Вы находитесь на странице: 1из 20

Imunisasi Dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan awal secara
aktif
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunisasi )
pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Program imunisasi dikatakan berhasil
jika cakupan target imunisasi mencapai target UCI (Universal Child Imunization) yakni
86% balita telah diimunisasi

Macam-macam Imunisasi Dasar


Pemerintah melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI), mewajibkan lima jenis
imunisasi dasar pada anak dibawah usia satu tahun, antara lain :

1. Imunisasi BCG ( Bacillus Calmette Guerin )


a. Diskripsi
BCG adalah vaksin bentuk beku kering yang mengandung mycobacterium bovis
hidup yang sudah dilemahkan dari strain Paris no. 1173.P2.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap TBC (Tuberculosa).
c. Cara Pemberian dan Dosis :
Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan dengan 4 ml pelarut NaCl 0,9%.
Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril dengan jarum panjang.
Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali, untuk bayi
d. Kontra indikasi :
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan
sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC.
e. Cara pemberian : Subkutan. Pada lengan atau antara bokong dan paha
f. Efek samping :
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2
minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang
berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu
pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-
kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat,
tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan
pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.

2. Imunisasi DPT
a. Diskripsi
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan
dan pertusis yang inaktifasi.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis
c. Cara pemberian dan dosis :
Pemberian dengan cara intramuskuler 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval minimal 4
minggu (1 bulan). Dalam pelayanan di unit statis, vaksin yang sudah dibuka dapat
dipergunakan paling lama 4 minggu dengan penyimpanan sesuai ketentuan :
 vaksin belum kadaluarsa
 vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
 tidak pernah terendam air
 sterilitasnya terjaga
 VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
d. Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
e. Tempat Penyuntikan : anak berusia di bawah satu tahun lokasinya adalah di paha,
sedangkan untuk anak yang lebih besar lokasi penyuntikannya di lengan atas.

3. Imunisasi Polio
a. Diskripsi
Adalah Vaksin Polio trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2
dan 3 (strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal
kera dan distabilkan dengan sukrosa
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap Poliomyelitis.
c. Cara pemberian dan dosis
 Sebelum digunakan pipet penetes harus dipasangkan pada vial vaksin.
 Diberilan secara oral, 1 dosis adalah 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali (dosis)
pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
 Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
 Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 2 minggu dengan ketentuan :
 vaksin belum kadaluarsa
 vaksin disimpan dalam suhu 2 derajat Celcius sampai dengan 8 derajat Celcius
tidak pernah terendam air
 sterilitasnya terjaga
 VVM (Vaksin Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B
Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
d. Efek samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralysis yang
disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000; Bull
WHO 66).
e. Kontraindikasi
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya
yang timbul akibat pemberian OPV pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada
keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan
setelah sembuh. Bagi individu yang terinfeksi oleh HIV (Human
Immunodefisiency Virus) baik yang tanpa gejala maupun dengan gejala, imunisasi
OPV harus berdasarkan standar jadwal tertentu.
f. Cara pemberian : Diteteskan pada mulut, 2 tetes

4. Imunisasi Hepatitis B
a. Diskripsi
Hepatitis B rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah diinaktivasikan
dan bersifat non-infeksiosus, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan.
b. Indikasi
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus
Hepatitis B.
 Tidak dapat mencegah infeksi virus lain seperti virus Hepatitis A atau C atau
yang diketahui dapat menginfeksi hati.
c. Cara pemberian dan dosis
 Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen.
 Sebelum disuntikkan, kondisikan vaksin hingga mencapai suhu kamar.
 Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB.
 Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB ADS PID, pemberian
suntikkan secara intra muskuler, sebaiknya pada anterolateral paha.
 Pemberian sebanyak 3 dosis.
 Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval
minimum 4 minggu (1 bulan).
 Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan
selama 4 minggu.Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh
digunakan lagi untuk hari berikutnya.
d. Efek samping : pada umumnya tidak ada
e. Cara pemberian : injeksi pada paha bagian luar

5. Imunisasi Campak
a. Diskripsi
Vaksin Campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Vaksin ini
berbentuk vaksin beku kering yang harus dilarutkan dengan aquabidest steril.
b. Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit Campak.
c. Cara pemberian dan dosis
Sebelum disuntikkan vaksin Campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengann
pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut aquabidest.

Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan atas, pada usia 9-
11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah cath-up
campaign Campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6.
Vaksin campak yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan maksimum 6 jam.
d. Efek samping
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari
yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
e. Kontraindikasi
Anak menderita diare berat, anak sakit panas

6. MMR (Mumps, Measles, Rubella)


Merupakan vaksin yang didalamnya terdiri dari kombinasi tiga komponen vasin yaitu
Mumps (gondong), Measles (Campak), dan Rubella (Campak jerman).
a. Indikasi
Untuk merangsang terbentuknya imunitas atau kekebalan terhadap penyakit
gondong, campak dan campak jerman
b. Efek samping
Efek samping: yang paling sering dan umum terjadi pada anak adalah demam,
dan efek samping yang jarang terjadi diantaranya dapat berupa sakit kepala,
muntah, bercak berwarna ungu pada kulit, nyeri di daerah tangan atau kaki dan
leher yang terasa kaku.
c. Lokasi penyuntikan : subkutan
d. Kontraindikasi:
 Wanita hamil
 Kelainan fungsi ginjal berat
 Sedang menjalani terapi imunosupresan, kortikosteroid dan radioterapi
 Leukimia, serta kelainan darah lainnya seperti anemia
 Gagal jantung dekompensasi
 Setelah transfusi darah atau pemberian gamma globulin
 Riwayat alergi terhadap vaksin (neomicyn)

Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Anak

Jenis Jadwal
BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3,dan 4 bulan)
Polio diberikan 4 kali (pada usia 1,2,3, dan 4 bulan)
Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
MMR diberikan 1 kali (pada usia 15-18 bulan dan 6 tahun)
Daftar Pustaka

Yupi Supartini. 2013. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.

Dinkes. Prov. Jatim. 2014. Buku Pegangan Kader Posyandu.


Djitowiyono,Sugeng.2010.Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak.Yogyakarta : Nuha
Medika.

Smeltzer,Suzanne C.2002.Keperawatan Medikal Bedah.volume1Jakarta:EGC

Wong, Donna L.2003.Keperawatan Pediatrik.Edisi 4.Jakarta:EGC


A. Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Antropometri berarti ukuran dari tubuh (Mediague.wordpress.
com).
Metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai alat menentukan
status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan
antropometri secara antropometri adala konsep pertumbuhan.
Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat
gizi(Mediague.wordpress. com).
B. Syarat yang Mendasari Penggunaan Antropometri
 Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri dirumah.
 Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif
 Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
 Biaya relatif murah
 Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.
 Secara alamiah diakui kebenaranya.
C. Kelemahan dan Kelebihan Antropometri
1. Kelemahan antropometri
 Tidak sensitive
 Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
 Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi. Kesalahan terjadi karena:
1. Pengukuran
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3. Analisis dan asumsi yang keliru
4. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
 Latihan petugas yang tidak cukup
 Kesalahan alat atau alat tidak ditera
 Kesulitan pengukuran.
2. Kelebihan antropometri
 prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel cukup
besar.
 Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli
 Alat murah, mudah di bawa, tahan lama, dapat di pesan dan di buat di daerah
setempat
 Metode ini tepat dan akurat, karena dapat di bakukan
 Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau
 Ummumnya dapat mengidentifikasi status buruk, kurang dan baik, karena sudah
ada ambang batas jelas.
 Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu
generasu ke generasi berikutnya.

D. Jenis Parameter Antropometri Pada Anak


1. Umur
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang
Gizi Bogor, batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2
tahun digunakan bulan penuh.
Contoh : tahun usia penuh.
Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun
6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.
Contoh : bulan penuh
Umur :
 5 bulan 5 hari di hitung 5 bulan
 7 bulan 14 hari dihitung 7 bulan
2. Berat badan
Merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan
pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi
normal atau BBLR. Penurunan berat badan merupakan yang sangat penting karena
mencerminkan masukan kalori yang tidak adekuat.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan:
 Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.
 Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan
 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.
 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisian.
Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan
 Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
 Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg
 Skala mudah dibaca
 Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:
 Pemeriksaan alat timbangan
 Anak balita yang ditimbang
 Keamanan
 Pengetahuan dasar petugas
3. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan. Tinggi
badan relative kurang sensitive pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat.
Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan tampak dalam waktu yang
relative lama. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur.

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring. Pengukuran dilakukan
dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala.

Cara Pengukurannya :

 Letakkan kepala bayi pada garis tengah alat pengukur. Letakkan lutut bayi
secara lembut
 Dorong sehingga kaki ekstensi penuh dan mendatar pada meja ukuran
 Hitung berapa panjang bayi tersebut dengan melihat angka pada tumit bayi.

Jika pengukuran dilakukan saat berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus,
sehingga tumit, bokong dan bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical,
sedangkan liang telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal.

Cara mengukur:

 Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.
 Lepaskan sepatu atau sandal.
 Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna
 Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.
 Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

Pertambahan berat badan dan tinggi badan sesuai umur anak dapat dilihat melalui
table berikut :

NO USIA BERAT BADAN TINGGI BADAN


1 Baru lahir – 6 Bertambah 140-220 gr (2XBBL) Bertambah
bulan 2,5cm/bulan
2 6-12 bulan 85-140gr (3XBBL) 1,25cm/bulan
3 Balita 2-3 kg/tahun Pada tahun kedua
kira-kira 12cm
Pada tahun ketiga
kira-kira 6-8 cm
4 Pra sekolah 2-3 kg/tahun 6-8 cm/tahun
5 Usia sekolah 2-3 kg/tahun 5-25 cm/tahun
4. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah, murah,
dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. LILA
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

Cara mengukur LILA pada bayi:

 Tentukan posisi pangkal bahu


 Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian
 Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan
kea rah perut.
 Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku siku dengan
menggunakan pita LILA,dan beri tanda dengan pulpen (sebelumnya minta
izin kepada pasien). Sebelumnya perhatikan titik nolnya.
 Lingkarkan pita LILA sesuai dengan tanda pulpen di sekeliling lengan
responden sesuai tanda.
 Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LiLA
 Pita di tarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
 Baca angka yang di tunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kea rah
angka yang lebih besar)
 Tulis hasil pembacaannya.

5. Lingkar Kepala
Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis,
yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau
peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala bayi yang baru lahir di Indonesia rata-rata
3 cm dan di Negara maju 3,5 cm. kemudian pada usia 6 bulan menjadi 40 cm
(bertambah 1,5 cm setiap bulan). Pada umur 1 tahun lingkar kepala mencapai 45-47
cm (bertambah 0,5 cm tiap bulan). Pada usia 3 tahun menjadi 50 cm dan pada umur
10 tahun 53 cm.
Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak.
Ukuran otak pun meningkat secara cepat selama tahun pertama, tetapi besar lingkar
kepala tidak menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun ukuran otak
dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat bervariasi sesuai keadaan gizi.

Alat dan tehnik pengukuran:


Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang
dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1
desimal, caranya dengan melingkarkan pita dari pertengahan dahi (frontalis) ke tulang
telinga terus ke oksipitalis.kembali ke frontalis.
6. Lingkar Dada
Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada
areola mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar
kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini lingkar kepala lebih
lambat dari pada lingkar dada. Pada anak yang mengalami KEP terjadi pertumbuhan lingkar
dada yang lambat : rasio dada dan kepala < 1.
1. Pengertian MTBS

Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,dilaksanakan


secara terpadu mengenai klasifikasi,status gizi,status imun maupun penangan dan konseling
yang diberikan. MTBS merupakan suatu program pemerintah untuk menurunkan angka
kematian balita dan menurunkan angka kesakitan.

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam


tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan
dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria,
infeksi telinga, malnutrisi, dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut
(Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Modul-7. 2004).
Balita (bawah lima tahun) yaitu anak umur 0-5 tahun (tidak termasuk umur 5 tahun)

2. Tujuan MTBS

Menurunkan secara signifikan angka kesakitan dan kematian global yang terkait
dengan penyebab utama penyakit pada balita, melalui peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan di unit rawat jalan fasilitas kesehatan dasar dan memberikan konttribusi terhadap
pertumbuhan perkembangan kesehatan anak.

Penerapan MTBS dengan baik dapat meningkatkan upaya penemuan kasus secara
dini, memperbaiki manajemen penanganan dan pengobatan, promosi serta peningkatan
pengetahuan bagi ibu – ibu dalam merawat anaknya dirumah serta upaya mengoptimalkan
system rujukan dari masyarakat ke fasilitas pelayanan primer dan rumah sakit sebagai
rujukan. ( Modul MTBS 1, 2008 )

3. Proses Manajemen Kasus Balita Sakit

Proses manajemen kasus disajikan dalam suatu bagan yang memperlihatkan urutan
langkah – langkah dan penjelasan cara pelaksanaannya. Langkah – langkahnya yaitu :

a. Menilai dan membuat klasifikasi anak sakit umur 2 bulan – 5 tahun.


Menilai anak maksudnya adalah melakukan penilaian dengan cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik.
b. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan.
Membuat klasifikasi diartikan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan
penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.Memilih suatu kategori atau
klasifikasi untuk setiap gejala utama yang berhubungan dengan berat ringannya
penyakit. Klasifikasi merupakan suatu kategori untuk menentukan tindakan, bukan
sebagai diagnose spesifik penyakit. Menentukan tindakan dan memberi pengobatan di
fasilitas kesehatan sesuai dengan klasifikasi, memberi obat untuk diminum di rumah
dan juga mengajari ibu tentang cara memberikan obat serta tindakan lain yang harus
dilakukan di rumah.
c. Memberi konseling bagi ibu.

Memberi konseling bagi ibu juga termasuk menilai cara pemberian makan anak, member
anjuran pemberian makan yang baik untuk anak serta kapan harus membawa anaknya
kembali ke fasilitas kesehatan.

d. Manajemen terpadu bayi muda umur kurang dari 2 bulan, memberi pelayanan tindak
lanjut.
Manajemen terpadu bayi muda meliputi menilai dan membuat klasifikasi, menentukan
tindakan dan memberi pengobatan, konseling, dan tindak lanjut pada bayi umur kurang dari
2 bulan baik sehat maupun sakit. Pada prinsipnya, proses manajemen kasus pada bayi muda
umur kurang dari 2 bulan tidak berbeda dengan anak sakit umur 2 bulan tidak berbeda
dengan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun. Memberi pelayanan tindak lanjut berarti
menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang untuk kunjungan ulang.

Kegiatan MTBS memiliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu :

a. Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita


sakit (selain dokter, petugas kesehatan non dokter, dapat pula memeriksa dan
menangani pasien apabila sudah dilatih ).
b. Memperbaiki system kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program
kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS)
c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat alam perawatan di rumah dan upaya
pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat
dalam pelayanan kesehatan).

Manajemen Terhadap Balita Sakit Umur 2 Bulan – 5 tahun

1. Penilaian Tanda & Gejala

Pada penilaian tanda & gejala pada bayi umur 2 bulan sampai dengan 5 tahun ini yang
dinilai adalah tindakannya tanda bahaya umum (tidak bisa minum atau muntah,kejang,
letargis atau tidak sadar dan keluhan seperti batuk atau kesukaran bernafas, adanya diare,
lemah, masalah telinga, mall nutrisi, anemia dan lain-lain.

2. Penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan

Pada penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan ini dilakukan setelah penilaian tanda dan
gejala yang diklasifikasikan berdasarkan dari kelompok keluhan atau tingkat kegawatan

3. Penentuan Tindakan & Pengobatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menentukan tindakan dan pengobatan setelah
diklasifikasikan berdasarkan kelompok gejala yang ada.
Imunisasi

Disusun Oleh :

Rika Devi Siringoringo

PO.62.20.1.16.038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN ANGKATAN REGULER XIX A

2018
Antropometri

Disusun Oleh :

Rika Devi Siringoringo

PO.62.20.1.16.038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN ANGKATAN REGULER XIX A

2018
MTBS

(Manajemen Terpadu Balita Sakit)

Disusun Oleh :

Rika Devi Siringoringo

PO.62.20.1.16.038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN ANGKATAN REGULER XIX A

2018
KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)

Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk


mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. Jadwal skrining /
pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan
72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu dating kembali pada
umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta
datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining
maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.

Alat / instrument

 Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan


perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
 Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah,
potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

Cara menggunakan KPSP

 Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa


 Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila
umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3
bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan
menjadi 3 bulan.
 Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak.
 KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
 Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: “Dapatkah bayi
makan kue sendiri?”
 Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke
posisi duduk.”
 Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
 Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir.
 Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan.
 Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
Interpretasi hasil KPSP :

Hitunglah berapa jawaban Ya.

 Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
 Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.

Jumlah jawaban Ya

 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S)


 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)

Untuk jawaban “Tidak”, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian)
KPSP

KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN

Disusun Oleh :

Rika Devi Siringoringo

PO.62.20.1.16.038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKARAYA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN ANGKATAN REGULER XIX A

2018

Вам также может понравиться