio
a. Diskripsi
Adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2
dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
c. Cara pemberian dan dosis
Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :
vaksin belum kadaluarsa
vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
tidak pernah terendam air
sterilitasnya terjaga
VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
d. Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull
WHO 66).
e. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human
Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi
OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
f. Cara pemberian : Diteteskan pada mulut, 2 tetes
4. Imunisasi Hepatitis B
a. Diskripsi
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau
yang diketahui dapat menginfeksi hati.
c. Cara pemberian dan dosis
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian
suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
Pemberian sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan).
Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya.
d. Efek samping : pada umumnya tidak ada
e. Cara pemberian : injeksi pada paha bagian luar
5. Imunisasi Campak
a. Diskripsi
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini
berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
c. Cara pemberian dan dosis
Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-
11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up
campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
d. Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Anak menderita diare berat, anak sakit panas
Jenis Jadwal
BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
MMR diberikan 1 kali (pada usia 15-18 bulan dan 6 tahun)
Daftar Pustaka
Yupi Supartini. 2013. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. Pengukuran dilakukan
dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala.
Cara Pengukurannya :
Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur. Letakkan lutut bayi
secara lembut
Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja ukuran
Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi.
Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus,
sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical,
sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal.
Cara mengukur:
Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
Lepaskan sepatu atau sandal.
Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.
Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat melalui
table berikut :
5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata
3 cm dan di Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm
(bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47
cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur
10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.
2. Tujuan MTBS
Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait
dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi terhadap
pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.
Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 )
Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah – langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :
Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, member
anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya
kembali ke fasilitas kesehatan.
d. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak
lanjut.
Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan
tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari
2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda
umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda
dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti
menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.
Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang,
letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare,
lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.
Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan
gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah
diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
Imunisasi
Disusun Oleh :
PO.62.20.1.16.038
2018
Antropometri
Disusun Oleh :
PO.62.20.1.16.038
2018
MTBS
Disusun Oleh :
PO.62.20.1.16.038
2018
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)
Alat / instrument
Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
Jumlah jawaban Ya
Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian)
KPSP
Disusun Oleh :
PO.62.20.1.16.038
2018